Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PUISI

“AKU TULIS PAMPLET INI”


KARYA W.S. RENDRA
(KAJIAN SEMIOTIKA RIFFATERRE)

ATIKA DEWI SAPUTRI


Bahasa dan Sastra Arab – UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia
Email: 16310042@student.uin-malang.ac.id

Abstract
This research is about the semiotic analysis of Riffaterre found
in the poem I wrote this Pamplet by W.S. Rendra. The purpose
of this study is to describe the heuristic readings, hermeneutics
readings, matrices, models, variants, and Hypograms in the
poem I write this Pamplet. This research is a qualitative
descriptive study because the data is exposure to words and
sentences of the library study process. The data source in this
study was the poem I wrote this Pamplet's work on W.S.
Rendra, books, and journals relating to the semiotic theory of
Riffaterre. The data collection techniques used are read and
note-taking techniques, while the data analysis techniques used
are by means of data collection, data reduction, data
presentation, and withdrawal of conclusions.
Keywords: Semiotics, Riffaterre, Poetry

Abstrak
Penelitian ini berisi tentang analisis semiotika Riffaterre yang
terdapat dalam puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, matriks, model,
varian, dan hipogram yang ada didalam puisi Aku Tulis Pamplet
Ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif
karena datanya berupa paparan kata dan kalimat dari proses
studi pustaka. Sumber data dalam penelitian ini adalah puisi
Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra, buku, dan jurnal yang
berkaitan dengan teori semiotika Riffaterre. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan
catat, sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu
dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.
Kata Kunci: Semiotika, Riffaterre, Puisi

A. Pendahuluan
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang dibuat oleh
seorang penyair, yang didalamnya mengandung makna dan makna
tersebut tidak bisa diketahui secara implisit. Tidak semua pembaca dapat
memahami makna yang diinginkan oleh penyair, oleh sebab itu analisis
puisi sangatlah diperlukan. Menganalisis sebuah karya sastra berarti
usaha untuk menangkap dan memberi makna pada teks karya sastra.1
Karya sastra ialah sebuah karya yang memiliki ciri khas yang mutlak,
yaitu berupa keindahan dan keartistikan. Suatu karya dapat disebut
sebagai karya sastra jika mengandung nilai-nilai keindahan dan
keartistikan, begitu pula sebaliknya. Menurut Faruk, karya sastra itu
merupakan sebuah fakta semiotika yang melihat fenomena kebudayaan
sebagai sistem tanda yang sifatnya kognitif.2
Salah satu sastrawan Indonesia yang dikenal sebagai penyair legenda
adalah W.S. Rendra, banyak sekali para pecinta sastra yang terinspirasi
pada karya-karyanya. Aku Tulis Pamplet Ini merupakan salah satu puisinya
yang terkenal. Yang didalamnya berisikan kritik yang ditujukan pada
pemerintahan orde baru, tentu saja kata yang dipilih oleh W.S. rendra

1
Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta:
2012, hlm. 141.
2
Faruk , Siti Nurbaya Tinjauan Semiotik dan Strukturalisme Genetik, UGM, Yogyakarta: 1988, hlm.
7.
dalam puisi tersebut memiliki makna dan tanda yang ingin disampaikan
kepada para pembaca.
Setelah membaca puisi karya W.S. Rendra yang berjudul Aku Tulis
Pamplet Ini, peneliti merasa karya sastra ini memiliki makna yang unik
dan menarik untuk dijadikan sebagai objek dalam sebuah penelitian. Dan
puisi ini juga merupakan salah satu puisi yang paling terkenal dari W.S.
Rendra. Dengan memfokuskan pada semiotika Riffaterre sebagai teori
yang dipakai dalam menganalisis puisi, karena memang teori semiotika
Riffaterre ini sangat cocok digunakan untuk pemaknaan puisi.
Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Rinda Eka Nur
CahYanti dkk pada tahun 2018 yang melakukan analisis dengan
menggunakan teori yang sama dengan judul Analisis Semiotik Riffaterre
dalam Serpihan Sajak Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. Hasil
dari penelitian ini diperoleh struktur fisik berupa diksi, yang meliputi diksi
hujan, bunga, hidup, menundukkan kepala, sepatu, berbisik, kata-kata, dan
doa. Juga diperoleh struktur batin berupa nada, yang meliputi lugas,
menggurui, menyindir, mendikte dan sinis. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan struktur fisik diksi dan batin nada, pembacaan heuristik,
pembacaan hermeneuitik, matriks, model, varian, hipogram, relevansi dan
nilai pendidikan karakter dalam (SJHBJ) karya Sapardi Djoko Damono.3
Selain itu, Olih Solihin dan Imanuddin Ramdhani 2017 juga pernah
mengkaji Analisis Semiotik Michael Riffaterre Mengenai Interpretasi Teks
Éling-éling Mangka Éling Pupuh Asmaradana Karya R.A. Bratawijaya.
Adapun hasil penelitiannya yaitu (pembacaan heuristik) mengisahkan
rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk, (pembacaan hermeneutik)
memperlihatkan makna yang ada pada murid asmaradana yaitu tentang
fitrah seorang manusia yang memiliki rasa penyesalan, (matriks) kasih
sayang, (model) nafsu yang kemudian berubah menjadi penyesalan,
(varian) ditemukan pada bait pertama dari baris keempat dan baris kedua

3
CahYanti dkk, “Analisis Semiotika Riffaterre dalam Serpihan Sajak Hujan Bulan Juni Karya
Sapardi Djoko Damono”. Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Vol. I. No. 1 , Juni
2018, hlm. 121.
dari baris kedua, (hipogram) keadaan seorang manusia yang memiliki rasa
sukacita dalam hidupnya.4
Hartono pada tahun 2014 mengkaji dengan teori yang sama namun
dengan objek yang berbeda dengan judul Semiotika Riffaterre dalam Durga
Umayi Karya Y.B. Mangunwijaya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengungkap makna yang disampaikan oleh pengarang melalui tanda yang
ada dalam novel Dirga Umayi dengan menggunakan teori semiotika
Riffaterre. Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa novel Durga
Umayi karya Y.B. Mangunwijaya mengandung sebuah pesan nasionalisme
yang diutarakan oleh tokoh utama bernama Iin Sulinda Pertiwi, (matriks)
perjuangan hidup seorang perempuan dalam membela bangsa dan
negaranya, (hipogram) peristiwa yang terjadi di Indonesia terkait dengan
peristiwa menjelang kemerdekaan sampai setelah peristiwa G.30S PKI.5
Dari paparan kajian terdahulu diatas, beberapa penelitian
menggunakan teori yang sama yaitu teori semiotika Michael Riffaterre,
tetapi objek yang digunakan dalam beberapa penelitian tersebut berbeda-
beda. Oleh karena itu penulis merumuskan masalah yang akan dikaji
dalam artikel ini yaitu bagaimana analisis puisi Aku Tulis Pamplet Ini
menggunakan teori Semiotika Riffaterre. Adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mendeskripsikan pembacaan heuristik dan hermeneutik,
mendeskripsikan matriks, model, dan varian dan menunjukkan hipogram
dalam puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.R Supratman.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti terdiri dari jenis
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data. komponen-komponen tersebut memiliki beberapa langkah
penelitian, penjelasannya sebagai berikut:
a. Jenis Penelitian:

