Anda di halaman 1dari 31

SKRIPSI

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA

NEGERI 8 MAKASSAR

BEHERRSCHUNG DES DEUTSCHEN WORTSCHATZES DURCH SCHÜLER IM

UNTERRICHT XI SMA NEGERI 8 MAKASSAR

NAMAMAHASISWA

NIKMAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2023
SKRIPSI

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA

NEGERI 8 MAKASSAR

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman Jurusan Pendidikan

Bahasa Asing Fakultas Bahasa dan Sastra untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

NAMAMAHASISWA

NIKMAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2023

i
ii
DAFTAR ISI

SKRIPSI.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian............................................................................................................3
BAB II..........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................6
A. Tinjauan Pustaka..............................................................................................................6
1. Pembelajaran Bahasa Jerman.......................................................................................6
2. Kosakata Bahasa Jerman..............................................................................................7
3. Faktor yang Mempengaruhi Kosakata........................................................................18
B. Kerangka Pikir................................................................................................................18
BAB III......................................................................................................................................21
METODE PENELITIAN...........................................................................................................21
A. Jenis Penelitian...............................................................................................................21
B. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................................21
C. Populasi dan Sampel.......................................................................................................21
D. Definisi Operasional Variabel........................................................................................22
E. Prosedur Penelitian.........................................................................................................22
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................................23
G. Instrumen Penelitian.......................................................................................................24
H. Teknik Analisis Data......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain,

sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting. Dalam bahasa,

orang dapat mengekspresikan diri, perasaan, pikiran, keinginan, dan kebutuhan sebagai

makhluk pribadi dan sosial, dan mengkomunikasikan banyak hal yang mereka ketahui

dan pikirkan kepada orang lain atau secara lisan.

Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang diajarka di Sekolah

Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah

(MA) baik negeri maupun swasta. Saat belajar bahasa Jerman, kita harus mencapai

standar kemahiran, yang digunakan sebagai kriteria untuk mengevaluasi kemahiran

bahasa Jerman kita. Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat empat aspek bahasa

yaitu: menyimak (Hören), membaca (Lesen), berbicara (Sprechen) dan menulis

(Schreiben). Untuk mencapai keempat aspek tersebut perlu menguasai kosakata

(Wortschatz). Kosakata merupakan langkah awal dalam pembelajaran keterampilan

berbahasa, sehingga merupakan unsur yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa

asing agar dapat berkomunikasi dalam bahasa tersebut. Oleh karena itu, semakin

banyak kosakata yang dikuasai maka semakin meningkat penguasaan bahasa jerman

tersebut.

Tingkat jumlah kosakata unuk bahasa Jerman seperti yang tertulis dalam

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan Materi Pokok Mata Pelajaran

Bahasa Jerman yaitu kelas X semester 1 menguasai kurang lebih 250 kosakata (aktif

1
2

150 kosakata), semester 2 menguasai kurang lebih 550 kosakata (aktif 350 kosakata),

kelas XI semester 1 menguasai 800 kosakata (aktif 550 kosakata), semester 2

menguasai kurang lebih 1000 kosakata (aktif 700 kosakata) (kurikulum 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Desi & Nurming (2017), penguasaan

kosakata bahasa Jerman memiliki hubungan positif yang signifikan dengan

keterampilan berbicara bahasa jerman. Ada pun menurut penelitian yang dilakukan

oleh Yulia, Misnah, dan Ambo (2020), penguasaan kosakata bahasa Jerman juga

memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kemampuan menyimak bahasa

Jerman yang ditunjukan dengan koefisien korelasi sebesar rh 0,574 > rt0,374 yang

termasuk pada kategori sedang. Oleh karena itu, penguasaan kosakata merupakan hal

yang penting dalam penguasaan bahasa Jerman.

Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengetahui tingkat penguasaan

kosakata siswa SMA Negri 8 Makassar melalui test dan angket yang akan diberikan

sehingga dapat diketahui sejauh mana penguasaan kosakata SMA Negri 8 Makassar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 8 Makassar dan hasil

penelitian tentang kosakata, maka dipilih penelitian dengan judul:

“Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman Siswa Kelas XI SMA Negeri 8

Makassar”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan masalah pada penelitian

ini yaitu:

1. Bagaimanakah tingkat penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI SMA

Negeri 8 Makassar?
3

2. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penguasaan kosakata bahasa

Jerman siswa kelas XI SMA Negeri 8 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Melihat rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI

SMA Negeri 8 Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penguasaan kosakata

bahasa Jerman siswa kelas XI SMA Negeri 8 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dengan dijadikan

sebagai salah satu acuan pada penelitian dengan masalah yang serupa serta menjadi

bahan masukan bagi proses belajar mengajar di kelas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bekal untuk menambah

pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Jerman agar dapat

mengefektifkan aspek-aspek yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Jerman.

b. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi guru

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar serta menjadi bahan pertimbangan untuk

digunakan lagi pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.


4

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan mampu menunjang siswa dalam menguasai lebih

dalam lagi mengenai kemampuan penguasaan kosakata bahasa Jerman.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Bahasa Jerman

Brown (dalam Pringgawidagda, 2002:21) menyatakan bahwa pembelajaran

merupakan proses memperoleh atau mendapatkan pengetahuan tentang subjek atau

keterampilan yang dipelajari, pengalaman atau intruksi. Dalam usaha mempelajari

bahasa asing seseorang harus berusaha keras untuk menguasai sekurang-kurangnya

unsur budaya baru, cara berpikir yang baru, serta cara bertindak yang baru pula.

Keterlibatan secara menyeluruh baik fisik, intelektual maupun emosional sangat

diperlukan agar dapat berhasil sepenuhnya dalam mengungkapkan dan menerima

pesan melalui media bahasa kedua.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterbitkan oleh

Depdiknas (2006:373) disebutkan bahwa melalui pembelajaran bahasa Jerman dapat

dikembangkan keterampilan peserta didik dalam komunikasi lisan dan tulisan untuk

memahami dan menyampaikan informasi, pikiran dan perasaan. Dengan demikian,

mata pelajaran bahasa Jerman diperlukan untuk pengembangan diri peserta didik agar

mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang cerdas, terampil

dan berkepribadian indonesia, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan budaya serta siap mengambil bagian dalam pembangunan nasional.

Schunk (Nai 2017 : 69) meyatakan “pembelajaran yang sejalan dengan fokus

kognitif yakni perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas

6
7

berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk

pengalaman lainnya.”

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah upaya guru dalam menciptakan suawsana kondusif pada proses belajar

mengajar sehingga terbentuk perubahan perilaku dan pembelajaran yang bertahan lama

dari hasil praktik atau pengalaman yang dialami siswa pada suasana kondusif tersebut.

Pembelajaran bahasa Jerman di sekolah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik agar bisa menguasai empat keterampilan bahasa Jerman yakni

kemampuan menyimak, membaca, menulis dan berbicara serta mampu

menggunakannya untuk berkomunikasi secara sederhana. Pembelajaran unsur-unsur

kebahasaan seperti kosa kata, ejaan, dan tata bahasa merupakan aspek yang sangat

diperlukan untuk penguasaan keempat keterampilan tersebut.

2. Kosakata Bahasa Jerman

a. Pengertian Kosakata

Kosakata adalah salah satu aspek bahasa yang harus diperhatikan dan dikuasai

untuk mendukung kelancaran komunikasi dengan bahasa termasuk jerman, baik secara

lisan maupun tulisan (Sudjianto dan Dahidi, 2004: 97).

Menurut Soedjito dari Labib (2016: 13) Kosakata adalah:

A. Semua kata yang muncul dalam suatu bahasa.

B. Kekayaan kata yang dimiliki oleh pembicara atau penulis.

C. Kata-kata yang digunakan dalam bidang ilmiah.

D. Daftar kata yang disusun seperti kamus dengan penjelasan sederhana

dan praktis.
8

Dari beberapa definisi kosakata di atas, dapat kita simpulkan bahwa kosakata

adalah kata-kata yang dipahami baik maknanya maupun cara seseorang

menggunakannya. Kata kerja adalah bagian dari bahasa Jerman yang menunjukkan aksi

atau kejadian yang terjadi. Ada dua jenis kata kerja dalam bahasa Jerman: reguler dan

tidak reguler

 Kata kerja reguler: kata kerja reguler memiliki akhiran -en yang ditambahkan

pada bentuk dasar (Infinitiv) kata kerja. Contoh: arbeiten (bekerja), laufen

(berlari).

 Kata kerja tidak reguler: kata kerja tidak reguler tidak memiliki akhiran -en yang

dapat ditambahkan pada bentuk dasar (Infinitiv) kata kerja. Contoh: sein

(menjadi), haben (memiliki).

