Anda di halaman 1dari 12

Darmawati M.R.

Fungsi Ideasional dalam Bahasa Kaili: Sebuah Tinjauan Linguistik Sistemik Fungsional

FUNGSI IDEASIONAL DALAM BAHASA KAILI: SEBUAH TINJAUAN


LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL

IDEATIONAL FUNCTION IN KAILI LANGUAGE:


A SYSTEMIC FUNCTIONAL LINGUISTICS VIEW

Darmawati M.R.
Kantor Bahasa Gorontalo
Jalan Dokter Zainal Umar Sidiki, Desa Tunggulo, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone
Bolango, Gorontalo
darmawatimajid@gmail.com

Abstract
This paper aims to find the ideational functions in bahasa Kaili. Linguistics Systemic Function Halliday is used to find
that Ideational Function. The data is collected through a library method, using reading and note taking techniques.
Data were analyzed using a qualitative descriptive approach. The results of the analysis showed that in the mental
process, there is only one participant in a clause, in the form of a human, who senses-thinks, feels-who always has
consciousness. While in the material process, every participant is something, while in the mental process, concerning
perceived, thoughtful, or accepted, the position of sense or sense is not only limited to certain semantic or grammatical
categories, but broader than the participants in the process material. In short, participants in mental processes are not
just ‘something’ but, it can be facts. It is lead to one conclusion that in general, the structure of the Kaili and Indonesian
language clauses is not quite different between each other.

Keywords: systemic functional linguistics, ideational functions, material processes, mental processes.

Abstrak
Tulisan ini bertujuan mengkaji bagaimana fungsi ideasional dalam bahasa Kaili. Untuk menemukan
fungsi ideasional tersebut, digunakan teori Linguistik Sistemik Fungsional Halliday. Data dikumpulkan
melalui metode pustaka dengan teknik baca dan catat dengan menggunakan sumber data buku Tata
Bahasa Kaili. Data tersebut lalu dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Hasil analisis
menunjukkan bahwa dalam proses mental, hanya ada satu partisipan dalam sebuah klausa, berupa
manusia, yang mengindra—berpikir, merasa—yang selalu memiliki kesadaran. Sementara dalam proses
material, setiap partisipan adalah sesuatu, sementara dalam proses mental, menyangkut yang dirasakan,
dipikirkan, ataupun diterima, posisi rasa atau indra ini tidak hanya tidak dibatasi pada kategori semantik
atau gramtika tertentu, tetapi lebih luas daripada partisipan yang ada pada proses material. Singkatnya,
partisipan dalam proses mental tidak hanya ‘sesuatu’, tetapi dapat pula berupa fakta. Hal ini membawa
pada satu simpulan bahwa pada umumnya, struktur klausa bahasa Kaili dan bahasa Indonesia tidak
jauh berbeda.

Kata kunci: fungsi ideasional, proses material, proses mental, linguistik sistemik fungsional.

1. Pedahuluan ekspresian pikiran itu dalam berbagai bentuk


Bahasa merupakan alat untuk mengekspresi- ujaran. Pengekspresian pikiran itu akan berbeda
kan pikiran masyarakat penuturnya. Berangkat di tiap-tiap bahasa, bagaimana kemudian bahasa
dari pernyataan ini, lahirlah berbagai kajian ke- itu digunakan untuk berkomunikasi dalam bera-
bahasaan yang bertujuan mengekplorasi peng- gam konteks, terutama konteks sosial. Konteks

