KELOMPOK ( 7 ) KELAS B ACHMAD GHOZALI, ZAINUDDIN, RUMSIYAH, SRIADI a. Latar belakang kebangkitan ulama Nusantara Haramayn adalah sebutan dua kota Makkah dan Madinah, kedudukannya sangatistimewa dalam islam dan kehidupan kaum muslim. Haramayn adalah pusat intelektual DuniaMuslim, dimana ulama, sufi, filosof, penyair, pengusaha dan sejarawan Muslim bertemu dansaling menukar informasi. Inilah yang menyebabkan ulama dan penuntut ilmu baik itu yangmengajar maupun belajar disana pada umumnya mempunyai pandangan keagamaan lebihluas dibandingkan mereka yang berada di kota-kota Muslim lain.Pada abad ke-17, Tiga ulama yang menjadi mata rantai utama dari jaringan ulama diwilayah Melayu–Indonesia serta membawa ajaran Neo-Sufisme (keselarasan antara Tasawufdan Syariat) adalah berawal dari al-Raniri, al-Sinkili berkembang di kesultanan Aceh dan al-Maqassari lahir di Sulawesi yang memulai karirnya di Banten Jawa Barat.Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan KepulauanNusantara Abad XVII dan XVIII memiliki beberapa alasan yang berkaitan kajian tentangtransmisi dan penyebaran gagasan pembaharuan islam, khususnya menjelang ekspansikekuasaan eropa pada abad ke-17 dan ke-18. b. Bentuk saluran jaringan ulama nusantar dengan haromain Ada tiga fase dalam kaitannya dengan hubungan Muslim Nusantara dengan Timurtengah. 1) sejak akhir abad ke-8-12 hubungan yang bersifat perdagangan diprakarsaioleh muslim Arab dan Persia. 2) sampai akhir abad ke-15, hubungan bersifatkeagamaan dan kultural diprakarsai oleh pedagang dan pengembara sufi. 3) sejak abadke-16 sampai paruh ke dua abad ke-17 hubungan tersebut lebih bersifat politikdisamping keagamaan Kebangkitan keilmuan serta jaringan ulama di Haramayn melalui berdirinyamadrasah, ribath, dan zawiyyah. Serta para jama’ah haji dan para pedagang yangdatang ke Haramayn tidak hanya menunaikan kewajibanya tapi belajar dan mengajardisana Pembaruan Islam di Nusantara yang membawa ciri penyebaran neo sufime. Adapunkarakteristik penting lainnya dari wacana ilmiah dalam jaringan ulama adalah telaahhadis dan tarekat. Ajaran-ajaran tarekat yang menekankan kesetiaan dan kepatuhankepada guru memberikan kekuatan tambahan kepada jaringan ulama c. Tokoh ulama nusantara 1. Syekh Nawawi al-Bantani. Nama lengkapnya Abu Abd al-Mu’ti Muhammad bin Umar al-Tanara al-Jawi al-Bantani. Lahir di Tanara, Serang, Banten pada 1813 dan wafat di Mekah pada 1897 2. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. al Allamah asy Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah bin Abdul Lathif bin Abdurrahman. Ia lahir di Koto Tuo – Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatera Barat pada 1860 dan wafat di Mekkah 1916 3. Syekh Muhammad Yasin al-Fadani. Abu al Faydl Alam al Din Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al Fadani. Ulama berdarah Padang, Sumatera Barat ini dilahirkan 17 Juni 1915 dan wafat di Mekkah pada 20 Juli 1990 4. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di Desa Lok Gabang Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada 17 Maret 1710. Ia wafat di Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar, pada pada usia 102, yakni 3 Oktober 1812. 5. Syekh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi. atau yang dikenal dengan Inyiak Canduang lahir di Candung, Sumatera Barat pada 1871 dan wafat pada 1 Agustus 1970
d. Implikasi Terhadap perkembangan kajian islam dinusantara
Kajian tentang pendidikan Islam di Indonesia sendiri bisa dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama, yaitu ketika masa awal masuknya agama Islam di Indonesia. Fase kedua, yaitu studi kajian Islam pada fase penjajahan, serta fase ketiga yaitu mulai pada fase setelah kemerdekaan Indonesia, dari sinilai mulai muncul ide-ide pembaruan kajian studi pendidikan Islam di Indonesia. Studi Islam di Indonesia juga disandang oleh seorang akademisi, intelektual, pemikir, filusuf, dan tokoh muslim Indonesia yang bernama Prof. Dr. Harun Nasution. Beliau merupakan seorang ahli filsafat Islam dan ia merupakan penerus dari gagasan Mukti Ali. Pengembangan studi Islam Harun Nasution di Indonesia memiliki banyak pemikiran. Harun Nasution juga memiliki banyak peran yaitu: 1. Perombakan kurikulum yang berlaku pada masa itu seperti ilmu kalam, tasawuf, dan lain-lain yang menurutnya terlalu bertele-tele. 2. Membuat pembaharuan pendidikan Islam, hal ini dilakukan dalam beberapa hal yaitu: A. Tujuan Tujuan pendidikan Islam untuk bertaqwa kepada Allah SWT B. Bahan Bahan-bahan ajarannya seperti kurikulum pada saat ini yang didasarkan pada pemikiran Harun Nasution pada masa ituC. Metode Metode yang digunakan oleh Harun adalah metode contoh, yaitu memberikan contoh yang baik, nasehat yang baik, serta diskusi atau dialog. C. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang berkualitas maka pendidikan Islam di Indonesia juga berkualitas. Ia banyak sekali menggagas beasiswa untuk mahasiswa di perguruan tinggi pada masa itu. Pada dasarnya sasaran penelitian atau kajian dalam studi Islam terdiri dari 5 hal. Pertama, yaitu penelitian terhadap adanya sebuah simbol dari sumber ajaran seperti Alqur’an dan Hadist. Selanjutnya yang kedua yaitu adanya guru, kyai, atau pemuka agama yang memberikan sikap keteladanan bagi para umat pengikutnya. Yang ketiga yaitu kegiatan ibadah seperti sholat, puasa, pernikahan, dan sebagainya. Keempat, yaitu adanya sebuah wadah atau sarana untuk mengimplementasikan hal-hal yang didapat dari studi Islam itu sendiri melalui wadah seperti masjid, langgar, musholla dan lain-lain. Kelima, yaitu munculnya organisasi-organisasi Islam sebagai tempat untuk berkumpul serta berperan serta dalam segala aspek tentang keislaman. Pada masa ini, kajian studi Islam lebih difokuskan kepada sekolah-sekolah keagamaan seperti madrasah, pondok pesantren, dan terutama juga pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTAI)