Anda di halaman 1dari 7

Sebelum filsafat Islam lahir, di timur dan di barat telah terdapat berbagai alam pikiran, di antarannya ialah pikiran

Mesir Kuno, Sumeria, Babilonia, Asiria, Iran, India, Cina, dan Yunani. Dari pikiran-pikiran tersebut di atas yang paling banyak hubungannya, bahkan menjadi sumber filsafat Islam, ialah filsafat Yunani walaupun pikiran Iran dan India juga banyak memberikan sumbangannya. Marilah kita tinjau sejenak tentang filsafat Yunani ini. Filsafat Yunani yang sampai kepada dunia Islam tidaklah seperti yang ditinggalkan oleh orang-orang Yunani sendiri, tetapi sudah melalui pikiran Hellenisme Romawi yang mempunyai ciri khas dan corak tertentu, yang sudah barang tentu juga mempengaruhi filsafat itu. Oleh karena itu, tidak semua pikiran filsafat yang sampai kepada dunia Islam berasal dari Yunani, baik teks aslinya maupun ulasan-ulasannya, tetapi hasi dari dua paham yang berturut-turut, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi. Karena itu yang bercampur, sesuai dengan perbedaan alam pikiran pada dua masa yang membicarakannya. Yang dimaksud dengan fase Hellenisme ialah fase dimana pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh orang-orang Yunani, yaitu sejak abad ke-6 atau ke-5 SM sampai abad ke-4 SM. Sedangkan fase Helenisme Romawi ialah fase yang datang sesudah fase Hellenisme, dan yang meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan Romawi, serta ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani, antara lain pemikiran Romawi di barat dan di timur yang ada di Mesir da Siria. Fase ini dimulai dari akhir abad ke-4 SM sampai pertengahan abad ke-8 Smdi Siria dan Irak, yaitu aliran Urfa, ar-Ruha, Nissibis, dan Antiochia, atau sampai masa penerjemahan di dunia Arab. Masing-masing dari kedua fase tersebut mempunyai ciri khasnya sendiri, dan dengan mengetahui ciri-ciri khas ini, maka kita akan mengetahui ciri-ciri filsafat yang sampai kepada Dunia Islam sebelum kaum Muslimin berfilsafat. Abad ke-5 SM merupakan zaman keemasan Yunani. Kuil-kuil indah dengan patung yang bagus-bagus banyak didirikan. Yang terindah ialah Kuil Parthenon di atas Bukit Acropolis. Kuil ini tempat memuja Dewa Athena, pelindung ilmu pengetahuan dan budaya. Seni bangunan dan seni rupa terutama diabadikan untuk agama. Orang Yunani menyembah banyak dewa. Mereka politheistis. Menurut kepercayaan Yunani Kuno, dewa-dewa itu adalah manusia yang sempurna bentuk badannya dan mempunyai sifat-sifat manusia pula, misalnya cemburu, suka perang dan saling bertengkar. Bukit Olympus adalah kediaman dewa-dewa itu. Di sana tinggal pula dewa dari segala dewa, Zeus. Sekali empat tahun orang mengadakan pertandingan olah raga untuk menghormati Zeus. Pertandingan itu disebut Olympiade. Masyarakat Yunani bersifat demokratis. Masalah masyarakat di pecahkan dalan suatu rapat warga polis (kota). Hal itu menghendaki daya tangkap yang cepat, daya kritik yang tajam, dan kecakapan mengemukakan pendapat di depan umum. Kecakapan berbicara di depan umum ini disebut retorika. Seorang yang cakap dan tandas bepidato disebut orator. Kegiatan-kegiatan masyarakat itu menimbulkan kebutuhan kan pengajaran dan ilmu pengetahuan.

