Anda di halaman 1dari 24

Analisis Wacana Kritis Makna lagu “Mupus Layu”

dening Aji Setiyaji


Untuk melengkapi tugas mata kuliah Analisis Wacana Kritis.

Dosen Pembimbing : Dr. Murdiyanto, M.Hum.

Dening :

VERA AMELIA HESAWATI

NIM : 17020114063

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS BASA DAN SENI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

2019
ABSTRAK
Analisis wacana adalah analisis atas pola-pola kehidupan sosial. Analisis
wacana juga dapat berarti sebagai struktur pesan dalam kominukasi untuk
menelaah fungsi bahasa. Lirik lagu juga dapat dikaji menggunakan analisis
wacana kritis. Analisis wacana kritis merupakan analisis yang menggungkapkan
mengenai ideology, kekuasaan, politik, dan gender. Dalam keterkaitan ini
analisis wacana kritis digunakan untuk mengkaji makna yang terjadapat dalam
lagu Mupus Layu karya dari Aji Setiyaji. Tujuan diadakan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana makna yang tersirat yang terdapat dalam lirik lagu
tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskrtiptif.
Analisis penelitian ini berfokus pada syair dan makna yang digunakan dalam lirik
lagu Mupus Layu. Dalam lagu yang berdurasi 6 menit 34 detik ini memiliki
makna pada setiap bait lirik lagunya dengan kata-kata indah dan unik disetiap
baitnya. Namun liriknya yang sulit dipahami oleh pendengar sehingga pendengar
membutuhkan terjemahan untuk memahami apa yang terkandung dalam lagu
tersebut. lirik lagu Mupus Layu ini mempunyai pesan moral yang tersirat melalui
pemilihan kata-kata yang rumit. Pesan lirik ini berperan penting dalam sebuah
lagu dimana dapat mempengaruhi pendengarnya, agar pendengar ikut
merasakan apa yang hendak disampaikan oleh penyanyi. Hal-hal yang ingin
peneliti rekomendasi sebagai bahan masukan ialah hendaknya para pendengar
lagu Mupus Layu dapat menjadikan lagu ini sebagai motivasi ketika sedang putus
cinta agar tidak terlalut-larut dalamm kesedihan.
Kata kunci: analisis wacana kritis, lagu, dan putus cinta.
DAFTAR ISI

JUDUL
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
3 Tujuan ................................................................................................................. 3
4 Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB II KERANGKA TEORI
Kerangka Teori ..................................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN
1 Struktur Makro .................................................................................................... 6
2 Superstruktur ..................................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP
5 Simpulan ........................................................................................................... 14
6 Saran ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15
LAMPIRAN ........................................................................................................ 16
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penulis tertarik memilih topik lagu Mupus Layu karya Aji Setiaji
karena pemilihan bahasa yang tidak biasa dan mengandung makna yang
dalam. Karena musik merupakan sarana budaya yang hadir dalam
masyarakat sebagai konstruksi dari realitas sosial yang dituangkan dalam
bentuk lirik lagu. Pada awalnya kebutuhan lagu digunakan untuk
kepentingan upacara adat dan upacara ritual. Tetapi seiring perkembangan
masyarakat, musik telah tertransformasi menjadi sebuah komoditas yang
dikomersialisasikan dan menjadi barang ekonomi yang diperjual belikan.

Menurut Djohan (2003:7-8), bahwa musik merupakan perilkau


sosial yang kompleks dan universal yang didalamnya memuat sebuah
ungkapan pikiran manusia, gagasan, dan ide-ide dari otak yang
mengandung sebuah sinyal pesan yang siginfikan. Pesan atau ide yang
disampaikan melalui musik atau lagu biasanya memiliki keterkaitan
dengan konteks historis. Muatan lagu tidak hanya sebuah gagasan untuk
menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau idealisme dan
sekaligus memiliki kekuatan ekonomis.

Lirik lagu atau syair dapat dipandang sebagai salah satu karya seni
yang bersifat tertulis yang bentuknya mirip dengan puisi. Bahasa pada lirik
lagu merupakan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama
dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias imajinatif (Waluyo
2002:1)

Lagu juga termasuk salah satu media yang dapat dimanfaatkan


dalam kegiatan pembelajaran bahasa Jawa, diantaranya dapat digunakan
sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan menganalisis makna
bahasa, menulis geguritan, dan analisis wacana. Dalam prosesnya, wacana
bukan hanya merupakan perwujudan dari media tertulis pembicara penulis
dan pendengar pembaca. Dapat disimpulkan kembali bahwa wacana
mencakup seluruh bagian komunikasi lisan maupun tulisan. Istilah analisis
wacana adalah istilah umun yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan
dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besar dari
berbagai definisi, titip singgungya adalah analisis wacana berhubungan
dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa.