4
Solihin dan Ramdhani, “Analisis Semiotik Michael Riffaterre Mengenai Interpretasi Teks Éling-
éling Mangka Éling Pupuh Asmaradana Karya R.A. Bratawijaya”. Jurnal Ilmu Politik dan
Komunikasi. Vol. VII. No. 2, Desember 2017, hlm. 237.
5
Hartono, “Semiotika Riffaterre dalam Durga Umayi Karya Y.B. Mangunwijaya”. Penelitian
Mandiri. Oktober 2014, hlm. 1.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang sifatnya deskriptif dan juga lebih
cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.6 Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman
tentang analisis pembacaan heuristik dan hermeneutik, matriks, model,
dan varian, serta hipogram dalam puisi Aku Tulis Pamplet Ini.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penelitian deskriptif
yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan,
menguraikan dan menjelaskan fenomena dari objek penelitian, metode
ini menjelaskan objek secara alami, objektif, dan faktual.7 Sesuai dengan
pemaparan tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti ingin
mendeskripsikan dan menggambarkan analisis pembacaan heuristik
dan hermeneutik, matriks, model, dan varian, serta hipogram dalam
puisi.
b. Sumber Data:
Sumber data yaitu subjek yang menyediakan data penelitian atau
dari siapa dan dimana data penelitian tersebut diperoleh.8 Ada dua
jenis sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini,
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder:
1. Sumber data primer merupakan sumber data pokok yang
digunakan dalam penelitian baik berupa dokumentasi maupun
observasi. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah puisi
Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra.
2. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang digunakan
sebagai faktor pendukung dari sumber data primer. Sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah buku dan jurnal yang
bekaitan dengan teori semiotika Riffaterre.

6
Rukin, Metode Penelitian Kualitatif, Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia, Sulawesi Selatan: 2019,
hlm. 6.
7
Junaiyah dan Zaenal, Keutuhan Wacana, Grasindo, Jakarta: 2010, hlm. 113.
8
Muharto dan Arisandy, Metode Penelitian Sistem Informasi: Mengatasi Kesulitan Mahasiswa
dalam Menyusun Proposal Penelitian, Deepublish, Yogyakarta: 2016, hlm. 82.
c. Teknik Pengumpulan Data:
Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian,
teknik pengumpulan data yaitu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan data agar ia dapat menjelaskan permasalahan
penelitiannya.9 Data penelitian ini berupa paparan bahasa yang
merupakan sebuah wacana atau teks puisi. Teknik pengumpulan data
yang dipakai peneliti adalah teknik baca dan catat. Teks puisi Aku Tulis
Pamplet Ini yang merupakan sumber data primer yang dibaca secara
cermat dan berulang-ulang untuk menemukan makna yang terkandung
didalamnya.
d. Teknik Analisis Data:
Teknik analisis data merupakan proses mereviu dan memeriksa
data, menyinteksis dan menginterpretasikan data yang terkumpul
sehingga dapat menggambarkan fenomena sosial dari objek yang
diteliti.10 Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan cara
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
C. Kajian Teori
Semiotika merupakan sebuah model ilmu pengetahuan sosial untuk
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yaitu
‘tanda’. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang
bermakna tanda.11 Istilah semiotika ini kemudian menjadi populer atau
terkenal berkat pemikiran dari seorang filsuf dan ahli logika bernama
Charles Sander Peirce, ia menyamakan pengertian semiotika dengan
logika.
Setelah berjalannya waktu, semiotika pun dikembangkan menjadi
sebuah disiplin ilmu tersendiri, diantaranya Charles Morris, Roman
Jakobson, Jonathan Culler, Rolan Barthes, Umberto Eco, dan Michael

9
Firdaus dan ZamZam, Aplikasi Metodologi Penelitian, Deepublish, Yogyakarta: 2018, hlm. 103.
10
Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, Kencana, Jakarta:
2014, hlm. 400.
11
Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, Mitra
Wacana Media, Jakarta: 2013, hlm. 7.
Riffaterre. Teori semiotika yang digunakan oleh peneliti dalam
menganalisis puisi ini adalah semiotika yang dikembangkan oleh
Riffaterre.
Didalam bukunya yang berjudul Semiotics Of Poetry, Riffaterre
menyatakan bahwasanya pengertian puisi tidak hanya sekedar membawa
nuansa baru namun juga membuatnya lekat dengan semiotika, yaitu
bahwa sebuah puisi mengatakan sesuatu yang berbeda dari makna yang
dikandungnya (a poem says one things and means another).12
Riffaterre juga memperkenalkan istilah Superreader, dimana
Superreader merupakan sintesis pengalaman membaca dari beberapa
pembaca yang memiliki kompetensi berbeda-beda. Hal ini diharapkan
dapat menyingkap potensi semantik dan pragmatik dari pesan teks
melalui stilistika. Dan kesulitan akan muncul jika terdapat sebuah
penyimpangan gaya yang mungkin hanya dipahami dengan referensi lain
diluar teks.13
Riffaterre menyampaikan bahwa puisi itu selalu berubah dari dulu
sampai sekarang karena perkembangan selera dan konsep estetik yang
selalu berubah dari masa ke masa. Dijelaskan juga dalam bukunya yang
berjudul Semiotics Of Poetry bahwa ada beberapa hal penting dalam
pemerolehan makna pada karya sastra, yaitu; pembacaan secara heuristik
dan hermeneutik, matriks, model, dan varian-varian, serta hipogram.
Riffaterre berpendapat, untuk mendapatkan makna sajak secara
semiotik hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pembacaan
secara heuristik dan hermeneutik atau retroaktif. Pembacaan heuristik
yaitu pembacaan yang dilakukan berdasarkan struktur kebahasaan atau
secara semiotik adalah berdasarkan pada kaidah sistem semiotik tingkat
pertama. Sedangkan pembacaan hermeneutik yaitu pembacaan ulang
(retroaktif) setelah pembacaan heuristik dengan memberikan kaidah atau
pedoman sastranya.

12
Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2006, hlm. 86.
13
Taum, Pengantar Teori Sastra, Nusa Indah, Flores: 1997.
Matriks merupakan kata kunci atau intisari dari rangkaian teks, yang
bersifat hipotesis yaitu berupa aktualisasi gramatikal dan leksikal suatu
struktur. Matriks tidak pernah muncul melalui suatu kata dalam teks, akan
tetapi matriks diaktualisasikan dalam model, sedangkan model adalah
pola pengembangan teks melalui pemaparan. Kemudian model inilah yang
akan menentukan bagaimana bentuk-bentuk varian. Dan varian
merupakan alih bentuk atau perubahan model pada setiap satuan tanda.14
Hipogram yaitu kata, frasa, kutipan ataupun ungkapan klise yang
mereferensi kata atau frase yang sudah ada sebelumnya.15 Riffaterre
membagi hipogram kedalam dua jenis. Yaitu hipogram potensial (yang
terkandung dalam arti kias atau majas bahasa sehari-hari, seperti
preposisi dan sistem deskriptif) dan hipogram aktual (berupa teks atau
wacana yang sudah ada sebelumnya yang dapat menjadi referensi atau
acuan puisi tersebut).
D. Hasil dan Pembahasan
1. Pembacaan Heuristik

(sekarang) Aku tulis pamplet ini


karena (hari ini) lembaga pendapat umum
(telah) ditutupi (oleh) jaring labah-labah
Orang-orang (ber-) bicara dalam kasak-kusuk,
dan (seakan-akan) ungkapan diri ditekan
menjadi (sebuah) peng - iya - an

Apa yang (telah) terpegang hari ini


bisa (saja) luput besok pagi
(karena) Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan (,) kehidupan menjadi (sebuah) teka-teki
menjadi (sebuah) marabahaya
(dan) menjadi (sebuah) isi kebon binatang

14
Riffaterre, Semiotics Of Poetry, Indiana University Press, Bloomington & London: 1978, hlm. 19.
15
Ibid., hlm. 23.
Apabila (meng-) kritik hanya boleh (disampaikan) lewat saluran
resmi,
maka hidup akan menjadi (seperti) sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung (sebuah) pertanyaan.
Tidak (juga) mengandung (sebuah) perdebatan
Dan (pada) akhirnya (lembaga pendapat umum) menjadi (sebuah)
monopoli kekuasaan

(sekarang) Aku tulis pamplet ini


karena (sebuah) pamplet bukan (-lah) tabu bagi (kami para) penyair
Aku (hanya) inginkan merpati pos.
Aku (hanya) ingin memainkan bendera-bendera semaphore di
tanganku
(dan) Aku (hanya) ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku (sama sekali) tidak melihat (adanya) alasan


(lalu) kenapa harus diam tertekan dan termangu (seperti ini).
Aku (hanya) ingin secara wajar kita (selalu) bertukar kabar.
Duduk (bersama) berdebat (dan berpendapat) menyatakan setuju
dan tidak setuju.

(lalu) Kenapa ketakutan menjadi (sebuah) tabir pikiran?


Kekhawatiran (sungguh) telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan (sungguh) telah mengganti pergaulan pikiran yang
(telah) merdeka.

Matahari (kini) menyinari airmata yang berderai menjadi (sebuah


kobaran) api.
Rembulan (kini) memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin (kini) menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai (kumpulan) sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

(sekarang) Aku tulis pamplet ini


karena (kini) kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada (sebuah) cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti (sinar) rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali (sinar matahari).
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai (-kan) terkaca:
ternyata kita (semua), toh, (hanya) manusia !

2. Pembacaan Hermeneutik
Seorang penyair sekaligus rakyat pribumi menulis surat yang
ditujukan untuk pemerintah (orde baru) karena ia merasa jika
lembaga pemerintah sudah tidak sehat lagi. Banyak ungkapan diri
yang ditekan dan seakan-akan terus dipaksa untuk di –iya- kan.
Kritik dari rakyat juga dibatasi oleh pemerintah, dan hanya boleh
disampaikan melalui media-media resmi. Hal ini tentu saja membuat
mereka tidak bisa menyuarakan hak dan pendapat mereka dengan
bebas. Karena lagi-lagi lembaga pemerintah telah menjadi sebuah
monopoli kekuasaan bagi kepentingan pribadi mereka. Yang
diinginkan rakyat hanyalah pemerintah dapat mendengar dan
menerima pendapat dan kritik dari rakyat dengan wajar, yang
kemudian hal tersebut dapat dijadikan sebagai masukan serta
evaluasi bagi pemerintah (orde baru). Jika memang keadaan sedang
sehat dan tak bermasalah, mengapa pemerintah tidak mau untuk
sekedar duduk dan bertukar pendapat dengan rakyat. Hal ini
menjadi kecurigaan yang berlarut-larut bagi rakyat karena
pemerintah tak kunjung memberikan penjelasan.
3. Matriks, Model, dan Varian-varian
Matriks puisi Aku Tulis Pamplet Ini yaitu sebuah usaha dari
seorang penyair sebagai perwakilan dari seluruh masyarakat yang
ingin menyuarakan pendapat dengan bebas, merebut kembali hak-
hak dan berbagai hutang penjelasan yang telah dijanjikan oleh
pemerintah (orde baru). Model dari puisi ini adalah kebebasan
rakyat dalam berdemokrasi yang dibatasi oleh pemerintah orde
baru. Adapun varian-varian dari puisi ini adalah sebagai berikut:
Pertama penyair menulis surat yang ditujukan untuk
pemerintah, karena keadaan pemerintahan sedang tidak baik-baik
saja. Rakyat juga seakan dibungkam dan dipaksa agar tidak
melakukan perlawanan dan penolakan.
Kedua segala sesuatu tidak ada yang kekal, seperti kehidupan.
Apalagi bagi rakyat yang tidak berkuasa, hidupnya bagaikan teka-
teki yang berbahaya.
Ketiga apa jadinya jika kritik rakyat dibatasi dan hanya boleh
disampaikan melalui media-media resmi. Sungguh pemerintah orde
baru telah dikuasai oleh mereka yang haus akan tahta.
Keempat penyair menulis surat untuk pemerintah, karena
memang bagi penyair surat bukanlah satu hal yang asing dan
dilarang.
Kelima rakyat telah membisu, rakyat hanya ingin pemerintah
mendengar dan bertukar pendapat secara wajar.
4. Hipogram
Hipogram dari puisi Aku Tulis Pamplet Ini adalah sejarah
pemerintahan presiden Soeharto pada masa orde baru yang
berlangsung sejak tahun 1966 sampai tahun 1998. Saat itu
perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang cukup
pesat, namun diiringi dengan kasus korupsi yang marak dilakukan.
Pemerintah membungkam kritik dari rakyat, dan oposisi pun
diharamkan. Pada waktu itu kebebasan pers juga sangat terbatas,
banyak koran dan majalah yang dibredel oleh pemerintah.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa puisi Aku Tulis Pamplet Ini memiliki unsur semiotik yang didapat
dari pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, matriks, model, dan
varian, serta hipogram, yang semuanya bertujuan untuk mendapatkan
makna puisi secara utuh dan menyeluruh.
1. Pembacaan heuristik, didapatkan makna kata yang tersirat dalam
puisi Aku Tulis Pamplet Ini setelah membaca teks puisi sesuai
dengan struktur dan kaidah bahasa yang ada.
2. Pembacaan hermeneutik, didapatkan makna kata yang tersirat
dalam puisi Aku Tulis Pamplet Ini setelah membaca teks puisi
dengan cermat, teliti, dan berulang-ulang.
3. Matriks, model, dan varian, didapatkan makna dan maksud dari
teks puisi Aku Tulis Pamplet Ini setelah membaca puisi secara
keseluruhan.
4. Hipogram, didapatkan makna dari teks puisi setelah membaca
teks puisi kemudian mengalihkannya pada kejadian atau
peristiwa yang ada secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA

CahYanti, Rinda Eka Nur, dkk. 2018. “Analisis Semiotika Riffaterre


dalam Serpihan Sajak Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono”. Jurnal
Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Vol. I. No. 1.
Faruk HT. 1988. Siti Nurbaya Tinjauan Semiotik dan Strukturalisme
Genetik. Yogyakarta: UGM.
Firdaus dan ZamZam, Fakhry. 2018. Aplikasi Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Deepublish.
Hartono. 2014. “Semiotika Riffaterre dalam Durga Umayi Karya Y.B.
Mangunwijaya”. Penelitian Mandiri.
Junaiyah, H.M dan Arifin, Zaenal E. 2010. Keutuhan Wacana. Jakarta:
Grasindo.
Muharto dan Ambarita, Arisandy. 2016. Metode Penelitian Sistem
Informasi: Mengatasi Kesulitan Mahasiswa dalam Menyusun Proposal
Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.
Pradopo, Rachmad Djoko. 2001. “Penelitian Sastra dengan Pendekatan
Semiotik” dalam Jabrohim (ed.), Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Kerjasama Penerbit Hanindita Graha Widia dengan Masyarakat Poetika
Indonesia-Yogyakarta.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik,
dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics Of Poetry. Bloomington & London:
Indiana University Press.
Rukin. 2019. Metode Penelitian Kualitatif. Sulawesi Selatan: Yayasan
Ahmar Cendekia Indonesia.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Solihin, Olih dan Imanuddin Ramdhani. 2017. “Analisis Semiotik
Michael Riffaterre Mengenai Interpretasi Teks Éling-éling Mangka Éling Pupuh
Asmaradana Karya R.A. Bratawijaya”. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi. Vol.
VII. No. 2.
Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Flores: Nusa Indah.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis
Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan
Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai