Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

WARISAN ILMIAH KUNO DAN PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas


Pada Mata Kuliah Analisis Sejarah Pendidikan Islam

Oleh:

MUNADI
(2302106007)

PROGRAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TAKENGON
TAHUN 2023
A. PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, lembaga atau tempat dilaksanakan kegiatan

pendidikan merupakan satu faktor penting, sebab dengan adanya lembaga

memungkinkan proses pendidikan Islam dapat berlangsung secara konsisten dan

berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Dalam

perjalanan sejarahnya yang panjang, pendidikan Islam telah melibatkan berbagai

lembaga pendidikan. Sejak Rasulullah melaksanakan kegiatan pendidikan Islam di

masa awal Islam di Makkah, telah didirikan lembaga pendidikan tempat Rasul

memberikan pelajaran tentang agama Islam, di antaranya ialah yang disebut

sebagai Dar al-Arqam, ini merupakan lembaga pertama dalam sejarah pendidikan

Islam.1

Sejalan dengan tuntutan jaman dan bertambahnya jumlah umat Islam yang

berkeinginan menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan, maka pada masa

perkembangan berikutnya umat Islam mendirikan berbagai lembaga pendidikan.

Lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut merupakan hasil pikiran yang

didorong oleh kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan masyarakat Islam yang

digerakkan oleh jiwa Islam dan berpedoman pada ajaran Islam dan tujuan-tujuan

pendidikan Islam. Secara keseluruhan, lembaga-lembaga pendidikan Islam

bukanlah sesuatu yang datang dari luar atau diadopsi dari kebudayaan-kebudayaan

lama, akan tetapi dalam pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai

hubungan erat dengan kehidupan umat Islam secara umum, dan di dalamnya

terintegrasi adanya tujuan-tujuan dan karakteristik kehidupan tersebut. Lembaga-

lembaga pendidikan Islam yang bermacam-macam itu, telah tumbuh dalam jarak
1
Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam Terjemahan Muchtar Yahya Dari Judul Aslinya
Tarichut Tarbiyah Al-Islamiyah (Jakarta: Bulan Bintang, 1973).

1
waktu yang lama, di bawah pengaruh situasi-situasi tertentu dan untuk melahirkan

tujuan-tujuan tertentu yang diiinginkan oleh kebutuhan-kebutuhan kehidupan

umat Islam yang sedang tumbuh dan berkembang pada masanya. Di antara

lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mempunyai arti penting bagi umat

Islam, khususnya pada masa klasik, adalah; Masjid, al-Kuttab, Bayt Al-Hikmah,

Darul Hikmah, Darul-ilm, Madrasah, Bimaristan, Khawanik, Zawaya, al-Rabth,

Halaqatud-dars, dan Dawarul-kutub.2

Dalam makalah ini akan dibahas satu dari sekian banyak lembaga

pendidikan Islam yang pernah tumbuh dan berkembang di dunia pendidikan

Islam, yaitu yang dinamakan dengan Bayt Al-Hikmah, dalam membahas tentang

lembaga pendidikan ini akan diuraikan tentang; profil Bayt Al-Hikmah sebagai

lembaga pendidikan milik umat Islam, para tokoh dan ilmuan yang terlibat dalam

pembangunan dan kegiatan di Bayt Al-Hikmah, berbagai kegiatan yang

dilaksanakan di Bayt Al-Hikmah, serta pengaruh Bayt Al-Hikmah terhadap dunia

Islam, khususnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam dan

dunia pada umumnya.

2
Asma Hasan Fahmi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Terjemahan Ibrahim Husein Dari
Judul Aslinya, Mabaadiut Tarbiyyatil Islaamiyah (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

2
B. PEMBAHASAN

1. Profil Bayt Al-Hikmah

Pada awalnya Bayt Al-Hikmah merupakan satu perpustakaan sederhana

bernama Khizanat al-Hikmah,3 dibangun dan sudah beroperasi sejak masa

pemerintahan Harun Al-Rasyid (786 – 809 M) di kota Bagdad, kemudian

pembangunannya diperluas dan dilanjutkan oleh anaknya Khalifah Al Ma’mun

(813 – 833 M).4 Hal ini dilakukan oleh Khalifah Al-Ma’mun karena kecintaan

beliau kepada ilmu dan kesusasteraan, beliau tergolong seorang yang

berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Tujuan utama mendirikan Bayt Al-

Hikmah adalah untuk mengumpulkan, menyalin dan menerjemahkan buku-buku

yang memuat ilmu pengetahuan asing, terutama ilmu pengetahuan-ilmu

pengetahuan orang Griek dan falsafah mereka ke dalam Bahasa Arab untuk

dipelajari. Dalam perpustakaan Bayt Al Hikmah ini tersimpan banyak buku-buku

dan tulisan dalam berbagai bahasa antara lain bahasa Coptic, Yunani kuno, India,

Persia, dan Aramen, buku-buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa

Arab. Perpustakaan Bayt Al Hikmah merupakan perpustakaan umum yang

pertama dalam dunia Islam, bahkan suatu lembaga pendidikan agama dan yayasan

keagamaan, kesusasteraan, ilmiyah dan falsafah yang pertama-tama pula, di sana

terhimpun ulama dan sarjana terkemuka, didatangi oleh para mahasiswa Islam,

beroleh kesempatan untuk belajar, memperluas ilmu pengetahuan, kesusateraan,

ilmu kedokteran dan filsafat.

3
Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan
(Bandung: Mizan, 1994).
4
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989).

3
Bayt Al-Hikmah merupakan perpustakaan yang pertama sekali didirikan di

Dunia Islam untuk umum yang mempunyai kedudukan tinggi. Bahkan Bayt Al-

Hikmah merupakan lembaga pendidikan tinggi Islam yang pertama tempat

berkumpulnya ulama-ulama dan peneliti ilmiah, pelajar-pelajar dan mahasiswa-

mahasiswa, dengan demikian Bayt Al Hikmah merupakan “Pusat Ilmu

Pengetahuan” yang telah banyak menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi umat

Islam, terutama dalam bidang kedokteran, matematika, optika, geografika, fisika,

astronomi, sejarah dan filsafat. Lembaga ini menggabungkan perpustakaan,

sanggar sastera, lingkaran studi dan observatori, yang semuanya di bawah

pengawasan khalifah.5 Di lembaga ini terdapat sebuah perpustakaan yang sangat

lengkap, di dalamnya terdapat sebuah ruang baca yang amat baik dan tempat-

tempat tinggal bagi para penerjemah, di lembaga ini juga terdapat tempat-tempat

pertemuan para ilmuan untuk mengadakan diskusi-diskusi ilmiah dan juga tempat

untuk pengamatan bintang. Bayt al Hikmah di Baghdad dilengkapi dengan

observatorium. Ketika Al Ma’mun mendirikan alat peneropong bintang-bintang di

Baghdad, peneropong bintang itu berhubungan langsung dengan Bayt Al Hikmah,

segala hasil penyelidikan mereka dengan alat peneropong itu, dibukukan dan

dinamai Peneropong Al-Ma’muni. Singkatnya Bayt Al Hikmah pada masa Al

Ma’mun merupakan masa keemasannya, sehingga sampai ke puncak ketinggian

dan kemuliannya. Bahkan Bayt Al Hikmah itu satu-satunya lembaga pendidikan

tinggi yang mempunyai guru-guru besar luar biasa dan perputakaan umum yang

berharga, serta alat peneropong bintang yang tidak ada taranya pada zaman
5
Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam Sejarah Dan Peranannya Dalam
Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Terjemahan H. Afandi Dan Hasan Asari, Higher Learning in Islam
The Classical Period, A.D. 700-1300 (Jakarta: Logos Publishing House, 1994).

4
pertengahan itu. Secara umum dapat disebutkan bahwa Bayt Al Hikmah

merupakan lembaga pendidikan Islam yang berbasis perpustakaan dengan

mendapat dukungan dari istana atau pemerintah. Selain itu Bayt Al Hikmah juga

merupakan lembaga yang menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan filsafat

dan pusat penerjemahan karya-karya Yunani kuno.

Bayt Al-Hikmah tidak lagi termashur sesudah wafatnya Al-Ma’mun,

bahkan terus menerus mundur, terutama setelah tersebar madrasah-madrasah

Nizamiyah dan lahir ancaman keras dari ulama-ulama tradisional terhadap ilmu-

ilmu filsafat yang berpusat di Bayt Al-Hikmah.6 Peran penting Bayt Al-Hikmah

merosot setelah masa tekanan (pemberangusan) atas gerakan rasional Mu’tazilah.

Posisi tradisional yang diambil alih khalifah-khalifah setelah al-Mutawakkil

memperlemah dukungan intelektual Bayt Al-Hikmah, dan lembaga itu tidak

pernah lagi mencapai tingkat yang sama dalam hal keterbukaan dan kesungguhan

inelektual. Bayt Al-Hikmah terus berjalan sebagai bagian dari sebuah sekolah

istana sampai masa penghancuran oleh pasukan Mongol, tentara-tentara Hulagu

membakarnya bersamaan dengan pengrusakan kota Bagdad pada tahun 1258.