Analisis bahasa adalah salah satu disiplin ilmu yang berusaha


mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi. Stubbs
(1983:1) menyatakan bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang
meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik
lisan maupun tulisan, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi
sehari-hari. Menurut Eriyanto (2011: 3), analisis wacana dalam studi
linguistik merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih
memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat
keterkaitan diantara unsur tersebut. Analisis wacana adalah kebalikan dari
linguistik formal, karenamemusatkann perhatian pada level diatas kalimat,
seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besaar
dari kalimat. Analisis wacana dalam lapangan psikologi diartikan sebagai
pembicaraan.

Analisis wacana lirik lagu memperlihatkan bagaimana bahasa yang


tertuang daam lirik lagu menjadi sebuah wacana memiliki makna, gagasan
maupun pemikiran sehingga dapat diketahui oleh pendengar atau penikmat
lagu. Dari hal tersebut masyarakat memandang bahwa lirik lagu
mempunyai maksud yang terkadang sesiai dengan keadaan pendengar atau
penikmat lagu tersebut.

Lagu Mupus Layu adalah lagu yang dilantunkan oleh Aji Setiaji
yang menggunakan bahasa jawa yang mengandung makna yang dalam
meskipun banyak orang tidak memahami artinya. Namun karena lagu
tersebut dikemas dengan irama dan melodi yang bagus dan makna lagu
yang menggambarkan seseorang dengan hati tersayat-sayat keetika putus
cinta, banyak masyarakat yang menggemarinya dan mengerti lagu dengan
mengandalkan terjemahan. Hal itu sungguh menarik bagi penulis, itulah
salah satu alasan penulis untuk menjadikan lirik lagu Aji Setiaji sebagai
korpus data.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis teks pada lagu Aji Setiaji yang berjudul Mupus
Layu?
2. Bagaimana nilai sosial pada lirik lagu Aji Setiaji yang berjudul
Mupus Layu?
3. Bagaimana konteks sosial dari lirik lagu Aji Setiaji yang berjudul
Mupus Layu?

3. Tujuan
1. Mendeskripsikan analisis teks pada lagu Aji Setiaji yang berjudul
Mupus Layu.
2. Mendesikripsikan nilai sosial pada lirik lagu Aji Setiaji yang
berjudul Mupus Layu.
3. Mendeskripsikan konteks sosial pada lirik lagu Aji Setiaji yang
berjudul Mupus Layu.
4. Manfaat
1. Dapat memberikan manfaat teoritis.
2. Dapat menambah inspirasi untuk mengaplikasikan teori pendukung
lain.
3. Menambah khazanah kajian linguistik.
4. Memberikan alternatif mengerti isi lirik lagu.
BAB II

KERANGKA TEORI

Eriyanto (2011:1) menyatakan kata wacana merupakan salah satu


kata yang banyak disebut saat ini, namun seperti umumnya banyak kata,
semakin sering disebut dan dipakai kadang bukan semakin jelas tetapi
semakin membingungkan dan rancu. Ada yang mengartikan sebagai
pembicaraan atau diskursus. Luasnya makna ini dikarenakan oleh
perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana
tersebut. istilah analisis wacana merupakan stilah umum yang dipakai
dalam banyak ilmu dengan berbagai pengertian. Dalam pengertian
linguistik, wacana merupakan unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.

Van Dijk (1988:24) menyatakan analisis wacana adalah sebuah


konsep yang ambigu. Analisis wacana gidunakan untuk menunjukkan
sebuah disiplin ilmu yang baru, salah satunya mempelajari teks dan
pembiaraanatau penggunaan bahasa dari semua prespektif yang
memungkinkan. Sekalin itu analisis wacana menunjuk pada pendekatan
metode dan teoritis terhadap bahasa dan penggunaan bahasa. Pada
pengertian tersebut dapat juga didefinisikann sebagai analisis objek,
wacana, teks, pesan, pembicaraan, dialog, atau percakapan. Secara umum,
linguistik terutama tata bahasa biasanya hanya berfokus pada struktur
kalimat abstrak danmempertimbangkan wacana sebagai sebuah aspek
dalam penggunaan bahasa yang sebenarnya.