Sekolah yang seperti sekarang belum ada. Orang-orang pandai mengumpulkan pemudapemuda pengikutnya. Mereka mendirikan sekolah yang disebut gymnasium. Pelajaran diberikan sambil berjalan keliling. Orang-orang pandai itu disebut Sofis, yaitu orang yang mengabdi pada sophy (ilmu pengetahuan). Mereka menggunakan akal atau rasio dan memerangi tahyul serta kebodohan. Sebab hal itu merusak kepercayaan kepada dewa-dewa warisan nenek moyang. Keraguan-keraguan timbul sebagai gantinya, yang dapat menimbutkan keguncangan di dalam masyarakat. Kaum penguasa merasa kedudukan mereka terancam. Oleh sebab itu mereka melarang kegiatan-kegiatan kaum sofis. Salah satu yang besar pengaruhnya di antara kaum sofis ialah Socrates ( 440 SM). Karena tidak may mematuhi larangan para penguasa, ia di tangkap dan dijatuhi hukuman mati. Socrates dapat dianggap sebagai peletak dasar ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan didasarkan atas pengamatan yang tajam dan akal yang kritis untuk mencapai simpulan yang logis. Murid Socrates yang meneruskan jejak yang dirintisntya ialah Plato. Orang-orang Yunani purba suka hidup bebas dan merdeka. Tiap-tiap kota, betapapun kecilnya, mempunyai kemerdekaan atau hak otonomiyang luas. Hak itu dipertahankan matimatian. Penduduk polis juga menuntut untuk aktif ikut dalam pemerintahan polis-nya. Rasa kemerdekaan yang besar itu sering mengakibatkan perang antar polis yang satu dengan yang lain. Peperangan antar polis-polis itu mengakibatkan kebebasan Yunani lenyap. Yunani dikuasai oleh Makedonia. Di zaman itu hidup bapak pengetahuan Eropa, Aristoteles. Ia melarikan diri ke Makedonia dan menjadi guru putra Mahkota, Alexander (Iskandar Zulkarnaen). Pengaruh Aristoteles atas ilmu pengetahuan medern besar sekali. Dengan perantaraan orang Arab, sebagai ahli waris kebudayaan Yunani lama, karangan-karangan Aristoteles mempengaruhi alam pikiran Abad pertengahan ( 500- 1500 M). Berbagai jenis ilmu pengetahuan diselidiki dan disusun sistematikanya oleh Aristoteles. Aristoteles adalah peletak dasar ilmu modern. Roma, pusat kerajaan Romawi, didirikan pada pada abad ke-8 SM di tepi Sungai Tiber. Dari kota ini Romawi kemudian menaklukkan seluruh Jazirah Itali. Roma berkembang menjadi kerajaan dunia yang meliputi seluruh daerah Eropa Selatan, daerah pesisir Laut Mediterenia mereka sebur More Nostrom (Laut kita). Di Itali dan Sisilia ada koloni-koloni Yunani. Di sana kebudayaan Yunani tidak asing lagi. Bahasa Yunani menjadi bahasa pergaulan kaum cerdik pandai dan orang-orang terkemuka. Orang Romawi yang berada mempunyai budak belian orang Yunani, yang menjadi sekretaris pribadi atau guru anak-anaknya.

Cara berpikir Yunani lambat-laun berpengaruh pula di Romawi. Orang Romawi terkenal sebagai organisator. Mereka ahli dalm soal-soal ketatanegaraan, terutama dalam bidang hukum dan perundang-undangan. Melalui Napoleon, hukum pidana dan hukum perdata Romawi bepengaruh pula di bagian-bagian Eropa lainnya, dan juga Indonesia hingga dewasa ini. Bangsa Romawi juga unggul di bidang kemiliteran sehingga dapat menguasai hampir seluruh dunia yang mereka kenal waktu itu. Hal itu bukan karena prajurit-prajuritRomawi lebih berani, melainkan terutama karena susunan ketentaraan Romawi jatuh lebih rapi daripada musuhmusuhnya.