2. Para Patron dan Ilmuan yang Terlibat

Berkaitan dengan keberadaan dan kejayaan Bayt Al Hikmah sebagai

lembaga pendidikan Islam dan lembaga penerjemahan kitab-kitab asing ke dalam

bahasa Arab, ada tiga tokoh penting dari Khalifah Abbasiyah yang menjadi patron

bagi pendirian dan pengembangan Bayt Al-Hikmah, yaitu Khalifah al-Manshur,

Khalifah Harun al-Rasyid dan Anaknya Khalifah Al-Makmun. Khalifah al-

6
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam.

5
Manshur (753-774)7 merupakan tokoh penting dalam usaha penerjemahan

gelombang pertama, meskipun tidak ditemukan adanya catatan tentang nama Bayt

Al-Hikmah pada masa pemerintahan al-Manshur. Pada masa pemerintahan

Khalifah Harun al-Rasyid usaha-usaha penerjemahan mengalami kemajuan dan

peningkatan pesat. Khalifah Harun al-Rasyid merupakan tokoh yang pertama kali

menggagas berdirinya Bayt Al-Hikmah, yang pada masa komandonya dinamai

dengan Khizanat al-Hikmah. Di antara penerjemah yang termashur pada

perpustakaan yang dibangun oleh Harun al-Rasyid adalah Abu Sahl Al Fadhl Ibnu

Nawbacht yang banyak menerjemahkan buku-buku dari bahasa Persia ke dalam

bahasa Arab. Harun Al Rasyid juga memerintahkan kepada Juhana Ibnu

Masawaih untuk menerjemah-kan buku-buku lama yang ditemukan di Ankara,

‘Ammurijah dan negeri-negeri Rumawi yang lain setelah negeri-negeri itu

ditaklukkan oleh kaum Muslimin.8 Pada mulanya mereka hanya menerjemahkan

ilmu filsafat, kemudian dilanjutkan dengan beberapa ilmu pengetahuan non Islam

atau umum.

Setelah tampuk kekuasaan berada di tangan Khalifah Al-Ma’mun, maka

Al-Ma’mun meneruskan usaha-usaha yang telah dirintis oleh ayahnya bahkan

beliau memperbesar usaha tersebut dengan membangun atau setidaknya

merenovasi Bayt al Hikmah yang sebelumnya (pada masa Harun al-Rasyid)

disebut Khizanat al-Hikma. Oleh Al-Ma’mun lembaga ini dijadikan sebagai basis

pengumpulan manuskrip-manuskrip Yunani dan pusat penerjemahan buku-buku

ilmiah dari Yunani. Untuk menyediakan dan melengkapi perpustakaan, al-


7
Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan.
8
Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab, Terjemahan Usuludin Hutagalung Dan O.
Sihombing, Dari Judul Aslinya The Arab, A Short History (Yogyakarta: Pustaka Iqra, 2001).

6
Makmun mengirim utusan ke Bizantium untuk memperoleh naskah-naskah lama

yaitu karya-karya masa Hellenisme yang kemudian diterjemahkan oleh

sekelompok ilmuan seperti Juhana Ibn Masawaih yang telah mengabdi kepada al-

Manshur dan al Rasyid, penerjemah lainnya adalah al Hijjaj Ibn Mathar dan

Yahya Ibn al-Bithriq. Al-Ma’mun mengangkat Sahl Ibnu Harun menjadi

sekretaris dari khizanah kitab-kitab Bayt al Hikmah, yaitu kitab-kitab filsafat yang

dipindahkan atas permintaan Al-Ma’mun dari khizanah kitab-kitab di pulau

Siprus. Khalifah Al-Ma’mun sesudah mengadakan perdamaian dengan penguasa

pulau Siprus itu, meminta kepadanya agar mengirimkan khizanah kitab-kitab

Yunani, yang disimpan dalam suatu rumah, dan seorangpun tidak dibolehkan

melihatnya. Pada awalnya penguasa Siprus menolak permintaan Al-Ma’mun, tapi

setelah melakukan musyawarah dengan para penasehatnya, atas saran dari seorang

Uskup Agung, penguasa Siprus mengabulkan permintaan Al-Ma’mun dan

mengirimkan buku-buku tersebut kepada Al-Ma’mun, dan tentu saja Al-Ma’mun

menerimanya dengan amat gembira.

Ada juga buku-buku yang didatangkan dari Konstantinopel untuk

Khizanah Bayt al Hikmah, hal ini terjadi ketika Al-Ma’mun berhasil mengalahkan

Kaisar Romawi, maka diminta kepada Kaisar Romawi untuk mengirimkan buku-

buku karya lama yang disimpan di negeri Romawi kepada Al-Ma’mun, meskipun

awalnya Kaisar enggan mengabulkan permintaan ini, tapi akhirnya mau juga

mengabulkannya. Maka Al-Ma’mun mengirim utusan yang terdiri dari Hajjaj

Ibnu Mathar, Ibnul Bithriq dan Salam pimpinan Bayt al Hikmah ke

Konstantinopel untuk memilih buku-buku berharga, lalu dibawa ke Baghdad

7
untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Al-Ma’mun juga mendatangkan

Hunayn Ibnu Ishaq yang waktu itu masih muda remaja, dan disuruhnya menyalin

kitab-kitab yang ditulis oleh orang pintar Yunani ke dalam bahasa Arab serta

memperbaiki terjemahan-terjemahan yang terdahulu. Itulah sebagian buku-buku

Yunani yang didatangkan Al-Ma’mun ke Bayt al Hikmah, buku-buku itu diatur

menurut bidangnya masing-masing. Untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa

Arab, dipilihlah orang yang mahir pada bidang tersebut, di samping mereka juga

harus menguasai bahasa Yunani dan bahasa Arab. Para penerjemah generasi

pertama kebanyakan berasal dari keluarga Barmak dari Khurasan, orang-orang

Zoroaster dari daerah-daerah Persia yang lain, dan para Kristen Nestoris dari

Syiria yang mengabdi pada kebutuhan intelektual Islam tanpa meninggalkan

keyakinan Kristennya. Di antara penerjemah yang banyak terlibat dalam kegiatan

penerjemahan pada masa itu antara lain adalah Salam, Juhana Ibnu Masawaih,

Hunayn Ibnu Ishaq, Ishaq Ibnu Hunayn, Muhammad Ibnu Musa al Khawarazmi,

Shal Ibnu Harun, Tsabit Ibnu Qurrah dan Umar Ibnul Farrakhan. Jika dilihat dari

para ilmuan yang terlibat dalam kegiatan di Bayt Al Hikmah dapat disebutkan

bahwa lembaga ini telah melibatkan ilmuan dari berbagai latar belakang yang

berbeda, baik itu dari segi, ras, bangsa, atau bahkan agamanya, dan karenanya

lembaga ini ada yang menyebutnya sebagai lembaga pendidikan yang

multikulturalisme.

Bayt Al-Hikmah masa Al-Ma’mun merupakan suatu masa yang amat

gemilang. Sesudah Al Ma’mun tidak ada lagi khalifah-khalifah yang

mencurahkan perhatiannya kepada Bayt Al-Hikmah seperti Khalifah Al Ma’mun.

8
Kegiatan Bayt al Hikmah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Al Ma’mun,

beliau amat cinta kepada ilmu pengetahuan, kebudayaan dan sastera, karenanya

ditumpahkannyalah perhatiannya kepada Bayt Al Hikmah, dan hal ini membawa

perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan, kebudayaan dan satera di

kalangan kaum Muslimin. Ilmu pengetahuan asing dimasukkan, untuk kemudian

dikuasai dan dimiliki oleh umat Islam.9

3. Kegiatan-Kegiatan di Bayt Al-Hikmah

Sebagai lembaga pendidikan, Bayt al Hikmah memiliki berbagai kegiatan,

meskipun secara umum Bayt al Hikmah didominasi oleh kegiatan perpustakaan

dan penerjemahan. Dalam rangka mensukseskan kegiatan penerjemahan di Bayt

al Hikmah, Al-Ma’mun memberikan tugas penerjemahan kepada Yahya Ibn Abi

Mansur dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lain, seperti Qustha Ibn Luqa, Hunayn Ibn

Ishaq, dan Tsabit Ibn Qurra (w. 901 M). Aktivitas penerjemahan pertama dimulai

dari buku berbahasa Suriah, yaitu sejumlah buku karya Yunani yang sudah

diterjemahkan ke dalam bahasa Suriah. Setelah itu baru dilakukan penerjemahan

karya-karya tulis dari bahasa Yunani langsung ke bahasa Arab, terutama dalam

bidang ilmu kedokteran dan ilmu astronomi yang diperlukan untuk mengetahui

arah Ka’bah, kiblat bagi umat Islam dalam melaksanakan sholat. Selanjutnya

perhatian penerjemahan merambat ke bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya, di

antara ilmu-ilmu yang mendapat perhatian untuk diterjemahkan adalah ilmu

fisika, meteorologi, mineralogi, botani, astronomi, dan ilmu bumi. Tahap pertama

yang diterjemahkan adalah karya-karya bidang kedokteran dan filsafat, sesudah

itu karya-karya dalam bidang ilmu matematika, astrologi, dan ilmu bumi. Prestasi
9
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003).

