Anda di halaman 1dari 9

BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu

Volume 1, No. 03, Juli 2022


ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIKA TERHADAP LIMA


SAJAK DARI BUKUPUISI
BIYANGLALA KARYA ABDUL WACHID B.S.

Windi margining
Program Studi Teknik Pengolahan Karet dan Plastik,
Politeknik ATK, Yogyakarta, Indonesia
Bantul 55188, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188
Email: windimargining08@gmail.com

Abstrac
This research aims to appreciate literary works in this case in the form of poetry, besides that this
research aims to find out the meaning of the value of poetry contained in the biyanglala book, this
research aims to reveal the meaning of the message contained in the poem This research uses a
semiotic method. The stages carried out in this study are reading the rhymes, recording the
findings, classifying the data and identifying the data by paying attention to the theory and relevant
research that has been done before. The analysis of poetry rhymes is also based on heuristic and
hermeneutic readings to reveal the structure and patterns and values underlying the rhymes,
revealing the complex interaction between form and content. The theory used in this article is
Michael Riffaterre's semiotic structural theory by using semiotic analysis in Abdul Wachid B.S.'s
book
Keywords: semiotics by riffaterre; heuristics; hermeneutic; poem,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengapresiasi karya sastra dalam hal ini berupa puisi, selain itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna nilai puisi yang terdapat dalam buku biyanglala,
penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna pesan yang terkandung dalam puisi tersebut
Penelitian ini menggunakan metode semiotik. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
membaca sajak, mencatat hasil temuan, mengklasifikasikan data dan mengidentifikasi data dengan
memperhatikan teori dan penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis sajak puisi
juga Berdasarkan pembacaan heuristic dan hermeneutik untuk mengungkap struktur dan pola dan
nilai yang mendasari sajak, mengungkapkan interaksi yang rumit antara bentuk dan isi. Teori yang
digunakan dalam artikel ini adalah teori struktural semiotik Michael Riffaterre dengan
menggunakan analisis semiotik dalam buku Abdul Wachid B.S.

Kata-kata kunci : semiotika riffaterre; heuristik; hermeneutik; puisi

PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan sebuah tulisan yang merupakan ekspresi jiwa penciptaan seorang
pengarang dengan disertai nilai seni estetis. Karya sastra mempunyai keistimewaan yang tinggi
karena bersifat imajinatif, kreatif, dan inovatif (novelty), termasuk puisi.). Dalam praktik
kepenulisannya, puisi memiliki banyak jenis atau bentuk guna menyesuaikan tingkat
perkembangan zaman seperti yang diungkapkan Riffatere (dalam Pradopo 2014)
Ekspresi jiwa pengarang sebenarnya dapat dihubungkangkan dengan keterkaitannya ke
dunia sosial tertentu.Sebuah karya sastra, terkhusus pada puisi, menuangkan penggambaran
kehidupan yang mengandung fakta-fakta sosial yang dilihat oleh penyair pada masa-masa tertentu.
Maka,memandang karya sastra juga dapat diartikan sebagai penggambaran dunia dan kehidupan·
atau yang hendak digambarkan (Muslimin 2011). Menurut isinya, puisi terbagi ke

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 195


BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu
Volume 1, No. 03, Juli 2022
ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

dalam tiga bagian, yakni, puisi epik yang berisi sebuah cerita panjang hingga beriburibu bait, puisi
lirik yang berisi perasaan, pikiran, dan sikap penyair, dan puisi
dramatik yang dibuat untuk sebuah drama yang panjangnya terbatas, dan tidak sepanjang puisi
epik (Kamil, 2009: 15-16) Sejalan dengan hal tersebut, Swingewood mengemukakan bahwa karya
sastra juga dapat disebut sebagai bentuk cerminan zaman atau peristiwa dengan melakukan
pembacaan karya sastra secara menyeluruh dan rinci terhadap karya satra akan kita akan
mengetahui apa yang terjadi pada masyarakat tersebut pada saat karya itu diciptakan (Laurenson &
Swingewood 1972,13). Ekspresi sosial yang dituangkan pengarang berfungsi sebagai bentuk
pencapaian fungsi karya sastra dalam mengungkap fenomena dalam realitas dunia sosial. Terdapat
banyak fenomena yang membuat pengarang menciptakan karya sastra.