57
Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

yang selalu berubah sesuai dengan topik pem- reflektif dan interpersonal atau aktif. Komponen
bicaraan, dengan siapa kita berbicara, kapan kita inilah yang disebut metafungsi dalam terminologi
membicarakannya. Begitu pula ketika konteks itu teori yang berkembang saat ini. Manifestasi sistem
beralih dari bentuk lisan ke bentuk tertulis. Ketika linguistik memiliki dua tujuan penggunaan bahasa
kita mengamati bagaimana perubahan itu muncul secara umum, yaitu 1) untuk mengerti lingkungan
dan alasan yang memunculkan perubahan itu, saat sekitar (ideasional) dan 2) bagaimana berperilaku
itulah kita sedang mengamati sudut pandang dengan orang lain dalam lingkungan tersebut.
fungsional dari bahasa. Pengamatan itulah yang Komponen metafungsi yang menyatukan kedua-
akan membantu kita untuk memahami lebih lanjut nya disebut fungsi tekstual.
bahwa fungsional linguistik bukanlah seperangkat Dalam tulisan ini, fungsi yang akan diamati
aturan melainkan seperangkat sumber untuk adalah fungsi ideasional dengan menggunakan
mendeskripsikan, menginterpretasi, dan mencipta- objek kajian bahasa Kaili. Bahasa Kaili termasuk
kan makna. dalam kelompok bahasa-bahasa di Sulawesi
Berangkat dari ide Firth tentang makna Tengah dan digunakan di Kota Palu, yang lebih
sebagai butir bahasa terpenting dalam konteks dikenal dengan dialek Ledo. Dialek ini memiliki
sosial, Halliday lalu mengembangkan bahasa penutur paling banyak dan merupakan dialek yang
sebagai sistem pembentuk makna. Konteks situasi umum bagi pemakai bahasa Kaili (Sofyan, dkk.
yang diusulkan oleh Halliday mencoba melihat 1979).
peran bahasa dalam situasi, baik lisan maupun Untuk mengerucutkan pembahasan, tulisan
tulisan. Oleh karena itu, kajian bahasa sebaiknya ini akan mengangkat permasalahan bagaimana
tidak hanya berkutat pada dirinya sendiri (dengan fungsi ideasional dalam bahasa Kaili. Sejalan
struktur yang ada di dalam dirinya), tetapi sebaik- dengan rumusan masalah tersebut, tulisan ini
nya menjangkau semua komponen bahasa manu- bertujuan mengolaborasi fungsi ideasional yang
sia, terutama penggunaan bahasa secara lisan. digunakan masyarakat Kaili dalam bertutur.
Pemikiran inilah yang mendasari awal mula
Linguistik Sistemik Fungsional. Ada kerangka 2. Landasan Teori
konseptual yang didasari oleh tata bahasa yang
‘fungsional’ alih-alih tata bahasa yang formal a. Tata Bahasa Linguistik Sistemik
(Halliday: 1995). Fungsionalitas itu ada kaitannya Fungsional
dengan menginterpretasi 1) teks, 2) sistem, dan De Oliveira menyatakan bahwa bahasa
3) elemen-elemen dari struktur bahasa. Fungsio- berkembang melalui konteks sosial.
nalitas dalam artian bahasa didesain untuk meng- Ia menyatakan bahwa tata bahasa sistemik
ukur bagaimana bahasa digunakan karena setiap fungsional linguistik menjadi titik pijak teori tata
teks membawa muatan konteks tertentu. Oleh bahasa yang menawarkan bagaimana berfokus
karena itu, apa pun yang berada ‘dalam’ bahasa pada aspek-aspek leksikogramatikal dan realisasi-
dapat dijelaskan dengan mengacu pada bagaimana nya pada konteks sosial tertentu (De Oliveira
digunakan. Muncullah apa yang kemudian 2015). Aspek-aspek leksikogramatikal dan reali-
dinamakan komponen-komponen fungsional yang sasinya tidak akan sama pada semua bahasa karena
menjadi landasan komponen-komponen makna. adanya konteks budaya yang melatari. Misalnya,
Tata Bahasa Fungsional Linguitik mengategorikan bagaimana bentuk sapaan dalam upacara adat,
makna itu menjadi dua jenis, yaitu ideasional atau dalam tingkat kesantunan ataupun aktivitas pen-