Sumarlan (2009:17) mengklasifikasikan wacana menjadi dua


macam berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya yaitu:

1. Wacana monolog (monologue discourse) artinya wacana yang


disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain ikut
berpaertisipasi secara langsung. Wacana isi sifatnya searah dan
termasuk komunikasi tidak interaktif. Contoh jenis wacana ini
ialah orasi ilmiah, penyampaian visi dan misi, khotbah, dan
sebagainya.
2. Wacana dialog (dialogue discourse) yaitu wacana atau
percakapann yang dilakukan oleh dua irang atau lebih secara
langsung. Wacana dialog ini bersifat dua arah, dan masing-
masing partisipan secara aktif ikut berperan di dalam
komunikasi tersebut sehingga disebut komunikasi interkatif.
Contoh jenis wacana ini adalah pemakaian bahasa dalam
beritiwa diskusi, seminar, musyawarah, dan kampanye dialogis.

Analisis wacana kritis dikembangkan oleh Norman Fairclough,


seorang sosiolinguis Inggris, pada tahun 1980am. Analisis wacana kritis
ini adalah sebuah teori atau pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis sebuah teks dalam konteks sosio-kultural (Fairclough,
1995:7). Menurut Fairclough (1995:5) didalam sebuah wacana terdapat
praktik sosial yang mengubah pengetahuan, identitas dan relasi sosial
(relasi klausa) yang sudah ada. Selain itu wacana juga terbentuk dan
dipengaruhi oleh struktur dan praktik sosial yang lainnya. Didalam analisis
wacana kritis, wacana bukan hanya dilihat sebagai sebuah studi bahasa
saja, tetapi juga berhubungan dan berkaitan dengan konteks. Wacana
memiliki hubungna dialektis dengan dimensi sosial (Philips dan
Jorgensen, 2002:65). Analisis wacana kritis ini memiliki tiga dimensi
didalamnya, yaitu teks, praktik wacana, dan praktik sosial-kultural.

Pendekatan analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh Fairclough


(1995) ini menggabungka tiga gradasi, yaitu:

1. Analisis tekstual terperinci, di dalamnya termasuk analisis grammar


Fungsional M.A.K. Halliday.
2. Analisis makro-sosiologis praktik sosial, didalamnya termasuk hubungan
antara wacana dengan ideologi hegemoni Gramsci.
3. Analisis mikro-sosiologis didalamnya termasuk tradisi unterpretatif ilmu
sosiologi yang berusaha menjelaskan bahwa wacana merupakan praktik
representasi dari tingkah laku manusia yang berdasarkan norma-norma dan
prosedur secara umum yang dianggap “masuk akal”.
Sedangkan menurut Van Dijk (dalam Eriyanto, 2011:221) penelitian atas
wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena
teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Ia juga
melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang
ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang
membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van dijk
digambarkan memiliki tiiga dimensi atau bangunan yaitu berupa teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial. Dalam dimensi teks yang diteliti yaitu struktur teks
dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaska suatu tema tertentu. Pada
kognisi sosial yang diteliti, proses produksi teks berita yang melibatkan
kognisi individu dari wartawan.
Struktur wacana menurut Van dijk dibagi menjadi tiga yaitu struktur
makro, superstruktur dan struktut mikro. Namun disini, penulis hanya akan
membahas mengenai struktur makro, dan superstruktur saja seperti yang
dijelaskan dibawah ini:
1. Struktur Makro
Persoalan yang dikaji pada struktur makro yaitu unsur tematik yang
menunjukkan makna umum dari isi teks. Makna umum tersebut diamati
melalui tema dalam gagasan inti. Sobur (2009:75) menyatakan bahwa
secara harfiah tema berarti “sesuatu yang telah diruaikan” atau “sesuatu
yang telah ditempatkan”. Tema menunjuk gagasan inti, ringkasann atau
yang utama dari suatu teks. Karena tema sering kali disandingkan dengan
topik. Kata topik berasal dari bahasa Yunani yang artinya tempat.
Menurut Eriyanto (2011:229) menyatakan bahwa topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam
pemberitaannya, menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling
penting dari isi suatu berita. Topik menggambarkan tema umum dari suatu
teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik
lainnya yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini
juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk
dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling
mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara
keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.
Eriyanto juga memberikan contoh bahwa suatu teks berita mengenai
demonstrasi mahasiswa. Tema umum dari berita tersebut yaitu
demonstrasi mahasiswa cenderung anarkis dan sudah menggunakan
caacara kekerasan. Dalam teks tersebut didukung beberapa subtopik,
misalnya mahasiswa menggunakan dan mempersiapkan senjata, provokasi
kepada polisi, penolakan tawaran damai dan demonstrasi yang diwarnai
bentrokan. Masing-masing subtopik tersebut jika diperhatikan saling
mendukung, memperkuat bahkan membentuk topik utama.
2. Superstruktur
Persoalan yang dikaji dalam superstruktur yaitu unsur skematik yang
menunjukkanatau alur dari teks. Menurut Van Dijk dalam (Eriyanto,
2011:234) arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk
mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun
bagian-bagian dengan urutan tertentu. Eriyanto (2011:231-232)
menyatakan suatu teks atau wacana umumnya memiliki skema atau alur
dari pendahuluan hingga akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana
bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sesuai hingga membntuk
kesatuan arti. Misalnya wacana dalam percakapan sehari-hari yang
memiliki skema salam perkenalan, isi pembicaraan dan salam perpisahan.
Wacana pengetahuan seperti dalam jurna atau tulisan ilmia juga memiliki
skematik, ditunjukkan dengan skema sepereti abstraksi, latar belakang
masalah, tujuan, hipotesis, isi dan kesimpulan.
Sedangkan dalam bentuk lagu, berkisar dari yang palling sederhana
yaitu dari bentuk satu hingga lima bagian. Di antara bagian-bagian
terdapat beberapa kemungkinan elemen-elemen sisipan yang berfungsi
sebagai pendukung yang memperhalus hubungan diantara bagian-bagian
tersebut. semakin besar suatu komposisi musik, maka semakin besar juga
keterlibatan elemen-elemen pendukungnya demikian sebaliknya menurut
Muttaqin (2008:131-132). Berikut ini menjelaskan beberapa elemen yang
membentuk struktur lagu:
1. Introduction atau Intro (introduksi) yaitu suatu bagian isntrumental
di permulaan suatu komposisi yang biasanya diikuti langsung oleh
pernyataan tema atau bagian utama, menurut Muttaqin (2008:132).
2. Verse menurut Von Appen (2015:5) merupakan bagian awal yang
berlainan yang diulang-ulang dengan lirik berbeda.
3. Bridge dapat dikatakan sebagai jembatan atau transisi merupakan
bagian penghubung yang bersifat sebagai pengantar di antara satu
bagian ke bagian yang lain menurut Muttaqin (2008:132),
sedangkan menurut Von Appen (2015:6) bridge secara umum bagi
musisi merujuk pada bagian penghubung antara verse dan chorus.
4. Chorus menurut Von Appen (2015:4) merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan bagian yang berdiri sendiri serta
biasanya diulang-ulang dengan lirik, harmoni dan melodi yang
sama. Lirik dalamm chorus sering berisikan judul lagi atau lirik
lain yang berkaitan serta berfungsi membuat lagu lebih dikenali
dan menginspirasi pendengar untuk menyanyi bersama.
5. Reffrein atau reff hampir sama dengan chorus. Reff menurut Von
Appen (2015:5) merupakan lirik di awal atau akhir bagian yang
diulang-ulang dalam setiap iterasi. Dalam penggunaan ini, reff
bukan merupakan bagian yang berlainan dan berdiri sendiri.
6. Interlude merupakan potongan yang berdiri sendiri siantara sebuah
tema dengan dan pengulangannya atau di antara dua bagian yang
secara umum panjangnya berkisar di antara satu hingga delapan
birama. Materi yang terdapat di dalam introduksi bisa juga
digunakan kembali pada bagia interlude, menurut Muttaqin
(2008:133).
7. Overtone atau Modulasi, menurut Campbell (dalam Bain, 2003:1)
overtone adalah salah satu komponen-komponen frekuensi suara
selain frekuensi terendah. Biasanya overtone diurutkan secara
berturut-turut dalam kenaikan urutan frekuensi dan tidak harus
selaras.
8. Coda (koda) beraasal dari bahasa Italia yang berarti ekor. Coda
merupakan suatu potongan yang datang setelah bagian terakhir dari
tema atau bagian yang terakhir. Komposisi yang pendek tidak
berisi koda tapi kodeta atau langsung bagian akhir dengan kodeta
yang pendek. Koda bisa terdiri dari beberapa seksi, dengan materi
yang diambil dari beberapa porsi komposisi yang muncul
sebelumnya. Materi baru kadang juga digunakan (Muttaqin,
2008:134)
Sedangkan skema dalam lagu berkisar dari yang paling sederhana
yaitu bentuk satu hingga lima bagian. Diantara bagian-bagian (Parts)
terdapat beberapa elemen-elemen sisipan yang berfungsi sebagai
pendukung yang memperhalus hubungan antara bagian-gabian
tersebut. semakin besar suatu komposisi musik maka semakin besar
pula keterlibatan elemen-elemen pendukungnya demikian pula
sebaliknya (Muttaqin, 2008:131-132).
BAB III
PEMBAHASAN

