Kelompok 2
Baharuddin (1855041018)
Rindiani (1855042005)
T. A 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya tercurahkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
menganugerahkan begitu banyak limpahan nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ilmiah ini secara maksimal dan optimal. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tersampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alahi Wassalam yang telah
begitu banyak mengajarkan kebijakan dan menyebarkan ilmunya pada semua umatnya.
Makalah ini berjudul “Teori Sosiologi dan Contoh Analisisnya (Lokal)” yang berisikan
pengertian sosiologi sastra, sejarah sosiologi sastra, pendekatan sosiologi sastra, dan analisis
sosiologi sastra dalam drama.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber serta bantuan dari berbagai pihak. Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Teori dan Apresiasi
Drama” serta untuk menambah wawasan Pembaca mengenai “Teori Sosiologi dan Contoh
Analisisnya (Lokal)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hajrah, S.S., M.Pd. selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Teori dan Apresiasi Drama sekaligus dosen pembimbing dalam
penyusunan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun Kelompok II
KATA PENGANTAR
MAKALAH.................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian Sosiologi Sastra.............................................................................................................3
B. Perkembangan Sejarah Sosiologi Sastra..........................................................................................4
C. Pendekatan Sosiologi Sastra............................................................................................................5
D. Contoh Analisis Sosiologi Sastra dalam Drama...............................................................................7
BAB III....................................................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra sebagai cermin masyarakat pada suatu zaman bisa juga dianggap sebagai
dokumen sosial budaya, meskipun unsur-unsur imajinasi tidak bisa dilepaskan begitu
saja, sebab tidak mungkin seorang pengarang dapat berimajinasi jika tidak ada kenyataan
yang melandasinya.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta,
namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut
pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh
mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan.
Sosiologi sastra tidak terlepas dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada karya
sastra sebagai objek yang dibicarakan. Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya
sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segisegi sosial. Sosiologi sastra
memiliki perkembangan yang cukup pesat sejak penelitianpenelitian yang menggunakan
teori strukturalisme dianggap mengalami stagnasi. Didorong oleh adanya kesadaran
bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspekaspek kebudayaan yang lain,
maka karya sastra harus dipahami sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem
komunikasi secara keseluruhan.
Dalam makalah ini kami akan membahas teori sosiologi sastra dan analisisnya, yang
merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkaji sebuah karya sastra
seperti drama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos
(Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda,
perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan,
mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk
dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat.
Meskipun demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda bahkan bertentangan
secara dianetral. Sosiologi adalah ilmu objektf kategoris, membatasi diri pada apa yang
terjadi dewasa ini (das sain) bukan apa yang seharusnya terjadi (das solen). Sebaliknya
karya sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1332). Sosiologi sastra merupakan
pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai sastra karya
para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi
oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi
ekonomi serta khalayak yang ditujunya.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta,
namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Sosiologi adalah
pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat, ilmu
tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya. Sosiologi sastra adalah karya
sastra para kriktikus dan sejahrawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang di
pengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat yang berasal, idiologi politik dan
sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.
Teori sosiologi sastra mengkaji dua ilmu yaitu ilmu sosial dan ilmu sastra yang
merupakan bidang interdisipliner. Dalam suatu drama ini mengkaji tentang perilaku-
perilaku tokoh yang ada di dalam drama tersebut ? bagaimana perilaku tokoh dalam
karya satra ?
Sejarah pertumbuhan konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra
ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang
mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian,
sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai
dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki
keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya; dan sosiologi
sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam
berbagai dimensinya (Soemanto, 1993).