58
Darmawati M.R.
Fungsi Ideasional dalam Bahasa Kaili: Sebuah Tinjauan Linguistik Sistemik Fungsional

ting lainnya di antara satu budaya dengan budaya Sementara itu, Juramli (2015) meneliti Tran-
lainnya. Di sinilah pentingnya memahami ide sitivitas ada Teks Daqaaiqul Akhbar: Telaah Fungsi
mengenai pentingnya konteks budaya ini dalam Ideasional dalam Kajian Linguistik Fungsional
membentuk makna. Lebih jauh lagi, akan timbul Sistemik. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa
kemudian apa yang dinamakan dengan bahasa sistem transitivitas teks Daqaaiqul Akhbar me-
yang dikhususkan. liputi 84 tipe kata proses (78.83%), 149 tipe kata
Dalam artikel penelitiannya pula, De Oliveira partisipan (140.21%) dan Sirkumstan 87 butir
menganalisis dua contoh teks tulisan pemelajar (81,79%). Relevansi hasil temuan dalam teks
bahasa Inggris di Universitas California (satu teks daqaaiqul akhbar terhadap pembelajaran wacana
lulus, teks yang lainnya gagal memenuhi standar di Sekolah Menengah Atas di antaranya, 1) teks
kelulusan (De Oliveira 2015). Tulisan tersebut daqaaiqul akhbar relevan menjadi referensi
mengungkap sumber-sumber gramatikal yang mengeksplorasi nilai-nilai (value) yang terkandung
berfungsi saat menulis teks paparan, yang kemu- terkait tujuan pencapaian pembelajaran kewaca-
dian dibagi tiga: tekstual, interpersonal, dan idea- naan yang akan dianalisis berbasis teks berkarakter
sional. Hasilnya, konfigurasi dari aspek gramatikal pada Kurikulum 2013, 2) pengkajian teks kewaca-
kedua teks tersebut adalah teks pertama merupa- naan di SMA tidak menoton pada sebuah pan-
kan tulisan esai yang objektif, sementara teks 2 dangan tata bahasa struktural (konvensional) yang
lebih personal (subjektif). Aspek gramatikal dilihat masih berada pada tataran klasik.
dari sumber-sumber tekstual dari pemilihan tema
b. Kelebihan Tata Bahasa Linguistik
dan pengembangannya, bagaimana memadukan
Sistemik Fungsional
klausa gabungan dan kohesi leksikal; sumber-
sumber interpersonal dari metafora modalitas; dan Tata Bahasa Fungsional mampu mengisi
sumber-sumber ideasional dari nominalisasi dan kekosongan analisis bahasa yang belum dijelaskan
abstraksi dari metafora ideasional. oleh aliran-aliran linguistik yang muncul sebelum-
nya, hal-hal yang tidak dijabarkan oleh tata bahasa
Sejalan dengan De Oliveira, Teo mengatakan
tradisional. Hal tersebut terutama dalam pemerian
bahwa pengguna bahasa memilih dari seperangkat
bahasa. Tata bahasa tradisional tidak memberikan
pilihan untuk menciptakan teks, baik tertulis
penjelasan yang sistematik dari kenyataan atau
maupun lisan. Ketika disampaikan, maknanya
hakikat bahasa dalam pemakaian sehari-hari. Tata
bergantung pada pilihan yang dibuat penuturnya.
bahasa tradisonal juga tidak mengenal perbedaan-
Oleh karena itu, LSF mengklaim bahwa bahasa
perbedaan antara bahasa ujaran dan bahasa tulisan
dapat disebut sebagai sistem pilihan (Teo, 2000).
dan hanya berfokus dalam menghakimi penggu-
Donnel (2011) juga memaparkan bagaimana
naan bahasa dengan vonis benar salah gramatika
bahasa gunakan dalam konteks sosial untuk men-
tidak gramatika.
capai tujuan tertentu. LSF tidak melihat bahasa
LSF hadir dengan mengemukakan pentingnya
tercipta dalam otak manusia, melainkan wacana
melihat bahasa dengan penggunaan serta variasi-
yang dihasilkan, tertulis atau secara lisan. Di sini
variasinya dalam komunitas penuturnya. Ancang-
jelas terlihat bagaimana LSF menempatkan fungsi
an Halliday pada bahasa bertolak dari pandangan
bahasa (bagaimana kegunaannya) jauh lebih
bahwa hubungan antara pengataan yang diguna-
penting daripada struktur bahasa (bagaimana ia
kan orang-orang dan maknanya bersifat tidak
diciptakan).
arbitrer (Gerot dan Wignel dalam Siregar 2009).