Analisis teks terbagi atas tiga tingkatan yaitu struktur makro,


superstruktur. Struktur makro berkaitan dengan makna umum dari suatu
teks, superstruktur berkaitan dengan struktur wacana. Bagian-bagian itu
dideskripsikan sebagai berikut:

1. Struktur makro
Pokok persoalan yang dikaji pada struktur makro ialah unsur
tematik yang menunjukkan makna umum dari sisi teks. Makna umum
tersebut diamati melalui tema dalam gagasan inti. Tema menunjukkan
informasi paling penting atau inti dalam teks yang ingin disampaikan
kepada pembaca. Tema tersebut dapat diperoleh setelah membaca
keseluruhan teks. Setiap bagian dalam teks akan mengarah pada satu titik
dan bagian-bagian tersebut turut mendukung satu sama lain untuk
menggambarkan tema umum. Menurut Sobur (2009:75) secara harfiah
tema berbarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah
ditempatkan”. Tema merunjuk gagasan inti, ringkasan atau yang utama
dari suatu teks. Tema kerap didandingkan dengan topik. Dapat dikatakan
bahwa tema tidak berdiri sendiri, tetapi turut didukung oleh subtema yang
satu dengan yang lain untuk membentuk sebuah tema. Tema dalam lagu
dapat ditelusuri pada lagu berikut ini.
Data: 4-1
(1) “Buyar ambyar keronto-ronto eling kalamun tan bisa sumanding,
lepase panah asmara muspra luluh rikalah tinanding tresna liya,
Amarga wis ana kang lungguh ning atimu”
‘Hancur semua sedih hati ini ingat ketika tidak bisa bersanding,
panah asmara yang lepas tidak berguna ketika kamu bersanding
dengan cinta yang lain, karena sudah ada yang menempati hatimu’
Pada tema lagu ini menjelaskan di mana seseorang yang dicintainya telah
pergi bersama orang lain. Padahal orang itu sudah memberikan semua
yang ia punya kepada orang yang ia cintai tersebut. Sehingga apa yang ia
berikan dan yang ia korbankan untuk orang yang ia cintai terasa sia-sia
saja.

Lirik Lagu Mupus Layu


Lagu berjudul Mupus Layu ‘Layu Menghilang’ ini memiliki tema umum
yaitu kandasanya hubungan percintaan karena adanya orang lain yang
mengisi hatinya. Tema umum tersebut turut didukung oleh sub tema yang
satu dengan yang lain. Tema dan sub tema pada lagu ini dapat dilihat pada
lirik berikut.

Indah citraning bulan ndadari


Luntur kalane ndulu leceme lathimu
Sewu kembang ing taman
Asri endah sinawang
Alum ulese layu kalah ayu lan ndika
Pasuryanmu sumirat sumunar
Tak lali lali luwih ora bisa lali
Jroning ati tumanggak opo to aku khilaf
Lamun to nresnani marang sliramu oh juwita
Buyar ambyar keranta-ranta
Eling kalamun tan bisa sumanding
Lepase panah asmara muspra
Luluh rikala tinanding tresna liya
Amarga wis ana kang lungguh ning atimu
Elok temen lelakon uripku
Langit bumi kang dadi seksi lan prasasti
Sarat tan garising pesthi
Pupusing tresna iki amung to memuji sira
Sumanding tresna suci
Buyar ambyar keranta-ranta
Eling kalamun tan bisa sumanding
Lepase panah asmara muspra
Luluh rikala tinanding tresna liya
Amarga wis ana kang lungguh ning atimu

Data: 4-2
(2) Buyar ambyar keranta-ranta
‘hancur semua sedih hati’
Eling kalamun tan bisa sumanding
‘teringat ketika tidak bisa bersama’
Lepase panah asmara muspra
‘melepaskan panah asmara yang sia-sia’
Luluh rikala tinanding tresna liya
‘luluh ketika bersanding dengan cinta lain’
Amarga wis ana kang lungguh ning atimu
‘karena sudah ada yang mengisi hatimu’

Pada data (4-2) ditunjukkan tema umum pada lagu yaitu hancurnya
harapan untuk bersama orang yang dicintainya karena orang yang dicintai
tersebut sudah memiliki sosok yang lebih dicintainya. Tema umum
tersebut ditunjukkan dengan kalimat: eling kalamun tan bisa sumanding
dan amarga wis ana kang lungguh ning atimu. Pada bait diatas
dideskripsikan pupusnya harapan pelantun lagu untuk bersama orang yang
disayanginya padahal semua sudah diberikannya namun hanya sia-sia.
Perumpamaan semua yang diberikan ditunjukkan dengan kalimat: lepase
panah asmara. Melaui perumpamaan panah asmara, ia sudah memberikan
semua untuk orang tersebut seperti sebuah anak panah yang sebanyak
apapun rela dilepaskannya demi mencapai target yang dituju. Penggalan
kalimat: luluh rikala tinanding tresna liya. Menunjukkan harapan yang
seketika hilang karena dai sudah menemukan cinta yang lain.

Tema umum yang ditunjukkan pada data di atas turut didukung


oleh sub tema berikut ini:

Data: 4-3

(3) Pasuryanmu sumirat sumunar


‘wajahmu tersirat cahaya berbinar’
Tak lali lali luwih ora bisa lali
‘semakin kulupakan semakin tidak bisa lupa’
Jroning ati tumanggak apa ta aku khilaf
‘didalam hatiku ragu apakah aku khilaf’
Lamun to nresnani marang sliramu oh juwita
‘ketika aku mencintaimu oh juwita’
Pada data (4-3) subtema yang turut mendukung tema umum yaitu
ketika dia ragu apakah dia sudah benar dengan mencintainya yang
diibaratkan sempurna dengan wajah yang berbinar. Sub tema tersebut
ditunjukkan dengan kalimat: jroning ati tumanggak apa ta aku khilaf.
Pada bait diatas dideskripsikan sosok seorang yang takut ia khilaf dan
tidak tahu diri karena ia mencintai orang tersebut.

Data: 4-4

(4) Indah citraning bulan ndadari


‘indah wujud bulan purnama’
Luntur kalane ndulu leceme lathimu
‘luntur karena mlihat halusnya tutur katamu’
Sewu kembang ing taman
‘seribu bunga di taman’
Asri endah sinawang
‘asri dan indah dipandang’
Alum ulese layu kalah ayu lan ndika
‘menjadi layu karena kalah cantik denganmu’
Pada data (4-4) subtema yang turut mendukung tema umum yaitu
penggambaran sosok yang dicintai itu cntik sekali, bahkan bulan dan
bungapun kalah dengan kecantikannya. Perumpamaan itu ditunjukkan
pada kalimat: indah citraning bulan ndadari. Pada bait diatas
dideskripsikan betapapun indahnya bulan purnama, masih kalah indah
oleh parasmu. Kalimat lain yang mendukung betapa cantiknya sosok yang
dipuja oleh penyair adalah: alum ulese layu kalah ayu lan ndika. Bahkan
bunga ditaman yang dindah digambarkan bisa layu ketika melihat orang
tersebut.

Data: 4-5

(5) Elok temen lelakon uripku


‘bagus sekali jalan hidupku’
Langit bumi kang dadi seksi lan prasasti
‘langit dan bumi yang menjadi saksi dan bukti’
Sarat tan garising pesthi
‘semua sudah tergaris dengan pasti’
Pupusing tresna iki amung to memuji sira
‘pupusnya cinta ini hanya memujimu’
Sumanding tresna suci
‘bersanding cinta suci’

