Anda di halaman 1dari 8

SELOKA 6 (2) (2017)

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka

Badik dalam “Mata Badik Mata” Puisi Karya D. Zawawi Imron:


Perspektif Paul Ricoeur

Dodi Ariyanto1  dan Agus Nuryatin2

SMP Negeri 3 Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah


1

2
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini tergolong dalam penelitian hermeneutika, yaitu melakukan telaah
Diterima:
secara mendalam tentang struktur puisi serta memaparkan tafsiran dan peran
Januari 2017
Disetujui: ‘badik’ dalam kumpulan puisi yang berjudul Mata Badik Mata Puisi karya
Juni 2017 D. Zawawi Imron. Penggunaan teori hermeneutika Paul Ricoeur dalam
Dipublikasikan: penelitian ini sangat tepat karena diperoleh analisa yang optimal dengan teks
Agustus 2017
yang dikaji, yaitu kumpulan puisi yang berjudul Mata Badik Mata Puisi karya
________________
Keywords:
D. Zawawi Imron. Penelitian ini mengkaji gaya kata yang meliputi aspek diksi,
badik, function badik, and imaji, dan kata konkret dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata Puisi karya
role badik D. Zawawi Imron dan peran ‘badik’ dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata
____________________ Puisi karya D. Zawawi Imron bagi masyarakat. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dan pendekatan hermenutika.
Pendekatan hermeneutika diperdalam dengan menggunakan teori
hermeneutika Paul Ricoeur. Teori hermeneutika Paul Ricoeur dimulai dengan
interpretator sebagai subjek penelitian.

Abstract
___________________________________________________________________
This research is classified of hermeneutics, that is to study about the structure of poetry and
the interpretation of 'badik' in form of poetry collection entitled Mata Badik Mata Puisi
by Zawawi Imron. The used of Paul Ricoeur hermeneutics theory in this study is very
appropriate because it acquired the optimal analysis with the text being studied that is
poetry collection entitled Mata Badik Mata Puisi by Zawawi Imron. This study examines
the style of words that includes aspects of diction, imagery, concrete words and the role of
'badik' in a collection of poems Mata Badik Mata Puisi by Zawawi Imron to society. The
approaches used in this study are the structural and hermenutics approach. Hermeneutical
approach deepened by using the theory of Ricoeur hermeneutics. Ricoeur hermeneutics
theory begins with interpretator as a research subject.
© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2301-6744
Jl. Raya Sampung – Tawangrejo RT.06/RW.03
e-ISSN 2502-4493
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah (59274)
E-mail: nadiralimabelas@gmail.com

