Anda di halaman 1dari 9

makalah Madrasah Nizhamiyah

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Menurut ajaran Islam, manusia adala ciptaan Allah yang paling sempurna dan lebih di
muliakan dari makhluq lainya, kelebihan manusia ialah mempunyai akal dan daya kehidupan yg
dapat membentuk peradaban dan selalu mendambakan kesempurnaan baik lahir maupun batin
Begitu juga dalam aspek pendidikan, manusia dituntut untuk belajar kepada siapa saja,
apa saja untuk menemukan cara bertindak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan  lahir maupun
batin (religion).
Dari aspek pendidikan kita dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan  dalm
pengajaran, dimulai dari kegiatan Rasulullah dalam pembelajaran yang biasa disebut Ta’lim
untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada sahabatnya dengan membentuk tempat belajar
yang disebut Dar al Arqam.[1]
Usaha pendidikan ini terus berkembang oleh generasi berikutnya, Salah satu jenis
lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV hijriah adalah madrasah Nizhamiyah
yg merupakan sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-459 H/ 1065-1067 M (abad
IV) oleh Nizam Al-Mulk dari dinasti Saljuk. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa Madrasah
Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan islam yang
berbentuk lembaga pendidikan.[2]
Madrasah sudah menjadi fenomena yang menonjol sejak awal abaad ke-11-12 M (abad 5
H),termsuk pendirian madrasah nizamiyah oleh Nizm al Mulk walaupun bukan berarti ia orang
pertama yang mendirikan madrasah, tetapi ia berjasa dalam mempopulerkan pendidikan
madrasah bersamaan dengan reputasinya sebagai wazir. Di samping itu lembaga madrasah ini
dianggap sebagai prototype awal pembangunan lembaga pendidikan tinggi setelahnya. Inilah yg
menjadi objek kajian pada makalahini yaitu Madrasah Nizhamiyah dan sistem pendidikannya.
BAB II
SEJARAH PENDIRIAN MADRASAH NIZHAMIYAH
A.    Sejarah berdirinya madrasah Nizhamiyah
Kata madrasah sendiri merupakan isim makan dari kata darasa yang berarti belajar.
Jadi madrasah berarti tempat belajar siswa atau mahasiswa.[3] Dalam sjarah pendidikan Islam
makna madrasah tersebut memegang peranan penting sebagai Institusi belajar umat Islam selama
pertumbuhan dan perkembangannya.
Penjelmaan istilah madrasah sendiri secara definitif baru muncul pada abad Ke-11,
penjelmaan istilah “madrasah” merupakan Tranformasi dari masjid ke madrasah ada beberapa
teori yg berkembang seputar proses transformasi tersebut antaralain: Georgi Makdisi(1981)
menjelaskan bahwa madrasah merupakan transformasi institusi pendidikan dari masjid ke
madrasah secara tidak langsung melalui tiga tahab; pertama:tahab masjid, Kedua:tahab masjid-
khan, ketiga: tahab madrasah. Sedang menurut Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa transformasi
masjid ke madrasah terjadi secara langsung, karna disebabkan oleh konsekuensi logis dari
semakin ramainya kegiatan yg dilaksanakan di masjid yg tidak hanya kegiatan ibadah mahdhah
namun juga pendidikan, politik dan sebagainya.[4]
Terkait dengan sejarah munculnya madrasah pertama sekali, para pemerhati sejarah
terjadi perbedaan pendapat, menurut Ali  al Jumbulati (1994) mengatakan sebelum abad ke-10