Konsep dasar sosiologi sastra sebenarnya sudah dikembangkan oleh Plato dan
Aristoteles yang mengajukan istilah 'mimesis', yang menyinggung hubungan antara sastra
dan masyarakat sebagai 'cermin'. Pengertian mimesis (Yunani: perwujudan atau
peniruan) pertama kali dipergunakan dalam teori-teori tentang seni seperti dikemukakan
Plato (428-348) dan Aristoteles (384-322), dan dari abad ke abad sangat memengaruhi
teori-teori mengenai seni dan sastra di Eropa (Van Luxemburg, 1986:15). Menurut Plato,
setiap benda yang berwujud mencerminkan suatu ide. Jika seorang tukang membuat
sebuah kursi, maka ia hanya menjiplak kursi yang terdapat dalam dunia ide-ide. Jiplakan
atau copy itu selalu tidak memadai seperti aslinya; kenyataan yang kita amati dengan
pancaindra selalu kalah dari dunia ide. Seni pada umumnya hanya menyajikan suatu ilusi
(khayalan) tentang 'kenyataan' (yang juga hanya tiruan dari 'Kenyataan Yang
Sebenarnya') sehingga tetap jauh dari 'kebenaran'. Oleh karena itu lebih berhargalah
seorang tukang daripada seniman karena seniman menjiplak jiplakan, membuat copy dari
copy.
Aristoteles juga mengambil teori mimesis Plato yakni seni menggambarkan kenyataan,
tetapi dia berpendapat bahwa mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan melainkan
juga menciptakan sesuatu yang baru karena 'kenyataan' itu tergantung pula pada sikap
kreatif orang dalam memandang kenyataan. Jadi sastra bukan lagi copy (jiblakan) atas
copy (kenyataan) melainkan sebagai suatu ungkapan atau perwujudan mengenai
"universalia" (konsep-konsep umum). Dari kenyataan yang wujudnya kacau, penyair
memilih beberapa unsur lalu menyusun suatu gambaran yang dapat kita pahami, karena
menampilkan kodrat manusia dan kebenaran universal yang berlaku pada segala jaman.
Levin (1973:56-60) mengungkapkan bahwa konsep 'mimesis' itu mulai dihidupkan
kembali pada zaman humanisme Renaissance dan nasionalisme Romantik.
Menurut Flaubert, sekalipun segi-segi sosial tidak diperlukan dalam pencerapan estetik,
sukar bagi kita untuk mengingkari keberadaannya. Faktor lingkungan historis ini sering
kali mendapat kritik dari golongan yang percaya pada 'misteri' (ilham). Menurut Taine,
hal-hal yang dianggap misteri itu sebenarnya dapat dijelaskan dari lingkungan sosial asal
misteri itu. Sekalipun penjelasan Taine ini memiliki kelemahan-kelemahan tertentu,
khususnya dalam penjelasannya yang sangat positivistik, namun telah menjadi pemicu
perkembangan pemikiran intelektual di kemudian hari dalam merumuskan disiplin
sosiologi sastra.
Sosiologi sastra merupakan suatu ilmu yang meneliti tentang gejala-gejala sosial
masyarakat dalam karya sastra melalui gejala sosial masyarakat sebenarnya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Damono (1987:2) yang mengemukakan bahwa sosiologi sastra
adalah disiplin ilmu yang meneliti dengan menggunakan analisis teks untuk kemudian
dipergunakan memahami gejala sosial yang berada di luar sastra.
Pendekatan sosiologi sastra mencoba menghubungkan antara struktur suatu karya dengan
masyarakat karena karya sastra dan masyarakat memiliki hubungan yang erat, karya
sastra adalah cermin permasalahan yang ada dalam masyarakat. Hubungan tersebut
ditujukan untuk kepentingan agar lebih utuh di dalam memahami kesusastraan,
khususnya sastra yang bersangkutan.
Junus (1986: 52) menyatakan bahwa sosiologi sastra perhatiannya ditumpahkan pada
interprestasi sosial budaya terhadap gerak sastra. Sastra berkembang melalui
pembaharuan. Bagaimana setiap pembaharuan itu dapat dihubungkan dengan latar
belakang sosiobudaya? Hal ini berhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi di
sekitar pengarang sebagai penghasilnya. Selanjutnya, Junus juga mengatakan bahwa
pengarang mempunyai beberapa kemungkinan di balik karya sastranya: pertama,
pengarang ingin mewadahi pola-pola berpikir masyarakat; kedua, pengarang mempunyai
maksud mengubah pola-pola berpikir masyarakat. Karya sastra dalam hal ini dijadikan
sebagai alat penyampaian ajaran mengenai kehidupan. Artinya, karya sastra yang telah
dibuat pengarang bukan merupakan sesuatu yang kosong dan meski berwujud dalam
sebuah ilusi atau khayalan, fiksi dibuat berdasar gambaran kenyataan.