161
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168

PENDAHULUAN dengan yang dilukiskan penyair dalam puisinya


akan mempercepat distribusi dari sebuah teks
Permasalahan sosial, politik, sastra, yang dituliskan penyair melalui media puisi
ekonomi, dan sebagainya akhir-akhir ini tidak kepada pembaca dalam hal ini merupakan
pernah lepas dari unsur bahasa sebagai penikmatinya. Namun demikian, penelitian ini
medianya, sebab bahasa merupakan sarana tetap menggunakan teori utama yaitu dari
seseorang mengungkapkan ide, berpikir, menulis, hermeneutika Paul Ricoeur.
berbicara, dan mengapresiasi karya. Di sisi lain, Penelitian ini didasarkan penelitian
kajian yang mengarahkan pembaca kepada sebelumnya. Di antaranya Mustapa (2011) dalam
gambaran-gambaran realita kehidupan sosial tesisnya yang berjudul “Elemen-elemen
dengan karya sastra sebagai objeknya tidak Hermeneutika Fakhruddin Al-razi dalam Kitab
secara detail diungkapkan melalu penelitian- Mafatih Al-Ghaib”. Mustapa (2011) dalam
penelitian. penelitiannya tersebut menitikberatkan pada
Sebagai sebuah karya imajiner, sastra elemen-elemen yang terdapat dalam teks “Surat
menawarkan berbagai permasalahan manusia al-Kautsar” melalui pendekatan hermeneutika
dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Sastra Fakhrudin AL-Razi. Penafsiran dari pendekatan
yang hakikatnya hasil budaya harusnya menjadi Fakhruddin Al-razi dala Kitab Mafatih Al-gaib
salah satu pelopor dalam mengembalikan nilai- digunakan untuk mengungkap makna yang
nilai humaniora pada diri manusia secara terdapat dalam Surat al-Kautsar.
personal agar kekuatan untuk membangun Hasil penelitian yang dilakukan peneliti
bangsa ke arah yang bermartabat dapat terwujud. tersebut yaitu makna di balik sebuah teks. Dari
Karena peradaban yang baik, akan terwakili oleh makna yang didapatkan, teks dapat dipahami
sebuah karya yang baik pula. Di sinilah sastra secara lain. Sehingga makna yang bersifat
sebagai imajiner kehidupan nyata. Sastra universal ketika teks tersebut turun dapat
dibangun bukan untuk menghakimi, melainkan diperoleh dari isyarat yang rasional.
sebagai pedoman untuk evaluasi diri. Supeno (2012) melakukan penelitian
Karya sastra besar dapat menolong dalam bentuk tesis yang berjudul “Kritik
pembacanya menjadi manusia yang berbudaya Terhadap Penerapan Hermeneutika dalam Studi
(cultured man). Manusia berbudaya adalah Islam (Kajian Komparatif Pemikiran Nasr
manusia yang responsif terhadap apa-apa yang Hamid Abu Zayd dan Hasan Hanafi)”. Dalam
luhur dalam hidup ini. Manusia demikian itu penelitian ini, penelitian tersebut penggunaan
selalu mencari nilai-nilai kebenaran, keindahan, ilmu hermeneutika yang diterapkan dalam
dan kebaikan. Salah satu cara memperoleh nilai- penafsiran Al-Quran dianggap dipaksakan.
nilai itu lewat pergaulan dengan karya-karya seni, Hermeneutika tidak bisa diterapkan dalam
termasuk karya-karya sastra besar. menginterpretasi Al-Quran secara independent.
Dengan metode hermeneutika Paul Hermeneutika dapat digunakan untuk
Ricoeur, kumpulan puisi Mata Badik Mata Puisi menafsirkan teks yang terdapat dalam Al-Quran
karya D. Zawawi Imron, akan dapat ditemukan dengan diikuti disiplin ilmu lain. Hermeneutika
nilai-nilai moral yang tersembunyi. Sehingga, akan bertentangan dengan aqidah jika tidak
pesan sosial melalui simbol dalam puisi yang dikombinasikan dengan disiplin teori yang lain.
dituliskan penyair dapat sampai kepada Penelitian tersebut sama-sama
pembacanya. Artinya, penafsiran terhadap menggunakan metode hermeneutika dengan
kumpulan puisi Mata Badik Mata Puisi karya penelitian ini. Sedangkan perbedaannya terletak
D. Zawawi Imron melalui perspektif Paul pada objek kajiannya. Objek kajian penelitian
Ricoeur yang dihubungkan dengan disiplin ilmu tersebut menggunakan objek teks Al Quran,
lain yang relevan akan didapatkan paradigma sedangkan objek yang digunakan dalam
lain dari karya tersebut. Hal ini menjadi penting penelitian ini adalah puisi.
karena interpretasi yang mendekati kesesuaian