Untuk membentuk tenses, kata kerja reguler dan tidak reguler dapat memiliki

bentuk khusus yang berbeda. Namun, umumnya bentuk khusus kata kerja dapat

dibentuk dengan menambahkan akhiran pada bentuk dasar kata kerja.

Contoh kalimat : "Ich lese ein Buch." (Saya membaca sebuah buku.)

Kata benda dalam bahasa Jerman adalah kata yang menunjukkan benda atau

objek, baik fisik maupun abstrak. Contohnya:

 "Das Haus" (rumah)

 “Der Tisch" (meja)

 "Die Sonne" (matahari)

 "Das Glück" (kebahagiaan)

Contoh kalimat : "Das Haus steht am Fluss." (Rumah itu berdiri di sungai.)
9

Kata sifat dalam bahasa Jerman adalah kata yang menunjukkan karakteristik

atau sifat dari sebuah benda atau orang. Contohnya:

 "groß" (besar)

 "alt" (tua)

 "schön" (cantik)

 "intelligent" (pintar)

Contoh kalimat menggunakan kata sifat dalam bahasa Jerman:

"Das große Haus steht am Fluss." (Rumah besar itu berdiri di sungai.) “

“Der alte Mann geht langsam." (Laki-laki tua itu berjalan pelan.)

Kata keterangan dalam bahasa Jerman adalah kata yang digunakan untuk

menjelaskan atau memberikan informasi tambahan tentang sebuah benda atau orang.

Contohnya:

 "in" (di)

 "mit" (dengan)

 "auf" (pada)

 "von" (dari)

Contoh kalimat menggunakan kata keterangan dalam bahasa Jerman:

 "Ich gehe in das Haus." (Saya masuk ke rumah.)

 "Ich spiele mit meinen Freunden." (Saya bermain dengan teman-teman saya.)

 "Das Buch liegt auf dem Tisch." (Buku itu terletak di atas meja.)
10

 "Ich komme von Deutschland." (Saya datang dari Jerman.)

b. Jenis Kosakata

Dalam Langenscheidt (2009: 986) kosakata menurut penggunanya digolongkan

ke dalam dua bagian, yakni:

a. Aktiver Wortschatz ist alle Wörter, die jemand zum Sprechen benutz

b. Passive Wortschatz ist alle Wörter, die jemand in ihrer Bedeutung kennt

(aber nicht selbst benutzt).

Pendapat tersebut diartikan:

a. Kosakata aktif adalah seuruh kata yang digunakan seseorang untuk

berbicara;

b. Kosakata pasif adalah semua kata yang semua orang mengetahui artinya

(tetapi tidak menggunakannya sendiri).

Menurut Bohn (2000: 20-21) mengklasifikasikan kata yang lebih luas

cakupannya ke dalam 11 bagian, yaitu berdasarkan:

a. Nach Wortarten (Jenis kata)

1) Nach dem Inhalt der Wörter (Inhaltswörter) Substantive, Verben, Adjektive

(Haus, wohnen, hell). Inhaltswörter sind der offene, dynamische und umfangreichere

Teil des Wortschatzes.

2) Nach dem Funktionen der Wörter (Funktionswörter) Artikel, Präpositionen,

Konjunktionen, usw. (das, vor, weil) Sie sind der geschlossene, stabile und kleinere

Teil des Wortschatzes.

Berdasarkan jenisnya, kata dibedakan menurut:


11

1. Maknanya, yakni nomina (Haus), verba (wohnen) dan adjektiva (hell). Kata-

kata kelompok ini bersifat terbuka, dinamis dan lebih luas cakupannya.

2. Fungsinya yang terdiri dari kata sandang (das), preposisi (vor), dan

konjungsi (weil) dan lain sebagainya. Katakata kelompok ini merupakan kosakata yang

bersifat tertutup, stabil dan cakupannya lebih kecil.

b. Der Umfang (Cakupannya) Einzelwörter und Wortgruppen (Buch, jmdm.

Dank sagen). Menurut luas/cakupannya, kata dibagi menjadi kata tunggal (Buch) dan

kelompok kata (jmdm. Dank sagen).

c. Die Wortbildung (Pembentukan kata) Vom Stammwort, z. B. Eis, gibt es 1.)

Ableitungen (eisig)

2.) Zusammensetzungen (Komposita) (Schokoladeneis), dabei ist Schokolade

das Grundwort und Eis das Bestimmungswort, das den Artikel des Kompositums

bestimmt: das Schokoladeneis. Bildung mit Vorsilben (präfix) (enteisen).