Dari penjelasan di atas, penelitian tentang puisi menjadi suatu hal yang sangat penting.
Buku puisi Biyanglala karya Abdul Wachid B.S akan dipahami sebagai sebuah gagasan yang
memunculkan metafora, simbol, dan moral kehidupan. Teori Muslimin akan menjadi alat utama
untuk membongkar tafsir terhadap buku puisi Biyanglala karya Abdul Wachid B.S. Oleh karena
itu,. Dalam penelitian ini, saya akan menggunakan metode analisis semiotik Riffaterre untuk
menganalisis sebuah puisi yang ditulis oleh Abdul Wachid B.S. dalam buku "Biyanglala".
Puisi ini dipilih karena memiliki kompleksitas dan kekayaan makna yang menarik untuk
diteliti. Fokusanalisis saya akan difokuskan pada (1)ketidaklangsungan ekspresi dalampuisi, di
manapenggunaan bahasa yang berbeda dan pergeseran makna akan dieksplorasi. Selain itu,
sayajuga akan melibatkan (2)pembacaan heuristik dan hermeneutik dalammemahami puisi ini,
untuk menggali peran pembaca dalam konstruksi makna
Langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi pembacaan sajak,
penandaan kata, pencatatan data, mengklasifikasikan data, setelah itu datadata yang terkumpul
disesuaikan dan dianalisis kembali, dengan pendapat ahli dan juga beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menghasilkan data tertulis. Penelitian ini tidak hanya
berhenti pada proses analisis data saja namun, data yang dikumpulkan nantinya juga akan
disimpulkan.
Diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan kontribusi dalam pemahaman lebih
mendalam tentang puisi Abdul Wachid B.S. dalam buku "Biyanglala", serta memperkaya
pemahaman kita tentang gaya sastra dan penggunaan bahasa dalam puisi.

2. METODE

2.Metode Penelitian
Penelitian ini, termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan dalam hal ini adalah pembacaan sajak, setelah
pembacaan, dilanjutkan dengan teknik simak, sadap, dan catat Mahsun (dalam Himawan et al.,
2020).
Data hasil kajian dituliskan secara sistematis dengan menggunakan metode penelitian yang tepat
sesuai dengan objek kajian, mengingat objek kajian penelitian ini adalah karya sastra puisi yang
menggunakan bahasa sebagai medium utama, maka penyusunan hasil kajian diharapkan mampu
memberikan pemahaman kepada pembaca umum. “Sistemastis artinya seorang peneliti harus
bekerja secara teratur di dalam upaya memecahkan masalah”(Siswantoro, 2016:56). Hal ini
penting untuk dilakukan karena dapat memberikan kemudahan bagi pembaca umum untuk
membaca teori yang dipergunakan dan hasil kajian yang penulis lakukan.
Lalu ada metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, menjelaskan
secara rinci dan runtut makna yang terkandung dalam puisi yang dianalisis menggunakan metode
semiotika dan metode deskriptif penjelasan yang dipaparkan penelitian ini dapat disajikan dengan
baik dan objektif. “Keniscayaan bahasa dalam sastra sekaligus melemahkan gagasan mengenai
karya sastra sebagai ekspresi pengalaman subjektif sastrawan” (Faruk, 2017:50).

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 196


BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu
Volume 1, No. 03, Juli 2022
ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

Kajian deskriptif diuraikan dengan kata-kata sebagai cara untuk menjelaskan isi dari objek kajian,
secara semiotik., karena data yang diambil dan dianalisis berupa kata atau frasa dan disajikan
melalui kata, frasa, dan kalimat yang mudah dipahami oleh pembaca umum. Dengan membaca
puisi secara dengan pendapat ahli dan juga beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian ini menghasilkan data tertulis. Penelitian ini tidak hanya berhenti pada proses analisis
data saja namun, data yang dikumpulkan nantinya juga akan disimpulkan.

1. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Pembacaan Heuristik dan Pembacaan Hermeneutik


Pembacaan heuristik disebut juga dengan parafrase, yaitu proses memparagrafkan atau
menarasikan suatu puisi. Pradopo (2010: 295) menerangkan dalam pembacaan heuristik, sajak
dibaca berdasarkan konvensi bahasa atau sistem bahasa sesuai dengan kedudukan bahasa sebagai
sistem semiotik tingkat pertama. Sajak dibaca secara linier sebagai dibaca menurut struktur
normatif bahasa. Pembacaan hermeneutik, menurut Pradopo (2010: 297), adalah pembacaan ulang
dari awal sampai akhir dengan penafsiran atau pembacaan hermeneutik. Pembacaan ini adalah
pemberian makna berdasarkan konvensi sastra (puisi). Puisi menyatakan suatu gagasan secara
tidak langsung, dengan kiasan (metafora), ambiguitas, kontradiksi, dan pengorganisasian ruang
teks (tanda-tanda visual).
Hasil penelitian menggunakan metode semiotika mengenai makna puiai 1.kue lumpur ,2.hujan
pagi 3.garwa 4.suara ibu 5.mata dari buku Biyanglala karya Abdul Wachid B.S. adalah sebagai
berikut:
.
b. Puisi “kue lumpur” dalam Buku Puisi biyanglala Karya Abdul Wachid B.S.

Kue Lumpur
tidak ada lumpur yang
ada hanyalah lumpur di dalam angan
padahal adonan tepung terigu, kentang
santan mengentalkan kenangan

margarine, telur
gula, garam, vanili yang mengatur
harum senyum seorang nenek manis
seperti buah kelapa bercampur kismis

tetapi setiap aku memakan kue ini


terbayang rumah kakekku yang
terendam di dalam kue lumpur, kini
kenangan mengentalkan suara mengaji
yogyakarta, 30 oktober 2017

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 197


BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu
Volume 1, No. 03, Juli 2022
ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

Berdasarkan pembacaan heuristic dan hermeneutik, makna ‘Kue Lumpur’ di dalam sajak
merupakan simbol dari ‘Alam Kubur’. Lumpur merupakan simbol tanah tempat menguburkan
seseorang yang telah meninggal dunia. Sajak tersebut menceritakan tentang sebuah peristiwa yang
dialami oleh sang penyair. Penyair teringat kepada sebuah kenangan tentang hal-hal yang membuat
neneknya selalu tersenyum manis. Namun, setiap kali memikirkan kenangan itu terbayang
kakeknya yang telah tiada dan tinggal terkubur di tanah (lumpur) atau di alam kubur. Sehingga,
setiap kali kenangan itu muncul dalam angan, maka penyair akan mengaji untuk kakeknya yang
telah tiada. Hal tersebut terungkap melalui pembacaan semiotik. Tanda yang mengarahkan bahwa
‘Kue Lumpur’ yang dimaksud di dalam sajak tersebut adalah ‘Alam Kubur’ terdapat pada larik:

terbayang rumah kakekku yang


terendam di dalam kue lumpur, kini
kenangan mengentalkan suara mengaji

Jadi, model dari matriks dalam sajak Kue Lumpur terdapat pada judul sajak itu sendiri dani
juga muncul pada larik tiga terakhir sajak. Makna alam yang terkandung di dalam sajak Kue
Lumpur yang berarti ‘Alam Kubur’, mengingatkan kita terhadap kematian. Seseorang yang telah
tiada tiadalah butuh kenikmatan dunia lagi. arti sajak ‘terendam di dalam kue lumpur’ yang
mempunyai arti bahwa kenangan terdadulu sudah mulai ikut pudar bersama memory yang
perlahan menghilang dan tidak bisa diulang kembali . pesan yang ingin disampaikan penyair yaitu
untuk selalu berdoa agar meminta pengampunan dan mendoakan agar tenang di alam selanjutnya.
Dan mengingatkan bahwa setiap yang hidup akan mati dan kembali kepada yang maha kuasa.

b. Puisi “hujan pagi” dalam Buku Puisi biyanglala Karya Abdul Wachid B.S.

HUJAN PAGI
hujan pagi tidak pernah
menghalangi kau aku menepati janji

hujan pagi hanya menambah


hangat yang menjalar ke akarakar darah

hujan pagi memberinya orkestrasi


pertemuan
antara desah dan resah

menjadi lirik dan lagu yang


menumbuhkan pohon dan bunga
yogyakarta, maret 2019

Berdasarkan pembacaan heuristik dan hermeneutik sajak Hujan Pagi merupakan sajak yang
bercerita tentang hujan di pagi hari yang tidak pernah menghalangi sepasang kekasih untuk
menjalankan kewajibannya. Namun, hujan di pagi hari justru menambah semangat. Hujan pagi
merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di bumi sebagai rezeki dari Tuhan. Hal tersebut
terungkap melalui pembacaan semiotik. Model dari matriks dalam sajak Hujan Pagi terdapat pada
judul sajak itu sendiri dan juga muncul pada larik pertama, ketiga, kelima, dan larik terakhir.

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 198


BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu
Volume 1, No. 03, Juli 2022
ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

Bagian pertama puisi isi menunjukkan arti kesetiaan laki-laki terhadap pasangannya yang tidak
pernah ingkar janji sebesar apapun hambatannya demi sang pujaan hatinya.

hujan pagi tidak pernah


menghalangi kau aku menepati janji

Pada larik ini penyair menuliskan kesungguhan dalam menjalin hubungan dengan
menempuh segala hambatan rintangan. Lalu makna lain yang mengarahkan bahwa ‘Hujan Pagi’
merupakan simbol dari rezeki yang sangat bermanfaat bagi kehidupan seluruh makhluk hidup
adalah larik sajak ‘hujan pagi tidak pernah’, ‘hujan pagi hanya menambah’, ‘hujan pagi
memberinya orkestrasi pertemuan’, dan ‘menumbuhkan pohon dan bunga’.
Makna cinta dari larik sajak ‘hujan pagi tidak pernah menghalangi kau aku menepati janji ‘
adalah hujan di pagi hari tidak menjadi penghalang untuk menjalankan suatu kewajiban. Makna
larik sajak ‘hujan pagi hanya menambah’ adalah hujan di pagi hari justru menjadi penambah
semangat dalam menjalani hari-hari.. Ungkapan puitis ini menyampaikan gagasan bahwa keadaan
eksternal, seperti hujan, tidak menghalangi individu untuk memenuhi komitmen mereka satu sama
lain. Sentimen ini mencerminkan tekad, ketangguhan, dan pentingnya menghormati janji meskipun
ada tantangan.
Ungkapan ini dapat diartikan sebagai metafora untuk kegigihan dan dedikasi dalam Hal ini
menunjukkan bahwa individu harus tetap teguh dan tak tergoyahkan dalam upaya mereka untuk
menegakkan janji-janji mereka, terlepas dari rintangan apa pun yang mungkin mereka hadapi.
Citra hujan di pagi hari berfungsi sebagai representasi simbolis dari kesulitan, sementara tindakan
menepati janji menandakan kesetiaan dan integritas.Sentimen yang diungkapkan dalam frasa ini
Makna larik sajak ‘hujan pagi memberinya orkestrasi pertemuan’ adalah hujan pagi merupakan
penghubung antara segala keadaan. Sedangkan, makna larik sajak. Selanjutnya pada larik:

menjadi lirik dan lagu yang


menumbuhkan pohon dan bunga

‘menumbuhkan pohon dan bunga’ adalah sumber kehidupan bagi makhluk hidup di bumi. Sajak
Hujan Pagi memiliki hubungan intertekstualitas agama yaitu atas Kebaikan tuhan yang telah
berikan kelimpahan rezeki untuk mereka, juga.