telah berdiriMadrasah al baihaqiah di kota Nisabur, yg didirikan oleh Abu Hasan al-Baihaqi
(w.414H). menurut syalabi (dalam Mehdi,2003) bahwa Nizham Al Muluk adalah orang yang
sangat berjasa kepada para sarjana syafiiyah dan para Teolog Asy’ariyah untuk mengembalikan
mereka ke Nisyapur untuk melanjutkan karir Ilmiahnya yg sebelumnya mengasingkan diri ke
Hijaz.
Pada pembahasan makalah ini akan menitik beratkan pada studi madrasah Nizhamiyah
yang dianggap oleh kalangan sejarah sebagai madrasah pertama yang berdiri dalam artian bahwa
madrasah Nizhamiyah merupak Pondasi sekaligus Prototype dari kelanjutan pendidikan Islam
saat ini. Madrasah Nizhamiyah seperti disebut di awal didirikan oleh Nizham Al Muluk dgn
nama aslinya adalahAbu Ali al Hasan bin Ali binIshaq at Tusi, seorang perdana menteri Dinasti
salajikah pada masa sultan Alp-Arslan dan Sultan maliksyah pada abad ke 5 / abad ke 11 M, dan
diresmikan pada tahun 459 H/1067 M.[5]
B.     Latar belakang berdirinya Madrasah Nizhamiyah
Adapun latar belakang berdirinya Madrasah Nizhamiyah yang paling mendasar dalam
beberapa literatur sejarah peradaban Islam adalah adanya perseteruan antara kelompok sunni
Dinasti Saljuk dengan kelompok Syiah Dinasti fatimiyah di Mesir, Dinasti Saljuq berkeyakinan
bahwa Ideologi harus dilawan dengan Ideologi, karenanya Institusi Madrasah merupakan  alat
atau senjata untuk melawan Syiah dengan menanamkan doktrin2 sunni.[6]
Menurut Mahmud Yunus, di antara motivasi pendirian banyak madrasah di masa
pengaruh Turki (Saljuk) adalah untuk mengambil hati rakyat, mengharap pahala dan ampunan
dari Allah, memelihara kehidupan anak-anaknya dikemudian hari, memperkuat aliran
keagamaan bagi sultan atau pembesar. Motif-motif ini, terutama motif politik dan motif doktrin
keagamaan tampak dominan pada Madrasah Nizamiyah. Keterangan yang mendukung hal
tersebut adalah sebagai beriku:Diakui bahwa penaklukan Bani Saljuk terhadap Dinasti Buwaihi
di Irak dan masuknya mereka ke kota Baghdad pada tanggal 25 Muharram 447H, merupakan
kemenangan Ahlussunnah terhadap Syi'ah. Penguasa Saljuk-mereka merupakan pengikut fanatik
Sunni-menginginkan akidah mereka tertanam kuat dan terkikisnya paham-paham Syi'ah. Hal itu
akan dapat terealisasikan dengan jalan penyebaran ilmu, untuk itu mereka mendirikan madrasah.
[7]
C.    Sistem pendidikan Madrasah Nizhamiyah
Berikut secara sederhana akan dibahas komponen-komponen pendidikan yang terdapat
pada Madrasah Nizhamiyah yang dianggap sebagai model bagi system pendidikan modern:
1.       Tujuan Pendidikan Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Menurut Abdul Majid Abdul Futuh dalam buku karya (Abuddin Nata, 2004: 65): tujuan
pokok pendidikan Madrasah Nizhamiyah: Pertama, mengkader calon-calon ulama yang
menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran
Syi’ah; kedua, menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab Sunni dan
menyebarkannya ketempat lain; ketiga, membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi
dalam menjalankan pemerintah, memimpin kantornya, khususnya dibidang peradilan dan
manajemen.[8]    
2.       Kurikulum dan Metode Pengajaran Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Mahmud Yunus mengatakan bahwa kurikulum Madrasah Nizhamiyah tidak diketahui
