Anda di halaman 1dari 28

SOSIOLINGUISTIK - ETNOGRAFI KOMUNIKASI - MODEL "SPEAKING"

HYMES
KOMUNIKASI ETNOGRAFI - MODEL "SPEAKING" HYMES
Oleh
Casimirus Andy Fenanlampir
12706251052

A. PENDAHULUAN
Pada dasarnya bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
sistem sosial. Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi
yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara
langsung. Para sosiolinguis mempertanyakan keberadaan variasi bahasa dari
berbagai tataran yang jelas-jelas bukan merupakan sekedar performansi sebagai
akibat kondisi-kondisi gramatikal yang tidak relevan, tetapi adanya benar-benar
diakibatkan oleh bermacam-macam faktor ekstralingual sebagai pencerminan dari
sebuah masyarakat bahasa yang selalu bersifat heterogen (Wijana, 2012: 12-13). Di
dalam masyarakat seseorang tidak lagi dipandang sebagai individu yang terpisah
dari yang lain. Ia merupakan anggota dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu
bahasa dan pemakaian bahasanya tidak diamati secara individual, tetapi selalu
dihubungkan dengan kegiatannya di dalam masyarakat. Dengan kata lain, bahasa
tidak saja dipandang sebagai gejala individual tetapi juga sebagai gejala sosial.
Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh
faktor linguistik tetapi juga oleh faktor non-linguistik, antara lain adalah faktor sosial.
Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa misalnya status sosial,
tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin dan sebagainya. Di samping itu
pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional.Menurut Fishman
(1975) pemilihan penggunaan bahasa oleh penutur dalam sebuah peristiwa bahasa tidak
terjadi secara acak, melainkan harus mempertimbangkan beberapa faktor yaitu siapa
yang berbicara, siapa lawan bicaranya, topik apa yang dibicarakan, dan di mana
peristiwa tutur itu terjadi (Wijana, 2012: 7).

Di dalam setiap peristiwa interaksi verbal atau proses komunikasi selalu


terdapat beberapa komponen yang mengambil peranan dan terlibat dalam peristiwa
tersebut. Bell (1976: 75) menyatakan secara tradisional terdapat tiga komponen
yang telah lama diakui sebagai komponen utama dari sebuah peristiwa atau situasi
komunikasi yaitu: penutur (speaker), lawan tutur (hearer) , dan topik pembicaraan.
Dengan kata lain dalam setiap proses komunikasi yang terjadi antara penutur dan
lawan tutur terjadi juga apa yang disebut peristiwa tutur atau peristiwa bahasa
(speech event). Makalah ini akan membahas tentang etnografi komunikasi
(Ethnography of Communication) yang diprakarsai oleh Dell Hymes meliputi
peristiwa tutur (speech event) dan kaidah-kaidah yang menandai terjadinya sebuah
peristiwa tutur atau peristiwa bahasa.

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

B. PEMBAHASAN
1. Komunikasi Etnografi (Ethnography of Communication)
Komunikasi Etnografi (Ethnography of Communication) merupakan sebuah
pendekatan untuk menganalisa sebuah wacana yang digunakan. Pendekatan ini
didasarkan pada antropologi dan linguistik. Pendekatan ini berfokus pada berbagai
perilaku komunikatif (communicative competence) dalam masyarakat penutur
(speech community), komunikasi berpola dan diatur sebagai sebuah sistem peristiwa
komunikatif, dan cara-cara berinteraksi dengan sistem budaya lainnya (Muriel, 2003:
2). Pendekatan ini berusaha untuk:
a. Menemukan berbagai bentuk dan fungsi yang tersedia untuk berkomunikasi.
b. Menetapkan cara bentuk dan fungsi tersebut menjadi bagian dari cara hidup yang
berbeda.
c. Menganalisis pola komunikasi sebagai bagian dari pengetahuan budaya dan
perilaku.
Tokoh pelopor dan sekaligus pendiri komunikasi etnografi adalah Dell Hymes
dengan istilahnya yang terkenal yaitu ethnography of speaking (komunikasi
etnografi) dalam memahami penggunaan bahasa. Hymes berpendapat :
that the study of language must concern itself with describing and analyzing the
ability of the native speakers to use language for communication in real situations
(communicative competence) rather than limiting itself to describing the potential
ability of the ideal speaker/listener to produce grammatically correct sentences
(linguistic competence). Speakers of a language in particular communities are able to
communicate with each other in a manner which is not only correct but also
appropriate to the sociocultural context. This ability involves a shared knowledge of
the linguistic code as well as of the socio-cultural rules, norms and values which
guide the conduct and interpretation of speech and other channels of communication
in a community [T]he ethnography of communication ... is concerned with the
questions of what a person knows about appropriate patterns of language use in his
or her community and how he or she learns about it (Farah (1998) in Wodak, 2011:
59).
... Bahwa studi bahasa harus memperhatikan dirinya dengan menggambarkan dan
menganalisis kemampuan dari penutur asli untuk menggunakan bahasa untuk
komunikasi dalam situasi nyata (kompetensi komunikatif) daripada membatasi diri
untuk menggambarkan kemampuan potensial yang ideal dari penutur / lawan tutur
untuk menghasilkan kalimat tata bahasa yang benar (kompetensi linguistik). Penutur
bahasa dalam masyarakat tertentu dapat berkomunikasi satu sama lain dengan cara
yang tidak hanya benar tetapi juga sesuai dengan konteks sosial budaya.
Kemampuan ini melibatkan pengetahuan bersama dari kode linguistik, aturan sosial
budaya, norma dan nilai-nilai yang memandu perilaku dan interpretasi berbicara dan
saluran komunikasi lainnya dalam masyarakat ... etnografi komunikasi ... berkaitan
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang orang ketahui tentang pola yang
tepat dari bahasa yang digunakan dalam komunitasnya dan bagaimana ia belajar
tentang hal itu.

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

Hymes menekankan bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari bagaimana dan
mengapa bahasa itu digunakan, dan bahwa pertimbangan penggunaan bahasa
sering sebagai prasyarat untuk pengakuan dan pemahaman tentang banyak bentuk
linguistik. Komunikasi etnografi mengambil bahasa sebagai bentuk budaya sosial
untuk mengakui dan menganalisis kode itu sendiri dan proses kognitif penutur dan
lawan tutur, yang memang konstitutif dalam banyak budaya (Muriel, 2003: 3).
Dalam rangka untuk menggambarkan dan menganalisis komunikasi Hymes
membagi ke dalam tiga unit analisis, meliputi situasi (situation), peristiwa (event), dan
tindak (act). Situasi komunikatif (communicative situation) merupakan konteks di
mana komunikasi terjadi seperti upacara, perkelahian, perburuan, pembelajaran di
dalam ruang kelas, konferensi, pesta dan lain sebagainya. Peristiwa komunikatif
(communicative event) merupakan unit dasar untuk sebuah tujuan deskriptif
komunikasi yang sama meliputi: topik yang sama, peserta yang sama, ragam bahasa
yang sama. Tindak komunikatif (communicative act) umumnya berbatasan dengan
fungsi tunggal interaksional, seperti pernyataan referensial, permintaan, atau
perintah, yang mungkin berupa tindak verbal atau tindak nonverbal (Muriel, 2003: 2324). Seperti diilustrasikan dalam gambar berikut ini:
2.

Peristiwa Tutur / Peristiwa Bahasa (Speech Event)


Peristiwa tutur adalah sebuah aktifitas berlangsungnya interaksi linguistik dalam
satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan
tutur, dengan satu pokok tuturan, dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer,
2010: 47). Dengan kata lain, tidak dapat dikatakan bahwa dalam setiap proses
komunikasi pasti terjadi juga peristiwa tutur atau peristiwa bahasa.
Interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang pasar dan pembeli pada
waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah
sebuah peristiwa tutur. Hal yang sama juga terjadi dan kita dapati dalam acara
diskusi, di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Hymes membedakan antara peristiwa tutur dan tindak tutur. Hymes berpendapat
bahwa peristiwa tutur (speech event) terjadi dalam sebuah konteks non-verbal.
Hymes Dell lebih lanjut membahas peristiwa tutur dan menunjukkan bahwa berbagai
komponen harus disertakan dalam deskripsi etnografis komprehensif tindak tutur.
Klasifikasi yang ia usulkan dikenal sebagai SPEAKING, di mana setiap huruf dalam
akronim tersebut adalah singkatan untuk komponen komunikasi yang berbeda. Tabel
di bawah ini menunjukkan komponen ini dengan definisi singkat dari masing-masing.

Situation

Setting berkenaan
denganWaktu, tempat, dan situasi tuturan yang
dapat
menyebabkan
waktu dan tempat tuturberbeda
penggunaan variasi bahasa yang
berlangsung.
Scene mengacu pada situasiberbeda sebagai contoh berbicara
tempat dan waktu ataudilapangan sepak bola pada waktu ada
situasi
psikologispertandingan dalam situasi ramai tentu
berbeda dengan pembicaraan di ruang
pembicaraan.
C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

Participants

Ends

I
N

perpustakaan pada waktu orang banyak


membaca dan dalam keadaan sunyi.
Merujuk pada pihak-pihakStatus
sosial
partisipan
sangat
yang
teribat
dalammenentukan ragam bahasa yang
pertuturan, bisa pembicaradigunakan, misalnya
anak akan
dan pendengar, penyapa danmengguakan ragam atau gaya bahasa
pesapa, atau pengirim danyang berbeda bla berbicara dengan
penerima.
orang tuanya atau gurunya bila
dibandingkan kalau dia berbicara
dengan teman sebayanya.
Merujuk pada maksud danPeristiwa tutur yang terjadi di ruang
tujuan pertuturan.
sidang pengadilan berkamsud untuk
menyelesaikan suatu kasus perkara;
namun para partisipan di dalam
peristiwa tutur itu mempunyai tujuan
yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan
kesalahan terdakwa, pembela berusaha
membuktikan bahwa terdakwa tidak
bersalah, sedangkan hakim berusaha
memberkan keputusan yang adil.

Mengacu pada bentuk ujaranBentuk dan isi ujaran dalam kuliah


dan isi ujaran.
umum, dalam percakapan biasa, dan
Bentuk ujaran berkenaandalam pesta berbeda.
dengan dengan kata yang
digunakan,
bagaimana
Act Sequences
penggunaannya.
Isi
Ujaran
berkenaan
dengan hubungan antara apa
yang dikatakan dengan topik
pembicaraan.
Mengacu pada nada, cara,Dengan senang hati, dengan serius,
dan semangat di mana suatudengan singkat, dengan sombong,
Key
pesan disampaikan.
dengan mengejek dan sebagainya. Atau
dapat ditunjukkan juga dengan gerak
tubuh dan isyarat.
Mengacu pada jalur bahasaJalur tulisan, lisan, melalui telegraf atau
yang digunakan dan jugatelepon, bahasa, dialek, fragam atau
Instrumentalities
mengacu pada kode ujaranregister.
yang digunakan.
Norms
Mengacu pada norma atauBerhubungan dengan cara berinterupsi,
aturan dalam berinteraksicara bertanya, dan sebagainya
dan juga mengacu pada
C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

Genres

penafsiran terhadap ujaran


dari lawan bicara.
Mengacu pada jenis bentukNarasi, puisi,
penyampaian
sebagainya.

pepatah,

doa,

dan

3. Contoh Penelitian menggunakan Metode SPEAKING


a. Peristiwa Tutur Bahasa Jawa Serang dan Sunda Serang di Provinsi Banten
oleh Diana Tustiantina, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Rumusan Masalah:
Bagaimana peristiwa tutur yang terjadi pada bahasa Jawa Serang dan Sunda
Serang di desa Padarincang?
Komunitas sosial manakah dalam masyarakat tersebut yang lebih dominan dalam
melakukan adaptasi linguistik?
Jenis penelitian kualitatif
Metode pengumpulan data:
Metode simak dengan teknik sadap
Metode cakap
Analisis data menggunakan rumusan SPEAKING Hymes
Analisis Data:
1. Setting dan Scene
PT (1)
A :Iraha bawa Raskin?
(Kapan mengambil Raskin?)
B : Bulan ieu bae sekitar tanggal dua puluh dua.
(Bulan ini saja, Sekitar tanggal dua puluh dua.)
Konteks : Seorang aparat desa bertanya tentang kegiatan yang akan dikerjakan
pada aparat desa lainnya.
PT (2)
A : Isukan banja nya!
( Besok belanja yah!)
B : Naon Bae Balanjana?
( Belanja, apa saja?)
A : Bonteng dua kilo.
(Timun 2 kilo)
Konteks : seorang istri meminta suaminya untuk berbelanja kebutuhan di
warungnya.
PT (3)
A : Pirang rit narike
( Berapa lama/ berapa putaran menyupirnya)
B : Rongrit
(Dua putaran)
A : Rongrit doang
C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

(Dua putaran, saja)


B : Ya lumayan rongrit gah rokoroko mah nana
(Ia lumayan dua putaran juga untuk rokok saja ada)
Konteks : seorang teman menanyakan pada temannya yang berprofesi sebagai supir
angkutan kota.
PT (4)
A : Tilu rebuan tilu rebuan nyeepkeun yeuh!
( tiga ribuan menghabiskan nih!)
B :Dua rebu bae.
( Dua ribu saja.)
A : Teu tiasa ku ongkos ge seep.
( Tidak bias untuk ongkos saja sudah habis.)
Konteks : transaksi tawar menawar barang dan harga antara penjual dengan
pembeli.
2. Participants terdiri atas sesama rekan, suami istri, teman seprofesi, dan antara
penjuan dengan pembeli.
3. Ends digunakan dengan tujuan bertanya, penjelasan, mengingatkan, mencari solusi,
dan permintaan.
4. Act Sequence berbentuk kalimat tidak lengkap, diungkapkan melalui kalimat
langsung dan tidak mengandung peribahasa atau kiasan.
5. Key diantaranya dekat dan sekedar kenal dilakukan dengan sikap dan cara ramah,
santun, tidak santun, nada suara netral, meninggi, naik turun dengan penjiwaan
biasa dan gembira.
6. Instrumentalities menggunakan saluran oral dan berada di pusat kota.
7. Norms sekedar kenal maka tuturan diucapkan dengan sikap dan cara ramah, santun,
nada suara netral dengan penjiwaan biasa. Sedangkan bersifat dekat maka
diucapkan dengan ramah, tidak santun, nada suara naik turun, meninggi, dan netral
penjiwaan gembira.
8. Genre berbentuk dialog.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas disimpulkan bahwa peristiwa tutur terjadi
berdasarkan konteks tertentu dan kontak sosial, terjadi di balai desa, di rumah, di
warung, di POSKAMLING dan di Pasar Padarincang. Partisipan terdiri atas sesama
rekan, suami istri, teman seprofesi, dan antara penjual dengan pembeli dengan
tujuan bertanya, penjelasan, mengingatkan, mencari solusi, dan permintaan, memiliki
bentuk dan isi berupa kalimat tidak lengkap, kalimat langsung dan tidak mengandung
peribahasa atau kiasan-kiasan perumpamaan. Hubungan yang ada diantaranya
dekat dan sekedar kenal dilakukan dengan sikap dan cara ramah, santun, tidak
santun, nada suara netral, meninggi, naik turun dengan penjiwaan biasa dan
gembira. Alat yang digunakan adalah oral dan berada di pusat kota. Norma yang
terjadi Jika hubungan sosial diantara peserta tutur adalah sekedar kenal maka
tuturan diucapkan dengan sikap dan cara ramah, santun, nada suara netral dengan
penjiwaan biasa. Sedangkan hubungan sosial bersifat dekat maka tuturan diucapkan

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

dengan ramah, tidak santun, nada suara naik turun, meninggi, dan netral penjiwaan
gembira dan berbentuk dialog.
Masyarakat desa Padarincang mayoritas berbahasa Sunda. Hal ini berarti hanya
sebagian kecil saja masyarakatnya berbahasa Jawa. Dominasi bahasa Sunda dalam
setiap kontak komunikasi yang terjadi di masyarakat Padarincang menyebabkan
komunitas masyarakat berbahasa Jawa Serang harus memiliki kemampuan lebih
yaitu menguasai pula bahasa Sunda Serang sehingga komunitas sosial tersebut
lebih dominan mengalami adaptasi linguistik.
b. A Study on Ethnography of Communication: A discourse Analysis with Hymes
speaking model oleh Dr. Manas Ray (Professor & Head, Dept.of Anthropology,
Visva-Bharati University, Sriniketan Campus, 731236, West .Bengal, India Email:manas.ray@visva-bharati.ac.in), dan Mr. Chinmay Biswas (Assistant
Professor, Dept. of Anthropology Sree Chaitanya College, West Bengal State
University, Barasat, West Bengal, India E-mail:chinmaybiswas333@gmail.com)
A study was conducted in an academic institution, a UG degree college of West
Bengal State University in urban setting. The event of interaction was a departmental
meeting held in the fall of summer of the current year. The interactive persons were
homogeneous in terms of speech character (monolingual: speak in a regional
language Bengali), religiosity (Hindu by birth) and profession (teacher). Altogether
16 persons took part in interaction. One permanent regular faculty was not present in
the meeting because of her personal work. One non-teaching staff with one part-time
employee (teaching) was not also attended that meeting. The conversation of that
meeting was continued near about three hours. The following agenda of the meeting
were discussed:
1. Academic affairs; like, class routine, academic calendars, topic choice and work-load
distribution.
2. Academic field-work related matters.
3. Miscellaneous.
Here is an example of one study that was based on Hymes Model.
Settings: The setting was academic department of UG degree college of West
Bengal State University of, situated at Habra, .North 24 Parganas. A round table was
in the room with wooden chairs. A window with suitable cover is present. Pictures and
academic scenario covered the walls. A clock is on the wall near the door. Head of
the department was present in the middle, no definite place was recognized and also
no desk.
Participants: There was homogeneous group containing 15 members present. All
teaching and nonteaching staffs are requested to express their opinions on the
agenda of the meeting. There was an equal opportunity for representing the self
opinion for the members. Head of the Dept (HOD), had been addressed as
respected Sir/Madam by participants, no other honorable term was used.
Ends: The conversation started with short speech of the HOD. According seniority
the members were presented their speech.