c. Puisi “garwa” dalam Buku Puisi biyanglala Karya Abdul Wachid B.S.
GARWA
garwa sigaran nyawa kauaku
akan abadi dipelukkan jodoh
lihat halaman kitab nasib
ini matahari mematangkan buah
hati, kauaku mengunduh hidup

wulan di senja memanggil pulang


untuk tundukkan diri kembali
lalui malammalam dalam kasihsayang
agar buahhari lebih indah
neruskan cerita anakturun cinta

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 199


BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu
Volume 1, No. 03, Juli 2022
ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

yogyakarta, 4 juli 2018

Berdasarkan pembacaan heuristik dan hermeneutik, sajak Garwa merupakan sajak yang
bercerita tentang seorang istri yang merupakan belahan jiwa sang penyair. Hari-harinya selalu
dipenuhi dengan rasa kasih sayang kepada sang istri. Kata ‘garwa’ sendiri diambil dari kata bahasa
Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘istri’. Sedangkan, ‘sigaran nyawa’ juga merupakan kata
yang berasal dari Bahasa Jawa yang berarti ‘belahan jiwa’. Hal tersebut terungkap melalui
pembacaan semiotik. Makna dalam yang ditulis pada larik pertama ‘sigaran nyawa’ mengartikan
belahan jiwa yang mempunyai hubungan cinta yang sangat mendalam antara dua orang laki-laki
dan perempuan terdapat pada .Bait ke-1, Bait ke-2, Bait ke-3, Bait ke-4 dan bait ke-5
garwa sigaran nyawa kauaku
akan abadi dipelukkan jodoh
lihat halaman kitab nasib
ini matahari mematangkan buah
hati, kauaku mengunduh hidup

Makna dari larik ‘ini matahari mematangkan buah’ adalah cahaya atau petunjuk dalam
memantapkan suatu pilihan atau keputusan yang sudah diyakini bahwa satu pilihan.
Selanjutnya makna dari larik ‘wulan di senja memanggil pulang’ wulan diartikan sebagai isteri
yang menungggu kepulangan suami,dan sosok laki-laki yang mempunyai tempat berpulang yang
dirindukan, menjadi rumah sebagai tempat berpulang yang dirindukan Sebab, seorang laki-laki
merupakan pemimpin yang bertugas untuk melindungi, menjaga, dan mengayomi seorang wanita
dan keluarganya nilai ini terdapat pada bait-5.

wulan di senja memanggil pulang


untuk tundukkan diri kembali
lalui malammalam dalam kasihsayang
Tafsir religiositas cinta pada puisi ‘garwa’ terdapat pada bait -7 ‘untuk tundukkan diri
kembali’ yang berarti mempasrahkan semuanya kepada tuhan dengan berdoa dan tunduk,
Sajak Garwa memiliki hubungan intertekstualitas dengan agama yang terdapat dalam kitab
(Kejadian 2:23) Tetapi mereka dijadikan satu oleh Allah.Allah menciptakan perempuan itu dari
tulang rusuk laki-laki yang berarti menjadi pendamping laki-laki atau teman sepadannya baik di
tengah kehidupan keluarga atau masyarakat luas. Mempunyai makna bahwa perempuan itu
memang diciptakan untuk menjadi pendamping laki-laki,menjadi support system, menjadi rumah
berpulang bagi suami. Dan mereka menjadi satu kesatuan yang saling memiliki dan menyayangi
setiap harinya diwarnai oleh cinta hingga maut memisahkan

d. Puisi “Suara Ibu” dalam Buku Puisi biyanglala Karya Abdul Wachid B.S.

SUARA IBU
setiap sapa dari suara akan menjelma ibumu
ketika nanti kerinduanmu hanya berbalas sepi
dan hampa menjadi muara dari airmatamu
setiap sapa dari istri akan mengekal ibumu
ketika esok kecintaanmu hanya berbelas sepi
dan tua menambah renta dari mata airmu

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 200


BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu
Volume 1, No. 03, Juli 2022
ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

Yogyakarta, 30 September 2019

Puisi yang berjudul 'SUARA IBU' ini mengungkapkan sajak kerinduan seorang anak
kepada ibunya .Sosok ibu yang telah tiada akan menceritakan banyak kisah kebahagiaan yang
tiada tara. Berdasarkan pembacaan heuristik dan hermeneutik, sajak suara ibu menggambarkan
Seorang ibu adalah sosok yang sempurna, baik secara lahir maupun batin. Ia akan terusakan terus
ada dalam pikiran dan hati seorang anak, meskipun orang tersebut sudah dewasa. Sosok ibu
sebagai lentera di kegelapan dan payung di kala panas atau hujan. Suara ibu akan terus
terngiangakan terus terngiang di mana pun kita berada.

ketika esok kecintaanmu hanya berbelas sepi


dan tua menambah renta dari mata airmu

Ungkapan puitis ini menunjukkan bahwa perjalanan waktu dapat membawa perubahan,
termasuk proses penuaan, dan dapat menyiratkan rasa melankolis atau refleksi atas perjalanan
waktu dan dampaknya terhadap cintadan tua menambah renta dari mata airmu .mempunyai arti
bahwa kesadaran seorang anak yang mempunyai hubungan erat dengan ibu karena nilai kasih
sayang atau nilai-nilai yang bersifat keibuan itu menjadi sangat penting dipegang menjadi dasar
kehidupan dalam hal itu juga menjadi representasinya sebagai seorang mukmin Makna dari larik
“Ketika esok cintamu hanya berbalas sepi” membayangkan hati seorang ibu penuh dengan
kerinduan, sekalipun dalam hal ini sang anak tentu saja mempunyai keluarga baru maka ketika
lirik didalam rumah tangga itu akan mendapatkan nilai-nilai kerinduan.
.

e. Puisi “Mata” dalam Buku Puisi biyanglala Karya Abdul Wachid B.S

Mata
tak ada lagi ketakutan dalam mataku
tersebab semua pandangan
adalah matamu yang indah, yang
cahayanya melebihi matahari

menjelma mata bagi harihari

yang kadang melelahkan hujan


yang ketika mengerjap
batas siang dan malam
menjadi cakrawala hatinurani

Puisi yang berjudul ‘mata’ ini dipersembahkan untuk seseorang yang mengikat hati penyair
melalui matanya . Mata yang menjadi penguat , menjadi titik peling pengikat diantara manusia
yang lain. Seseorang yang hadir di hari-harinya semakin membuat penyair jatuh cinta sampai
kapan pun.
Bahasa yang digunakan pada puisi ini adalah bahasa yang menunjukkan majas alegori dengan
ungkapan dan kiasan pada. Pada bait:

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 201


BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu
Volume 1, No. 03, Juli 2022
ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

tak ada lagi ketakutan dalam mataku


tersebab semua pandangan
adalah matamu yang indah, yang
cahayanya melebihi matahari
Ini menunjukkan kiasan bahwa penyair sangat terpikat dengan mata seseorang yang sangat
dikaguminya sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi penyair akan kehadiran orang tersebut.
Nilai pada bait ke-3: ‘adalah matamu yang indah, yang cahayanya melebihi matahari’
puitis dan metafora merupakan hal yang umum dalam mengekspresikan emosi dan sentimen.
Perbandingan mata seseorang dengan sinar matahari mencerminkan apresiasi yang mendalam
terhadap keindahannya dan dampaknya bagi yang melihatnya. Asosiasi metaforis dengan matahari
juga menyiratkan bahwa mata seseorang membawa cahaya, kehangatan, dan kegembiraan
sehingga memikat hati penyair akan kecantikan mata selanjutnya pada bait-5 ‘menjelma mata
bagi harihari’ mengartikan bahwa terlihat di depan mata setiap hari.
Hal ini dapat ditafsirkan sebagai metafora untuk tantangan hidup atau peristiwa yang tidak
dapat diprediksi. Untuk memberikan penjelasan yang komprehensif, saya akan mengambil dari
berbagai sumber untuk mengeksplorasi potensi makna dan interpretasi dari frasa ini.
Selanjutnya pada bait-6 dan bait -7 mengartikan niai indah yang dimiliki oleh seseorang
dari bentuk tubuh maupun sifat dan perilaku yang digambarkan penyair.

4. KESIMPULAN

Simpulan dari artikel analisis semiotik puisi dengan metode Riffaterre pada karya Abdul
Wachid B.S. dalam buku "Biyanglala" adalah bahwa metode Riffaterre memberikan
pendekatanyang kaya dan terstruktur dalam memahami puisi secara lebih mendalam.
Dalamanalisissemiotik, metode ini membantu mengungkapkan ketidaklangsungan ekspresi
dalampuisi, memandu pembaca dalam pembacaan heuristik dan hermeneutik, serta menggunakan
konsepmatrik, model, varian, dan hipogram untuk menganalisis makna puisi secara lebih terperinci
.hasil kesimpulan analisis sajak puisi:
Makna yang terkandung dalam sajak ‘Kue Lumpur’ mengingatkan memeory penyair yang
d terjadi dulu dan tidak bisa diulang kembali,dan memberi pesan bahwa kematian tidak bisa
dihindarkan dari manusia . Hubungan intertekstualitas dalam kehidupan yang diselipkan pada puisi
isi mempunyai pesan untuk selalu mengingat orang yang sudah meninggal dan mendoakannya
Makna sajak puisi ‘Hujan Pagi’ mempunyai pesan nilai cinta yang mendalam mengajarkan
pembaca untuk selalu menyayangi kepada passangan kita dan mengajarkan untuk selalu nepati
janji kepaada pasangan dan selalu bertanggung jawab meskipun memnghadapi masalah yang
berat.
Sajak puisi ‘Garwa’ ini bercerita betapa kagum penyair terhadap sang pujaan hatinya .
Makna alam yang terkandung dalam sajak bercerita tentang hujan yang merupakan sumber rezeki
bagi seluruh kehidupan makhluk hidup. Sajak Hujan pagi memiliki hubungan intertekstualitas
dengan agama bahwa manusia diciptakan berdampingan .
Makna sajak puisi ‘Suara Ibu’ menceritakan kisah keluarga penyair yang mempunyai
kerinduan besar terhadap ibunya yang sudah tiada,memory yang masih melekat menjadi puisi
yang diciptakan untuk mengenang ibu yang telah tiada.
Sajak puisi ‘Mata’ juga menceritakan kisah cinta penyair tentang pujaan hatinya yang
begitu indah sehingga semua terasa indah, banyak bahasa kiasan yang dipakai untuk
mengungkapkan ke kaguman terhadap pasangannya.

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 202


BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu
Volume 1, No. 03, Juli 2022
ISSN 2829-2049 (media online)
Hal 195-203

Hasil dari menganalisis puisi dari buku ‘Biyanglala’ penyair mengungkapkan cinta yang
begitu dalam tersirat dalam buku ini,dan menuangkan kisah hidupnya lewat puisi yang ia buat.
Semoga dengan adanya penelitian ini, dapat digunakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut,
berkaitan dengan analisis makna dalam karya sastra. Selain itu, dengan adanya penelitian ini,
diharapkan mampu menjadi upaya untuk melakukan sebuah apresiasi sastra, sehingga karya sastra
dapat terus berkembang dan dilestarikan, sesuai dengan perkembangan zaman.

Daftar Pustaka

Wachid B.S., Abdul. 2020. Biyanglala. Yogyakarta. CV. Cinta Buku.

Huri, Maretna R. "ANALISIS SEMIOTIKA RIFFATERRE DALAM PUISI DONGENG


MARSINAHKARYA SAPARDI DJOKO DAMONO". Universitas Negeri Padang

Damono, Sapardi Djoko. 2015. Melipat Jarak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Riana Anjasari | https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet | Page 203

Anda mungkin juga menyukai