http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka
2
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
This research is classified of hermeneutics, that is to study about the structure of poetry and
the interpretation of 'badik' in form of poetry collection entitled Mata Badik Mata Puisi
by Zawawi Imron. The used of Paul Ricoeur hermeneutics theory in this study is very
appropriate because it acquired the optimal analysis with the text being studied that is
poetry collection entitled Mata Badik Mata Puisi by Zawawi Imron. This study examines
the style of words that includes aspects of diction, imagery, concrete words and the role of
'badik' in a collection of poems Mata Badik Mata Puisi by Zawawi Imron to society. The
approaches used in this study are the structural and hermenutics approach. Hermeneutical
approach deepened by using the theory of Ricoeur hermeneutics. Ricoeur hermeneutics
theory begins with interpretator as a research subject.
© 2017 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: p-ISSN 2301-6744
Jl. Raya Sampung – Tawangrejo RT.06/RW.03
e-ISSN 2502-4493
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah (59274)
E-mail: nadiralimabelas@gmail.com
161
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168
162
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168
Penelitian lain yang berkaitan dengan responden, dan (3) metode ini lebih peka dan
hermeneutika dikaji oleh Murtaufiq (2015) dalam lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penelitiannya yang berjudul “Hermeneutika penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-
dalam Studi Al-Quran: Kritik Atas Pemikiran pola nilai yang dihadapi.
Nasr Abu Zaud”. Murtaufik (2015) dalam Metode kualitatif adalah prosedur
penelitian ini menganalisa kritik pada sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
teori yang dimiliki oleh Nasr Abu Zaud. Teori berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
Nasr Abu Zaud digunakan untuk orang dan perilaku yang diamati. Hal-hal yang
menginterpretasi Al-Quran sebagai sebuah teks. perlu dipaparkan melalui analisis teori
Hasil penelitian tersebut berupa pembuktian- hermeneutika Paul Ricoeur dalam penelitian ini
pembuktian bahwa penafsiran dan studi Al- meliputi data dan sumber data, variabel, teknik
Quran dianggap relevan dengan menggunakan pengumpulan data, dan teknik analisis.
teori Nasr Abu Zaud. Adapun langkah kerja analisis teori
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian hermeneutika Paul Recoeur mencakup:
yang berjudul Badik dalam Mata Badik Mata Puisi 1. Langkah objektif (penjelasan), yaitu
karya D. Zawawi Imron: Perspektif Paul menganalisis dan mendeskripsikan aspek
Ricoeur, sangat penting untuk dilaksanakan. semantik pada metafora dan simbol
Tujuan penelitian ini adalah memaparkan gaya berdasarkan tataran linguistiknya,
kata yang meliputi aspek diksi, imaji, dan kata 2. Langkah refleksif (pemahaman), yaitu
konkret dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata menghubungkan dunia objektif teks dengan
Puisi karya D. Zawawi Imron, dan memaparkan dunia yang diacu (reference), yang pada aspek
peran ‘badik’ dalam kumpulan puisi Mata Badik simbolnya bersifat nonlinguistik, langkah ini
Mata Puisi karya D. Zawawi Imron bagi mendekati tingkat ontologisme, dan
masyarakat. 3. Langkah filosofis, yaitu berpikir dengan
menggunakan metafora dan simbol sebagai
METODE titik tolaknya. Langkah eksistensial atau
ontologi, pemahaman pada tingkat being atau
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai keberadaan makna itu sendiri, yaitu
pendekatan hermeneutika Paul Ricoeur. Disebut mendeskripsikan ‘badik’ dalam kumpulan
sebagai hermeneutika Paul Ricoeur karena tradisi puisi Mata Badik Mata Puisi karya D. Zawawi
kerja pengetahuan seperti penelitian ini, peneliti Imron.
dituntut untuk dapat menghadirkan pemahaman
serta tafsir baru yang tidak berkutat pada Teknik dan Prosedur Pengadaan Data
perdebatan yang tertuang pada teks yang diteliti Teknik pengumpulan data yang digunakan
serta melakukan kerja-kerja dialektis dengan dalam penelitian ini adalah teknik noninteraktif
menghadirkan fakta-fakta historis yang dapat dengan menggunakan model analisis konten
‘menantang’ statemen yang dikemukakan oleh (analisis isi). Analisis konten biasa digunakan
pengarang. dalam penelitian kualitatif. Analisis isi adalah
Metode kualitatif ini digunakan sebagai penelitian mengenai isi teks secara mendalam.
metode untuk memberikan perhatian terhadap Endraswara (2008) menyatakan bahwa analisis
data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konten merupakan model kajian sastra yang
konteks keberadaannya (Ratna, 2008). Menurut tergolong baru. Kebaruan dapat dilihat dari
Moleong (2000) bahwa penelitian deskriptif sasaran yang hendak diungkap. Yakni, analisis
kualitatif digunakan berdasarkan pertimbangan: konten digunakan untuk mengungkap,
(1) menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah memahami, dan menangkap pesan karya sastra.
apabila berhadapan dengan kenyataan, Analisis konten adalah strategi untuk
(2) metode ini menyajikan secara langsung menangkap pesan karya sastra. Tujuan analisis
hakikat hubungan antara peniliti dengan konten adalah membuat inferensi. Inferensi
163
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168
164
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168
Kata-kata puitis tersebut dapat dilihat dari dan kemudian tumbuh menghijaukan
kutipan berikut. langit dan bumi.