Pada data (4-5) subtema yang turut mendukung tema umum yaitu garis
hidup yang sudah pasti ditentukan yang ditunjukkan dengan kalimat: sarat
tan garising pesthi. pada bait diatas mendeskripsikan kehidupan yang
sudah ditakdirkan, kita tidak bisa mengubah takdir yang ada namun kita
bisa mensyukuri apa yang sudah ditakdirkan. Harapan yang sirna karrena
takdir ditunjukkan dalam kalimat: pupusing trena iki amung amemjudi
sira. Wujud dia bersyukur yaitu dengan tidak menyesali takdi dan hanya
memuji orang yang dicintainya walaupun tidak dapat bersanding dalam
ikatan cinta yang suci.
Dapat disimpulkan bahwa tema umum mencintai seseorang namun
tidak dapat bersama pada data 4-2 yang didukung oleh sub-sub tema pada
data 4-3 yang berupa penggambaran betapa dia merasa khilaf karena
mencintai orang sesempurna itu sedangkan pada data 4-4 adalah
penggambaran pendukung bagaimana sempurnanya wanita yang dicintai
itu. Sedangkan pada data 4-5 ia merasa pasrah pada takdir yang digariskan
karena tiak bisa memiliki wanita yang dicintai itu dan hanya bisa
memujanya.
2. Superstrtuktur
Menurut Van Djik (dalam Eriyanto,2011:234) arti penting dari
skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang
ingin disampaikan dengan menyuwun bagian-bagian denga urutan
tertentu. Sedangkan Eriyanto (2011:231-232) menyatakan bahwa suatu
teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam
teks disusun dan diurutkan sesuai hingga membentuk kesatuan arti.
Misalnya wacana dalam percakapan sehari-hari yang memiliki skema
seperti perkenalan, isi pembicaraan dan salam perpisahan atau penutup.
Dalam jurnal atau tulisan ilmua yang dikenal sebagai wacana pengetahuan
juga memiliki skema yang ditunjukkan dengan adanya abstraksi, latar
belakang masalah, tujuan, hipotesis, isi dan kesimpulan.
Pokok persoalan yang dikaji pada superstruktur ialah unsur
skematik yang menunjukkan skema/alur dari teks. Alur tersebut
menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks tersusun dan diurutkan
sehingga membentuk kesatuan arti serta menciptakan uantaian nada yang
indah. Dalam objek lagu, alur yang dimaksud dapat dilihat dari untaian
syair dan nada yang tersusun dalam setiap bagit. Alur yang diamti dalam
lagu diawali dengan judul yang menunjukkan tema lagu, kemudian
elemen-elemen yang membangun dalam struktur lagu seperti intro, verse,
bridge, chorus, interlude, modulasi, coda.

Lirik lagu Mupus Layu

Mupus Layu Judul


---------------------------------------Intro------------------------------
Indah citraning bulan ndadari
Luntur kalane ndulu leceme lathimu Verse
Sewu kembang ing taman
Asri endah sinawang Bridge
Alum ulese layu kalah ayu lan ndika
Pasuryanmu sumirat sumunar
Tak lali lali luwih ora bisa lali Interlude
Jroning ati tumanggak opo to aku khilaf
Lamun to nresnani marang sliramu oh juwita
Buyar ambyar keranta-ranta
Eling kalamun tan bisa sumanding
Lepase panah asmara muspra Chorus
Luluh rikala tinanding tresna liya
Amarga wis ana kang lungguh ning atimu
-------------------------------------------------
Modulasi-------------------------------
Elok temen lelakon uripku
Langit bumi kang dadi seksi lan prasasti Verse
Sarat tan garising pesthi
Pupusing tresna iki amung to memuji sira Bridge
Sumanding tresna suci
------------------------------------------------
Modulasi--------------------------------
Buyar ambyar keranta-ranta
Eling kalamun tan bisa sumanding
Lepase panah asmara muspra Chorus
Luluh rikala tinanding tresna liya
Amarga wis ana kang lungguh ning atimu Coda
Struktur dalam lagu Mupus Layu dibanggun dengan elemen-elemen
sebagai berikut:
(1) Judul
Setiap judul lagu merunjuk tema yang terdapat dalam lagu secara
menyeluruh, oleh sebab itu, penyair tidak akan membuat judul secara
sembarangan. Penyair akan memilih kata yang mewakili keseuruhan
isi lagu, seperti judul Mupus Layu yang berarti terdapat banyak makna
ungkapan yang ingin disampaikan. Mupus Layu sendiri menurut
penulis menginterpretasikan harapan yang sudah pupus dan hilang
seperti bunga yang layu. Penggunaan kata Mupus Layu tidak ada
dimanapun, namun penggunaan kata layu dimundulkan sekali dalam
bridge.
(2) Intro
Lagu berjudul Mupus Layu diawali dengan untaian nada tanpa syair yang
beradal dari petikan gitar sebagai pengatar lagu sebelum masuk ke bait
lagu.
(3) Verse
Verse merupakan pengantar dalam lagu sebelum lagu masuk ke bagian
chorus. Dalam lagu Mupus Layu ini terdapat dua bait verse yaitu pada bait
pertama dan keempat.
(4) Bridge
Pada lagu berjudul Mupus Layu ini Bridge terdapat pada bait kedua dan
kelima.
(5) Interlude
Dalam lagu berjudul Mupus Layu ini interlude berada diantara bridge dan
chorus.
(6) Chorus
Pada lagu berjudul Mupus Layu ini Chorus terdapat dalam bait ketigia dan
keempat bagian awal.
(7) Modulasi
Pada lagu berjudul Mupus Layu ini modulasi terdapat pada dua bagian
yaitu diantara chorus dan verse dan diantara bridge dan chorus.
(8) Coda
Pada lagu berjudul Mupus Layu ini penyair menggunakan kalimat Amarga
wis ana kang lungguh ning atimu sebagai penutup lagu. Penggunakan
kalimat tersebut untuk menegaskan bahwa sudah benar-benar tidak ada
harapan untuk bersanding dengan sosok yang dicintainya.
BAB IV
PENUTUP