59
Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

Penggunaan bahasa yang unik dapat dieksplorasi. Komponen metafungsi bahasa adalah fungsi-
Demikian halnya dengan elemen bahasa dan peris- fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual yang
tiwa bahasa, khusus secara sistematis dapat diuji merepresentasikan organisasi bahasa dan hidup di
dari sudut pandang fungsional. Halliday juga mem- dalam sistem semantik, leksikogramatika, dan
berikan tekanan pada ‘pilihan’ (Halliday, 1978). fonologi/grafologi bahasa. Sistem semantik terdiri
Artinya, penutur bahasa dapat membentuk makna atas makna dalam teks, sedangkan leksikogra-
melalui pilihan dan penggunaan kata-kata, dan telaah matika terdiri atas penguatan dalam sintaksis,
bahasa yang sistematis dalam penggunaan ialah morfologi, dan leksis, dan sistem grafologi terdiri
bagaimana penutur memahami makna tersebut. atas bunyi tulisan dalam fonem atau grafem atau
Pada akhirnya, Tata Bahasa Linguistik Sis- bunyi/huruf (Sinar, 2008: 30). Tata bahasa
temik Fungsional atau biasa disingkat LSF mampu beroperasi melalui nosi klausa dengan 3 set pilihan-
menjawab kompleksitas permasalahan bahasa ini pilihan dibuat untuk menciptakan klausa. Pilihan-
sekilas tampak sederhana, tetapi ternyata memer- pilihan tersebut dibuat oleh pencipta klausa me-
lukan kajian yang mendalam dan terus-menerus. lalui pilihan transitivitas, taksis, tema, dan modus.
Selain itu, LSF memberikan perhatian penuh pada Sistem transitivitas, taksis, modus, dan tema
segi kemasyarakatan bahasa, terutama pemerian direalisasikan dalam hubungan ideasional, tekstual
ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasinya. Sifat dan interpersonal. Fungsi ideasional terdiri atas
bahasa yang tidak dapat dilepaskan dari konteks- fungsi eksperensial dan logis direalisasikan oleh
nya, membuat tata bahasa ini mampu menjawab sistem klausa kompleks, yaitu sistem taksis. Fungsi
permasalahan kebahasaan yang tidak dapat tekstual direalisasikan dengan tema-tema dan
dijabarkan oleh tata bahasa lain. Misalnya, kalimat fungsi interpersonal direalisasikan dengan sistem
sederhana “pergi!” Tentu saja, tata bahasa trans- modus.
formasi generatif yang hanya mengenal Frasa
Nomina (FN)/Noun Phrase (NP) dan Frasa Verba 3. Metode Penelitian
(FB)/Verb Phrase (VP) tidak mampu menjabarkan Penelitian ini merupakan penelitian pustaka
kalimat itu. dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan
Teori bahasa mempunyai cara beragam dalam melalui teknik catat. Sumber data primer buku
melihat fenomena bahasa. LSF misalnya, melihat Morfologi dan Sintaksis Bahasa Kaili terbitan
metafungsi bahasa dalam kaitannya bahasa sebagai Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
semiotik sosial. Metafungsi bahasa ini terbagi atas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun
fungsi tekstual, fungsi ideasional, dan fungsi inter- 1979 ditulis oleh Sofyan, Inghuong, dkk. Data
personal. Kajian ini mencoba menerapkan teori dianalisis dengan terlebih dahulu memilah klausa-
Linguistik Sistemik Fungsional untuk meng- klausa untuk menemukan fungsi ideasional dalam
identifikasi elemen leksikogramatikal yang secara teks/klausa-klausa yang telah dikategorikan.
semantis dipilih penulis teks dalam membentuk
dan merealisasikan struktur genre, dalam hal ini 4. Pembahasan
teks naratif.
Sistem ketransitifan dan manifestasi bahasa a. Analisis Fungsi Ideasional pada Bahasa
teks digolongkan ke dalam klausa-klausa, dalam Kaili Dialek Ledo
hal ini klausa simpleks. Kajian ini berbasis pada Fungsi eksperensial terjadi pada tingkat klausa
kategorisasi proses dalam. sebagai representasi-representasi pengalaman

60
Darmawati M.R.
Fungsi Ideasional dalam Bahasa Kaili: Sebuah Tinjauan Linguistik Sistemik Fungsional

manusia, baik realitas keluaran, maupun realitas mental, (3) relasional; dan mengkalsifikasikan lagi
dalam diri manusia itu sendiri, dan ini bermakna ke dalam tiga proses tambahan, yakni (1) tingkah
satu fungsi klausa adalah representasi pengalaman laku, (2) verbal, dan (3) wujud ektensial.
dari dua realitas tersebut (Sinar, 2008: 31). Fungsi
1) Proses Material
eksperensial khususnya direalisasikan oleh sistem
Proses material adalah proses kegiatan atau
transitivitas yang diinterpretasikan sebagai proses
‘kejadian’ yang mempunyai partisipan, misalnya
yang sedang terjadi, yang berhubungan dengan
benda atau manusia yang mengambil bagian atau
gerak-gerak, kejadian, kondisi, dan hubungan-
melibatkan diri dalam kegiatan dengan adanya
hubungan materi. Proses tersebut dikategorikan
pelibatan partisipan lainnya.
menjadi tiga proses utama, yaitu (1) material; (2)
Contoh:

