2
3
4
10. Filosofi Universitas Pasundan
11. Nilai Guna Filsafat Ilmu Serta Manfaat Berdasarkan
Teori (Aksiologi-Teoritis)
12. Nilai Guna Filsafat Ilmu Serta Manfaat Berdasarkan
Teori (Aksiologi-Aplikasi)
13. Etika Dalam Sosial Budaya
14. Etika Dalam Islam
15. Estetika Dari Berbagai Aspek
16. UAS
5
3
8
Dalam hal berpikir logika deduktif, nama Aristoteles (384-322
S.M) tidak bisa dilupakan. Dasar-dasar berpikirnya tetap mendominasi
para ilmuwan di Eropa hingga dewasa ini. Aristoteles adalah murid Plato
(427-347 S.M) dan Plato adalah murid Sokrates (469-399 S.M).
Perbedaan pendapat pada masa ini sudah timbul meski dengan
gurunya, seperti Plato dengan Aristoteles, juga filusuf-filusuf lain. Hingga
kini logika Aristoteles tetap terpakai, sebab logika tersebut dapat
diaplikasikan pada perkembangan mutakhir berbagai ilmu dan teknologi.
Logika Aristoteles menjelma dalam prinsip kausalitas ilmu alam (natural
science), kemudian menjelma menjadi logika ekonomi di dalam industri
(Cony R. Semiawan et.al, 1988 :10). Pasca Aristoteles, kira-kira lima
abad kemudian, muncul lagi pemikir-pemikir jenius seperti Plotinus (284-
269 S.M). Zaman itu adalah zaman filsafat Hellenisme di bawah
pemerintah Alexander Agung. Hanya zaman ini berbeda sekali dengan
zaman Aristoteles, dimana perkembangan ilmu tidak mengalami
kemajuan yang pesat hingga abad pertengahan. Pada masa ini
pemikiran filsafat yang teoritis menjadi praktis dan hanya menjadi kiat
hidup saja. Muncul pula aliran yang bercorak relijius, misalnya: filsafat
9
neo Pythagoras, Platonis Tengah, Yahudi dan Platonisme.Termasuk
aliran yang bersifat etis, Epikuros dan Stoa (Harun Hadiwijono, 1989 : 54).
Berdasarkan pemikiran-pemikiran jenius para filsuf Yunani kuno
mulai dari Thales sampai dengan Plotinus di zaman Alexander Agung
memunculkan banyak pemikiran filsafat dari persfektif yang berbeda namun
saling melengkapi bagi dunia teoritis dan konsep-konsep tersebut masih
relevan untuk di gunakan sampai saat ini.
§ Era Romawi
Setelah Era Yunani, bangsa yang berbudaya tinggi adalah Romawi.
dapat dikatakan, bahwa dalam kegiatan keilmuan bangsa Romawi pada
umunya hanya berpegang pada karya-karya tokoh Yunani, terutama
Aristoteles yang tanpa banyak mengadakan perubahan (Cony, et.al., 1988 :
14). Orang Romawi mulai mempelajari filsafat sejak sekitar 200 SM. Ketika
itu, bangsa Romawi menaklukan Yunani, karena itu banyak prajurit dan
jendral Romawi yang melakukan kontak dengan para filusuf Yunani.
Bangsa Romawi menyadari bahwa filusuf Yunani semacam
Sokrates, Plato, dan Aristoteles telah banyak berkontribusi untuk filsafat.
Beberapa orang Romawi menjadi tertarik, dan pada sekitar 50 SM,
10
orang Romawi mulai menulis filsafat mereka sendiri, meskipun sebagian
besarnya masih merupakan terjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa
latin. Sementara itu Perempuan tidak diperbolehkan belajar filsafat.
Salah satu orang Romawi pertama yang menulis mengenai filsafat
adalah Lucretius. Ia mengikuti pandangan filsafat Epikurean Yunani. Dia
menulis sebuah syair panjang berjudul Sifat Benda, yang menjelaskan
mengenai filsafat Epikurean dalam bahasa latin untuk orang yang tidak
bisa berbahasa Yunani.
Filsuf Romawi lainnya adalah Cicero yang menulis filsafat pada
waktu yang hampir sama dengan Lucretius. Cicero merupakan filusuf
skeptis. Seperti orang Skeptis lainnya, Cicero berpikir bahwa kita harus
mempertanyakan setiap gagasan atau fakta yang kita dapatkan, dan
harus selalu bertanya, "Bagaimana mereka tahu itu?" atau "Bagaimana
mereka yakin?" atau "Bagaimana dengan hal lainnya?". Cicero mencoba
menggunakan filsafat untuk membuat manusia berpikir lebih logis,
supaya mereka bisa lebih baik dalam membuat keputusan dalam
pemerintahan. Namun Cicero juga mengikuti beberapa gagasan Stoik,
terutama bahwa manusia harus mencoba menjadi sebaik mungkin.
11
supaya mereka bisa lebih baik dalam membuat keputusan dalam
pemerintahan. Namun Cicero juga mengikuti beberapa gagasan Stoik,
terutama bahwa manusia harus mencoba menjadi sebaik mungkin.
Kebudayaan Romawi merupakan salah satu dasar bagi
pembentukan peradaban Barat Modern sekarang ini meliputi hasil-hasil
kebudayaannya dalam berbagai hal, seperti :
1. Sistem pemerintahan
2. Sistem kepercayaan
3. Ilmu pengetahuan
4. Bahasa dan seni sastra
5. Hukum
6. Arsitektur.
Pada akhir Era Romawi banyak pria dan wanita yang mulai
berpikir tentang dunia dalam sudut pandang Nasrani. Santo Augustinus
dan Santo Ambrosius mempelajari filsafat dari masa sebelumnya dan
berusaha menciptakan filsafat Nasrani yang bisa mencakup gagasan
Nasrani maupun filsafat Yunani dan Romawi.
12
CONTINUES TO THE 4rd FOUR
LEARNING MATERIAL
13