9
lain yang menonjol dari Bayt al Hikmah adalah keberhasilan lembaga ini

menemukan susunan peta bumi.10

Di Bayt Al-Hikmah, Hunayn meskipun ia seorang cendikawan Kristen

namun ia memiliki andil besar bagi kebangkitan sains Islam dengan melakukan

penerjemahan karya-karya Plato, Aristoteles, Galen, Appolonius, dan Archimedes

yang mencakup filsafat dan berbagai bidang pengetahuan lain. Sementara itu

Qustha Ibn Luqa (w.awal abad ke-4/10) selain melakukan penerjemahan, juga

melakukan revisi atas terjemahan-terjemahan yang lebih tua. Penerjemah paling

ternama di Bayt Al-Hikmah adalah seorang Nestoris, Hunayn Ibn Ishaq (w. 873

M), yang fasih dalam bahasa Yunani dan Syiria. Al-Ma’mun membayar Hunayn

dengan emas seberat lembaran-lembaran yang ia terjemahkan ke dalam bahasa

Arab. Di bawah kepemimpinan Hunayn, sistem penerjemahan literal kata per-kata

berkembang menjadi pendekatan konstekstual dengan hasil yang lebih mudah

dibaca dan dipahami. Proses penerjemahan yang ditempuh biasanya mencakup

dua langkah. Hunayn menerjemahkan manuskrip Yunani ke dalam bahasa Syria,

kemudian anaknya dan teman-temannya melakukan penerjemahan dari bahasa

Syria ke bahasa Arab. Jumlah karya Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa

Arab selama periode ini adalah luar biasa. Pada bagian akhir abad kesembilan,

hampir semua karya yang ditemukan dari museum-museum Helenistik telah

tersedia bagi ilmuan-ilmuan Muslim. Hunayn menerjemahkan hampir semua

karya Galen (lebih kurang 20.000 halaman), karya Aristoteles yang

diterjemahkannya antara lain; Categories, Physics, Magna Moralia, dan

Hermeneutics, di antara karya Plato yang diterjemahkan adalah; The Republic,


10
Ibid.

10
Timaeus, dan The Laws, karya Hippocrates, Aphorisms, karya Dioscorides,

Materia Medica, keempat karya astronomi Ptolemy, dan juga menerjemahkan

Perjanjian Lama. Sementara itu Ishaq Ibn Hunayn menerjemahkan karya

Aristoteles; Metaphysics; On the Soul; On the Generation and Corruption of

Animals, dan komentar-komentar Alexander Aphrodisias atas Aristoteles. Selain

itu Ishaq Ibn Hunayn menerjemahkan buku Pokok-pokok Ilmu Ukur karangan

Aqlidis (Euclide 306-283 SM), buku Bola karangan Arkhimidis (Archimedes 287-

212 SM), buku Sufisthus karangan Aflathun (Plato 430-347 SM) dan buku Al-

Maqulat karangan Aristhu (Aristoteles 384-322 SM).11 Di lain pihak Al Hajjaj

(786-833) seorang Neoplatonis pagan dari Harran, menerjemahkan karya

Ptolemy, Mathematike Syntaxis yang sampai sekarang dikenal dengan Al-Magest.

Al Hajjaj juga menerjemahkan Elements karya Euclid, Conics karya Appolonius,

Mechanics karya Hero, dan Pneumatics karya Phylos.

Selain sebagai pusat penerjemahan, Bayt Al-Hikmah juga memiliki

kegiatan lain seperti yang dilakukan oleh Al Kindi (w. 260/873) dengan

mendirikan sekolah berbahasa Arab yang mengajarkan filsafat peripatetik yang

kemudian dikembangkan oleh al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd. Di tempat ini

juga, al-Khwarazmi (w.249/863) tidak hanya memberi sumbangan bagi filsafat,

teologi, dan matematika, tetapi juga melakukan kegiatan penelitian di

laboratorium perbintangan.

Satu hal lagi yang penting diingat sebagai kegiatan yang dilaksanakan di

Bayt Al-Hikmah adalah berbagai kegiatan pendidikan agama khususnya yang

berkaitan dengan kegiatan Al-Ma’mun mendukung dan menyebarkan aliran


11
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam.

11
teologi mu’tazilah,12 bahkan ada seorang penulis yang menyebutkan bahwa Bayt

Al Hikmah berfungsi sebagai pusat pengkajian dan penyebaran teologi Mu’tazilah.