1. Ciri khas fase Hellenisme Pertama, filsafat Yunani bukanlah hasil ciptaan filsuf-fisuf Yunani semata-mata, melainkan sebagai pilihan dari kebudayaan Yunani sebelum masa berfilsafat. Sebab filsafat di Yunani mula-mula dimaksudkan untuk melepaskan diri dari kekuasaan golongan agama berhala dengan jalan menguji kebenaran ajaran-ajarannya. Apa yang dapat dibenarkan oleh akal pikiran dinamakan filsafat, dan apa yang tidak dapat diterima oleh akal pikiran dimasukkan kedalam cerita-serit keagamaan. Oleh karena itu, dalam filsafat Yunani terdapat unsur-unsur agamabersahaja (agama berhala), antara lain kepercayaan tentang adanya banyak zat yang memepengaruhi alam dan yang menjadi sumber segala peristiwanya, meskipun dalam bentuk yang berbeda dengan apa yang ada pada agama Yunani sendiri. Sebab zat yang berbilang dalam agama itu dinamakan dewa-dewa, sedangkan dalam filsafat disebut akal benda-benda langit, sebagai yang kita lihat antara akal bulan dengan akal manusia. Menurut filsafat Yunani, buka sebab yang pertama yang mempengaruhi alam, tetapi juga ada kekuatan-kekuatan lain yang ikut serta mempengaruhinya, yaitu akal-akal yang mengerakan benda-benda langit. Demikian pula api yang oleh Heraclitus dianggap sebagai asal kejadian alam, boleh jadi karena pengaruh pemujaan api yang dikenal oleh agama-agama Iran pada umumnya dan sapai di Yunani sesudah adanya pertemuan antara Barat dan Timur. Kedua, filsafat Yunani sifanya tidak selaras, sebab memaang semula terdiri atas bermacammacam soal yang tidak selaras. Sampai-sampai orang-orang yang mempunyai pemikiran filsafat yang sistematis (seperti Aristoteles dan Plato) juga tidak terhindar dari ketidakselarasan ini dalam menguraikan suatu persoalan filsafat, mereka masih terpengaruh oleh pikiran-pikiran orang sebelumnya yang juga berbeda-beda pula. Maka sistem filsafat mereka tidak lain hanyalah merupakan usaha secara luas untuk mencukupi segala hasil pemikiran filsafat yang telah ada. Contoh: Teori Plato adalah usaha pemaduan antara dua pikiran yang berlawanan. Heraclitus mengatakan bahwa segala sesuatu ini telah berubah. Pendapat ini di ubah pula oleh Protagoras (tokoh sofisme), menjadi ajaran yang mengatakan bahwa manusia menjadi ukuran segala sesuatu. Kebalikan dari Heraclitus adalad Parmenidas. Ia terkenal dengan sebutan ajaran aliran elea yang menyatakan bahwa semua wujud itu satu, tidak banyak, yang satu itu tetap dan tidak