Pembentukan kata dibagi menjadi:

1. Turunan kata, contoh dari akar kata “Eis“ menjadi “eisig“

2. Gabungan kata (komposita) contohnya Schokoladeneis, terdiri dari kata

dasar “Schokolade“ dan “Eis“ yang merupakan kata penentu yang menentukan artikel

dari komposita kata tersebut sehingga kata “Schokoladeneis“ mempunyai artikel das

menjadi “das Schokoladeneis“. Selain itu, adapula pembentukan kata dengan awalan

(prefiks) contohnya enteisen.

d. Paradigmatische Beziehungen (Hubungan pradiggmatik)

1.) Bedeutungsgleiche oder - ähnliche Wörter (Synonime): sprechen – reden.

2.) Wörter mit gegenteiliger Bedeutung (Antonyme): billig – teuer.


12

3.) Unter- oder nebengeordnete Wörter (Hyponyme): Eltern: Vater, Mutter;

Obst: Äpfel.

Berdasarkan hubungan paradigmatik kosakata dibagi menjadi tiga:

1. Kata yang memiliki kesamaan makna atau kemiripan kata (sinonim):

sprechen – reden (berbicara).

2. Kata yang berlawanan makna (antonim): billig – teuer (murah-mahal).

3. Kata yang maknanya tercakup dalam kata lain yang lebih umum (hiponim):

kata Vater, Mutter merupakan kata yang tercangkup dalam Eltern dan Äpfel, Orange

bagian dari kata Obst.

e. Die Herkunft (Asal kata) Fremdwörter wie Etui, Internationalismen wie

Komitee und Lehnwörter wie Mauer und Fenster.

Menurut asalnya kata terbagi menjadi tiga yaitu yang berasal dari kata-kata

asing seperti Etui, dari bahasa internasional seperti Komitee dan kosakata pinjaman

atau serapan dari bahasa asing seperti Mauer dan Fenster.

f. Wortfamilie (Rumpun kata) Wörter, die sich etymologisch auf eine

gemeinsame Wurzel zurückführen lassen, z. B. geben, Gabe, Gift, angeben, Aufgabe

usw.

Berdasarkan rumpun kata yaitu kata-kata yang secara etimologi memiliki akar

yang sama, contohnya geben, Gabe, Gift, angeben, Aufgabe dan lain sebagainya.

h. Stilistischen Varienten/Registern (Gaya bahasa/daftarnya) Wörter gleicher

Stilebenen, z. B. verstehen, begreifen, erfassen im Unterschied zu kapieren,

mitkriegen, schnallen.
13

Berdasarkan gaya bahasa/daftarnya yaitu kata-kata yang memiliki tingkatan

gaya bahasa yang sama seperti verstehen, begreifen, erfassen dan kapieren,

mitkriegen, schnallen.

i. Soziale Varianten (Varian sosial) Hochsprache, Umgangssprache,

Gruppensprachen.

Berdasarkan varian sosial kata terbagi menjadi tiga, yaitu bahasa resmi, bahasa

sehari-hari, dan bahasa kelompok masyarakat tertentu.

j. Regionale Varianten (Varian daerah) z. B. Heidelbeere, Blaubeere,

Moosbeere. ‟Berdasarkan varian suatu daerah contohnya Heidelbeere, Blaubeere,

Moosbeere‟.

k. Der Existenzweise (Keberadaannya) Gesprochen und/oder geschrieben.

Berdasarkan cara keberadaannya, kosakata dibagi menjadi dua bagian, yakni

kosakata yang digunakan secara lisan dan yang tertulis.

Pembagian kosakata juga dikemukakan oleh Bimmel, Kast, dan Neuner (2003:

91) ke dalam dua bagian, yaitu:

a. Rezeptiver Wortschatz: “Wörter, die die Schüler nur verstehen sollen, wenn

sie Texten lesen oder hören”.

Kosakata reseptif yaitu kata-kata yang hanya dapat dimengerti oleh siswa,

ketika mereka membaca teks atau mendengarnya.

b. Produktiver Wortschatz: “Wörter, die die Schüler selbst produktiv

gebrauchen lernen: in Gesprächen oder schriftlich.

Kosakata produktif merupakan kata-kata yang dipelajari oleh siswa untuk

digunakan secara produktif dalam berbicara atau menulis.