Pernyatan ini dapat dibenarkan sebab pada masa pemerintahan al-Ma’mun paham

Mu’tazilah dijadikan sebagai paham negara, ia mewajibkan seluruh penduduk

untuk mengikuti paham ini, dan bagi yang tidak mau menaati maka akan

dihukum.

4. Pengaruh Bayt Al-Hikmah Terhadap Dunia Islam

Dengan usaha Al-Ma’mun mendirikan Bayt Al-Hikmah dan

menjadikannya sebagai pusat pernerjemahan kitab-kitab dari peradaban ilmiah

terdahulu, Baghdad menjadi pusat paling besar dalam bidang ilmu pengetahuan,

filsafat, ilmu kesusasteraan dan syari’at Islam di seluruh kerajaan Islam. 13 Melalui

lembaga ini umat Islam pada masa itu telah memperoleh tambahan bekal dan ilmu

pengetahuan, karena di Bayt Al-Hikmah ini telah dapat dipelihara demi

kepentingan umat Islam sejumlah besar dari peninggalan intelektual bangsa

Yunani yang hampir lenyap. Dengan hidupnya kembali karya-karya ilmiah dari

bangsa Yunani Kuno, melalui kegiatan penerjemahan di Bayt Al Hikmah,

setidaknya ada tiga pengaruh yang ditimbulkannya, baik itu terhadap dunia Islam

maupun terhadap dunia luar Islam, yaitu pengaruh terhadap kurikulum pendidikan

Islam, pengaruhnya terhadap perkembangan sains dan ilmu pengetahuan dalam

Islam serta pengaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu

penegetahuan di Barat.

12
Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan.
13
Azra, Ensiklopedi Islam.

12
Terhadap materi pendidikan Islam, keberadaan dan kegiatan penerjemahan

di Bayt Al-Hikmah memberi pengaruh terhadap ilmu-ilmu yang dipelajari, hal ini

dikarenakan sejak periode awal penerjemahan, pendidikan tinggi dalam Islam

memiliki potensi untuk mengembangkan kurikulum yang beraneka ragam,

mencakup seluruh area pengetahuan yang dikenal di dunia Helenistik. Hanya saja

Islam tidak menawarkan keluasan cakupan ini dalam satu lembaga, melainkan

umat Islam membentuk sistem dua jalur; yang satu terpusat pada ilmu-ilmu

keagamaan dan terdapat pada lembaga-lembaga formal, dan yang lainnya

menekankan apa yang disebut sebagai ilmu-ilmu asing; yakni filsafat dan sains

Yunani; kedoketran, astronomi, filsafat, dan lainnya yang berkembang di

lembaga-lembaga non formal.

Sebagai akibat lanjutan dari kegiatan penerjemahan di Bayt Al Hikmah dan

adanya pembelajaran filsafat dan sains Yunani pada lembaga pendidikan Islam,

maka timbul pula pengaruh terhadap perkembangan pengetahuan umum terutama

di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah. Hal ini terjadi sebab

warisan kaya dari kegiatan intelektual Yunani yang kemudian dipadukan dengan

pengetahuan Timur di bidang sains, astronomi, dan sastera, membentuk dasar

yang kuat bagi pengembangan kajian-kajian orisinal di semua bidang

pengetahuan. Atau dapat dikatakan bahwa kontak dengan karya-karya intelektual

Yunani kuno tersebut membawa masa yang gilang-gemilang bagi umat Islam.

Cendikiawan-cendikiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan

filsafat yang mereka pelajari dari karya-karya Yunani, tetapi juga menambahkan

hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan ke dalam lapangan ilmu

13
pengetahuan dan hasil pemikiran mereka ke dalam lapangan filsafat. Maka

timbullah ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filosof-filosof Islam, mereka ini

sebagaimana halnya fislosof-filosof Yunani, bukan hanya mempunyai sifat

filosof, tetapi juga sifat ahli ilmu pengetahuan.

Dalam lapangan ilmu pengetahuan terkenal nama Al-Fargani (w.1234 M),

yang terkenal di Eropah dengan nama Al-Fragnus, mengarang ringkasan tentang

ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona

dan Johannes Hispalensis. Dalam optika dikenal Abu Ali al-Hasan Ibnu al-

Haytham (965-1039 M) yang namanya di Eropa dikenal dengan Alhazen, ilmuan

ini terkenal sebagai seorang yang menentang pendapat bahwa mata yang

mengirim cahaya kepada benda yang dilihat, teorinya menyatakan bahwa

bendalah yang mengirim cahaya ke mata dan karena menerima cahaya itu mata

melihat benda yang bersangkutan. Dalam ilmu kimia ada Abu Bakar Zakaria al-

Razi (w.925 M) mengarang buku besar tentang al-kimia yang baru dijumpai

kembali di abad XX. Di bidang ilmu fisika Abu Raihan al-Biruni (w. 1048)