162
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168

Penelitian lain yang berkaitan dengan responden, dan (3) metode ini lebih peka dan
hermeneutika dikaji oleh Murtaufiq (2015) dalam lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penelitiannya yang berjudul “Hermeneutika penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-
dalam Studi Al-Quran: Kritik Atas Pemikiran pola nilai yang dihadapi.
Nasr Abu Zaud”. Murtaufik (2015) dalam Metode kualitatif adalah prosedur
penelitian ini menganalisa kritik pada sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
teori yang dimiliki oleh Nasr Abu Zaud. Teori berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
Nasr Abu Zaud digunakan untuk orang dan perilaku yang diamati. Hal-hal yang
menginterpretasi Al-Quran sebagai sebuah teks. perlu dipaparkan melalui analisis teori
Hasil penelitian tersebut berupa pembuktian- hermeneutika Paul Ricoeur dalam penelitian ini
pembuktian bahwa penafsiran dan studi Al- meliputi data dan sumber data, variabel, teknik
Quran dianggap relevan dengan menggunakan pengumpulan data, dan teknik analisis.
teori Nasr Abu Zaud. Adapun langkah kerja analisis teori
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian hermeneutika Paul Recoeur mencakup:
yang berjudul Badik dalam Mata Badik Mata Puisi 1. Langkah objektif (penjelasan), yaitu
karya D. Zawawi Imron: Perspektif Paul menganalisis dan mendeskripsikan aspek
Ricoeur, sangat penting untuk dilaksanakan. semantik pada metafora dan simbol
Tujuan penelitian ini adalah memaparkan gaya berdasarkan tataran linguistiknya,
kata yang meliputi aspek diksi, imaji, dan kata 2. Langkah refleksif (pemahaman), yaitu
konkret dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata menghubungkan dunia objektif teks dengan
Puisi karya D. Zawawi Imron, dan memaparkan dunia yang diacu (reference), yang pada aspek
peran ‘badik’ dalam kumpulan puisi Mata Badik simbolnya bersifat nonlinguistik, langkah ini
Mata Puisi karya D. Zawawi Imron bagi mendekati tingkat ontologisme, dan
masyarakat. 3. Langkah filosofis, yaitu berpikir dengan
menggunakan metafora dan simbol sebagai
METODE titik tolaknya. Langkah eksistensial atau
ontologi, pemahaman pada tingkat being atau
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai keberadaan makna itu sendiri, yaitu
pendekatan hermeneutika Paul Ricoeur. Disebut mendeskripsikan ‘badik’ dalam kumpulan
sebagai hermeneutika Paul Ricoeur karena tradisi puisi Mata Badik Mata Puisi karya D. Zawawi
kerja pengetahuan seperti penelitian ini, peneliti Imron.
dituntut untuk dapat menghadirkan pemahaman
serta tafsir baru yang tidak berkutat pada Teknik dan Prosedur Pengadaan Data
perdebatan yang tertuang pada teks yang diteliti Teknik pengumpulan data yang digunakan
serta melakukan kerja-kerja dialektis dengan dalam penelitian ini adalah teknik noninteraktif
menghadirkan fakta-fakta historis yang dapat dengan menggunakan model analisis konten
‘menantang’ statemen yang dikemukakan oleh (analisis isi). Analisis konten biasa digunakan
pengarang. dalam penelitian kualitatif. Analisis isi adalah
Metode kualitatif ini digunakan sebagai penelitian mengenai isi teks secara mendalam.
metode untuk memberikan perhatian terhadap Endraswara (2008) menyatakan bahwa analisis
data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konten merupakan model kajian sastra yang
konteks keberadaannya (Ratna, 2008). Menurut tergolong baru. Kebaruan dapat dilihat dari
Moleong (2000) bahwa penelitian deskriptif sasaran yang hendak diungkap. Yakni, analisis
kualitatif digunakan berdasarkan pertimbangan: konten digunakan untuk mengungkap,
(1) menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah memahami, dan menangkap pesan karya sastra.
apabila berhadapan dengan kenyataan, Analisis konten adalah strategi untuk
(2) metode ini menyajikan secara langsung menangkap pesan karya sastra. Tujuan analisis
hakikat hubungan antara peniliti dengan konten adalah membuat inferensi. Inferensi

163
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168

diperoleh melalui identifikasi dan penafsiran. menginterprestasikan simbol ‘badik’ melalui


