Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

PENGGUNAAN MEDIA SCRAMBLE WORD DALAM PENINGKATAN


KOSAKATA BAHASA JERMAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 11
ENREKANG

VERWENDEN DER SCRAMBLE WORD MEDIEN IN DER DEUTSCHE


WORSHATZSTEIGERUNG SCHÜLERN KLASSE X SMA NEGERI 11
ENREKANG

HIJRA

1854042010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................8
A. Kajian Teori.................................................................................................8
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Asing........................................................8
2. Hakikat Pembelajaran Bahasa Jerman....................................................11
3. Hakikat Kosakata....................................................................................13
4. Hakikat Pembelajaran Kosakata..............................................................15
5. Hakikat Media Pembelajaran..................................................................21
6. Hakikat Scramble....................................................................................23
B. Kerangka Pikir..........................................................................................26
BAB III..................................................................................................................28
METODE PENELITIAN.......................................................................................28
A. Jenis Penelitian..........................................................................................28
B. Waktu, Tempat dan Subjek Penelitian...................................................28
C. Desain Penelitian.......................................................................................29
D. Definisi Operasional Variabel..................................................................29
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian............................................................30
F. Teknik Pengumpulan Data......................................................................33
G. Instrumen Penelitian.................................................................................34
H. Teknik Analisis Data.................................................................................35
I. Indikator Keberhasilan............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi seseorang

dengan lingkungannnya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan

di mana saja. Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh

terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Sejalan dengan perkembangan zaman terjadi perkembangan dalam

pembelajaran untuk menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan hidup dan

pandangan orang akan pembelajaran. Hal itu juga berlaku untuk pembelajaran

bahasa. Kebutuhan orang akan bahasa tidak terlepas dari fungsi utama bahasa,

yaitu sebagai sarana berkomunikasi, sarana untuk memahami apa yang

diekspresikan oleh orang lain. Hal itu sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2011:277), yaitu membawa dampak dalam

pembelajaran bahasa yang juga harus menekankan capaian kompetensi

tersebut. Pembelajaran bahasa haruslah ditekankan pada capaian kompetensi

berbahasa, kompetensi komunikatif, dan bukan kompetensi linguistik.

1
2

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi untuk mengungkapkan

sebuah ide dan perasaan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa juga

sebagai alat untuk berinteraksi. Seiring berkembangnya jaman dan kemajuan

teknologi kita tidak hanya dituntut untuk bisa menguasi bahasa nasional akan

tetapi kita juga bisa menguasai bahasa asing. Oleh karena itu penguasaan bahasa

sangatlah penting, terutama bahasa asing.

Di Indonesia bahasa asing sudah diajarkan di sekolah dari jenjang Sekolah

Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Bahasa asing seperti bahasa Inggris

bahkan menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah. Bahasa asing lain-nya

yang sering menjadi mata pelajaran di sekolah yaitu bahasa Jerman, bahasa

Prancis, bahasa Jepang dan bahasa Mandarin.

Dalam era globalisasi, kemampuan menggunakan bahasa asing kedua

selain bahasa Inggris, dalam hal ini bahasa Jerman, merupakan hal yang

sangat penting. Banyak informasi baik di bidang teknik, ilmu-ilmu murni,

ekonomi, psikologi, maupun seni bersumber dari buku-buku berbahasa

Jerman. Disamping sebagai sarana komunikasi bahasa Jerman juga berperan

dalam pengembangan dunia pariwisata.

Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang saat ini sudah

diajarkan di sekolah menengah, baik Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) maupun Madrasah Aliyah (MA). Seperti bahasa

asing lainnya, dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat empat


3

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak (Hörverstehen),

keterampilan berbicara (Sprechfertigkeiten), keterampilan membaca

(Leseverstehen), keterampilan menulis (Schreibfertigkeiten). Keempat

keterampilan ini saling berhubungan satu sama lain dalam pembelajaran.

Pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan

keterampilan yang lain yang bertujuan untuk menciptakan sebuah komunikasi

yang baik.