14

c. Kelas Kata Bahasa Jerman (Wortklasse)

Menurut Mantahsiah (2021), Wortart atau kelas kata adalah golongan kata

dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem

gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-

pola kalimat baku, pemakai bahasa haruslah mengenal jenis dan fungsi kelas kata

terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan. Kelas kata yang akan dijelaskan bagian ini

terdiri atas yaitu verba, nomina, adjektiva, dan adverbial.

1. Nomen (Kata Benda)

Nomen atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari

seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat

dibagi menjadi dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca

indra (misalnya das Buch), serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal

yang hanya dapat dikenal dengan pikiran (misalnya die Liebe).

Contoh lainnya adalah:

die Tasche > tas

das Wörtebuch > kamus

der Bleistift > pensil

die Traurigkeit > kesedihan

das Glück > kebahagiaan

die Erinnerungen > kenangan

2. Verben (Kata Kerja)

Verben atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan,

keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini umumnya
15

menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja

dapat dibagi menjadi dua:

a.) Kata kerja transitif: kata kerja yang membutuhkan pelengkap atau objek.

Misalnya: Ich habe ein Geschenk gekauft. (Saya membeli hadiah)

b.) Kata kerja intransitif: kata kerja yang tidak membutuhkan pelengkap.

Misalnya: Wir sind schnell gelaufen. (Kami berjalan cepat)

3. Adjektive (Kata Sifat)

Kata sifat atau adjektive adalah kelas kata yang mengubah kata benda atau kata

ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata

sifat dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan

suatu kata. Contoh kata sifat antara lain adalah schön (cantik), dick (gendut), kalt

(dingin).

Beispiel (Contoh):

a.) Ich bin schön (saya cantik).

b.) Du bist dick (kamu gendut).

c.) Mir ist kalt (saya kedinginan).

d.) Wir sind glücklich (kami bahagia)

4. Adverbien (Kata Keterangan)

Adverbien adalah kelas kata yang memberikan keterangan untuk kata-kata lain

seperti Verben dan Nomen dalam sebuah kalimat. Ada beberapa jenis sebagai berikut:

a.) Adverbien des Ortes (Lokaladverbien)

Adverbien des Ortes (Lokaladverbien) adalah kata keterangan yang

menerangkan tempat. Adverbien ini bisa ditandai dengan kata tanya wo/wohin/woher.
16

Yang termasuk kedalam Adverbien des Ortes adalah aufwärts, außen, da, dort,

drinnen, fort, hier, hierhin, hinein, hinten, irgendwo, links, rechts, nebenan, oberhalb,

überall, unten, vorn dan sebagainya. Nama-nama kota dan suatu tempat seperti in der

Stadt, in Jakarta, an der Universität dan sejenisnya juga termasuk kedalam Adverbien

des Ortes (Lokaladverbien).

Beispiel:

♦ Überall gibt Stau in Stuttgart. (Dimana-mana macet di Stuttgart)

♦ Er hat sein Geldbeutel verloren. Bestimmt hat er irgendwo gelassen. (Dia

kehilangan dompetnya. Pasti dia meninggalkannya di suatu tempat)

b.) Adverbien der Zeit (Temporaladverbien)

Adverbien der Zeit (Temporaladverbien) adalah kata keterangan yang

menerangkan tentang waktu. Biasanya ditandai dengan kata tanya wann/wie lange/wie

oft/bis wann/seit wann. Yang termasuk kedalam Adverbien der Zeit

(Temporaladverbien) adalah bald, bereits, bisher, danach, davor, einst, endlich,

freitags, gestern, immer, inzwischen, neulich, nie, oft, regelmäßig, sofort, stets,

täglich, vorhin, zurzeit. Kata-kata lain yang sering muncul dalam sebuah kalimat yang

termasuk ke dalam Adverbien der Zeit (Temporaladverbien) contohnya seperti nächste

Woche, am Wochenende, am Montag dan sejenisnya.

Beispiel:

♦ Zurzeit habe ich keine Lust zum lernen. (Saat ini saya nggak mood untuk

belajar)

♦ Wir treffen noch einmal nächste Woche. (Kita ketemu sekali lagi minggu

depan)
17

c.) Adverbien des Grundes (Kausaladverbien)

Adverbien des Grundes (Kausaladverbien) adalah kata keterangan yang

menerangkan sebab (kata keterangan sebab). Kata tanya untuk Adverbien ini adalah

wieso/weshalb/warum/unter welcher Bedingung. Yang termasuk kedalam Adverbien

des Grundes adalah also, dadurch, darum, demnach, demzufolge, deshalb, deswegen,

folglich, …halber (anstandshalber, sicherheitshalber, …), somit, trotzdem dan

sejenisnya.

Beispiel:

♦ Viele Leute feiern Weinachten in Deutschland, deswegen viele Supermärkte

verkaufen Geschenke. (Banyak orang merayakan natal di Jerman, oleh karena itu

banyak supermarket yang menjual kado)

♦ Sie hat reiche Eltern, trotzdem muss sie viel arbeiten. (Dia memiliki orangtua

yang kaya, meskipun demikian dia harus bekerja keras)

d.) Adverbien der Art und Weise (Modaladverbien)

Adverbien der Art und Weise (Modaladverbien) adalah kata keterangan cara.

Biasanya ditandai dengan kata tanya wie/wie sehr/wie viel. Yang termasuk kedalam

Adverbien der Art und Weise (Modaladverbien) adalah allerdings, allzu, anders, auch,

äußerst, außerdem,beinahe, bekanntlich, besonders, drittens, doch, ebenfalls,

einigermaßen, erstens, fast, fferner, olgendermaßen, ganz, genauso, genug, gern,

hingegen, hoffentlich, immerhin, jedoch, kaum, leider, möglicherweise, nur, sehr, so,

sonst, vielleicht, wenigstens, wirklich, ziemlich, zudem, zumindest, zweitens dan

sejenisnya.
18

Beispiel:

♦ Lena ist nicht klug aber zumindest möchte sie lernen. (Lena tidak pintar tapi

setidaknya dia mau belajar)

♦ Erstens in 2021 möchte ich mein Studium fertig machen. (Di 2021 yang

pertama ingin saya lakukan adalah menyelesaikan kuliah saya)

3. Faktor yang Mempengaruhi Kosakata

Penguasaan kosakata antara seseorang dengan orang lain tidak sama. Kosakata

yang dikuasai seseorang semakin lama semakin bertambah. Menurut Yudiono

(1984:47) ada beberapa faktor dominan yang mempengaruhi tingkat penguasaan

kosakata seseorang yaitu latar belakang pengetahuan atau displn ilmu tertentu, usia,

tingkat pendidikan, dan referensi. Sementara ada pendapat yang menyatakan bahwa

proses penguasaan kosakata sseorang berjalan pelan-pelan. Kosakata seseorang

semakin banyak dan diperluas sesuai dengan usia. Semakin dewasa semakin banyak

hal yang diketahuinya (Keraf, 1986:64).

Menurut Nurhalimah (2021), Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan

kosakata sebagai berikut:

a) faktor internal, meliputi tingkat usia, kemampuan anak dan motivasi

b) faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

B. Kerangka Pikir

SMA Negeri 8 Makassar adalah salah satu sekolah menengah atas yang terletak

di Makassar. Bahasa Jerman adalah salah satu mata pelajaran bahasa asing yang

diajarkan di sekolah tersebut. Bahan yang ingin dijadikan sebagai penelitian di sekolah
19

tersebut ialah siswa kelas XI yang diharapkan mampu untuk menjawab tes tertulis dan

angket yang akan diberikan.

Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian adalah

dilakukan dengan bentuk tes tertulis dengan menggunakan tes objektif dan angket

sebagai instrumen penelitian. Tes objektif tersebut terdiri dari 20 soal. Hasil dari tes

tersebut akan diperiksa menggunakan penilaian analisis deskriptif kuantitatif untuk

menghasilkan penetapan kriteria kemampuan penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa

kelas XI SMAN 8 Makassar.

Pengembangan kosakata bahasa Jerman dalam sekolah (SMA) biasanya

melibatkan beberapa tahap sebagai berikut:

 Pemahaman konsep: Siswa harus memahami pengertian dan fungsi dari kata

benda, kata sifat, dan kata keterangan dalam bahasa Jerman.

 Penyimpanan kosakata: Siswa harus mempelajari dan menyimpan kosakata baru

dalam memori mereka.

 Penerapan kosakata: Siswa harus mampu menggunakan kosakata baru dalam

konteks yang tepat dan sesuai dengan tata bahasa Jerman.

 Latihan dan penguatan: Siswa harus melakukan latihan dan penguatan secara

teratur untuk meningkatkan kemampuan menggunakan kosakata baru.

 Evaluasi dan revisi: Siswa harus mengevaluasi kemampuan mereka dan

melakukan revisi jika diperlukan untuk memperbaiki keterampilan berbahasa

Jerman.

Kerangka berfikir ini membantu siswa untuk mempelajari kosakata baru dengan

efektif dan membentuk dasar yang kuat untuk pengembangan bahasa Jerman yang lebih
20

lanjut.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif untuk

menggambarkan dan mendeskripsikan tingkat kemampuan penguasaan kosakata bahasa

Jerman serta faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penguasaan kosakata siswa

kelas XI SMAN 8 Makassar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 8 Makassar yang berlokasi di Jl.

Andi Mangerangi II No. 24, Bongaya, Tamalate, Kota Makassar. Waktu penelitian akan

dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023..

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Pada penelitian ini, populasi yang dipilih adalah kelas XI SMA Negeri 8

Makassar.

2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Makassar.

Penetapan sampel ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik tersebut

digunakan karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena

yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik purposive sampling yang

menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh

sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun alasan mengapa peneliti mimilih

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Makassar sebagai sampel adalah sebagai berikut:

21
22

1. Sesuai dengan rekomendasi oleh guru bahasa Jerman di SMA Negeri 8

Makassar

2. Guru ingin mengetahui kemampuan penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa

kelas XI IPA 3 karena ketika guru menyajikan materi pembelajaran siswa

dianggap kurang termotivasi dalam belajar bahasa Jerman.

3. Menurut guru bahasa Jerman yang mengajar, minat belajar bahasa Jerman siswa

kelas XI IPA masih kurang.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan penguasaan kosakata bahasa

Jerman. Kosakata adalah salah satu aspek bahasa yang harus diperhatikan dan dikuasai

untuk mendukung kelancaran komunikasi dengan bahasa termasuk jerman, baik secara

lisan maupun tulisan (Sudjianto dan Dahidi, 2004: 97). Di SMA /SMK dan MA bahasa

asing mulai diajarkan, salah satunya adalah bahasa Jerman. Bahasa Jerman yang

diajarkan di SMA / SMK dan MA meliputi empat keterampilan berbahasa, yakni

menyimak (Hörverstehen), berbicaram(Sprechfertigkeit), membaca (Leseverstehen) dan

menulis (Schreibfertigkeit). Keempat keterampilan bahasa tersebut merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal tersebut sesuai dengan standar

komptensi mata pelajaran bahasa Jerman di SMA / SMK dan MA.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut.


1. Menemukan masalah penelitian.

2. Melakukan kajian pustaka sesuai masalah penelitian yang ditemukan.

3. Merumuskan masalah penelitian.


23

4. Menyusun proposal.

5. Mengikuti seminar proposal dan menerima surat persetujuan judul skripsi.

6. Mengajukan permohonan izin penelitian di SMA NEGERI 8 MAKASSAR

7. Melakukan kajian pustaka sesuai dengan tema penelitian termasuk instrumenn

penelitian.

8. Menyusun instrumen penelitian.

9. Mengumpulkan data penelitian.

10. Menganalisis data penelitian.

11. Menarik kesimpulan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dengan menggunakan

tes objektif dan angket. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan penguasaan

kosakata bahasa Jerman siswa kelas XI SMA Negeri 8 Makassar. Sedangkan angket

digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan penguasaan

kosakata siswa.

Sesuai dengan instrumen tes yang telah dijelaskan di atas maka penskoran akan

dilakukan sesuai dengan teknik penskoran Arikunto (2016) yaitu, Pilihan ganda

(multiple choice test) yang berjumlah 10 soal, jika jawaban dari siswa benar mendapat

skor 1, jika jawaban salah mendapat skor 0, Jadi skor maksimal dari jawaban yaitu 10.

Bentuk tes soal rumpang paragraf yang terdiri dari 10 soal, jika jawaban dari siswa

benar mendapat skor 1, jika salah mendapat skor 0. Jadi, skor maksimal dari semua

jawaban yaitu 10.

Adapun angket yang disebarkan terdiri dari 15 item. Penyebaran angket ini
24

dilakukan sebagai alat ukur untuk memperoleh informasi mengenai faktor apa saja yang

mempengaruhi kemampuan siswa dalam penguasaan kosakata bahasa Jerman.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu lembar tes hasil

kemampuan penguasaan kosakata bahasa Jerman dan angket.

1. Lembar Tes Kemampuan penguasaan kosakata bahasa Jerman

Tes kemampuan penguasaan kosakata siswa bertujuan untuk mengetahui

kemampuan penguasaan kosakata bahasa Jerman yang dimiliki oleh siswa kelas XI

SMA Negeri 8 Makassar. Adapun lembar tes kemampuan penguasaan kosakata bahasa

Jerman yang digunakan terdiri dari 1 soal pilihan ganda (multiple choice test) dan 10

soal rumpang paragraf.

2. Angket (Kuesioner)

Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responen

(Sugiono,2014: 142). Sementara Komalasari (2011: 82), mengemukakan bahwa angket

tertutup (closed questionair), adalah angket yang pertanyaan atau pernyataannya tidak

memberi kebebasan kepada responden untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat dan

keinginan mereka. Angket yang digunakan pada penelitian ini berupa angket tertutup.

H. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini kemudian akan dianalisis

menggunakan teknik persentase. Teknik persentase menggunakan rumus:

X
Persentase (%) = N × 100

Keterangan:
25

X = X mean atau rata-rata

N = Skor Maksimal

Sebelum menggunakan teknik presentase, digunakan terlebih dahulu rumus skor rata-

rata yang dapat dikeahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X=
∑X
N

Keterangan:

X = Skor rata-rata

∑ x =Jumlah skor
N =Jumlah sampel

(Sudjana, 2005:68)

Data yang telah diperoleh melalui angket akan dianalisis dengan menggunakan

teknik presentase, yaitu:

Fq
P= N × 100%

Keterangan:

P : Persentase dari Angket

Fq = Jumlah Frekuensi

N = Jumlah Sampel

(Djiwandono, 2011)
26

Tabel 3.1. Kriteria Penilaian dalam kegiatan pembelajaran

Nilai Keterangan

87-100 Sangat Baik

76-86 Baik

60-75 Cukup

55-59 Kurang

¿ 54 Sangat Kurang

(Purwanto, 2012:103)
27

DAFTAR PUSTAKA

Adiwimarta, S.S., Darmojuwono, S. & Hastrick E. S. (2011). Kamus Universal


Langenscheidt (Jerman). Jakarta: Katalis

Andriani S. 2020. Kemampuan memabaca memahani teks bahasa Jerman siswa kelas
XII SMA Negeri 9 Makassar. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Bahasa dan
Sastra. Universitas Negeri Makassar: Makassar.

Aulia S. 2021. Kemampun Menyimak Teks Bahasa Arab siswa Kelas X SMA
Muhammadiyah disamakan Wilayah Sul-sel. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas
Bahasa dan Sastra. Universitas Negeri Makassar.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan
Contoh /Model Silabus SMA/MA, Mata Pelajaran: Bahasa Jerman. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Bohn, Rainer. (2000). Probleme der Wortschatzarbeit. München: Langenscheidt

Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : Depdiknas


2008. Kamus besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT
Obj100
Gramedia Pustaka.

Desi Nuraina dan Nurming Saleh. 2017. Hubungan Antara Penguasaan Kosakata
dengan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Siswa Kelas XI Bahasa SMA
Negri 2 Kabupaten Majene. Jurnal. Fakultas Bahasa dan Sastra. Universitas
Negeri Makassar: Makassar.

Djiwandono, Soenardi, 2011. Tes Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: CV Pustaka
Setia.

Hufeisen, Gerhard Neuner. (1999). Angewandte Linguistik für den Fremdesprachlichen


Deutschunterricht . München : Langendscheidt.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa
Indah

Langenscheidt. (2009). Langenscheidt Power Wörterbuch Deutsch. Würzburg: Stürtz


28

GmbH.

Mantasiah, Yunri, dan Anwar. (2021). Belajar Tata Bahasa Jerman dengan
Menggunakan Pendekatan Linguistik. Bengkulu : Elmarkazi

Nurgiyantoro. (2010). Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta.


BPFE

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan PendekatanKuantitatif,Kualittif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran kosakata. Bandung: Angkasa.

Yulia dan Misnah. 2020. Hubungan Antara Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan
Menyimak Bahasa Jerman Siswa Kelas XI Bahasa. Jurnal. Fakultas Bahasa dan
Sastra. Universitas Negeri Makassar: Makassar.

Anda mungkin juga menyukai