ada perubahan. Kedua pendapat yang berlawanan ini dipadukan oleh Plato dengan mengatakan adanya dua alam, yaitu alam nyata dan alam inderawi. Pembagian Aristoteles terhadap wujud menjadi form dan matter merupakan bentuk lain dari cara penggabungan pendapat-pendapat Heraclitus dan Parmenidas. Aristoteles mengatakan bahwa hanya zat yang ada dengan sendirinya dan tidak berubah-ubah itulan yang dapat menjadi objek pengetahuan. Alam inderawi itulah yang datang kemudian dan bisa berubah-ubah, dan karena itu bisa ada dan bisa tidak ada. Hanya zat yang bukan inderawi yang menjadi objek pikiran kita dan tidak ada berubah. Selanjutnya yang perlu kita ketahui ialah bahwa adanya semua yang berubah mengharuskan memepercayai adanya zat yang tidak berubah. Dan tiap-tiap kejadian memerlukan adanya zat yang tidak dijadikan. Sekalipun Plato dan Aristoteles telah berhasil memadukan pikiran-pikiran filsafat sebelumnya, keduanya tidak dapat melepaskannya sama sekali karena pikiran-pikiran filsafat tersebut adalah hasil pemikiran bermacam-macam aliran yang berbeda-beda pandangannya tehadap hidup dan alam ini. Aliran-aliran itu ialah: a. Aliran ketuhanan: Aliran ini mengakui zat-zat yang metafisik, diwakili oleh aliran elea dan Socrates, yang mengatakan bahwa sumber alam inderawi adalah sesuatu yang ada luarnya. b. Aliran mistik: Tokoh Pitagoras. Ia mengingkari nilai alam inderawi, dan karena itu aliran ini menganjurkan kepada manusi untuk meninggalkannya serta menuju kepada alam yang penuh kesempurnaan, kebahagian, dan kebebasan mutlak, sesudah teriakat oleh benda alam ini. c. Aliran kemanusiaan: Aliran ini menghargai manusia setinggi-tingginya, dan mengakui kesanggupan untuk mencapai pengetahuan. Diwakili oleh Socrates dan golongan Sofis meskipun ada perbedaan antar dia dam mereka. d. Aliran tabii: Tokoh Democritus dan filosof-filosof Ionia. Mereka menghargai alam dan wujud benda setinggi-tingginya. Oleh karena itu , memurut aliran ini alam itu abadi. Aliran-aliran tersebut di atas jelas akan mempengaruhi hasil pemikiran filosof-filosof yang datang kemudia, bagaimanapun kuat dan besarnya filosof-filosof tersebut. Plato, meskipun mengakui adanya Tuhan, tidak jelas pendapatnya tentang alam, qadim atau tidak. Ia lebih condong kepada tasawuf, namun ia terkenal sebagai pencipta teori universalitas dan logika seprti yang terlihat dalam bukunya, Euthydemus dan Gorgias. Sedangkan tasawuf berdasarkan mata hati, dan logika berdasarkan pikiran. Mereka yang mengetahui ciri-ciri khas pemikiran Yunani, sebagi pemikiran yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak seirama satu sama lain, tidak perlu mengadakan pemaduan tersebut.

2. Ciri khas fase Hellenisme Romawi Meskipun secara keseluruhan masa Hellenisme Romawi mempunyai corak yang sama, dalam perkembangannya dapat dibagi kedalam tiga masa, yang masing-masing memiliki corak sendirisendiri. Masa pertama ialah abad ke-5 sampai pertengahan abad pertama SM. Aliran-aliran yang terdapat didalamnya ialah: a. Aliran Epicure: Pendirinya Epicurus. Ajarannya ialah bahwa kebahagiaan manusia merupakan tujuanyang utama. b. Alira Stoa: Pendirinya Zeno. Ajarannya ialah agar manusia jangan sampai bisa digerakkan oleh kegembiraan atau kesedihan (jadi menahan diri dalam menghadapinya) dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada suatu keharusan yang tidak bisa ditolak dan yang menguasai segala sesuatu. c. Aliran Skeptis (Ragu-ragu): Aliran ini meliputi aliran Phyrro dan aliran akademi baru. Ajarannya ialah bahwa untuk sampai kepada kebenaran, kita harus percaya dulu bahwa segala sesuatu tidak akan sampai kepada kebenaran atau mengingkari kebenaran mutlak (objektif). Masa kedua dimulai pada pertengahan abad pertama SM sampai abad ketiga Masehi. Corak pemikiran pada masa ini ialah seleksi dan penggabungan, yaitu memilih beberapa pemikiran filsafat kuno dan menggabungkan pemikiran-pemikiran itu satu sama lain, atau menggabungkan pikiran-pikiran itu di satu pihak dengan ketentuan agama dan tasawuf Timur di lain pihak. Aliran yang terdapat pada masa ini ialah : 1. 2. 3. 4. 5. Aliran Paripatetik terakhir Aliran Stoa baru, Aliran Epicure baru, Aliran Pitagoras, dan Aliran filsafat Yahudi dan Philo