5. Simpulan
Analisis wacana kritis pada penelitian ini terbagi atas analisis teks
dan kognisi percintaan. Bertikut ini kesimpulan dan analisis wacana kritis
pada lirik lagu Mupus Layu oleh Aji Setiyaji.
1) Analisis Teks
Hal yang diamati dalam analisis teks berupa Struktur Makro
yang terdiri dari tema dan Super Struktur yang terdiri dari
struktur wacana. Tema yang diusung dalam lagu Mupus Layu
berupa kandasnya hubungan percintaan karena adanya orang
lain. Sturktur wacana atau skema dalam lagu Mupus Layu
tersusun atas judul, intro, verse, bridge, interlude, chorus,
modulasi dan coda. Melalui penyusunan skema tersebut
tampak tema yang menunjukkan inti teks atau syair dalam
setiap lagu diletakkan pada bagian chorus.
2) Kognisi Percintaan
Pada segi kognisi percintaan, penulis melihat bahwa pembuatan
lirik lagu tersebut dilandasi oleh pengalaman atau kondisi
percintaan orang-orang disekitar penyair. Penyair mencoba
memberi pemahaman bahwa perasaannya sangat sakit melihat
seseorang yang dicintainya sudah bersama orang lain.
6. Saran
Pada tulisan ini penulis hanya terfokus pada satu lagu ciptaan Aji Setiyaji
yang berjudul Mupus Layu padahal masih banyak lagi lagu buatannya
selain lagu ini. Bagi penulis selanjutnya alangkah bagiknya jika pada
penulisan selanjutnya dapat meneliti wacana dari lagu cipataan musisi lain.
Selain itu diharapkan untuk membaca dan mecari referensi lebih banyak
lagi agar hasil tulisan selanjutnya dapat seakin baik. Penulis berharap
tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dan
perindustrian musik.
DAFTAR PUSTAKA

Bain, Reginald. 2003. The Harmonic Series. A path to understanding musical


intervals, scales, tuning and timbre. Diambil dari:
http://in.music.sc.edu/fs/bain/atmi02/hs.hs/pdf. (diakses pada 9 Desember
2019)
Djohan. 2003. Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Yogyakarta

Eriyanto. 2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:


Percetakan LkiS.
Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of
Language. London: Longman.
Muttaqin, dkk. 2008. Seni Musik Klasik Jilid 1 untuk SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Philips, L., & M. W. Jorgensen. 2002. Discouse Analysis as Theory and Method
(1st Edition). London: Sage Publication Ltd.
Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumarlan, dkk. 2009. Analisis Wacana. Solo: Pustaka Cakra Surakarta.
Van Dijk, Teun A. 1988. News as Discourse. United States of America: Lawrence
Erlbaum Associates, Inc.
Von Appen, dkk. 2015. AABA, Refrain, Chorus, Bridge, Prechorus – Song Forms
and Their Historical Development. Version vom 10.3.2015. diambil dari:
http://www.bppk.dislib.info/b1-histpry/2430229-1-aaba-refrain-chorus-
bridge-prechorus-song-forms-historical-d.php. (diakses pada 19 November
2019)
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia.
https://you.be/Jc1bDUwEZjg (diakses pada 11 November 2019)
LAMPIRAN
Lirik lagu Aji Setiyaji – Mupus Layu
Indah citraning bulan ndadari
Luntur kalane ndulu leceme lathimu
Sewu kembang ing taman
Asri endah sinawang
Alum ulese layu kalah ayu lan ndika
Pasuryanmu sumirat sumunar
Tak lali lali luwih ora bisa lali
Jroning ati tumanggak opo to aku khilaf
Lamun to nresnani marang sliramu oh juwita
Buyar ambyar keranta-ranta
Eling kalamun tan bisa sumanding
Lepase panah asmara muspra
Luluh rikala tinanding tresna liya
Amarga wis ana kang lungguh ning atimu
Elok temen lelakon uripku
Langit bumi kang dadi seksi lan prasasti
Sarat tan garising pesthi
Pupusing tresna iki amung to memuji sira
Sumanding tresna suci
Buyar ambyar keranta-ranta
Eling kalamun tan bisa sumanding
Lepase panah asmara muspra
Luluh rikala tinanding tresna liya
Amarga wis ana kang lungguh ning atimu

Anda mungkin juga menyukai