Silmi Duduk
Aktor proses material
Dalam bahasa Kaili:
Tuamaku (Ayahku) (notalua) berkebun
Aktor proses material
Pulisi (polisi) nombasaka (menangkap) to pejalo (orang yang menikam)
Aktor proses material Gol
tawewe hai (kucing itu) nonturo (duduk) ri bavo batu (di atas batu)
Aktor proses material Gol
Dalam contoh kalimat bahasa Indonesia di atas diperoleh partisipan Silmi adalah
Dalam contoh kalimat bahasa Indonesia di masing mempresentasikan sebuah klausa. Ada gol
atas diperoleh partisipan Silmi adalah partisipan pada contoh klausa 2, yaitu to pejalo (orang yang
yang sedang melakukan pekerjaan, duduk menikam) dan pada klausa 3: ri bavo batu,
mempresentasikan sebuah klausa. Partisipan semuanya menyangkut yang dikenai pekerjaan.
dalam proses material disebut aktor, partisipan Proses kejadian dapat dibuktikan dengan cara:
yang aktif di dalam proses atau seseorang yang apabila gol ada di dalam proses, maka ada
mengerjakan perbuatan, sementara jika ada kemungkinan representasinya menjadi dua
partisipan kepada siapa perbuatan tersebut bentuk: boleh aktif dan boleh pasif (Sinar,
ditujukan dinamakan gol. 2008:32). Proses ini dapat diuji melalui pertanyaan
Dalam contoh bahasa Kaili di atas, diperoleh seperti apa yang telah terjadi? Ada apa, atau apa
partisipan: klausa 1: tuamaku (ayahku), partisipan yang terjadi. Dalam klausa 2 di atas, misalnya:
klausa 2: pulisi (polisi), partisipan klausa 3: tawewe Apa yang terjadi?
hai (kucing itu) adalah partisipan yang sedang Pulisi nasombaka to pejalo (Polisi menangkap
melakukan pekerjaan disebut aktor, proses orang yang menikam)
materialnya: notalua (berkebun); nombasaka
(menangkap), dan nonturo (duduk) yang masing-

61
Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

2) Proses Mental atau seperti manusia yang sadar akan mempunyai


Proses mental adalah proses mengindra indra melihat, merasa, dan berpikir. Partisipan–
dengan kehadiran seorang partisipan manusia atau partisipan ini dinamakan pengindra/senser. Partisi-
mirip manusia yang terlibat dalam proses melihat, pan kedua dinamakan fenomena (yang dilihat,
merasa atau berpikir, juga dapat melibatkan lebih dirasakan, dipikir). Proses-proses mental dikate-
dari satu partisipan. Dalam hal ini, proses mental gorikan ke dalam tiga jenis pengelompokan,
mempunyai dua partisipan, yang pertama manusia persepsi, kognisi, dan afeksi.

a) Mental Kognisi
Saya ingat nasihat ayah ibu
pengindra proses mental: kognisi fenomena
Dalam bahasa Kaili:
Todea (Orang banyak) Nemperiki (berpikir)
pengindra proses mental: kognisi
ia (dia) nopeinta (melihat) te tua kadeana totua bayangi nakava (kedatangan
orang-orang tua di rumahnya)
pengindra proses mental: fenomena
persepsi

a) Mental Afeksi:
Romeo mencintai Juliet
pengindra proses afeksi fenomena
Dalam bahasa Kaili:
Ia (dia) nepokokno (mencintai) iko (kamu)
Geira (mereka) nirasai (merasakan) lingu (gempa)
Perlu diketahui bahwa ada dua jenis fenomena dalam klausa
Perlu diketahui bahwa ada dua jenis fenomena akan sebuah nomina. Sebaliknya, fenomena fakta
dalam klausa melekat, yaitu tindakan (aksi) dan direalisasikan oleh klausa berbentuk finit dan
fakta. Fenomena tindakan khususnya terjadi dalam biasanya diikuti yang dan berfungsi seolah nomina
proses mental persepsi melihat, mendengar, sederhana. Jadi, ada tiga kategori yang bisa terjadi
memperhatikan, dan sebagainya, direalisasikan meliputi proses mental ini, yaitu tindakan sebagai
oleh klausa partikel non-finit bertindak seakan- fenomena seperti contoh berikut.

62
Darmawati M.R.
Fungsi Ideasional dalam Bahasa Kaili: Sebuah Tinjauan Linguistik Sistemik Fungsional

1) Tindakan sebagai fenomena


Guru mengamati murid-murid yang sedang ujian
pengindra proses mental (persepsi) fenomena: tindakan
Dalam bahasa Kaili:
I Ali (si Ali) nopeinta (melihat) asu hai nasubaga (anjing itu berkelahi)
pengindra proses mental (persepsi) fenomena: tindakan
2) Fakta sebagai fenomena
Saya percaya kenyataan bahwa korupsi adalah kejahatan
terhadap perikemanusiaan
pengindra proses mental: persepsi fenomena: fakta
Dalam bahasa Kaili:
ngana hai (anak itu) nopeinta (melihat) nadea to pebau ri karona (banyak orang
mencari ikan di sungai)
pengindra proses mental: fenomena: fakta
persepsi
Dalam klausa proses mental
Dalam klausa proses mental mempersepsi, klausa sejenis ini, kedua elemen, yaitu pengindra
merasakan, memikir, dapat terjadi secara timbal dan fenomena dapat menjadi subjek klausa tanpa
balik. Proses mental ini direpresentasikan mem- menukar bentuk klausa, seperti contoh dalam
punyai ciri dua arah (Sinar, 2008: 34). Dalam bahasa Kaili berikut.

a) Pengindra sebagai subjek


Geira nirasai lingu
pengindra proses mental: afek fenomena

b) Fenomena sebagai subjek


Lingu (gempa) nerinta (mengejutkan) geira (mereka)
pengindra proses mental: afek fenomena

c) Proses Relasional penanda identitas (Sinar, 2008: 35). Dalam bahasa


Proses relasional adalah proses penghubung, Indonesia, bentuk relasional tidak lazim diguna-
penyandang, penciri atau penanda “being” yang kan, namun secara gramatika bentuk ini hadir.
maksudnya sesuatu dianggap memiliki atribut atau Dalam bahasa Kaili ditemukan contoh seperti
berikut.

63
Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

1) Intensif: atributif
Tona hai (orang itu) tope bagiu (penipu)
penyandang Atributif

2) Intensif: identifikasi
Anana (anaknya) nagaya eva (cantik seperti) tinana (ibunya)
penyandang proses: intensif atribut

3) Sirkumstans: atributif
Uda (hujan) riavi (kemarin)
penyandang atribut sirkumstans

4) Sirkumstans: identifikasi
To posusa (orang berpesta) ri ngata kami (di kampung kami)
Penyandang identifier/sirkumstans

5) Posesif: atributif
I mangge (paman) nariya (mempunyai) sasio bengga (sembilan kerbau)
penyandang proses: posesif Atribut
6) Posesif: identifikasi:
Raja ri Bogda naik noboroi (memiliki) ia noana aga randua-nduana (seorang
(Raja Bagdad) istri dikaruniai hanya dua orang
anak)
penyandang proses: posesif penanda: milik
Dalam sarana atributif, suatu penghubung mempunyai kapasitas penyandang dan dianggap
Dalam sarana atributif, suatu penghubung Dalam sarana identifikasi, benda penghubung
mempunyai kapasitas penyandang dan dianggap digunakan untuk mengindentifikasi benda peng-
sebagai kepemilikan atau kepunyaan benda ter- hubung lainnya, dan hubungan keduanya menjadi
sebut (Sinar, 2008: 36). Kualitas ini secara struk- petanda dan penanda intensif, sirkumstans, atau
tural dinamakan atribut dan benda yang dimiliki posesif. Fungsi struktural konsep ini digenerali-
oleh penyandang atribut. Atribut adalah suatu sasikan di antara tiga jenis proses relasional sarana
kualitas (intensif), suatu sirkumstans tempat dan penandaan intensif, sirkumstans dan posesif.
waktu dan juga suatu kepemilikan (posesif). Dalam bahasa Inggris, proses relasional biasanya
dinyatakan dalam kata kerja bantu be (is, are, were,

64
Darmawati M.R.
Fungsi Ideasional dalam Bahasa Kaili: Sebuah Tinjauan Linguistik Sistemik Fungsional

was) dan verba yang berbentuk intensif, seperti takes up (mengisis, menghabiskan), follow (meng-
stay (tetap, tinggal), become (menjadi), feel (merasa), ikuti), accompany (mengiringi), cost (berharga), last
appear (timbul), equal (sama dengan), call (panggil), (berakhir). Di dalam bahasa Indonesia, verba
mean (bermakna), define (mendefinisikan); kata merasa terdiri atas tiga fungsi misalnya, merasa
kerja posesif atau kepemilikan, seperti have (mem- sedih, merasa merasakan, dan merasa sentuhan
punyai), own (memiliki), belong to (milik), involve angin. Verba seperti ini dapat hadir bersama klausa
(melibatkan), contain (berisikan, terdiri atas), provide identifikasi dan atributif, seperti contoh berikut.
(menyediakan); dan kata kerja sirkumtansi seperti