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

Act: The speech acts in the meeting were most frequently discussed in terms of
interest of the speaker. Another communicative speech was friendly and joking. The
meeting officially started at 12 pm and ended 3 pm.
Instrument: The members were met face to face. Notes of the meeting were taken
by a teacher in a meeting book.
Norms: There were many norms of the meeting. All members were maintained it
carefully.
Genre: A non-teaching staff was not clearly stated his opinion, he was in hesitation
But another one of his colleagues help him.
Technique Used:
The basic Ethnographic technique like observation was used for conducting the
above discourse analysis using participant observation technique.
Findings of Conversation:
Findings of the present study are deciphered in Stage-1, with Table -1 & 2 for
concerning the participants occupational status and preliminary cultural profile. To
provide in this section in Stage-2 present their statements and Stage-3 stands to the
decision making.
Stage-1 : Categorizing the people and their culturalbackground.
Stage-2 : Statement Scenario
Three shift of the college has already been running, therefore M=Morning
Girls (General Course), E= Evening for Boys (general) and D=Day for regardless of
sex (All Honours subject and B.A, General courses.)
B1= Head of the department. She is the second most senior faculty. She proposed
the house that the all field work of different classes have to be combined if you all
agree
1) A1= He did not give clear cut statement against the agenda. Rather he proposed
that all morning session or girls of III yr and Evening boys III yr are arranged to
conduct of a field and also respectively II yr of M&E.
2) A2= His statement was clear-cut. He said that field-work of the concerned classes
to be held separately.
3) B2 = This was the very interesting cords, which broke harmonic situation of the
discussion. The participant had not keep any speech. He said that I agree with the
statement of A2.
4) C2= His statement was very important, he earnestly requested to the all members
that kindly give a clear-cut notions. The meeting somewhat silence was that time.
5) No statement was given by the guest professors.
6) W1= His statement was for the consideration of combined field work.
7) W2= He strongly said to the favor of separate field work in tradition.
Stage-3 : Decision Making
HOD had come to the point of solution and also made it clear that no jointly making
field likely to be held. The respective fieldworks would be done separately.
Results
The aforesaid study clearly indicates the importance of Ethnography of
communication. The communication of participants highly condensed in nature as
C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

well as high density of network was signified. The study deciphered the competence
of communication. In the above discussion, it was examined that each and every
participants had been manifested their self-statements. The all statements of the
meeting had built a strong communicative bridge among the all members. At the
same time, it can be assumed that the participants are the employee of the
Educational Institution for long time and will have been continued. So their level of
cognition is praiseworthy. Another important issue is that teaching and non-teaching
staff are equally clarified their statement. The total discussion was held in regional
language - Bengali. A little amount of English words was used in the total discussion,
because to make a clear-cut communication space.
Another achievement was seen that the local and lower castes participants
were going to present same mode of statement. But outside, participants though they
belonged higher caste strata were presenting contradictory mode of statement.
Although both of different castes of people always tried to manifests their
demands or wants within the conversation.
Conclusion
The main purpose of the study was to examine the Hymes speaking model.
The result of the present study assigned that the language in relation to the cultural
and social sediment which influence communication. The present study examined
that the participants always presented their demands. The group solidarity and
relationships were also found. Their mode of speech and high density of network
reflected within the study. Every statements of the studied conversation were
delightful and bright. The present study also indicates that social status as well as
occupational status influenced by the language or mode of speaking, and variability
of communication or perceptibility of communication is depended on those
social/cultural traits. Language, communication and ethnography are interlocked with
each other. These three issues have played a great role in human cultural space
(HCS) to the society. Communication sometimes controls the individualism and the
social status with group solidarity.
The present preliminary study revealed that the study of ethnography in times
and space played as a cognitive devices to clarify human social/cultural identity.
Ethnography of communication stated the rural simple way of life reflected through
peoples mode of speaking and their sentiment. On the other hand urban settings
stand their complexity nature to the mode of communication.
c. The Analysis of Speech Events and Hymes SPEAKING Factors in the Comedy
Television Series FRIENDS by Elham Zand-Vakili, Alireza Fard Kashani, and
Farhad Tabandeh.
Abstract
This study investigated the occurrence of speech events in FRIENDS comedy
series (Season #1, Episode #1) to probe such phenomena in media discourse. This
study presented not only a sample of spoken discourse about those speech events
which were more frequent, but a sample of native speakers cultural norms. The
results of the study showed that some typical speech events, due to the situational
C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

and contextual context of language, were more frequent than others; in the selected
sample, the most recurring event in a friendly relationship was found to be confiding
ones secrets or personal affairs and problems with ones friends and asking them for
help, consultation, and sympathy. At the same time, there were some speaking
factors affecting each speech event which are in line with Hymes (1974) SPEAKING
model.
Keywords: Speech, speech events, speech situation, Hymes SPEAKING factors,
FRIENDS comedy series, ethnography of speaking.
Research Questions
To fulfill the purposes of the current study, the following research questions were
proposed:
1. What speech events are observed in the first episode of FRIENDS series?
2. How are Hymes SPEAKING factors observed in each speech event in the intended
FRIENDS episode?
Method
a. Instrumentation and Data Corpus
The data used for analysis in this study included natural conversations in the first
episode of FRIENDS popular comedy series which was chosen from Season #1 as
a representative sample of the whole series. Friends is an American sitcom created
by David Crane andMarta Kauffman, which aired on NBC from September 22, 1994
to May 6, 2004. The series featured six main characters throughout its run, with many
other characters recurring throughout all ten seasons. Friends received positive
reviews throughout most of its run, becoming one of the most popular sitcoms of all
time. The series won many awards and was nominated for 63Primetime Emmy
Awards. The series, an instant hit from its debut, was also very successful in the
ratings, consistently ranking in the top ten in the final primetime ratings.
b. Data Analysis
In Friends series, as the name betrays, there are six intimate friends that live with
each other. They gather in home or a caf and talk about their lives, jobs, and their
personal affairs and give each other help if it is needed. Accordingly, to find answers
to the intended research questions of the study and as Hymes puts it one good
technique for getting at speech event, as other categories, is through words which
name them (1962 as cited in Philipsen & Coutu, 2005: 359), those speech events
were identified and labeled by the researchers and then were listed. Moreover, each
speech event was followed by its transcript; and since most of the speech events
were divided into several scenes, the researchers put all the related scenes together
to give readers a clear view of each speech event.
Speech event #1: Confiding
In this speech event Monica tells her friends about her date in the following night.
Setting and Scene: the setting of this speech event is Central Park Caf in New York,
the place the usually gather in after work to have coffee, rest, and have a friendly
talk.
C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

10

Participants: Monica, Joey, Chandler, and Phoebe


Ends: Monica has a date tonight but she has her doubts. She talks about it with her
friends and wants to see her friends reaction to this issue.
Act sequence: first Monica talks very generally about her date. Then, her friends start
joking about it. It is completely logical because the series is supposed to be comic.
After that Monica tries to pretend that it is not a big deal. It is just a simple dinner.
Key: the tone is joking.
Instrument: the channel is totally oral and the register is totally informal.
Norms of interaction: in this kind of speech event it is usually the case that they do
not say thing directly and as the tone is joking and sometimes sarcastic, the make
wise cracks that are usually short.
Genre: friendly chat
{1350}{1441} Monica: There's nothing to tell. It's just some guy I work with.
{1447}{1499} Joey: Come on! You're going out with a guy.
{1505}{1564} Joey: There's gotta be something wrong with him.
{1570}{1618} Chandler: All right, Joey, be nice.
{1624}{1725} Chandler: So does he have a hump, a hump and a hair piece?
{1727}{1783} Phoebe: Wait. Does he eat chalk?
89}{1866} Phoebe: Its just cause I don't want her to go through what I did with Carl.
{1872}{1910} Monica: Hmm, Okay, everybody relax.
{1916}{1961} Monica: Relax. This is not even a date.
67}{2081} Monica: It is not. It's just two people going out to dinner and not having sex.
{2087}{2161} Chandler: Sounds like a date to me.
Speech event #2: Confiding
Here Ross talks about his divorce.
Setting and Scene: the setting of this speech event is Central Park Caf in New York.
It is afternoon. The scene is the same as the previous one.
Participants: Ross, Monica, Phoebe, Joey, and Chandler
Ends: Ross is totally upset over the way his marital life ended and wants to talk about
it with someone to come over the horrible feeling he had about his divorce.
Act sequence: he enters Caf and he seems completely depressed. He describes
the way he feels at that moment. Monica reveals the reason. Phoebe tries to be nice.
Chandler and Joey make some jokes to help him fell better. Ross talks about the
positive reaction his parents had about his divorce but Monica lets out parents true
feeling about it. After that Joey tells him to forget about the matter and to enjoy life.
But Ross does not want to be single.
Key: the tone is serious here.
Instrument: the channel is totally oral and the register is totally informal.
Norms of interaction: in this speech event friends should be nice and they should not
reproach their friend for the things he should (not) have done.
Genre: friendly chat.
{3495}{3576} Ross: Hi. Joey: This guy says, "Hello", I wanna kill myself.
{3582}{3627} Monica: You okay, sweetie?

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

11

{3633}{3745} Ross: I just feel like someone reached out my throat, grabbed my small intestine,
pulled it out of my mouth...
{3751}{3855} Ross: ...and tied it around my neck.Chandler: Cookie?
{3869}{3924} Monica: Carol moved out today.
{3930}{4020} Monica: Let me get you some coffee.Ross: Thanks.
{4092}{4198} Ross: No, don't! Stop cleansing my aura.
{4204}{4261} Ross: Just leave my aura alone, okay?
{4267}{4324} Phoebe: Fine. Be murky.
{4330}{4406} Ross: I'll be fine. Really, everyone. I hope she'll be very happy.
{4412}{4436} Monica: No, you don't.
{4442}{4513} Ross: No, I dont. To hell with her. She left me!
{4519}{4615} Joey: And you never knew she was a lesbian.
{4720}{4823} Ross: No, Okay. Why does everyone keep fixating on that?
{4825}{4925} Ross: She didn't know. How should I know?
{4934}{5035} Chandler: Sometimes I wish I was a lesbian.
{5044}{5130} Chandler: Did I say that out loud?
5155}{5238} Ross: I told Mom and Dad last night. They seemed to take it pretty well.
5244}{5349} Monica: Oh, Really? So that hysterical phone call I got from a woman sobbing at 3
a.m...
355}{5411} Monica: ..."I'll never have grandchildren!" "I'll never have grandchildren!"
{5417}{5479} Monica: Was, what? A wrong number?
{5485}{5525} Ross: Sorry.
{5531}{5604} Joey: All right, Ross. Look, you're feeling a lot of pain right now.
{5610}{5668} Joey: You're angry. You're hurting.
{5674}{5729} Joey: Can I tell you what the answer is?
{5735}{5802} Joey: Strip joints!
{5815}{5898} Joey: Come on, you're single. Have some hormones.
{5904}{5957} Ross: See, but I don't want to be single, okay?
{5963}{6070} Ross: I just, I just, I just want to be married again.
Dan seterusnya sampai Speech Event #13
Conclusion
The result of the present study assigned the fact that the language in relation
to the cultural and social sediment influences communication. The group solidarity
and relationships were also found. The present study also indicated that social status
as well as occupational status influenced by the language or mode of speaking, and
variability of communication or perceptibility of communication is depended on those
social/cultural traits. Language, communication and ethnography are interlocked with
each other. These three issues have played a great role in human cultural space
(HCS) to the society. Communication sometimes controls the individualism and the
social status with group solidarity.
The present preliminary study revealed that the study of ethnography in times
and space played as a cognitive devices to clarify human social/cultural identity.
Ethnography of communication stated the rural simple way of life reflected through
peoples mode of speaking and their sentiment. On the other hand, urban settings
stand their complexity nature to the mode of communication. Moreover, speech
C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

12

events usually start with greetings, go on, and finish with some concluding remarks in
natural daily speech. In the movies and series, each speech event might start with
greetings between participants or start with each new scene and end like that as well.
In Friends series, as the name suggests, there are six close friends living together in
one district in New York. Their intimate relationship is manifested in their attitude and
behavior towards each other, especially their speech. As the data of this study
showed, most of the speech events in the first episode of this series centers around
what close friends usually talk about and expect their friends to do: confiding,
expressing sympathy, telling off (narration), consulting, encouraging, and etc. the
findings of the current analysis confirmed that each of these speech events, in turn
were affected by SPEAKING factors as Hymes (1974) suggested.
C. PENUTUP
Dari pembahasan di atas, dapat dilihat dan disimpulkan bahwa betapa
kompleksnya sebuah peristiwa tutur/peristiwa bahasa yang kita lihat, atau kita alami
sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari. Komponen tutur yang diajukan oleh Hymes
yaitu
SPEAKING
(Situation, Participants, Ends, Act sequences, Key, Instrumentalities,Norms,
dan Genre) menjadi salah satu alat atau pendekatan untuk menganalisa sebuah
peristwa bahasa yang ingin diteliti. Dengan kata lain, komponen tutur ini tidak
berbeda dengan yang oleh Fishman disebut sebagai pokok pembicaraan dalam
bidang
sosiolinguistik,
yaitu
who
speak, what language, to whom, when,
dan, what end.

D. DAFTAR PUSTAKA
Bell, T. Roger. 1976. Sociolingistics: Goals, Approaches and Problems. London: B.T. Batsford
Ltd.
Chaer, Abdul., Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Edisi Revisi). Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Ray, Manas., Chinmay Biswas. 2011. A Study on Ethnography of Communication: A discourse
Analysis with Hymes speaking model. Journal of Education and Practice (Vol. 2, No.
6). http://www.iiste.org
Saville, Muriel., Troike. 2003. The Ethnography of Communication: An Introdution (Third
Edition). London: Blackwell Publishing.
Tustiantina, Diana. Peristiwa Tutur Bahasa Jawa Serang dan Sunda Serang di Provinsi Banten.
http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/051-Diana-Tustiantina-UnTirTaPeristiwa-Tutur-Bahasa-.-.-..pdf.

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

13

Vakili, Elham Zand. et.al. 2012. The Analysis of Speech Events and Hymes SPEAKING
Factors in the Comedy Television Series FRIENDS. New Media and Mass
Communication (Vol.2: 27-43). Journal of IISTE. http://www.iiste.org/journals.
Wijana, I Dewa Putu., Muhammad Rohmadi. 2012.Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wodak, Ruth. Barbara Johnstone. Paul Kerswill. 2011. The Sage Handbook of Sociolinguistics.
New York: Sage Publications, Inc.

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

14

Materi Kuliah Ke-2, Sosiolinguistik II

Oleh: Sailal Arimi, S.S.,

M.Hum
TIU: Mengambil manfaat studi Sosiolinguistik pada realitas kehidupan sosial di
masyarakat, dapat menjelaskan hubungan antara bahasa dan masyarakat dan
mampu melakukan penelitian sederhana di bidang ini.
TIK: Memahami konsep masyarakat bahasa dalam perspektif etnografi komunikasi,
memahami klasifikasi etnografi berbicara, memahami satuan-satuan interaksi
sosial.

TOPIK: MASYARAKAT BAHASA DAN ETNOGRAFI KOMUNIKASI

1. Masyarakat Bahasa dan Redefinisinya


Salah satu asumsi pokok kelahiran Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu Bahasa
adalah bahwa masyarakat bahasa bersifat heterogen, baik antara satu masyarakat
bahasa dengan masyarakat bahasa lainnya, atau pula di antara anggota dalam
masyarakat bahasa yang sama. Heterogenitas itu ditandai oleh berbagai perbedaan
sosial seperti status sosial, peran sosial, jenis kelamin, umur, latarbelakang etnik,
lingkungan, pendidikan, dan agama. Ada perkembangan yang cukup berarti setelah dua
dekade belakangan ini mengenai batasan masyarakat bahasa. Bagi Dell Hymes (1972),
masyarakat bahasa adalah semua anggota masyarakat tidak hanya menggunakan satu
aturan yang sama secara bersama-sama dalam berbicara, tetapi juga menggunakan
setidak-tidaknya satu variasi bahasa yang sama. Hymes memandang bahwa syarat
aturan (rules) dan variasi (variety) yang sama harus dimiliki oleh setiap anggota
masyarakat, jika ia ingin diakui dalam lingkup masyakarakat bahasa yang sama.
Pandangan di atas mulai bergeser ketika orang sudah dapat mengerti satu sama
lain walaupun mereka menggunakan aturan dan variasi yang berbeda. Pergeseran ini
terjadi akibat desakan zaman yang umum dikenal sebagai globalisasi atau pensejagatan
yang benar-benar tidak terbendung lagi. Penduduk dengan segala atribut yang
mengikutinya, tidak terkecuali bahasa, berpindah secara geografis atau maya dalam
ruang

yang

nyaris

tidak

berbatas.

Teknologi

transportasi

yang

canggih

telah

memudahkan orang berpindah tempat, dan teknologi maya yang super canggih telah
pula memudahkan orang untuk berkomunikasi tanpa harus bergerak dari tempat
tinggalnya. Web pengetahuan bahasa lokal, regional, maupun internasional semakin
bertambah dalam pikiran orang-orang yang menggunakan jasa teknologi di atas, bahkan
orang-orang semacam ini semakin lama semakin banyak jumlahnya. Walaupun realitas
akan terus bergerak, namun definisi masyarakat bahasa pun sewajarnya diredefinisi
seperti dikemukakan Spolsky (2003: 24) bahwa aturan-aturan itu bisa saja sama atau
C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

15

berbeda.

Baginya,

ketika

semua

orang

berbicara

dalam

satu

bahasa

dengan

menggunakan fonologi dan tatabahasa yang sama atau berbeda secara bersama-sama,
ketika itu mereka dapat dikategorikan sebagai satu kelompok masyarakat bahasa.
Tentunya bahasa yang digunakan tidak menjadi kendala terhadap pemahaman mereka
satu sama lain.
Batas-batas

yang

semakin

mencair

sebenarnya

menyulitkan

orang

untuk

mengidentifikasi secara persis si A termasuk anggota masyarakat bahasa A, dan si B


termasuk anggota masyarakat B karena fenomena seseorang menjadi multilingual
sekaligus multikultural sekarang ini sangat mungkin terjadi. Fenomena yang terus
bergulir ini semakin menemukan titik terang terhadap asumsi awal kaum sosiolinguis
yang bersikukuh bahwa masyarakat bahasa tidak pernah ideal dalam sifat kehomogenan,
sebaliknya masyarakat bahasa selalu heterogen, bahkan mutlak heterogen.
Yang menarik dari heterogenitas itu adalah bahwa realitas perbedaan sosial
memberi

atau

memperoleh

dampak

pemakaian

bahasa.

Semua

dampak

yang

ditimbulkan dalam pemakaian bahasa ini dipelajari dalam kerangka etnografi komunikasi.
Dalam studi sosiolinguistik, etnografi komunikasi ini merupakan akses untuk meneliti
fenomena kebahasaan lebih mendalam karena dalam upaya pemerian komunikasi inilah
terkandung unsur-unsur bahasa yang dituturkan secara alami (naturally occuring
language) berikut dengan segenap konteks yang mempengaruhinya. Clifford Geertz,
antropolog dunia yang terkenal karena banyak penelitiannya dilakukan di Jawa,
menyatakan bahwa untuk memahami sebuah ilmu yang pertama harus diamati bukanlah
teori-teori atau hasil penemuannya, bukan pula pembelaannya, tetapi lihatlah apa yang
dilakukan oleh pemakai ilmu itu. Apa yang dilakukan mereka adalah etnografi. Dalam
konteks ilmu antropologi, etnografi yang dimaksud adalah sebuah deskripsi perilaku
dalam sebuah kebudayaan tertentu yang dihasilkan dari kerja lapangan (fieldwork). Lebih
spesifik, Geertz berpendapat bahwa etnografi adalah upaya menginterpretasikan makna
suatu perilaku yang mengacu pada pengelompokan budaya tempat perilaku itu
dihasilkan, dirasakan, dan ditafsirkan. Konsep-konsep ini tentunya sangat bermanfaat
menjadi dasar dalam kajian Sosiolinguistik berikutnya.
2. Etnografi Komunikasi dan Etnografi Berbicara
Sebelum istilah etnografi komunikasi semakin populer dipakai, istilah etnografi
berbicara (ethnography of speaking) lebih awal diacu sebagai pemerian pemakaian
bahasa lisan. Etnografi komunikasi menjadi lebih luas karena tidak hanya melingkupi
modus komunikasi lisan (speaking), tetapi juga melibatkan komunikasi tulis (writing) serta
komunikasi isyarat (gesture), gerakan tubuh (kinesics), atau tanda (signing). Pemakaian
tuturan Apa khabar?, Comment alle vous? (bahasa Perancis), Hoe gaat het? (bahasa

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

16

Belanda) dengan arti yang sama tentu saja berbeda modus kemunculannya dengan
tuturan Dengan hormat, Dear Sir, Beste Meneer, Hormat kami, sincerely yours. Kelompok
tuturan pertama terjadi dalam modus lisan, sebaliknya kelompok tuturan kedua hanya
muncul dalam modus tulis. Kedua modus ini juga sangat berbeda dengan modus
komunikasi isyarat, bahasa tubuh atau tanda yang menggunakan anggota badan atau
alat. Orang Indonesia akan menganggukkan kepalanya untuk menyatakan makna setuju,
tetapi orang India justru mengayunkan kepala dengan membentuk gerakan angka 8
untuk makna yang sama. Orang Tibet menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidung
teman untuk menyatakan selamat datang,

sedangkan orang Indonesia melakukan hal

yang sama dengan saling berjabat tangan. Menariknya lagi, Orang Tibet akan
menjulurkan lidahnya sebagai sapaan untuk menyambut tamu, yang bagi orang
Indonesia tindakan demikian diartikan mengejek. Sebaliknya sapaan untuk menyambut
tamu orang Indonesia menyatakan selamat datang sambil mempersilahkan masuk dan
seterusnya.

Kalau orang Indonesia menjulurkan tangannya ke bawah sambil berjalan

membungkukkan badan pertanda ia meminta permisi untuk minta lewat di hadapan


orang lain, tetapi bagi orang Arab, mereka justru memegang kepala orang yang
dilewatinya. Orang Jepang menggenggam keempat jemarinya kecuali kelingking untuk
menyatakan makna perempuan, sebaliknya orang Indonesia mengartikan tindakan
demikian sebagai pernyataan anggap remeh atau enteng terhadap seseorang atau
sesuatu hal.
Di samping contoh-contoh di atas, tentunya masih banyak lagi komunikasi
nonverbal yang terdapat sebuah masyarakat bahasa.

Hampir semua anggota badan

dapat

dengan

mengkomunikasikan

makna

tertentu

sesuai

apa

yang

dipahami

masyarakatnya. Demikian pula pemakaian alat atau benda-benda juga memberi arti
tersendiri bagi sebuah masyarakat tertentu. Pakaian berwarna putih yang dikenakan
seorang perempuan india misalnya dimaknai sebagai pernyataan ditinggal mati sang
suami. Penggunaan pluit untuk mengirimkan pesan morse juga termasuk dalam kategori
ini.
Perbedaan mendasar antara satu komunitas dengan komunitas lainnya dalam hal
komunikasi lisan, tulis, isyarat, gerakan tubuh, dan tanda turut membangun kaidahkaidah bahasa. Selain itu, prinsip dasar etnografi komunikasi juga memerikan perbedaan
aturan berbicara (rule of speaking), misalnya kapan harus berbicara dan kapan harus
diam (lih. Fasold, 1990: 40). Aturan berbicara ini bisa sangat berbeda antara satu
kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Kebanyakan Orang Amerika Kulit Putih
Kelas Menengah mematuhi kaidah pergantian percakapan no gap, no overlap (tidak
ada kesenyapan, tidak ada tumpang tindih) (Schegloff, 1972). Dalam sebuah percakapan,
mereka berbicara saling bergantian agar tidak tumpang tindih. Jika yang satu berbicara,

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

17

yang lain mendengarkan. Kaidah percakapan ini disebut no overlap. Sebaliknya, jika
keduanya diam lebih dari beberapa detik,

mereka justru tidak merasa nyaman.

Seseorang akan mengisinya dengan percakapan yang tidak penting agar tidak ada gap
dalam komunikasi tersebut.