Di samping empat keterampilan berbahasa tersebut, kosakata merupakan

pendukung penguasaan bahasa yang harus dimiliki oleh para pembelajar

bahasa. Kosakata dalam bahasa Jerman perlu dikuasai karena kosakata

berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam berkomunikasi baik secara

lisan maupun secara tertulis. Dari alasan ini, maka peneliti sangat tertarik

untuk meneliti penguasaan kosakata, karena meskipun penguasaan kosakata

merupakan pendukung dari keterampilan berbahasa, sesungguhnya

penguasaan kosakata berpengaruh penting agar keempat keterampilan

berbahasa tersebut dapat dikuasai dengan baik. Dengan demikian jelas bahwa

penguasaan kosakata berpengaruh penting dalam penguasaan suatu bahasa.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ditemukan bahwa

perbendaharaan kosakata siswa kelas X SMA Negeri 11 Enrekang pada

umumnya belum dapat dikatakan baik secara keseluruhan. Hal ini

dilatarbelakangi oleh teknik pembelajaran bahasa Jerman yang kurang

menarik karena pembelajaran bahasa Jerman ini pada umumnya masih


4

menggunakan metode ceramah, kurangnya penggunaan media pembelajaran

yang menarik bagi siswa serta kurangnya motivasi siswa dalam belajar bahasa

Jerman dikarenakan adanya anggapan siswa mengenai bahasa Jerman itu

sangat sulit. Selain itu, guru bahasa Jerman masih menggunakan media

konvensional berupa buku dan papan tulis. Materi pembelajarannya pun masih

ditekankan pada latihan gramatikal. Adapun diperoleh informasi di tentang

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di SMA yaitu 75 pada

pembelajaran bahasa jerman.

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengatasi hambatan di atas,

yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Dalam proses belajar

mengajar penggunaan media sangatlah penting. Media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan membawa

pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Media pembelajaran juga dapat

membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik

dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Media yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan kosakata

pada siswa yaitu dengan menggunakan media “scramble word”. Media

merupakan alat yang dapat digunakan pendidik dalam proses pembelajaran.

Media sangatlah menentukan minat siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Apabila media yang digunakan guru menarik dan sesuai dengan

perkembangan zaman siswanya, maka minat siswa dalam mengikuti


5

pembelajaran tersebut sangatlah besar, sebaliknya apabila media yang

digunakan guru tidak menarik maka dapat membuat siswa menjadi bosan

sehingga suasana pembelajaran dikelas menjadi tidak kondusif.

Sehubungan dengan tuntutan kurikulum 2013, dalam proses pembelajaran

siswa diminta lebih aktif dan guru dituntut untuk bisa menggunakan media pada

proses pembelajaran. Salasatunya adalah media pembelajaran “scramble word”.

“Scramble word” merupakan media berbentuk papan permainan dan cara

bermainya dengan mengacak kata atau huruf -huruf kemudian pemain menyusun

kata menjadi kata yang memiliki makna dan dikerjakan secara bekelompok.

Adapun manfaat dari penggunaan media “scramble word” dalam pembelaran

bahasa yaitu dapat meningkatkan siswa dalam penguasaan kosakata.

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Arios(2020) dengan judul Peningkatan

Penguasaan Kosakata melalui Model Pembelajaran Scramble pada Siswa Kelas

V SD Negeri 040551 Lau Pakam bahwa media scramble dapat meningkatkan

kosakata siswa. Sejalan dengan penelitian yang digunakan oleh Abas

( 2015)dengan judul penelitian Penerapan Model Permainan Scramble untuk

Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas IV SDN 38 Hulantohalangi

Kota Gorontalo mengungkap bahwa dengan menggunakan model permainan

scramble word sangat efektif dalam peningkatan kosakata. Penelitian lain

dilakukan oleh Imanullah (2017) dengan judul penelitian Peningkatan

Penguasaan Kosakata Bahasa Arab Melalui Model Pembelajaran Scramble


6

pada Peserta Didik Kelas VII MTS Al-Khoriyah Kaliawi Bandar Lampung.