Kursus ini Berakhir .


penanda proses: intensif penanda
Jalan-jalan raya kelihatan sepi.
penanda proses: intensif penanda
Dalam bahasa Kaili:
Tueiku (adikku) nadua (sedang sakit) .
penanda proses: intensif penanda

1. Proses Tingkah Laku (Behavioral) kuat sebagai proses kegiatan, gerakan, pekerjaan,
Proses behavioral adalah proses fisiologi atau dalam proses material. Posisi proses ini berada di
psikologis bersikap, atau bertingkah laku, yang antara proses mental dan proses material. Partisi-
dapat dicontohkan melalui proses ketika manusia pan yang ada dalam proses ini adalah petingkah
melakukan kegiatan bernapas, bermimpi, ter- laku, yang secara khas sebagai makhluk yang
senyum, tertawa, dan sebagainya (Sinar, 2008: 36). mempunyai kesadaran, yang fungsinya sebagai
Proses ini berhubungan dengan tingkah laku atau pengindra. Namun, mempunyai peran seperti
sikap fisiologis, tetapi proses itu berfungsi lebih sebuah aktor yang partisipan keduanya adalah gol.

Musa menertawakan Ali


petingkah laku proses behavioral gol
Susi tersenyum simpul
petingkah laku proses behavioral sirkumstan: kualitas
Dalam bahasa Kaili
I tuei (adikku) Notumangi (menangis) nasiduka (tersedu)
petingkah laku proses behavioral sirkumstan: kualitas

65
Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

2. Proses Verbal sebagai penyampai, dan pesan yang dinamakan


Proses verbal adalah aktivitas yang membawa, maklumat. Selain penyampai dan maklumat, ada
menyampaikan, mengatakan, maklumat, atau dua partisipan lainnya yang dilabeli sebagai
bertanya, menceritakan, berseru, berjanji, dan penerima dan target. Penerima adalah partisipan yang
lain-lain (Sinar, 2008: 37). Di dalam proses ini, menerima pesan atau maklumat. Target adalah
ada dua partisipan yang terlibat, yaitu partisipan kepada siapa benda wujud atau objek tersebut
yang berkata, yang secara struktural dinamakan diarahkan.

Saya berbicara bahasa Jerman


penyampai proses: verbal pesan
Dalam bahasa Kaili
Tuamana (orang tuanya) nanguli (berkata) damadota komiu nosikola? (masih
inginkan kalian bersekolah)
penyampai proses: verbal pesan

3. Proses Wujud seperti exist, arise, atau kata kerja lain yang
Proses wujud adalah suatu proses yang mewujudkan kata. Bisa pula diwujudkan oleh kata
mengekspresikan bahwa sesuatu itu ada wujud atau benda ataupun frasa benda yang merepresentasikan
eksis (Sinar, 2008: 37). Di dalam bahasa Inggris, fungsi partisipan sebagi maujud (existent). Biasanya,
proses ini direalisasikan melalui kata kerja am, is, dalam bahasa Indonesia, kata ada dapat me-
are, was, were, be, been, being, dan kata kerja lainnya, representasikan kewujudan.

Ada pesawat jatuh


proses: wujud maujud
Kehidupan wujud di planet bumi
proses: wujud maujud sirkumstans: lokasi
Dalam bahasa Inggris:
There was a beautiful princess
proses: wujud maujud
Dalam bahasa Kaili:
Nadea (banyak) to pangande (orang makan) ri posusa (di pesta)
proses: wujud maujud sirkumstans: lokasi
Nadea (banyak) to pandiu (orang mandi) ri karona (di sungai)
proses: wujud maujud sirkumstans: lokasi
nadea (banyak) to pevavo (orang mencangkul) ri talua (di sawah)
proses: wujud maujud sirkumstans: lokasi
Berdasarkan contoh-contoh dalam bahasa
66
Darmawati M.R.
Fungsi Ideasional dalam Bahasa Kaili: Sebuah Tinjauan Linguistik Sistemik Fungsional