Pradopo (2000: 159) menambahkan bahwa sosiologi sastra mencakup tiga bidang, seperti
berikut:
Junus (dalam Sangidu, 2004: 27), membagi dua corak dalam penelitian sosiologi sastra
sebagai berikut:
Berdasarkan pendapat dari pakar tentang sosiologi sastra di atas dapat disimpulkan
bahwa pendekatan sosiologi sastra adalah suatu pendekatan atau tata cara untuk menelaah
karya sastra berdasarkan pada keadaan sosial masyarakat tertentu. Analisis sosiologi
sastra diperlukan di dalam kerja penelitian agar sasaran yang diharapkan tepat, yaitu
tentang manusia dan kehidupannya dalam masyarakat. Pendekatan ini dipakai dengan
alasan bahwa sastra merupakan pencerminan keadaan suatu masyarakat dan sejauh mana
sastra itu dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi
masyarakat pembaca.
Dalam suatu drama juga menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang akan mengkaji
perilaku tokoh dalam suatu drama.
……
Botak : keadaan yang dosa sama kita Drong, lagian mana ada manusia yang mau hidup
melarat? Mana ada manusia yang mau hidup miskin ? mana ada pula manusia yang mau
sia-sia. Pura-pura gak punya perut, ini semua gara-gara nasib Drong !
Gondrong: Loh... lohhh... eh Tak, lu kok jadi nyalahin nasib gitu sih ?
Kutipan di atas menjelaskan tokoh Botak yang kesal dengan lingkungan dan keadaan. Ia
tidak suka dengan sikap manusia yang mengedepankan kepentingannya sendiri. Tokoh
Botak adalah gambaran dari masyarakat kalangan bawah yang selalu bermimpi untuk
mendapatkan harta dan kekayaan tanpa berusaha dan berdoa.
Gondrong: Eh Tak, jangan lu inget-inget kenangan kalau kaga di jadikan cermin Tak.
Jadikangan kenangan lu itu sebagai sejarah hidup lu, yang bisa bikin lu hidup dan kuat
sampai sekarang Tak.
Dari kutipan penggalan dialog di atas, tokoh Gondrong mencoba memberikan nasihat
kepada temannya untuk senantiasa menjadikan masa lalu adalah sebuah guru dalam
kehidupan. Bukan untuk disesali atau diratapi.
Botak: Tuhan telah memberikan rizkinya untuk kita Drong. Asikk..... asikkkk.
.......
Gondrong: eh tak.. itu bukan milik kita. Itu kan punya ibu- yang jatuh tadi. Balikin !
.........
Botak: Luu jangan so alim gitu, kalau di kotak ini isinya uang atau emas, kita nagi dua.
Kita bisa merubah hidup kita
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan
masyarakat, ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya. Sosiologi
sastra adalah karya sastra para kriktikus dan sejahrawan yang terutama mengungkapkan
pengarang yang di pengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat yang berasal, idiologi
politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.
Pendekatan sosiologi sastra mengkaji dua ilmu yaitu ilmu sosial dan ilmu sastra yang
merupakan bidang interdisipliner. Dalam suatu drama ini mengkaji tentang perilaku-
perilaku tokoh yang ada di dalam drama tersebut ? bagaimana perilaku tokoh dalam
karya satra ? Hal ini adalah salah satu teori yang mendukung dalam menganalisis suatu
karya sastra seperti drama.
B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk memahami baik dan benar isi makalah ini
sehingga tujuan makalah ini dapat tercapai yaitu untuk mengetahui Teori Sosiologi Sastra
dan Contoh Analisisnya (Lokal).
DAFTAR PUSTAKA
http://andrinovansyah.blogspot.com/2016/04/makalah-sosiologi-sastra-penelitian.html?m=1
diakses pada 10 November 2020.
https://www.kompasiana.com/nawull/5e19049d097f3640a31a4f12/sosiologi-sastra-dalam-
drama-malam-botak?page=5 diakses pada 10 November 2020.