sebelum Galileo telah mengemukakan teori tentang bumi berputar sekitar poros

(asnya). Dalam bidang geografi Abu Hasan Ali Al-Mas’ud adalah seorang

pengembara yang mengadakan kunjungan ke berbagai dunia Islam di abad X dan

menerangkan dalam bukunya Maruj Al-Zahab tentang geografia, agama, dan adat

istiadat dari daerah-daerah yang dikunjungi-nya. Pengaruh penerjemahan di Bayt

Al-Hikmah cukup besar dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat, sebab Hunayn

Ibnu Ishaq sebagai pemimpin proyek penerjemahan di Bayt Al-Hikmah,

sesungguh-nya adalah seorang dokter. Dalam ilmu kedokteran Abu Bakar Zakaria

14
Al-Razi yang di Eropa dikenal dengan nama Rhazes, mengarang buku tentang

penyakit cacar dan campak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Inggris,

dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Selain itu ada juga Ibnu Sina (w. 1037) selain

seorang filosof juga dokter yang mengarang satu ensiklopedia dalam ilmu

kedokteran yang terkenal dengan nama Al-Qanun Fi al-Tib. Dalam lapangan

filsafat nama-nama seperti Al-Kindi (w. 873), Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu

Rusyd (w. 1198 M) juga terkenal. Al Farabi (w. 961 M) mengarang buku-buku

filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi tentang filsafat Aristoteles.

Ibnu Sina juga banyak mengarang dan yang terkenal adalah Al-Syifa’, suatu

ensiklopedia tentang fisika, metafisika dan matematika yang terdiri dari 18 jilid.

Bagi Eropa Ibnu Sina dengan tafsiran yang dikarangnya tentang filsafat

Aristoteles lebih dikenal daripada Al-Farabi, tetapi Ibnu Rusydlah yang lebih

banyak berpengaruh di Eropa dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat

aliran yang disebut Averroisme.14 Di bidang matematika lahir pula ahlinya seperti

Muhammad ibnu Musa al-Khawarizmi, yang menulis buku-buku mengenai ilmu

hitung, dam al jabar dalam bukunya Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (kalkulasi

integral dan persamaan), buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Latin dan

digunakan sebagai buku pegangan di beberapa universitas di Eropa sekaligus

merupakan karya yang memperkenalkan aljabar ke Eropa. Ahli matematika

terkemuka lainnya adalah Ghiyat al-Din al-Kasyani dengan bukunya terkenal

berjudul al-Risalat al-Muhitiyyah, kemudian ada juga nama Umar ibnu Ibrahim

al- Khayam (1123 M) selain seorang sasterawan ia juga ahli matematika yang

dalam karyanya menjelaskan tentang pemecahan geometri dan aljabar, tentang


14
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1. (Jakarta: UI Press, 1985).

15
persamaan tingkat kedua serta klasifikasi persamaan, dan karya ini banyak dikutip

oleh ilmuan Barat.

Akibat dari penerjemahan di Bayt Al-Hikmah, maka kebudayaan Yunani

muncul kembali, terjadilah perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan

peradaban yang menyebabkan Islam mencapai zaman Renaisans yaitu mulai tahun

900 sampai 1100 M15 hal inilah yang mendorong dan menyebabkan pengaruh luar

biasa pada kemajuan dan kebangkitan peradaban Eropa yang mulai terjadi pada

abad ke 12 M.16

Keberadaan Bayt al-Hikmah dengan kegiatan penerjemahannya juga

berpengaruh terhadap munculnya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keagamaan

dalam Islam. Dalam lapangan ilmu hadis terjadi pembukuan hadis terkenallah

nama Muslim dan Bukhari (abad IX), dalam lapangan fiqh atau hukum Islam

nama-nama Malik Ibn Anas, Syafi’i, Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hambal cukup

dikenal (abad VIII dan IX), dalam bidang tafsir, At-Tabari (839-923), dalam

lapangan sejarah Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’d (abad IX), dalam lapangan

ilmu kalam dikenal nama Abu al-Hasan Al Asyari dan al-Maturidi, di dunia

tasawuf lahirlah tokoh-tokoh seperti Zunun al-Misri, Abu Yazid Bustami, Husain

Ibn Mansur Al-Hallaj, sedangkan di lapangan sastra terkenal pula Abu al-Farraj

Al-Isfahani. Dalam bidang arsitek dan seni juga melahirkan gedung-gedung,

mesjid-mesjid dan lukisan-lukisan yang indah.

15
Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan.
16
Azra, Ensiklopedi Islam.

16
C. KESIMPULAN

Bayt Al-Hikmah adalah gedung ilmu pengetahuan yang telah dibangun

dalam zaman Bani Abbasiah oleh Harun al-Rasyid (170-193H/786-809) dalam

bentuk perpustakaan yang masih sederhana. Untuk mengekalkan prestasi dan

meningkatkan perkembangan intelektual, kemudian pembangunan dan

perluasannya dilakukan oleh khalifah al-Makmun Ibn Harun al-Rasyid (198-

218H/813-833 M), yang seterusnya mencapai puncak keagungannya dalam zaman

ini. Bayt Al-Hikmah menjadi tempat golongan intelek Islam menimba ilmu.

Merupakan perpustakaan pertama sekali di dunia Islam didirikan untuk umum

yang mempunyai kedudukan tinggi. Bayt Al-Hikmah dianggap tempat

berkumpulnya para ulama, penyelidik dan pelajar Islam. Merupakan pusat ilmu

pengetahuan bagi para penuntut ilmu terutama dalam bidang ilmu kedokteran,

filsafah, dan astronomi. Menariknya lagi perpustakaan ini sudah mempunyai

system adminstrasi yang cakap. Buku-bukunya disusun berdasarkan koleksi

bahasanya; seperti koleksi bahasa Arab, Parsi, Yunani, Suryani, Latin, Hindi,

Qibti dan sebagainya. Kemudian dalam golongan bahasa itu dibagikan pula

kepada bidang-bidang ilmu seperti ilmu falsafah, perobatan, matematik, ilmu

pertanian, ilmu hayat, kimia, akhlak, mantiq, falak, dan astronomi.

Bayt Al-Hikmah ini juga menjadi pusat penerjemahan karya-karya

peninggalan peradaban Yunani. Faktor agama dan bangsa tidak mengikat

pergerakannya. Misalnya Yuhanna Ibn Musawaih, ketua Bayt Al-Hikmah yang

dilantik oleh khalifah, adalah seorang kristian dan berbangsa Suryani. Seorang

17
lagi penerjemah, Abu Sahl al Fadl, pula adalah seorang berbangsa Parsi. Begitu

juga dengan Hunayn Ibnu Ishaq juga adalah seorang cendikawan Kristen namun

ia memiliki andil besar bagi kebangkitan sains Islam. Tugas pegawai

perpustakaan ketika itu disamping menterjemah, bertanggungjawab juga

mengurus penyusunan katalog buku-buku yang telah dijilid, penggunaannya,

pinjaman dan pemulangannya.

Selain sebagai pusat kegiatan penerjemahan buku-buku karya peradaban

Yunani, di Bayt Al-Hikmah juga dilaksanakan berbagai kegiatan pendidikan

agama khususnya yang berkaitan dengan kegiatan Al-Ma’mun mendukung dan

menyebarkan aliran teologi mu’tazilah.

Bayt Al-Hikmah dengan kegiatan penerjemahannya telah memberi andil

besar terhadap muncul dan berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia Islam,

terutama di bidang kedokteran, astronomi, dan filsafat, sekaligus mengantarkan

umat Islam dan peradabannya pada masa keemasan untuk selanjutnya

berpengaruh pula bagi kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban Barat

(Eropa).

18
Daftar Pustaka

Asari, Hasan. Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-

Lembaga Pendidikan. Bandung: Mizan, 1994.

Azra, Azyumardi. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003.

Fahmi, Asma Hasan. Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Terjemahan

Ibrahim Husein Dari Judul Aslinya, Mabaadiut Tarbiyyatil Islaamiyah.

Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Hitti, Philip K. Sejarah Ringkas Dunia Arab, Terjemahan Usuludin Hutagalung

Dan O. Sihombing, Dari Judul Aslinya The Arab, A Short History.

Yogyakarta: Pustaka Iqra, 2001.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jilid 1. Jakarta: UI

Press, 1985.

Stanton, Charles Michael. Pendidikan Tinggi Dalam Islam Sejarah Dan

Peranannya Dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Terjemahan H. Afandi

Dan Hasan Asari, Higher Learning in Islam The Classical Period, A.D. 700-

1300. Jakarta: Logos Publishing House, 1994.

Syalabi, Ahmad. Sejarah Pendidikan Islam Terjemahan Muchtar Yahya Dari

Judul Aslinya Tarichut Tarbiyah Al-Islamiyah. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung, 1989.

19

Anda mungkin juga menyukai