Reisman (1974) menemukan kaidah yang berbeda pada

masyarakat Antigua. Mereka cenderung berbicara saling tumpang tindih. Yang satu
berbicara yang lain menimpali pada saat yang sama. Dengan cara ini, mereka tidak
mengikuti kaidah percakapan yang no overlap. Saville-Troike (1982) melaporkan bahwa
orang Indian Amerika justru biasa menunggu beberapa menit sebelum seseorang
menjawab pertanyaan atau mengambil alih pembicaraan. Demikian pula halnya dengan
masyarakat Lapp di Swedia Bagian Utara tempat Reisman (1974: 112) tinggal. Gap
percakapan sudah menjadi bagian dari cara berbicara mereka.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa etnografi komunikasi adalah semua
bentuk pemerian komunikasi yang bermakna baik menggunakan tuturan verbal maupun
isyarat, bahasa tubuh atau tanda nonverbal. Dalam kajian kebahasaan pada umumnya,
hanya tuturan verbal yang diperlakukan sebagai objek kajian sedangkan sisanya
dianggap sebagai konteks. Pemerian pemakaian tuturan verbal saja disebut etnografi
berbicara, dalam hubungan ini modus komunikasi tulis juga dikategorikan objek kajian
sosiolinguistik karena media cetak juga memberi perbedaan pada pemakaian bahasa.
Dalam wacana yang lebih umum, bahasa tulis, kendatipun berbeda, sebenarnya
merupakan bentuk pencatatan dari komunikasi lisan. Dewasa ini etnografi komunikasi
boleh saja dipandang sebagai bentuk perluasan dari etnografi berbicara, namun aspekaspek nonverbal tadi sekali lagi hanya diperlakukan sebagai konteks yang mempengaruhi
makna tuturan. Akibatnya, aspek-aspek nonverbal tersebut tidak menjadi tujuan dalam
penelitian sosiolinguistik.
Menurut Hymes (1962/1968: 101), ada empat hal pokok yang diuraikan dalam
sebuah etnografi berbicara, yaitu pemerian situasi, pemakaian, struktur, dan fungsi
aktivitas berbicara tersebut. Namun demikian, di balik pendekatan struktural-fungsional
yang disarankan Hymes tersebut, hakikat etnografi bagi Milroy (1987: 172) bertujuan
menyelidiki aturan-aturan berbicara (rules of speaking). Aturan-aturan berbicara ini
dianalisis berdasarkan faktor-faktor situasional yang mempengaruhi pemilihan kode
bahasa.
Aturan berbicara (rules of speaking) sebaiknya dibedakan dengan norma bicara
(norms of speaking). Walaupun keduanya menjadi lahan pemerian sebuah pendekatan
etnografi, namun fungsinya bagi pemakai bahasa juga berbeda. Norma berbicara sesuai
namanya dapat dipahami sebagai etika yang membatasi bagaimana komunikasi yang
diinginkan, tepat atau tidak tepat, pantas atau tidak pantas sesuai konteksnya. Oleh
karena itu, norma berbicara diperlukan pemakai bahasa sebelum berbicara, dan norma

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

18

ini menjadi pengetahuan praktis pemakainya. Di sisi lain, aturan berbicara merupakan
hasil akhir kajian terhadap aktivitas berbicara. Sebagaimana ditandaskan sebagai tujuan
etnografi bagi Milroy, norma menjadi bersifat teoretis dan ia berada di luar kemampuan
pemakaian bahasa. Dengan kata lain, norma berbicara adalah aspek internal bahasa,
sedangkan aturan atau kaidah bahasa merupakan aspek eksternal bahasa.
Disimak dari teori fungsi yang banyak dikemukakan para ahli, fungsi bahasa
terpokok dapat diperas menjadi dua, yaitu fungsi interaksional dan fungsi ideasional,
yang pertama berfungsi untuk membina atau mempertahankan hubungan sosial dan
yang terakhir berfungsi untuk menyampaikan informasi atau gagasan. Sejalan dengan
dengan fungsi bahasa ini, aktivitas berbicara seyogyanya pula dapat diformalkan dalam
dua bentuk, yaitu bentuk fatis dan bentuk pikiran. Klasifikasi dikotomis semacam ini tidak
bertentangan dengan pendapat Bronislaw Malinowski (1949) yang mengatakan bahwa
aktivitas berbicara yang pertama lebih menekankan pada modus aksi (mode of action),
sedangkan aktivitas berbicara yang kedua cenderung menekankan modus kognisi (mode
of thought).

PENGERTIAN ETNOGRAFI
ETNOGRAFI
Etnografi berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu
tulisan atau uraian.
Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik,
misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian
vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan
tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985).
Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio
dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800
an. Etnogarafi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempahrempah ke Indonesia. Koentjaraningrat, 1989:1 : Mereka mencatat semua fenomena
menarik

yang

dijumpai

istiastiadat,susunan

selama

perjalanannya,

masyarakat,bahasa

dan

antara

cirri-ciri

lain

fisik

berisi

dari

entang

suku-suku

adapt
bangsa

tersebut.

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

19

Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk
memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati
kehidupan sehari-hari. Etnogarafi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu
kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan
dalam kurun waktu yang sama.
Sebelum istilah etnografi komunikasi semakin populer dipakai, istilah etnografi berbicara
(ethnography of speaking) lebih awal diacu sebagai pemerian pemakaian bahasa lisan.
Etnografi komunikasi menjadi lebih luas karena tidak hanya melingkupi modus
komunikasi lisan (speaking), tetapi juga melibatkan komunikasi tulis (writing) serta
komunikasi isyarat (gesture), gerakan tubuh (kinesics), atau tanda (signing). Pemakaian
tuturan Apa khabar?, Comment alle vous? (bahasa Perancis), Hoe gaat het? (bahasa
Belanda) dengan arti yang sama tentu saja berbeda modus kemunculannya dengan
tuturan Dengan hormat, Dear Sir, Beste Meneer, Hormat kami, sincerely yours.
Kelompok tuturan pertama terjadi dalam modus lisan, sebaliknya kelompok tuturan kedua
hanya muncul dalam modus tulis. Kedua modus ini juga sangat berbeda dengan modus
komunikasi isyarat, bahasa tubuh atau tanda yang menggunakan anggota badan atau
alat. Orang Indonesia akan menganggukkan kepalanya untuk menyatakan makna setuju,
tetapi orang India justru mengayunkan kepala dengan membentuk gerakan angka 8
untuk makna yang sama. Orang Tibet menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidung
teman untuk menyatakan selamat datang, sedangkan orang Indonesia melakukan hal
yang sama dengan saling berjabat tangan. Menariknya lagi, Orang Tibet akan
menjulurkan lidahnya sebagai sapaan untuk menyambut tamu, yang bagi orang
Indonesia tindakan demikian diartikan mengejek. Sebaliknya sapaan untuk menyambut
tamu orang Indonesia menyatakan selamat datang sambil mempersilahkan masuk dan
seterusnya. Kalau orang Indonesia menjulurkan tangannya ke bawah sambil berjalan
membungkukkan badan pertanda ia meminta permisi untuk minta lewat di hadapan
orang lain, tetapi bagi orang Arab, mereka justru memegang kepala orang yang
dilewatinya. Orang Jepang menggenggam keempat jemarinya kecuali kelingking untuk
menyatakan makna perempuan, sebaliknya orang Indonesia mengartikan tindakan
demikian sebagai pernyataan anggap remeh atau enteng terhadap seseorang atau
sesuatu hal.
Istilah etnography of speaking awalnya diperkenalkan oleh seorang pakar antropologi dan
sekaligus pakar linguistik Amerika, Dell Hymes (dalam Gladwin, T. dan Sturtevant,

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

20

W.,1982; juga dalam Fishman, J., 1968). Istilah itu kemudian diubah oleh penulisnya
menjadi etnography o fcommunication, karena istilah ini dianggap lebih tepat.
Michael H.Agar (1986:12-24)meberikan tawaran baru tentang penelitian etnografi dengan
dilandasi oleh pemikiran fenomenologi, mengutip pendapat Giddens (1976), adalah inti
dari proses mediasi kerangka pemikiran . hakikat dari suatu mediasi tertentu akan
bergantung dari hakikat tradisi dimana terjadi kontak penelitian lapangan.
Charles winnick (1915:193) mendefinisikan etnogarafi etnogarafi sebagai the study of
individual cultures, it is primarily adescriptvie and non interpretative study. Adam E.
Hoebal (1966:8) etnografi adalah to erite about peoples as we use the term if refers to
descriptive study of human society,, menulis tentang masyarakat. Penulisannya mengac
pada penulisan deskriptif. Roger M.Keesing (1989:250) mendefinisikan etnogarafi sebagai
pembuatan dokumentasi dan analaisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian
lapangan. Artinya dalam nmendefinisikan suatu kebudayaan seorang etnografer (peneliti
etnografi) juga menganalisis.
Menurut Hymes(1974), istilah etnografi komunikasi sendiri menunjukkan cakupan kajian
berlandaskan etnografi dan komunikasi.. Cakupan kajian tidak dapat dipisah-pisahkan,
misalnya hanya mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi,
lalu menghubung-hubungkannya. Fokus kajiannya hendaknya meneliti secara langsung
terhadap penggunaan bahasa dalam konteks situasi tertentu, sehingga dapat mengamati
dengan jelas pola-pola aktivitas tutur, dan kajiannya diupayakan tidak terlepas (secara
terpisah-pisah), misalnya tentang gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang
kepribadian (seperti psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi
(seperti etnologi), dan sebagainya. Dalam kaitan dengan landasan itu, seorang peneliti
tidak dapat membentuk bahasa, atau bahkan tutur, sebagai kerangka acuan yang
sempit. Peneliti harus mengambil konteks suatu komunitas (community), atau jaringan
orang-orang, lalu meneliti kegiatan komunikasinya secara menyeluruh, sehingga tiap
penggunaan saluran atau kode komunikasi selalu merupakan bagian dari khasanah
komunitas yang diambil oleh para penutur ketika dibutuhkan.