Filsafat Hellenisme Yahudi adalah suatu pemikiran filsafat yang mempertemukan filsafat Yahudi dengan kepercayaan Yahudi, dengan jalan penggabungan satu dengan yani lain, atau membuat susunan baru yang mengandung kedua unsur tersebut. Masa ketiga ialah dari abad ke-3 M sampai pertengahan abad ke-6 di Bizantium dan Roma, atau sampai pertengahan abad ke-7 atau ke-8 di Iskandariah dan Asia kecil. Pada masa ini kita mengenal aliran-aliran (1) Neo-Paltonisme, (2) Iskandariah, dan (3) Aliran filsafat di Asia kecil. Aliran-aliran ini merupakan kegiatan terakhir menjelang timbulnya aliran Bagdad, yaitu aliran filsafat islam. Aliran Iskandariah mempunyai corak tersendiri. Ia lebih banyak

ditujukan kepada lapangan eksakta (seperti matematika,fisika) daripada lapangan metafisika. Bahkan lama-kelamaan soal-soal matematika ditinggalkan sama sekali. Tokoh-tokoh aliran Iskandariah ialah (1) Hermias, (2) Stephanus, dan (3) Johannes Philoponos. Di antara aliran-aliran filsafat pada masa ketiga ini, neo-Platonisme adalah yang terpenting dan yang paling banyak pengaruhnya terhadap filsafat Islam.

3. Neo- Platonisme Aliran ini merupakan rangkaian terakhir dari fase Hellenisme Romawi, yaitu fase mengulang yang lama, bukan fase penciptaan yang baru. Aliran ini juga masih berkisar pada filsafat Yunani, tasawuf Timur, dan memilih dari sana-sini kemudian digabungkan. Oleh karena itu didalamnya terdapat ciri-ciri filsafat Yunani yang kadang-kadang bertentangan dengan agama-agama langit, yaitu agama Yahudi dan Masehi, karena dasar kepercayaannya ialah kepercayaan rakyat yang mempercayai kekuasaan yang banyak. Karena sistem pilihan ini pula, maka didalam neoPlatonisme terdapat unsur-unsur dari Paltonisme, Pitagoras, Aristoteles, Stoa, dan Tasawuf Timur. Jadi, neo-Platonisme mengandung unsur-unsur kemanusiaan (hasil dari pemikiran manusia), keagaan, dan berhalaan (bukan agama langit). Neo-Platonisme dengan unsur-unsur tersebut datang dan bersatu dengan kaum Muslimin melaui aliran Masehi di Timur, tetapi dengan baju lain, yaitu tasawuf Timur dan pengakuan akan keesaan Tuhan, zat Yang Pertama dengan ketunggal yang sebenar-benarnya. Karena mereka tertarik dengan filsafat tersebut dan mengatakan bahwa filosof-filosof Yunani tidak mempunyai pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam selama mereka mengaku keesaan Tuhan dan menganggap zuhud sebagai jalan kebahagian bagi manusia, meskipun kelihatannya kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Perbedaan neo-Platonisme dengan aliran Iskandariah, yang berkembang sejak pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7, ialah: Neo-Platonisme 1. Berkisar pada segi metafisika pada filsafat Yunani yang mungkin dalam beberapa hal belawanan dengan agama Masehi. 2. Lebih banyak mendasarkan pikirannya pada seleksi dan pemaduan. Aliran Iskandariah 1. Lebih condong kepada matematika serta ilmu alam,meninggalkan lapangan metafisika, dan tidak berlawanan dengan agama Masehi. 2. Lebih banyak membuat ulasanulasan terhadap plikiran pikiran filsafat.

Ulasan-ulasan dari aliran Iskadariah dan aliran Hellenisme Romawi ada tiga macam: a. Ulasan dari golongan peripetetik dari masa sebelum neo-Platonisme b. Ulasan dari aliran neo-Platonisme c. Ulasan dari orang-orang Iskandariah, seperti Hermias, Stephanus, dan Johannes Philoponos

Anda mungkin juga menyukai