dengan jelas. Namun dapat disimpulkan bahwa materi-materi ilmu syari’ah diajarkan disini
sedangkan ilmu hikmah (filsafat) tidak diajarkan. Fakta-fakta yang mendukung pernyataan ini
adalah: pertama, tidak ada seorangpun diantara ahli sejarah yang mengatakan bahwa diantara
materi pelajaran terdapat ilmu-ilmu umum. Kedua, guru-guru yang mengajar di Madrasah
Nizhamiyah merupakan ulama-ulama Syari’ah. Ketiga, pendiri Madrasah ini bukanlah pembela
filsafat. Keempat, zaman berdirinya Madrasah ini merupakan zaman penindasan ilmu filsafat dan
para filosof.
Dengan terfokusnya pengajaran di Madrasah Nizhamiyah kepada ilmu-ilmu syariah,
tentulah ilmu fiqh mendapat perioritas utama. Pembahasan fiqh yang menyangkut hampir semua
masalah-masalah kemasyarakatan, memang tepat sebagai bekal untuk calon-calon birokrat atau
pemimpin masyarakat kala  itu. Pengajaran fiqh yang bertumpu kepada pemahaman sumber-
sumber yang berbahasa Arab, maka penguasaan bahasa Arab berikut ilmu pendukungnya sangat
ditekankan.
Dari keterangan lain disebutkan bahwa pelajaran di Madrasah Nizhamiyah berpusat pada
Al-Quran (membaca, menghafal dan menulis), sastra Arab, sejarah Nabi Muhammad SAW dan
berhitung dengan menitikberatkan pada mazhab Syafi’I dan system teologi Asy’ ariyah.[9]
3.       Tenaga Pengajar dan Pelajar Madrasah Nizhamiyah Baghdad
Madrasah Nizhamiyah merupakan lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan
pendidikan tingkat tinggi pula. Oleh karena itu, pemilihan guru-guru yang mengajar di Madrasah
ini sangat selektif. Ulama-ulama terkemuka pada waktu itu dan guru-guru besar yang masyhur
dan mempunyai kompetensi di bidangnyalah yang dipilih untuk mengajar. Status guru-guru
tersebut ditetapkan dengan pengangkatan oleh khalifah dan bertugas dalam masa tertentu.
Menurut Mahmud Yunus dalam buku karya (Samsul Nizar, 2007: 164), guru-guru yang
memberikan pelajaran di Madrasah Nizhamiyah antara lain yaitu:
1.       Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi, seorang faqih Baghdad
2.       Syekh Abu Nasr as-Sabbagh
3.       Abu Abdullah at-Tabari
4.       Abu Muhammad asy-Syirazi
5.       Abu Qasim al-Alawi
6.       at-Tibrizi
7.       al-Qazwini
8.       al-Fairuzabadi
9.       Imam al-Haramain Abdul Ma’ali al-Juwaini
10.     Imam al-Ghazali[10]
Nizam Al-Mulk juga menyediakan beasiswa untuk mahasiswa dan memberi mereka
fasilitas asrama. Mereka yang tinggal di asrama diberi belanja secukupnya. Ia memberi bantuan
untuk semua pelajar tanpa mengharap kembali , dan seluruh biaya pendidikan disitu gratis.[11]
.                       Profil Dosen Nizamiyah, Abdul Ma’ali Al-Juwaini Sang ‘Cahaya Agama beliau sebagai
guru besar di Madrasah Nizaminah, tempat di mana Imam al-Ghazali pernah menimba ilmu. Ia
dijuluki Imam Haramain karena pernah tinggal di dua kota suci, Makkah dan Madinah.
Ulama ini bernama lengkap Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Al-
Juwanini An-Nisaburi. Dia dilahirkan di Bustanikan, Nisabur, pada 12 Pebruari 1058.
Pendidikan pertamanya didapatkan dari ayahnya yang bernama Syekh Abdullah, seorang
keturunan Arab berdarah bangsawan. Di samping itu, Al-Juwaini juga menimba ilmu di sekolah
agama yang berada di wilayah tempat tinggalnya..
Nama Al-Juwaini lambat laun dikenal di kalangan ulama dan pengajar ilmu agama di
Makkah serta Madinah. Ini lantaran ditunjang kemampuan penguasaan keilmuaannya yang
mumpuni. Hingga selanjutnya, namanya sampai ke telinga Perdana Menteri Nizam al-Mulk,
penguasa dan pendiri Madrasan Nizamiyah di Nisabur, tempat kelahirannya.
Secara pribadi, Nizam al-Mulk meminta kesediaan Al-Juwaini untuk kembali ke
negerinya dan menjadi tenaga pengajar di madrasah tadi. Permintaan ini pun disanggupi oleh Al-
Juwaini sebagai bentuk sumbangsihnya dalam memajukan pendidikan di negeri sendiri.
Madrasah Nizamiyah pun kian diperhitungkan di kalangan terpelajar Timur Tengah.
Terlebih ketika Imam al-Ghazali diketahui pernah menimba ilmu di sana dan tercatat merupakan
lulusan perguruan ini yang diasuh Juwaini.
Pemuka ulama ahlusunnah wal jamaah dan pengikut Imam Abu Hasan al-Asy’ari ini
juga disebut Abdul Ma’ali untuk menunjukkan keutamaannya sebagai ilmuwan, agamawan, dan
pemuka masyarakat. Diya ad-Din, yang berarti cahaya agama adalah gelar lain yang diberikan
kepada al-Juwaini karena kelebihannya dalam menerangi hati dan pikiran para pembela akidah
Islam, yang karenanya menangkis serangan para pengikut golongan sesat yang telah terjerumus
dalam kegelapan.
Al-Juwaini juga menonjol di kalangan ulama Asy’ariyah karena memiliki metode yang
khas dalam membela paham Sunni. Dia berpendapat, akidah yang benar adalah yang didasarkan
pada akal dan naql serta kombinasi antara keduanya.
Akal itu cahaya Allah yang sifatnya fitrawi sebagai tanad kecintaan Allah kepada kepada
manusia dan untuk menjadi media bagi ilmu pengetahuan. Sedangkan an-naql adalah semata-
mata perkara daya serap pendengaran yang wajib diyakini kebenarannya tanpa memerlukan
pembuktian akal atasnya. Karena pendiriannya tersebut, Al-Juwaini banyak disebut sebagai
generasi keempat dari pemuka dan ulama Asy’ariyah, sejajar dengan Al-Baghdadi dan Abu
Qasim Abdul Karim al-Qusyairi.
Pandangannya bahwa akal dan penalaran akan sanggup mengantar manusia kepada
keyakinan mantap membawanya pada pendirian bahwa penggunaan penalaran dalam soal agama
adalah wajib menurut syarak. Karena kekhasan metodenya itu pula maka ia tidak selalu
mengikuti pendapat para pendahulunya, sampai Imam Abu Hasan Asy’ari sekalipun.
Di samping sebagai pengajar dan ahli ilmu agama, Al-Juwaini adalah pula seorang
penulis yang produktif. Pandangan dan pendapatnya mengenai suatu persoalan agama kerap
diungkapkannya dalam bentuk karya tulis. Tercatat, sudah puluhan buku serta karya ilmiahnya
yang sudah dihasilkan meliputi beberapa cabang keilmuan.
Ulama ini meninggal dunia di Bustanikan pada tanggal 20 Agustus 1085. Sampai akhir
hayatnya, ia dikenal sebagai pakar ilmu fikih, ushul fikih, dan ilmu kalam. Kitab karyanya tetap
dipelajari hingga saat ini.
Kitab-kitab Karya Al Juwaini
Ushul fikih
* Al-Burhan fi Usul al-Fiqh (Argumentasi dalam Usul Fikih) * Al-Waraqat (Sehelai Kertas)
Fikih
* Nihayat al-Matlab fi Dirayat al-Mazhab (Rujukan yang Tuntas dalam Ilmu Mazhab)
Ilmu kalam
* Al-Kamil fi-Ikhtisar asy-Syamil (Kitab yang Sempurna dalam Ikhtisar yang Mencakup)
* Risalah fi Usul ad-Din (Risalah Tentang Dasar Agama)
* Nizamiyah fi al-Arkan al-Islamiyah (Sistematika Rukun-Rukun Islam).[12]