Dalam aminmu, semoga telah terasah
Mengalir ia ke sebuah noktah kata-kata yang siap menerbangkan puisi
Waktu berjingkat bagai gegabah (Imron, 2012:10)
Habis ke bukit turun ke lembah
Rasa letih bergetah darah Penulis memilih kata badik untuk
(Imron, 2012:8) mengomunikasikan kepada pembaca bahwa
betapa pentingnya badik dalam kehidupan
Penulis dalam kutipan puisi Renungan itu mayarakat Bugis Makassar. Ibarat senjata yang
menggunakan kata-kata puitis yang sangat jelas selalu diandalkan dalam pertempuran, badik
terlihat pada larik pertama, kedua, ketiga, dan mewakili ‘pribadi’ yang sangat berarti bagi
keempat. Penulis mengomunikasikan sebuah budaya. Dalam larik pertama, ‘Badik
maksudnya kepada pembaca bahwa ia yang lain ialah hatimu’ menunjukkan betapa
mengalami kelabilan dalam kehidupannya. Larik ‘badik’ itu direpresentasikan menjadi sebuah hal
pertama, ‘Mengalir ia ke sebuah noktah’ dapat yang penting hingga disandingkan dengan kata
diartikan bahwa seseorang sedang dalam ‘hati’, menjadi sebuah yang wajar.
keadaan yang menyenangkan. Kata ‘noktah’ Larik yang lain, ‘Dalam aminmu, semoga
menjadi kata kunci, dapat diartikan bahwa telah terasah’ memproyeksikan bahwa penulis
‘noktah’ merupakan gambaran hal yang dalam posisi berdoa, meminta sesuatu hal agar
menyenangkan. hal tersebut dapat terwujud. Hal itu dituangkan
Pada larik kedua, ‘Waktu berjingkat bagai dengan pilihan kata ‘dalam aminmu’. ‘Dalam
gegabah’, penulis ingin menunjukkan bahwa aminmu’ tidak sekadar meminta sesuatu pada
kesenangan yang sedang dialami oleh seseorang Tuhan, melainkan ke-amin-nan yang diinginkan
itu diluapkan dengan cara yang berlebihan, yang benar-benar dapat terkabulkan.
tidak hati-hati. Dari arti dua larik tersebut masih Hal itu diperkuat dengan kata-kata yang
menunjukkan hubungan yang koheren. mengikuti larik tersebut, yaitu ‘semoga telah
Pada larik ketiga, ‘Habis ke bukit turun ke terasah’. Arti dari ‘semoga telah terasah’ dalam
lembah’, penulis menggambarkan keadaan yang larik tersebut yaitu hal yang diinginkan tersebut
bertolak belakang dengan keadaan pada larik benar-benar telah siap untuk diberikan. ‘Terasah’
pertama. Jika pada larik pertama penulis dalam hal ini mengacu ke ‘badik’. Badik yang
menggambarkan keadaan yang menyenangkan, notabene senjata khas warga Bugis Makassar
pada larik ketiga ini penulis menggambarkan akan menjadi tajam dan bisa digunakan dengan
dengan keadaan yang menyedihkan. Hal itu optimal manakala badik tersebut diasah agar
ditunjukkan pada penggalan larik ketiga yaitu menjadi tajam. Jika suatu senjata tajam maka
‘turun ke lembah’. Makna dari turun ke lembah senjata tersebut bisa digunakan dengan hasil yang
merupakan gambaran keadaan penurunan optimal.
tingkat kehidupan sosial manusia yang Di sinilah maksud dari penulis. Dengan
sebelumnya di atas menjadi di bawah atau ke senjata yang tajam, maka doa yang diinginkan
bawah. pun dapat langsung dikabulkan. Karena tajam
Pilihan kata yang puistis juga digunakan yang dimaksud penulis yaitu kuasa Tuhan untuk
penulis dalam puisinya yang berjudul Badik mengabulkan doa umatnya, sesuai doa yang
Semoga. Kata-kata puitis tersebut dapat dilihat diinginkan oleh umatnya.
pada kutipan berikut.
Imaji
Badik yang lain lagi ialah hatimu Imaji merupakan kata atau susunan kata-
yang menyunggi sebuah kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
nyiru tempat semua biji indrawi. Dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata
bertasbih dulu sebelum ditanam
Puisi karya D. Zawawi Imron ada beberapa puisi
165
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168
yang mengungkapkan pengalaman indrawi Dan inilah yang menjadi daya tarik dari
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. puisi Pancana. Penulis menunjukkan betapa
Salah satunya yang berjudul Mengaji pada indahnya keadaan yang ada di sekitar Jembatan
Padi. Puisi tersebut mengungkapkan pengalaman Pancana. Dan keindahan itu penulis gambarkan
indra penglihatan pada sebagian kata-kata yang lewat puisi.
ada dalam lariknya.
Kata Konkret
Pada padi yang berjurai Kata konkret merupakan kata yang
Ada hati pahlawan yang renyai ditangkap dengan indra yang memungkinkan
Yang membetulkan atmosfer munculnya imajinasi. Kata-kata ini berhubungan
Dan bisik-bisik suci pada air
dengan kiasan atau lambang. Pada kumpulan
Antara Maros ke Sigeri
puisi Mata Badik Mata Puisi karya D. Zawawi
Padi yang berjurai seakan mengerti
Sujud yang runduk pada gairah Imron, kata konkret dapat ditemukan dalam
Kan kembali mencerlangkan fitrah beberapa puisi, salah satunya puisi yang berjudul
(Imron, 2012:5) Renungan. Berikut kutipan puisi tersebut.
Pada puisi itu tampak jelas bahwa di bawah umbul-umbul yang berdebar
pengungkapan pengalaman indrawi penglihatan ada gairah yang berkobar
detik demi detik tak boleh terlantar
sangat terasa. Hal ini karena ada bebrapa larik
hakikat badik tak dijual di pasar-pasar
yang memang dengan sengaja penulis tuliskan
(Imron, 2012:8)
agar pesan yang ingin disampaikan bisa benar-
beanr dipahami.
Pada puisi tersebut, kata ‘badik’ digunakan
Pada larik ‘Pada padi yang berjurai’,
penulis untuk merujuk bukan pada makna benda
kelihatan penulis menggambarkan sebuah padi
‘badik’ yang sebenarnya. Karena dalam larik
yang terjurai. Artinya, peenggambaran padi yang
tersebut, kata ‘badik’ hadir dengan bunyi yang
terjurai hanya bisa dirasakan dengan
maknanya kontradiksi dengan makna ‘badik’
memanfaatkan indra penglihatan.
yang sebenarnya. Kata ‘badik’ yang diikuti
Pengimajian indra penglihatan juga
dengan ‘tak dijual di pasar-pasara’
terdapat pada puisi yang berjudul Pancana.
mengidentifikasikan bahwa ‘badik’ mempunyai
Berikut petikan puisi yang berjudul Pancana.
makna lain. Dalam hal ini, ‘badik’ yang
dimaksud merupakan simbol dari ‘kejujuran’.
Ujung rumput itu berbisik pada matahari
Penulis ingin memberikan gambaran bahwa
di jembatan Pancana
Saat awan menyisih ke atas kaki langit ‘kejujuran’ merupakan sesuatu yang tidak mudah
membentuk kaligrafi cinta ditemukan pada diri manusia.
(Imron, 2012:60) Penulis menggunakan ‘badik’ sebagai
simbol ‘kejujuran’ karena ‘kejujuran’ yang
Pada puisi tersebut tampak jelas citraan dianggap penulis sebagai sesuatu yang langka.
penglihatan yang dituliskan oleh penulis. Larik Dengan mengangkat ‘kejujuran’ sebagai hal yang
‘di jembatan Pancana saat awan menyisik ke atas tidak banyak dimiliki oleh seseorang, kata ‘badik’
kaki langit membentuk kaligrafi cinta’ hanya dianggap pas oleh penulis untuk mengespresikan
dapat dirasakan dengan menggunakan indra seninya sebagai kritikan yang tepat.
penglihatan.
Dalam puisi tersebut, penulis menonjolkan Peran Badik dalam Kumpulan Puisi Mata Badik
citraan penglihatan karena citraan penglihatan Mata Puisi Karya D. Zawawi Imron bagi
dianggap sesuai dengan pesan yang ingin Masyarakat
disampaikan kepada pembaca. Dengan Badik merupakan salah satu jenis senjata
menggunakan citraan penglihatan, kekuatan tradisional yang menjadi identitas budaya suku-
kata-kata yang digunakan penulis menjadi hidup. suku bangsa di bumi Melayu, termasuk sebagai
166
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168
senjata khas orang-orang Bugis, Makassar, sebuah nilai “Air itu pasti berwarna marah,”
Mandar, dan sejumlah suku bangsa lainnya di katamu. Warna itu tak teramat penting, karena
Sulawesi Selatan, serta etnis-etnis lainnya yang darah itu menjadi sia-sia bila tidak meneteskan
keringat yang menghidupkan janji-janji yang
tersebar di berbagai tempat lainnya. Khusus
bernilai. Aku tak tahu hati yang mutiara, tapi
dalam tradisi orang Bugis, badik dikenal dengan
semogalah! Rambut bulan bebas berjurai.
nama kawali. Ada tiga peran badik yang terdapat (Imron, 2012:19)
dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata Puisi
karya D. Zawawi Imron bagi masyarakat, yaitu Badik Berperan sebagai Identitas Diri
(1) badik berperan sebagai senjata, (2) badik Menurut pandangan orang Bugis, setiap
berperan sebagai identitas diri, dan (3) badik jenis badik memiliki kesaktian atau kekuatan
berperan sebagai benda pusaka. Berikut tiga gaib. Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi,
peran badik dalam kumpulan puisi Mata Badik keadaan, dan proses kehidupan si pemilik badik.
Mata Puisi karya D. Zawawi Imron bagi
Seseuai dengan hal itu, terdapat kepercayaan
masyarakat. dalam keyakinan pada masyarakat adat Bugis
bahwa badik juga mampu mendatangkan
Badik Berperan sebagai Senjata ketenangan dan kedamaian lahir maupun batin,
Fungsi utama badik adalah sebagai senjata kesejahteraan, serta kemakmuran.
untuk membela diri atau untuk digunakan ketika Sebaliknya, badik Bugis dipercaya pula
menghadapi duel. Badik yang dipakai sebagai dapat mendatangkan kesusahan, kemelaratan,
senjata biasanya dilengkapi juga dengan racun kemiskinan atau kesengsaraan bagi orang yang
yang dioleskan pada badan badik. Namun, kadar memilikinya jika tidak benar dalam
racun tersebut tergantung tujuan penggunaan pengunaannya. Dengan demikian, badik tidak
badik itu sendiri, apakah untuk membunuh atau hanya difungsikan sebagai senjata untuk
hanya untuk sekadar berduel dalam pertarungan. membela diri atau untuk aktivitas berburu
Badik yang memang sengaja akan semata, melainkan juga sebagai salah satu bentuk
digunakan untuk membunuh lawan tentu kadar identitas diri dari suatu komunitas etnis atau
racunnya lebih tinggi daripada badik yang kelompok adat. Dan hal itu sudah berlangsung
dipakai untuk berduel. Sedangkan badik yang sejak berabad-abad yang telah lampau.
digunakan untuk berduel kadar racunnya lebih Pada kumpulan puisi yang berjudul Mata
rendah atau terkadang tidak mengandung racun Badik Mata Puisi karya D. Zawawi Imron,
sama sekali jika tujuannya hanya untuk melukai terdapat satu puisi yang menunjukkan bahwa
musuhnya. Sasaran utama penggunaan badik badik berperan sebagai identitas diri. Puisi
dalam pertarungan biasanya untuk menikam tersebut berjudul Angin. Berikut kutipan puisi
pada bagian tengkuk lawan sehingga ujung badik yang berjudul Angin.
dibuat keras. Bentuk badik didesain pula untuk
mengiris dan oleh karena itulah bagian sisi badik Kukaji angin yang keluar masuk tubuhku,
biasanya sangat tajam. sesekali mendesah dan sesekali barlagu
Pada puisi yang berjudul Darah yang membetulkan arah kiblatku. Kicau kepondang
terdapat dalam kumpulan puisi Mata Badik Mata mengayun dahan-dahan rindang karena di
Puisi karya D. Zawawi Imron, badik berperan atasnya tak bosan-bosan menimbang tarian
sebagai senjata. Berikut puisi yang berjudul Darah layang-layang Aku makin tak tahu, desir-desir
menafsir kemarau. Dan terasa akulah angin itu,
yang menunjukkan bahwa badik mempunyai
bermain antara badai dan teduh yang rahasia.
peran sebagai senjata.
Dalam rengkuhanku, harum tidak berkurang
dan busuk tidak bertambah, sehingga malaikat
Dalam tubuh ini air tak berhenti berlari
pun tak meragukan kesaksianku. Sayang, aku
mengejar takdir ke hutan-hutan Tana Toraja,
tak bisa dilihat, karena itu tak pernah tua
huruf-huruf terjaga dari tidurnya membaca sehingga bunga-bunga memberiku rasa malu
jejak-jejak yang terbilang. Jejak-jejak
berceceran tak kelihatan, tapi di langit tertulis
167
Dodi Ariyanto dan Agus Nuryatin / SELOKA 6 (2) (2017) : 161 - 168
168