Inferensi juga berdasarkan konteks yang tanda-tanda linguistik dan menemukan arti
melingkupi karya sastra (Endraswara, 2008). secara linguistik. Tahap kedua, penulis
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pembacaan hermeneutik yakni
teknik analisis konten pada penelitian ini adalah dengan menafsirkan makna ‘badik’ hingga dapat
dengan cara: ditemukan peran simbol ‘badik’ dalam puisi
1. Penentuan unit analisis, dilakukan melalui tersebut.
pembacaan secara heuristik keseluruhan
maupun sebagian kumpulan puisi Mata Badik HASIL DAN PEMBAHASAN
Mata Puisi karya D. Zawawi Imron untuk
melakukan telaah dokumen, Gaya Kata yang Meliputi Aspek Diksi, Imaji,
2. Penentuan sampel, di sini peneliti melakukan dan Kata Konkret dalam Kumpulan Puisi Mata
tahap-tahap penentuan sampel, yaitu Badik Mata Puisi Karya D. Zawawi Imron
mengenai tahun terbit, tema, genre dan Kumpulan puisi Mata Badik Mata Puisi
lainnya, diterbitkan oleh Esensi pada tahun 2012
3. Mengumpulkan dan mempelajari beberapa merupakan kumpulan puisi dari puisi-puisi
teori yang relevan dengan topik penelitian, terpilih D. Zawawi Imron. Kumpulan puisi Mata
dan Badik Mata Puisi mendapat sambutan hangat dari
4. Mencatat dan menganalisis semua data yang Ketua Pusat Kebudayaan Universitas
sesuai dengan permasalahan. Hasanuddin Makassar, Nurding Ram. Nurding
Ram mengibaratkan D. Zawawi Imron sebagai
Prosedur Analisis Data seorang peneliti yang berusaha mendeskripsikan
Teknik analisis data dalam penelitian ini dan menganalisis budaya Bugis Makassar.
menggunakan model Spradley. Menurut Gaya kata yang terdapat dalam kumpulan
Moleong (2009) analisis data menurut model puisi Mata Badik Mata Puisi karya D. Zawawi
Spradley ini tidak terlepas dari keseluruhan Imron saling terkait satu dengan yang lain.
proses penelitian. Analisis data itu dinyatakan Keterkaitan ini bersifat saling membangun untuk
dengan teknik pengumpulan data. Spradley membentuk keutuhan puisi. Berikut ini hasil
dalam Sugiyono (2009) membagi analisis data penelitian struktur fisik puisi dala kumpulan puisi
dalam penelitian kualitatif berdasarkan tahapan Mata Badik Mata Puisi karya D. Zawawi Imron.
dalam penelitian kualitatif. Tahapan penelitian
kualitatif menurut Spradley, yaitu (1) analisis Diksi
domain; (2) analisis taksonomi; (3) analisis Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang
komponensial; dan (4) analisis tema kultural. dituliskan oleh penulis dalam puisinya. Diksi
Adapun keseluruhan proses penelitian atau pilihan kata yang digunakan penulis dalam
terdiri atas: pengamatan deskriptif, analisis puisi-puisinya dilakukan dengan menggunakan
domain, pengamatan terfokus, analisis kata-kata puitis. Namun sebagian puisinya, juga
taksonomi, pengamatan terpilih, analisis dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang
komponensial, dan diakhiri dengan analisis jelas seperti yang digunakan dalam bahasa
topik. Hal itu menunjukkan bahwa komunikasi sehari-hari.
penyelenggaraan penelitian dilakukan secara Penggunaan kata-kata puitis terdapat
silih berganti antara pengumpulan data dengan dalam beberapa puisi dari kumpulan puisi Mata
analisis data sampai pada akhirnya keseluruhan Badik Mata Puisi karya D. Zawawi Imron,
masalah penelitian itu terjawab (Moleong 2009). beberapa di antaranya yaitu puisi yang berjudul
Mengacu pada penjelasan tersebut, tahap Renungan, Badik Semoga, Badik dalam Hitam,
pertama yang dilakukan dalam menganalisis data Badik Airmata, Badik Embun, dan Monolog Orang
pada penelitian ini ialah dengan melakukan Buta.
pembacaan heuristis, yaitu peneliti

164
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168

Kata-kata puitis tersebut dapat dilihat dari dan kemudian tumbuh menghijaukan
kutipan berikut. langit dan bumi.
Dalam aminmu, semoga telah terasah
Mengalir ia ke sebuah noktah kata-kata yang siap menerbangkan puisi
Waktu berjingkat bagai gegabah (Imron, 2012:10)
Habis ke bukit turun ke lembah
Rasa letih bergetah darah Penulis memilih kata badik untuk
(Imron, 2012:8) mengomunikasikan kepada pembaca bahwa
betapa pentingnya badik dalam kehidupan
Penulis dalam kutipan puisi Renungan itu mayarakat Bugis Makassar. Ibarat senjata yang
menggunakan kata-kata puitis yang sangat jelas selalu diandalkan dalam pertempuran, badik
terlihat pada larik pertama, kedua, ketiga, dan mewakili ‘pribadi’ yang sangat berarti bagi
keempat. Penulis mengomunikasikan sebuah budaya. Dalam larik pertama, ‘Badik
maksudnya kepada pembaca bahwa ia yang lain ialah hatimu’ menunjukkan betapa
mengalami kelabilan dalam kehidupannya. Larik ‘badik’ itu direpresentasikan menjadi sebuah hal
pertama, ‘Mengalir ia ke sebuah noktah’ dapat yang penting hingga disandingkan dengan kata
diartikan bahwa seseorang sedang dalam ‘hati’, menjadi sebuah yang wajar.
keadaan yang menyenangkan. Kata ‘noktah’ Larik yang lain, ‘Dalam aminmu, semoga
menjadi kata kunci, dapat diartikan bahwa telah terasah’ memproyeksikan bahwa penulis
‘noktah’ merupakan gambaran hal yang dalam posisi berdoa, meminta sesuatu hal agar
menyenangkan. hal tersebut dapat terwujud. Hal itu dituangkan
Pada larik kedua, ‘Waktu berjingkat bagai dengan pilihan kata ‘dalam aminmu’. ‘Dalam
gegabah’, penulis ingin menunjukkan bahwa aminmu’ tidak sekadar meminta sesuatu pada
kesenangan yang sedang dialami oleh seseorang Tuhan, melainkan ke-amin-nan yang diinginkan
itu diluapkan dengan cara yang berlebihan, yang benar-benar dapat terkabulkan.
tidak hati-hati. Dari arti dua larik tersebut masih Hal itu diperkuat dengan kata-kata yang
menunjukkan hubungan yang koheren. mengikuti larik tersebut, yaitu ‘semoga telah
Pada larik ketiga, ‘Habis ke bukit turun ke terasah’. Arti dari ‘semoga telah terasah’ dalam
lembah’, penulis menggambarkan keadaan yang larik tersebut yaitu hal yang diinginkan tersebut
bertolak belakang dengan keadaan pada larik benar-benar telah siap untuk diberikan. ‘Terasah’
pertama. Jika pada larik pertama penulis dalam hal ini mengacu ke ‘badik’. Badik yang
menggambarkan keadaan yang menyenangkan, notabene senjata khas warga Bugis Makassar
pada larik ketiga ini penulis menggambarkan akan menjadi tajam dan bisa digunakan dengan
dengan keadaan yang menyedihkan. Hal itu optimal manakala badik tersebut diasah agar
ditunjukkan pada penggalan larik ketiga yaitu menjadi tajam. Jika suatu senjata tajam maka
‘turun ke lembah’. Makna dari turun ke lembah senjata tersebut bisa digunakan dengan hasil yang
merupakan gambaran keadaan penurunan optimal.
tingkat kehidupan sosial manusia yang Di sinilah maksud dari penulis. Dengan
sebelumnya di atas menjadi di bawah atau ke senjata yang tajam, maka doa yang diinginkan
bawah. pun dapat langsung dikabulkan. Karena tajam
Pilihan kata yang puistis juga digunakan yang dimaksud penulis yaitu kuasa Tuhan untuk
penulis dalam puisinya yang berjudul Badik mengabulkan doa umatnya, sesuai doa yang
Semoga. Kata-kata puitis tersebut dapat dilihat diinginkan oleh umatnya.
pada kutipan berikut.
Imaji
Badik yang lain lagi ialah hatimu Imaji merupakan kata atau susunan kata-
yang menyunggi sebuah kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
nyiru tempat semua biji indrawi. Dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata
bertasbih dulu sebelum ditanam
Puisi karya D. Zawawi Imron ada beberapa puisi

165
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168

yang mengungkapkan pengalaman indrawi Dan inilah yang menjadi daya tarik dari
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. puisi Pancana. Penulis menunjukkan betapa
Salah satunya yang berjudul Mengaji pada indahnya keadaan yang ada di sekitar Jembatan
Padi. Puisi tersebut mengungkapkan pengalaman Pancana. Dan keindahan itu penulis gambarkan
indra penglihatan pada sebagian kata-kata yang lewat puisi.
ada dalam lariknya.
Kata Konkret
Pada padi yang berjurai Kata konkret merupakan kata yang
Ada hati pahlawan yang renyai ditangkap dengan indra yang memungkinkan
Yang membetulkan atmosfer munculnya imajinasi. Kata-kata ini berhubungan
Dan bisik-bisik suci pada air
dengan kiasan atau lambang. Pada kumpulan
Antara Maros ke Sigeri
puisi Mata Badik Mata Puisi karya D. Zawawi
Padi yang berjurai seakan mengerti
Sujud yang runduk pada gairah Imron, kata konkret dapat ditemukan dalam
Kan kembali mencerlangkan fitrah beberapa puisi, salah satunya puisi yang berjudul
(Imron, 2012:5) Renungan. Berikut kutipan puisi tersebut.

Pada puisi itu tampak jelas bahwa di bawah umbul-umbul yang berdebar
pengungkapan pengalaman indrawi penglihatan ada gairah yang berkobar
detik demi detik tak boleh terlantar
sangat terasa. Hal ini karena ada bebrapa larik
hakikat badik tak dijual di pasar-pasar
yang memang dengan sengaja penulis tuliskan
(Imron, 2012:8)
agar pesan yang ingin disampaikan bisa benar-
beanr dipahami.
Pada puisi tersebut, kata ‘badik’ digunakan
Pada larik ‘Pada padi yang berjurai’,
penulis untuk merujuk bukan pada makna benda
kelihatan penulis menggambarkan sebuah padi
‘badik’ yang sebenarnya. Karena dalam larik
yang terjurai. Artinya, peenggambaran padi yang
tersebut, kata ‘badik’ hadir dengan bunyi yang
terjurai hanya bisa dirasakan dengan
maknanya kontradiksi dengan makna ‘badik’
memanfaatkan indra penglihatan.
yang sebenarnya. Kata ‘badik’ yang diikuti
Pengimajian indra penglihatan juga
dengan ‘tak dijual di pasar-pasara’
terdapat pada puisi yang berjudul Pancana.
mengidentifikasikan bahwa ‘badik’ mempunyai
Berikut petikan puisi yang berjudul Pancana.
makna lain. Dalam hal ini, ‘badik’ yang
dimaksud merupakan simbol dari ‘kejujuran’.
Ujung rumput itu berbisik pada matahari
Penulis ingin memberikan gambaran bahwa
di jembatan Pancana
Saat awan menyisih ke atas kaki langit ‘kejujuran’ merupakan sesuatu yang tidak mudah
membentuk kaligrafi cinta ditemukan pada diri manusia.
(Imron, 2012:60) Penulis menggunakan ‘badik’ sebagai
simbol ‘kejujuran’ karena ‘kejujuran’ yang
Pada puisi tersebut tampak jelas citraan dianggap penulis sebagai sesuatu yang langka.
penglihatan yang dituliskan oleh penulis. Larik Dengan mengangkat ‘kejujuran’ sebagai hal yang
‘di jembatan Pancana saat awan menyisik ke atas tidak banyak dimiliki oleh seseorang, kata ‘badik’
kaki langit membentuk kaligrafi cinta’ hanya dianggap pas oleh penulis untuk mengespresikan
dapat dirasakan dengan menggunakan indra seninya sebagai kritikan yang tepat.
penglihatan.
Dalam puisi tersebut, penulis menonjolkan Peran Badik dalam Kumpulan Puisi Mata Badik
citraan penglihatan karena citraan penglihatan Mata Puisi Karya D. Zawawi Imron bagi
dianggap sesuai dengan pesan yang ingin Masyarakat
disampaikan kepada pembaca. Dengan Badik merupakan salah satu jenis senjata
menggunakan citraan penglihatan, kekuatan tradisional yang menjadi identitas budaya suku-
kata-kata yang digunakan penulis menjadi hidup. suku bangsa di bumi Melayu, termasuk sebagai

166
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168

senjata khas orang-orang Bugis, Makassar, sebuah nilai “Air itu pasti berwarna marah,”
Mandar, dan sejumlah suku bangsa lainnya di katamu. Warna itu tak teramat penting, karena
Sulawesi Selatan, serta etnis-etnis lainnya yang darah itu menjadi sia-sia bila tidak meneteskan
keringat yang menghidupkan janji-janji yang
tersebar di berbagai tempat lainnya. Khusus
bernilai. Aku tak tahu hati yang mutiara, tapi
dalam tradisi orang Bugis, badik dikenal dengan
semogalah! Rambut bulan bebas berjurai.
nama kawali. Ada tiga peran badik yang terdapat (Imron, 2012:19)
dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata Puisi
karya D. Zawawi Imron bagi masyarakat, yaitu Badik Berperan sebagai Identitas Diri
(1) badik berperan sebagai senjata, (2) badik Menurut pandangan orang Bugis, setiap
berperan sebagai identitas diri, dan (3) badik jenis badik memiliki kesaktian atau kekuatan
berperan sebagai benda pusaka. Berikut tiga gaib. Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi,
peran badik dalam kumpulan puisi Mata Badik keadaan, dan proses kehidupan si pemilik badik.
Mata Puisi karya D. Zawawi Imron bagi
Seseuai dengan hal itu, terdapat kepercayaan
masyarakat. dalam keyakinan pada masyarakat adat Bugis
bahwa badik juga mampu mendatangkan
Badik Berperan sebagai Senjata ketenangan dan kedamaian lahir maupun batin,
Fungsi utama badik adalah sebagai senjata kesejahteraan, serta kemakmuran.
untuk membela diri atau untuk digunakan ketika Sebaliknya, badik Bugis dipercaya pula
menghadapi duel. Badik yang dipakai sebagai dapat mendatangkan kesusahan, kemelaratan,
senjata biasanya dilengkapi juga dengan racun kemiskinan atau kesengsaraan bagi orang yang
yang dioleskan pada badan badik. Namun, kadar memilikinya jika tidak benar dalam
racun tersebut tergantung tujuan penggunaan pengunaannya. Dengan demikian, badik tidak
badik itu sendiri, apakah untuk membunuh atau hanya difungsikan sebagai senjata untuk
hanya untuk sekadar berduel dalam pertarungan. membela diri atau untuk aktivitas berburu
Badik yang memang sengaja akan semata, melainkan juga sebagai salah satu bentuk
digunakan untuk membunuh lawan tentu kadar identitas diri dari suatu komunitas etnis atau
racunnya lebih tinggi daripada badik yang kelompok adat. Dan hal itu sudah berlangsung
dipakai untuk berduel. Sedangkan badik yang sejak berabad-abad yang telah lampau.
digunakan untuk berduel kadar racunnya lebih Pada kumpulan puisi yang berjudul Mata
rendah atau terkadang tidak mengandung racun Badik Mata Puisi karya D. Zawawi Imron,
sama sekali jika tujuannya hanya untuk melukai terdapat satu puisi yang menunjukkan bahwa
musuhnya. Sasaran utama penggunaan badik badik berperan sebagai identitas diri. Puisi
dalam pertarungan biasanya untuk menikam tersebut berjudul Angin. Berikut kutipan puisi
pada bagian tengkuk lawan sehingga ujung badik yang berjudul Angin.
dibuat keras. Bentuk badik didesain pula untuk
mengiris dan oleh karena itulah bagian sisi badik Kukaji angin yang keluar masuk tubuhku,
biasanya sangat tajam. sesekali mendesah dan sesekali barlagu
Pada puisi yang berjudul Darah yang membetulkan arah kiblatku. Kicau kepondang
terdapat dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata mengayun dahan-dahan rindang karena di
Puisi karya D. Zawawi Imron, badik berperan atasnya tak bosan-bosan menimbang tarian
sebagai senjata. Berikut puisi yang berjudul Darah layang-layang Aku makin tak tahu, desir-desir
menafsir kemarau. Dan terasa akulah angin itu,
yang menunjukkan bahwa badik mempunyai
bermain antara badai dan teduh yang rahasia.
peran sebagai senjata.
Dalam rengkuhanku, harum tidak berkurang
dan busuk tidak bertambah, sehingga malaikat
Dalam tubuh ini air tak berhenti berlari
pun tak meragukan kesaksianku. Sayang, aku
mengejar takdir ke hutan-hutan Tana Toraja,
tak bisa dilihat, karena itu tak pernah tua
huruf-huruf terjaga dari tidurnya membaca sehingga bunga-bunga memberiku rasa malu
jejak-jejak yang terbilang. Jejak-jejak
berceceran tak kelihatan, tapi di langit tertulis

167
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168

kalau aku tidak tampil sebagai angin. Ya SIMPULAN


tentang kejujuran yang langka itu.
(Imron, 2012:18) Simpulan dari analisis hermeneutika Paul
Ricoeur dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata
Badik Berperan sebagai Benda Pusaka Puisi karya D. Zawawi Imron sebagai berikut.
Badik dapat juga berfungsi sebagai benda Pertama, diksi yang digunakan penyair dalam
pusaka, namun biasanya berlaku untuk badik kumpulan puisi yang berjudul Mata Badik Mata
yang berusia lama atau mengandung nilai historis Puisi disusun sedemikian rupa hingga artinya
tertentu. Badik sebagai benda pusaka pada menimbulkan imajinasi estetik. Kedua, imaji
umumnya juga dikeramatkan dan disucikan. yang terdapat dalam kumpulan puisi yang
Akan tetapi, badik dalam kategori ini tidak oleh berjudul Mata Badik Mata Puisi karya D. Zawawi
digunakan untuk bertarung, apalagi sampai Imron didominasi imaji penglihatan atau visual.
membunuh lawan. Ketiga, kata konkret yang terdapat dalam
Dalam keyakinan masyarakat Bugis, kumpulan puisi yang berjudul Mata Badik Mata
mereka meyakini bahwa badik yang difungsikan Puisi karya D. Zawawi Imron bermuara pada
sebagai benda pusaka, jika digunakan untuk kata ‘badik’ sebagai kata utama dalam
membunuh akan terdapat noda kemarahannya, penciptaan kumpulan puisi tersebut.
dan bila dikeluarkan dari sarungnya, maka badik Pada analisa peran ‘badik’, terdapat tiga
tersebut akan meminta korban lagi sebagai peran badik dalam kumpulan puisi Mata Badik
‘makanannya’. Selain itu, badik pusaka biasanya Mata Puisi karya D. Zawawi Imron bagi
berwujud lebih indah dan lebih halus, terkadang masyarakat, yaitu (1) badik berperan sebagai
bahkan diberi tambahan ornamen dari emas atau senjata, (2) badik berperan sebagai identitas diri,
permata. Puisi yang berjudul Ziarah terkenang dan (3) badik berperan sebagai benda pusaka.
Sultan Hasanuddin, salah satu puisi yang ada
dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata Puisi DAFTAR PUSTAKA
karya D. Zawawi Imron merupakan puisi yang
menggambarkan bahwa badik berperan sebagai Endraswara, S. 2008. Metodologi Penelitian Sastra.
benda pusaka yang bagi masyarakat hal itu Yogyakarta: Medpress.
merupakan sesuatu yang penting. Berikut puisi Imron, D. Z. 2012. Mata Badik Mata Puisi. Makassar:
yang bejudul Ziarah terkenang Sultan Hasanuddin. Esensi.
Murtaufiq, S. 2015. Hermeneutika Al-Quran: Kritik
Ah, debu namanya atas Pemikiran Nasr Abu Zaid. Jurnal
yang menyanyikan dedaunan gugur Akademika. 9(1): 1-15.
Gelisah ranting-ranting terasa Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif.
pada siang di perkuburan Bandung: Remaja Rudakarya.
Mustapa. 2011. Elemen-elemen Hermeneutika
Dan gadis-gadis datang Fakhruddin Al-Razi dalam Kitab Mafatih Al-
menjelma selendang ungu Gaib (Studi Surat al-Kautsar). Tesis.
Sementara di perbukitan Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan
menderu burung derkuku Kalijaga.
Ratna, I N. P. 2008. Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Ah, debu juga namanya Pustaka Pelajar.
yang menyabarkan ziarah itu Ricoeur, Paul. 2012. Teori Interpretasi. Yogayakarta:
Siang gjadi berarti Ircisod.
dalam busukan kembang-kembang Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Badik yang tidur akan bangun Supeno, B. 2012. Kritik Terhadap Penerapan
hanya menunggu sangkakala Hermeneutika dalam Studi Islam (Kajian
(Imron, 2012:173) Komparatif Pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd
dan Hasan Hanafi). Tesis. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

168

Anda mungkin juga menyukai