Berdasarkan contoh-contoh dalam bahasa material, setiap partisipan adalah sesuatu, semen-
Kaili di atas, tampak bahwa untuk mewujudkan tara dalam proses mental, menyangkut yang di-
atau menunjukkan adanya eksistensi, proses rasakan, dipikirkan, ataupun diterima, posisi rasa
wujud ini dinyatakan bukan dengan kata ada, tetapi atau indra ini tidak hanya tidak dibatasi pada kate-
banyak (nadea). gori semantik atau gramatika tertentu, tetapi lebih
Keadaan ini justru terkait dengan konteks luas pada partisipan yang ada dalam proses mate-
budaya dalam Masyarakat Kaili. Keberadaan dilihat rial. Singkatnya, partisipan dalam proses mental
dari kuantitas partisipan dalam proses wujud. tidak hanya ‘sesuatu’, tetapi, bisa pula berupa
Berdasarkan pemaparan data tersebut, dapat fakta. Hal yang lain yang dapat dicatat adalah pada
dilihat bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan umumnya, struktur klausa bahasa Kaili dan
apa yang dipaparkan Teo (2000) mengenai pilihan bahasa Indonesia tidak jauh berbeda.
yang dimiliki para pengguna bahasa, bagaimana
masyarakat memilih kata nadea untuk menggam- DAFTAR PUSTAKA
barkan keberadaan dalam konteks. Dalam bentuk Butt, David and Spinks, Sue and Yallop, Collin.
lisan maupun tertulis, dapat pula dilihat bagaimana 2000. Using Fungtional Grammar: An Explorer
wacana dihasilkan sesuai dengan tujuan penggu- Guide. Sydney: NCELTR Publications.
naan bahasa, sesuai apa yang dikemukakan Donnel De Oliveira, Luciana C. 2015. “A Systemic-
(2011) mengenai bagaimana bahasa digunakan Functional Analysis of English Language
dalam konteks sosial untuk mencapai tujuan Learners’ Writing” in DELTA, 31-1, 2015
tertentu. (207-237). http://dx.doi.org/10.1590/
0102-4450364601799092306. Florida:
1. Simpulan Universitas Miami.
Berdasarkan fungsi ideasional di atas, ada satu Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotic.
hal menarik yang dapat disimpulkan, terutama London: Edward Arnold Ltd.
menyangkut perbedaan proses mental dan ma- ———————————. 1985. An Introduction
terial. Perbedaan ini perlu ditekankan mengingat to Functional Grammar. London: Edward
dalam proses behavioral atau tingkah laku khu- Arnold Ltd.
susnya, proses mental dan proses material dapat Juramli, 2015. “Transitivitas pada Teks Daqaaiqul
menjadi tricky, mengecoh kita dalam menganalisis Akbar: Telaah Fungsi Indeasional
klausa-klausa. Beberapa perbedaan tersebut, yaitu dalam Kajian Linguistik Fungsional” dalam Jurnal
dalam proses mental, hanya ada satu partisipan Bahasa dan Sastra Litera, Volume1 Nomor 2
dalam sebuah klausa, berupa manusia, yang Tahun 2015.
mengindra—berpikir, merasa—yang selalu me- O’Donnel. 2011. Introduction to Systemic Functional
miliki kesadaran. Dalam bahasa Kaili, khusus Linguistics for Discourse Analysis. Spanyol:
proses material, partisipan tidak selalu manusia. Universidad Autónoma de Madrid.
Misalnya tawewe nomabasaka valesu ri bongi (kucing
Post, Michael. 2008. Disruptive Innovation: A
menangkap tikus tadi malam); tawewe hai nonturo
Systemic Linguistic Analysis of Two
ri bavo batu (kucing itu duduk di atas batu); bala
Texts Detailing The Exhibition— Design and The
hai nesuamo pade nisakana (bola itu sudah masuk
Elastic Mind. United Kingdom: University of
baru ditangkapnya). Selain itu, dalam proses
Birmingham.

67
Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

Ruddick, Michael. 2010. A Comparative Analysis Sastra Univeristas Sumatera Utara. Volume
of Two Texts using Halliday’s V No.1 Tahun 2009.
Systemic Functional Linguistics. United Kingdom: Sofyan, Inghuong Alias, dkk. 1979. Morfologi dan
University of Birmingham. Sintaksis Bahasa Kaili. Jakarta:
Sinar, Tengku Silvana. 2008. Teori dan Analisis Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Wacana: Pendekatan Sitemik- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Fungsional. Cetakan Kedua. Medan: Pustaka Teo, P. 2000. Racism in The News: A Critical Discourse
Bangsa Press. Analysis of News Reporting in
Siregar, Rumnasari K. 2009. “Genre Fiksi dalam Two Australian Newspapers, Discourse & Society
Linguistik Fungsional Sistemis: Vol 11 (1), pp. 7– 48.
Perbandingan Teks “Lau Kawar” dan “Putri
Tikus” dalam Logat Jurnal Ilmiah Bahasa dan

68

Anda mungkin juga menyukai