4.       Pendanaan dan Sarana Madrasah Nizhamiyah Baghdad


Sumber dana yang paling lazim bagi pembangunan Madrasah adalah lembaga wakaf,
sebuah cara tradisional dalam Islam untuk mendukung lembaga yang melayani kebutuhan
masyarakat umum (Abuddin Nata, 2004: 70).Dalam pembangunan Madrasah, Wazir Nizam Al-
Mulk menyediakan dana wakaf untuk membiayai mudarris, imam dan juga mahasiswa yang
menerima beasiswa dan fasilitas asrama. Dengan dana itu, ia mendirikan Madrasah-Madrasah
Nizhamiyah di hampir seluruh wilayah kekuasaan Bani Saljuk saat itu. mendirikan perpustakaan
dengan lebih kurang 6.000 jilid buku lengkap dengan katalognya, serta para pegawai dan sisitem
yang memudahkan dalam hal aktifitas peminjaman buku[13]
5. Pengaruh Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiayah telah banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat, baik
di bidang politik, ekonomi, maupun bidang sosial keagamaan.
Madrasah Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan
keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain:
1. Ajaran yang diberikan di Madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan
ajaran yang dianut oleh sebagian besar masyarakat pada saat itu.
2. Madrasah Nizhamiyah diajar oleh para ulama terkemuka
3. Madrasah ini memfokuskan pada pelajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada umumnya dalam rangka hidup dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran dan
keyakinan mereka.[14]
Kehadiran Madrasah Nizhamiyah telah memberi pengaruh yang besar pada masyarakat
baik bidang politik, ekonomi, maupun sosial keagamaan .Dalam bidang ekomomi, madrasah ini
telah menghasilkan lulusan yang siap menjadi pegawai pemerintah dibidang hukum dan
administrasi. Pada sosial keagamaan, madrasah yang memfokuskan pada ajaran fiqih, dianggap
sesuai dengan kebutuhan masyarakat umumnya.
Madrasah pada zaman Abbasiyah ini tampaknya ditangani langsung dan serius oleh
pemerintah. Melalui lembaga madrasah muncullah kecintaan dan gairah pada intelektual islam
terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai ilmu agama dan sains yang
mereka hasilkan.
mengingat gurunya adalah ulama besar yang termasyhur salah satunya adalah Abu
Hamid bin Muhammad al- Ghazali. Al- ghazali terkenal dengan asas mengajarnya, yaitu:
1. Memperhatikan tingkat daya berpikir anak
2. Men erangkan pelajaran dengan jelas
3. Mengajarkan dari konkrit ke abstrak
4. Mengajarkan ilmu pengetahuan secara berangsur-angsur.[15]

BAB III
APLIKASI MADRASAH NIZHAMIYAH TERHADAP
 SISTEM PENDIDIKAN SAAT INI

Ada beberapa hal yang dapat di ambil dari sejarah berdirinya Madrasah Nizhamiyah serta
perkembanganya, dan dapat di aplikasikan ke sistem pendidikan Islam dewasa ini antara lain:
1.      Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam di jadikan sebagai sarana atau wadah dalam
menghidupkan mazhab-mazhab;mazhab Sunni dan paham teologi Asy’ariyah.
2.      Madrsah sebagai Institusi pendidikan Islam juga di jadikan  sebagai tempat untuk pengembangan
Ilmu-Ilmu Islam antara lain Ilmu Fiqih,Al qur’an dan tafsir, Hadis, Ilmu hadis, nahwu ,sharaf,
bahasa arab dan kesusasteraan.
3.      Madrasah sebagai Institusi pendidikan Islam dijadikan sebagai panjang tangan untuk
memperhatikan kekuasaan dan pergumulan pemikiran keagamaan, sehingga banyak madrasah
nizhamiyah didirikan  diberbagai daerah; kota Balkh, nisabur, Isfahan Mosul,Basra, Tibristan dll
4.      Nizamul al mulk dalam mengelola pendidikan baik sebagai pencetus ide pertama berdirinya,
sekaligus sebagai bagian dari pemerintah saat itu, selalu menunjukkan kesungguhannya hal ini
tercermin dalam kesediaan menyisihkan waktunya untuk memantau secara langsung proses
pendidikan dengan mengadakan kunjungan kemadrasah madrasah Nizamiyyah diberbagai kota.
Bahkan Ia ikut terlibat dalam menyimak dan mendengarkan kuliah kuliah yang diberikan dan jga
ikut memberikan sumbangan pemikiran di depan para pelajar di madrasah tersebut.
5.      Madrasah Nizhamiyah sebagi institusi pendidikan Islam Mengajarkan Al Qur’an, membaca,
menghafal dan menulis ( sebagai pusat kurikulum) satra arab dan sejarah Nabi Saw dan
berhitung serta menitik beratkan pada mazhab syafii dan teologi Asy’ariyah. Tenaga pengajar
selalu berdiri didepan ruang kelas meenyajikan materi2 kuliah sementara pelajar mendengarkan
dengan khidmat sambil mencatat, selanjutnya diadakan dialog (antara murid dan guru) terkait
dengan materi2 yg dibahas.
6.      Status para pengajar ditentukan pengangkatanaya oleh pemerintah
7.      Keterlibatan pemerintah tidak hanya sebatas perhatiannya saja, namun juga telah menyediakan
alokasi dana yang cukup besar untuk keperluan fisik dan non fisik ( beasiswa bagi pelajar,
pensiun bagi pengajar).
8.      Dan yang terakhir adalah proses pendirian madrasah Nizhamiyah telah mendapat dukungan dari
berbagai pihak, pemerintah dan ulama dan masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa madrasah
Nizamiyyah merupakan kemauan dan keinginan bersama bukan sepihak. Disamping itu juga ia
bis dijadikan sebagai cermin dalam mencermati gambaran dan kondisi masyarakat saat itu.[16]

BAB IV
KESIMPULAN
Madrasah merupakan sebuah sistem pendidikan yang telah lama di gunakan dalam dunia
pendidikan Islam,  salah satunya adalah madrasah Nizhamiyah,yang dapat dijadikan sumber
rujukan umat Islam masa kini dalam membentuk sebuah sistem pendidikan yang unggul
dan  berkualitas.
Terlepas dari tujuan dan maksud tertentu yang menyertai pembentukan madrasah
Nizhamiyyah, diyakini atau tidak dan telah terbukti bahwaumat Islam pada zaman tersebut telah
mempunyai pemikiran kedepan, dengan membangun madrasah yang besar dan sangat
maju/modern di zamannya dan tentunya patut di apresiasi dengan meneruskan perjuangan di
bidang pendidikan Islam..wassalam

DAFTAR ISI

1.      BAB I PENDAHULUAN
a.       Latar belakang........................................................................ hal 1
2.      BAB II SEJARAH PENDIRIAN MADRASAH NIZHAMIYAH
a.       Sejarah berdirinya Madrasah Nizhamiyah............................. hal 2
b.      Latar belakang berdirinya Madrasah Nizhamiyah................. hal 3
c.       Sistem Pendidikan Madrasah Nizhamiyah............................ hal  3
c.a. Tujuan PendidikanMadrasah Nizhamiyah Bagdad........ hal  5
c.b. Kurikulum dan metode pengajaran................................ hal 6
c.c. Tenaga pengajar dan Pelajar Madrsah Nizhamiyah....... hal 7
c.d. Pengaruh Madrasah Nizhamiyah................................... hal 7
3.  BAB III APLIKASI MADRASAH NIZHAMIYAH
                    TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN SAAT INI...................hal 8-9
3.      BAB IV KESIMPULAN........................................................... hal 11
Tugas kelompok                                                                                              Dosen
Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam                                                  Bpk Taufiq Hilmi. MA

MADRASAH NIZHAMIYAH

Oleh :
1.
2.
3
4
5
6
7
8

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM(STAI)


DINIYAH PEKANBARU
TH 2013/2014

[1] Prof.Dr. Suwito dkk. Sejarah sosial pendidikan Islam, kencana , Jakarta 2008, hal10


[2] Azizaharkarna/ blog/suka2
[3] Prof.Dr.Suwitodkk Ibid hal214
[4] Ibid. Hal 214-215
[5] Ibid. Hal: 216
[6] Ibid. Hal: 218
[7] http/ blog/abduljamal/kisah..
[8] http/ nurhayanislalu.blogspot.com/2011/06
[9] .http/ azkiyatunnufus.blogspot.com/.../sejarah
[10] http/www.facbook.com/forumFKGS
[11] http/ nurhayanislalu.blogspot.com/2011/06/madrasah-nizamiyah.htm                    
[12] http/www.facbook.com/forumFKGS
[13] Prof.Dr.suwito .Ibid hal 38
[14] http://azwarammar.blogspot.com/2012/07/madrasah-nizhamiyah-dan-sejarah.html
[15] http://azwarammar.blogspot.com/2012/07/madrasah-nizhamiyah-dan-sejarah.html
[16] Prof.Dr. Suwito. Dkk hal218

Anda mungkin juga menyukai