KESIMPULAN

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

21

Etnografi berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu
tulisan atau uraian. Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, lahir pada
tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi merupakan
hasil catatan penjelajah eropa Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai
selama

perjalanannya,

antara

lain

berisi

entang

adat

istitiadat,susunan

masyarakat,bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut. Jadi layaknya
seperti penelitian yang lain, variabel dari penelitian ini lebih kepada kehidupan dan
kebudayaan suatu masyarakat.
Penelitian etnografi juga merupakan kegiatan pengumpulan bahan keterangan atau
data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas
sosial dan berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat. Berbagai peristiwa dan
kejadian unik dari komunitas budaya akan menarik perhatian peneliti etnografi. Peneliti
justru lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan, dan sangat respek pada cara mereka
belajar tentang budaya. Itulah sebabnya pengamatan terlibat menjadi penting dalam
aktivitas penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
ETNOGRAFI KOMUNIKASI DAN REGISTER Oleh: Dwi Purnanto:
http://dwipur_sastra.staff.uns.ac.id/2009/06/03/etnografi-komunikasi-dan-register/
ANALISIS DATA PENELITIAN KOMUNIKASI, Oleh: Burhan Bungin. Raja Grafindo Persada,
Jakarta. 2007
METODOLOGI

PENELITIAN

KULITATIF,

Oleh:

DR.Deddy

Mulyana,

M.A.

Pt.Remaja

Rosdakarya, Bandung 2001


Sosiolinguistik II Oleh: Sailal Arimi, S.S., M.Hum
http://www.google.co.id/search?q=istilah+etnografi&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

22

http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/etnografi-dan-folklore-antro/

APA ITU ETNOGRAFI KOMUNIKASI?

Tri Nugroho Adi


Etnografi komunikasi adalah salah satu dari sekian metode penelitian bidang komunikasi
yang

beranjak

dari

paradigmainterpretative atau

konstruktivis.

Metode

ini

mengkhususkan diri pada kajian mengenai pola komunikasi yang digunakan oleh manusia
dalam suatu masyarakat tutur.
Sebagai sebuah metode yang relatif baru di Indonesia, metode penelitian etnografi ini
sebenarnya sudah diperkenalkan jauh-jauh hari, tepatnya pada tahun 1962 oleh
penggagas awalnya yakni Dell Hymes. Konon, pendekatan ini lahir sebagai kritik dari ilmu
linguistik yang lebih menekankan pada segi fisik bahasanya saja.
Definisi
Definisi etnografi komunikasi secara sederhananya adalah pengkajian peranan bahasa
dalam perilaku komunikasi suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa
dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayannya ( Koentjaraningrat,
dalam Kuswarno, 2008:11).

Dell H Hymes
Etnografi komunikasi (ethnography of communication) juga bisa dikatakan salah satu
cabang dari Antropologi, lebih khusus lagi adalah turunan dari Etnografi Berbahasa
(

ethnography

of

speaking).

memperkenalkan ethnography

of

Dalam

artikel

speaking ini

pertamanya,

sebagai

Hymes

pendekatan

(
baru

1962)
yang

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

23

memfokuskan dirinya pada pola perilaku komunikasi sebagai salah satu komponen
penting dalam system kebudayaan dan pola ini berfungsi di antara konteks kebudayaan
yang holistic dan berhubungan dengan pola komponen system yang lain( Muriel, 1986).
Dalam

perkembangannya,

rupanya

Hymes

lebih

condong

pada

istilah etnografi

komunikasi karenanya menurutnya, yang jadi kerangka acuan dan ditempati bahasa
dalam suatu kebudayaan adalah pada komunikasinya dan bukan pada bahasanya.
Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika tidak
dikomunikasikan.
Menurut sejarah lahirnya, maka etnografi komunikasi tentu saja tidak bisa berdiri sendiri.
Ia membutuhkan dukungan ilmu-ilmu lain di antaranya adalah sosiologi karena nantinya
akan berkenaan dengan analisis interaksional dan persoalan identitas peran; ia juga
memerlukan kehadiran antropologi karena dalam tataran tertentu bersentuhan dengan
kebiasaan

masyarakat

dalam

menggunakan

bahasa

dan

filosofi

yang

melatarbelakanginya; dan tentu saja tidak bisa melupakan disiplin sosiolinguistik karena
melalui ilmu ini kita bisa mengetahui bagaimana penggunaan bahasa dalam interaksi
sosial. Kini etnografi komunikasi telah menjelma menjadi disiplin ilmu baru yang mencoba
untuk merestrukturisasi perilaku komunikasi dan kaidah-kaidah di dalamnya, dalam
kehidupan sosial yang sebenarnya.
Ruang lingkup kajian etnografi komunikasi
Menurut Hymes (Syukur dalam Kuswarno,2008:14), ada enam lingkup kajian etnografi
komunikasi yaitu :
1. Pola dan fungsi komunikasi ( patterns and functions of communication)
2. Hakikat dan definisi masyarakat tutur ( nature and definition of speech
community).
3. Cara-cara berkomunikasi ( means of communicating).
4. Komponen-komponen kompetensi komunikasi (component of communicative
competence)
5. Hubungan bahasa dengan pandangan dunia dan organisasi sosial ( relationship of
language to world view and sosial organization)
6. Semesta dan ketidaksamaan linguistic dan sosial (linguistic and sosial universals
and inqualities )
Etnografi komunikasi juga memiliki dua tujuan yang berbeda arah secara sekaligus.
Etnografi komunikasi bisa bersifat spesifik karena mencoba menjelaskan dan memahami
perilaku komunikasi dalam kebudayaan tertentu sehingga sifat penjelasannya terbatas
pada suatu konteks tempat dan waktu tertentu; etnografi komunikasi juga bisa bersifat
global karena mencoba memformulasikan konsep-konsep dan teori untuk kebutuhan
pengembangan metateori global komunikasi antarmanusia.

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

24

Obyek penelitian etnografi komunikasi


Ada beberapa istilah-istilah yang akan menjadi kekhasan dalam penelitian etnografi
komunikasi, dan istilah ini nantinya akan menjadi obyek penelitian etnografi
komunikasi:
1. Masyarakat tutur ( speech community). Apa itu masyarakat tutur ? Hymes
memberi batasan mengenai masyarakat tutur adalah suatu kategori masyarakat
di mana anggota-anggotanya tidak saja sama-sama memilliki kaidah untuk
berbicara, tetapi juga satu variasi linguistik tertentu. Sementara menurut Seville
Troike, yang dimaksud masyarakat tutur tidak harus memiliki satu bahasa, tetapi
memiliki kaidah yang sama dalam berbicara ( Syukur, dalam Kuswarno,
2008:39,40). Jadi batasan utama yang membedakan masyarakat tutur satu
dengan yang lain adalah kaidah-kaidah untuk berbicara. Sehingga suatu suku
bangsa atau kebudayaan bisa saja memiliki dua atau lebih masyarakat tutur.
2. Aktivitas komunikasi. Setelah menemukan atau mengidentifikasi masyarakat
tutur, maka tahap selanjutnya bagi etnografer adalah menemukan aktivitas
komunikasi-nya.

Atau

mengidentifikasi

peristiwa

komunikasi

atau

proses

komunikasi. Menurut Hymes, tindak tutur atau tindak komunikasi mendapatkan


statusnya

dari

mendeskripsikan

konteks sosial,
dan

bentuk gramatika

menganalisis

aktivitas

dan intonasinya.

komunikasi

dalam

Untuk

etnografi

komunikasi, maka kita memerlukan pemahaman mengenai unit-unit diskrit


aktivitas komunikasi. Hymes mengemukakan unit diskrit komunikasi itu adalah
(Syukur dalam Kuswarno, 2008:41):
1. Situasi komunikatif dan konteks terjadinya komunikasi
2. Peristiwa komunikatif atau keseluruhan perangkat komponen yang utuh yang
meliputi tujuan umum komunikasi, topic umum yang sama, partisipan yang secara
umum menggunakan varietas bahasa yang sama, dengan kaidah-kaidah yang
saya dalamberinteraksi dan dalam setting yang sama.
3. Tindak komunikatif, yaitu fungsi interaksi tungga seperti pernyataan, permohonan,
perintah ataupun perilaku non verbal.
Pendeknya, yang dimaksud aktivitas komunikasi dalam etnografi komunikasi tidak lagi
bergantung / bertumpu pada pesan, komunikator, komunikan, media, dan efeknya
melainkan aktivitas khas yang kompleks di mana di dalamnya terdapat peristiwaperistiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi khusus dan
berulang.
3. Komponen Komunikasi. Komponen komunikasi merupakan bagian yang paling
penting dalam kajian etnografi komunikasi. Yang dimaksud komponen komunikasi
dalam etnografi komunikasi adalah ( Syukur dalam Kuswarno,2008: 42,43):

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

25

1. Genre atau tipe peristiwa komunikasi ( misal lelucon, salam, perkenalan, dongen,
gossip dll)
2. Topik peristiwa komunikasi.
3. Tujuan

dan

fungsi

peristiwa

secara

umum

dan

juga

fungsi

dan

tujuan

partisipansecara individual.
4. Setting termasuk lokasi, waktu, musim dan aspek fisik situasi yang lain
5. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial, atau kategori lain
yang relevam dan hubungannya satu sama lain.
6. Bentuk pesan, termasuk

saluran verbal, non verbal dan hakikat kode yang

digunakan, misalnya bahasa mana dan varietas mana.


7. Isi pesan, mencakup apa yang dikomunikasikan termasuk level konotatif dan
referensi denotative.
8. Urutan tindakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur termasuk alih
giliran atau fenomena percakapan.
9. Kaidah interaksi.
10. Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan, kebudayaan,
nilai dan norma yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya.
4. Kompetensi Komunikasi. Tindak komunikasi individu sebagai bagian dari suatu
masyarakat tutur dalam perspektif etnografi komunikasi lahir dari integrasi tiga
ketrampilan yaitu ketrampilan linguistik, ketrampilan interaksi dan ketrampilan
kebudayaan. Kompetensi inilah yang akan sangat memengaruhi penutur ketika
mereka

menggunakan

atau

menginterpretasikan

bentuk-bentuk

linguistik.

Kompetensi komunikasi ini meliputi ( Syukur dalam Kuswarno,2008: 43,44):


1. Pengetahuan dan harapan tentang siapa yang bisa atau tidak bisa berbicara
dalam setting tertentu?
2. Kapan mengatakannya?
3. Bilamana harus diam?
4.

Siapa yang bisa diajak bicara?

5. Bagaimana berbicara kepada orang-orang tertentu yang peran dan status


sosialnya berbeda?
6. Apa perilaku non verbal yang pantas?
7. Rutin yang bagaimana yang terjadi dalam alih giliran percakapan?
8. Bagaiamana menawarkan bantuan?
9. Bagaimana cara meminta informasi dan sebagainya?
5. Varietas Bahasa. Pemolaan komunikasi ( communication patterning) akan lebih
jelas bila diuraikan dalam konteks varietas bahasa. Hymes menjelaskan bahwa
dalam setiap masyarakat terdapat vaietas kode bahasa ( language code) dan

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

26

cara-cara berbicara yang bisa dipakai oleh anggota masyarakat atau sebagai
repertoire komunikatif masyarakat tutur.

Variasi ini akan mencakup semua

varietas dialek atau tipe yang digunakan dalam populasi sosial tertentu, dan
factor-faktor sosiokultural yang mengarahkan pada seleksi dari salah satu variasi
bahasa yang ada. Sehingga pilihan varietas yang dipakai akan menggambarkan
huubungan yang dinamis antara komponen-komponen komunikatif dari suatu
masyarakat

tutur,

atau

yang

dikenal

sebagai

pemolaan

komunikasi

(communication patterning).
Bagaimana memulai penelitian etnografi komunikasi?
Sebagaimana dikemukakan di depan, etnografi komunikasi adalah salah satu kajian
komunikasi yang memfokuskan pada pola komunikasi yang digunakan oleh manusia
dalam

suatu masyarakat

tutur.

Sehingga

tugas

pertama

seorang

etnografer

(komunikasi) adalah mengidentifikasi apakah fokus kajiannya itu memang bisa sebagai
sebuah masyarakat tutur, atau sebagai sub masyarakat tutur tertentu dst. misalnya
peneliti memilih masyakat Jawa Solo sebagai konteks masyarakat tutur yang hendak di
teliti.
Kemudian, setelah memilih masyarakat Jawa- Solo sebagai fokus kajiannya, maka tugas
berikutnya adalah menemukan aktivitas komunikasi apa yang akan diteliti. Bagi yang
sedikit banyak mengenal segala seluk beluk mengenai kultur Jawa lebih-lebih Jawa yang
berpusat di seantero Keraton Solo dan mungkin juga Keraton Jawa Jogja tidak akan
kesulitan memilih satu dari sekian puluh bahkan ratus aktivitas komunikasi yang
berlangsung di masyarakat tersebut. Mulai dari pernak-pernik adat ritual yang melingkupi
kehidupan

wong Jowo dari lahir sampai mati, atau pun segala lika -liku tata cara

berbahasa dalam konteks pertemuan(event) tertentu. Sebut saja misalnya ritual prosesi
lamaran, ritual prosesi menjelang dan selama berlangsungya upacara pengantin adat,
dst. Sampai bentuk bentuk ritual tertentu yang dilakukan dalam siklus selama ibu
mengandung calon jabang bayi misal, ngupati dan mitoni dsb. Bahkan ada juga aktivitas
atau situasi komunikasi khas Jawa yang menarik dalam konteks lelucon atau guyon atau
kemudian dikenal dengan humor khas Jawa. Misalnya, dulu tahun 80-an sampai ada
genreguyonan gaya Mataraman dsb.
Mengapa menurut saya hal yang demikian ini menarik ? Karena di dalam situasi atau
peristiwa komunikasi ( dalam contoh ini yang berlangsung dalam masyarakat tutur Jawa )
berlangsung peristiwa yang terjadi secara berulang ( recurrent events). Dalam peristiwa
komunikasi itu juga akan ditemui komponen-komponen yang membangun komunikasi
yang berulang tersebut. Dan ini tugas ketiga peneliti yakni menemukan komponenkomponen komunikasinya. Dan tahap selanjutnya adalah menemukan hubungan antara

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

27

komponen komunikasi yang membangun peristiwa komunikasi, yang akan dikenal


kemudian sebagai pemolaan komunikasi ( communication patterning).
Bagaimana merumuskan penelitian komunikasi dengan pendekatan etnografi
komunikasi?
Kekhasan penelitian dengan pendekatan etnografi komunikasi sudah akan tampak pada
pilihan tema atau topik. Pada tahap ini biasanya calon peneliti etnografi komunikasi
( biasanya terjadi pada para mahasiswa S1) sudah cukup pintar mengidentifikasikannya.
Yang kurang tepat justru bagaimana mengemas fokus kajiannya itu sehingga menjadi
sebuah penelitian yang bercirikan etnografi komunikasi. Dalam hal ini maka kata kunci
yang

sudah

harus

muncul

dalam

fokus

masalah

adalah

Bagaimana pola

komunikasi . Dst. Dengan perumusan yang demikian tadi maka masih perlu dirinci
lagi atau diidentifikasi masalahnya dengan berpatokan pada obyek-obyek penelitian
etnografi komunikasi seperti yang sudah dipaparkan di depan.
mengidentifikasi

apa

saja

peristiwa

komunikasi

Misalnya: Pertama,

yang

terjadi

secara

berulang ( recurement events) pada dst. ; Kedua, apa saja komponen komunikasi
yang

membentuk

peristiwa

komunikasi

tersebut?;

Ketiga,

bagaimana

hubungan

antarkomponen komunikasi yang ada dalam suatu peristiwa komunikasi ?


Identifikasi masalah di atas nantinya bisa dijabarkan lagi dalam uraian metodologinya
dengan menguraikannya lagi dengan lebih detil di bawah sub judul Obyek Penelitian.
Bagaimana

kita

merencanakan

penelitian

etnografi

komuniasi

dan

prosedur

pelaksanaannya akan kita bahas lain kesempatan ( Bersambung )


Referensi:
Kuswarno,

Engkus.

2008. Etnografi

Komunikasi

Suatu

Pengantar

dan

Contoh

Penelitiannya. Bandung : Widya Padjajaran.


Muriel, Saville-Troike. 1986. The Etnography of Communication : An Introduction.
Southampton: The Camelot Press.
Sumber Foto:
http://blog.aaanet.org/2009/11/19/aaa-mourns-passing-of-dell-hymes-past-president/

C://Sosiolinguistik II/ Silabus /Masy-bhs-Etnografi/@SailalArimi

28

Anda mungkin juga menyukai