Adapun hasil dari penelitian tersebut yaitu penggunaan media scramble word

sangat efektif terhadap peningkatan kosakata siswa.

Berdasarkan semua yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk

melakukan tindakan sebagai upaya untuk melakukan perbaikan terhadap

peningkatan kosakata dengan media “scramble word” penelitian dengan judul

"Penggunaan Media Scramble Word dalam Peningkatan Kosakata Bahasa

Jerman Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Enrekang ".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah penelitian ini

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran penguasaan kosakata bahasa

Jerman siswa kelas X dengan penggunaan media Scrambel Word?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran penguasaan kosakata bahasa Jerman

siswa kelas X dengan penggunaan media Scrambel Word?

3. Bagaimanakah hasil pembelajaran penguasaan kosakata bahasa Jerman siswa

kelas X dengan penggunaan media Scrambel Word?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan dari rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut:


7

1. Untuk memperoleh data pada perencanaan penguasaan kosakata bahasa

Jerman siswa kelas X dengan penggunaan media Scrambel Word.

2. Untuk memperoleh data pada proses pembelajaran penguasaan kosakata

bahasa Jerman siswa kelas X dengan penggunaan media Scrambel Word.

3. Untuk memperoleh data pada hasil pembelajaran penguasaan kosakata bahasa

Jerman siswa kelas X dengan penggunaan media Scrambel Word.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini, sebagai upaya menambah ilmu pengetahuan

dalam pembelajaran peningkatan kosakata bahasa siswa kelas X dengan

penggunaan media Scrambel Word.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa dalam penguasan peningkatan

kosakata bahasa jerman siswa kelas X dengan penggunaan media Scrambel Word.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi guru dan dapat menambah

pengetahuan mengenai media Scrambel Word dalam peningkatan penguasaan

kosakata bahasa Jerman siswa.

c. Bagi peneliti Lainnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian selanjutnya dalam penelitian

selanjutnya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
Kajian teori yang diuraikan dalam penelitian ini merupakan teori yang

digunakan sebagai referensi untuk mendukung dan memperjelas penelitian

sehubungan dengan masalah penelitian yang telah diuraikan. Adapun beberapa

teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Asing


Rombepajung (1988: 25), mengatakan bahwa pembelajaran adalah

pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui

pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Pembelajaran tersebut tidak hanya

diperoleh melalui pendidikan formal melainkan juga melalui pendidikan

informal.

Brown (2007: 8) menyatakan bahwa pembelajaran adalah penguasaan

atau pemerolehan pengetahuan tetang suatu objek atau sebuah keterampilan

dengan belajar, pengalaman, atau instruksi. Dengan proses pembelajaran tersebut

seseorang diharapkan akan lebih menguasai pengetahuan maupun sebuah

keterampilan.

Sedangkan menurut Gagne dan Briggs, 1979 (dalam Gasong:2018)

mengemukakan bahwa instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian

8
9

peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan

mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.


10

Dari beberapa pendapat tersebut, pembelajaran dapat dipahami sebagai

hubungan antara guru dan peserta didik. Pembelajaran pada hakekatnya adalah

proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik

Menurut Wardaugh (dalam Rombepanjung, 1988: 23) Language is a

system of arbitrary vocal symbols used for human communication. Wardaugh

mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol vokal yang arbitrer yang

digunakan untuk komunikasi manusia.

Joseph Bram (dalam Hidayat, 2006: 22) mengatakan bahwa, A language

is structured system of arbitrary vocal symbols by means of which members of a

social group interact. Yang artinya bahwa bahasa merupakan suatu sistem yang

berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbriter yang dipergunakan oleh para

anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.

Kridalaksana (2009: 25) mengemukakan bahasa asing adalah bahasa yang

dikuasai bahasawan, biasanya melalui pendidikan formal, dan yang secara

sosiokultural tidak dianggap bahasa sendiri. Sehingga seseorang dikatakan

belajar bahasa asing apabila mempelajari bahasa selain bahasa ibu.

Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 89) menyataan bahasa asing adalah

bahasa yang bukan asli milik penduduk suatu negara, tetapi kehadirannya

diperlukan dengan status tertentu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam

mempelajari bahasa asing, perlu diperhatikan perbedaan- perbedaan pola yang

10
11

terdapat antara bahasa pertama, dengan pola bahasa yang dipelajari. Begitu juga

latar belakang budaya perlu dipertimbangkan.

Bahasa asing merupakan bahasa kedua atau bahasa setelah bahasa Ibu

yang digunakan sebagai salah satu alat komunikasi untuk mengungkapkan

sebuah ide dan perasaan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa juga

sebagai alat untuk berinteraksi. Bahasa asing digunakan dalam berkomunikasi

dan berinteraksi dengan orang-orang menggunakan bahasa sesuai dengan bahasa

mereka.

Ghazali (2000: 11) yang menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa asing

adalah proses mempelajari sebuah bahasa yang tidak dipergunakan sebagai

bahasa komunikasi di lingkungan seseorang, sehingga dapat disimpulkan bahasa

asing adalah bahasa yang secara sosiokultural tidak dianggap sebagai bahasa

sendiri pada sejumlah orang atau wilayah tertentu, hanya dikuasai oleh

bahasawan, tidak dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah, dan tidak

digunakan secara luas sebagai alat komunikasi.

Bausch (1989: 1) menyatakan bahwa bahasa asing adalah

Fremdsprachendidaktik ist die Wissenschaft vom Lehren und


Lernen fremder Sprachen in jeglichem institutionellen
Zusammenhang: in Vorschulen, Schulen, Hochschulen, und
Fachschulen in freien Sprachenschulen und in der
Weiterbildung, z.B. der Volkshochschule, der betrieblichen,
gewerkschaftlichen oder kirchlichen Erwachsenenbildung
(Bausch 1989: 1)
Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa pengajaran bahasa asing adalah ilmu

mengajar dan belajar bahasa asing dalam konteks kelembagaan: di sekolah TK,
12

sekolah, perguruan tinggi, dan teknis di sekolah-sekolah gratis dan pendidikan

lebih lanjut, misalnya pengusaha, serikat pekerja atau pendidikan gereja dewasa.

(Bausch, 1989: 1).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa asing

adalah proses pemerolehan kemampuan berbahasa yang bukan bahasa yang

dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari di lingkungan seseorang, dengan tujuan

agar dapat berkomunikasi secara lisan maupun tertulis.

2. Hakikat Pembelajaran Bahasa Jerman


Salah satu bahasa asing selain bahasa Inggris yang perlu dipelajari di

sekolah adalah bahasa Jerman. Peserta didik mulai mendapatkan bahasa Jerman

mulai dari kelas X, baik yang merupakan mata pelajaran utama maupun lintas

minat. Pembelajaran bahasa Jerman yang didapatkan peserta didik untuk tingkat

pemula. Hal ini disesuaikan dengan materi-materi sederhana yang diberikan.

Lanterman (2003:16), Deutsch ist die Muttersprache von über 100

Millionen Menschen. Etwa jedes Zehnte Buch, das welzeit erscheint, ist in der

deutscher Sprache geschrieben. Yang berarti bahwa bahasa Jerman adalah bahasa

ibu bagi 100 juta orang, bahkan sekitar setiap dari 10 buku yang diterbitkan di

Eropa banyak ditulis menggunakan bahasa Jerman. Hal inilah yang mendasari

banyak sekolah mulai menggencarkan bahasa Jerman sebagai mata pelajaran,

terutama di sekolah yang memiliki jurusan bahasa.

Nunan (1989:113) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Jerman untuk

tingkat pemula pada aktivitas sehari-hari sebagai berikut:


13

(1) menyatakan nama diri dan keluarga, (2) menyatakan perihal tentang
seseorang seperti nama, umur dan alamat, (3) berpartisipasi dalam dialog
pendek yang memfokuskan tentang pertukaran informasi antar personal. (4)
memberi keterangan tentang seseorang, (5) menyebutkan nama-nama hari,
(6) memahami permintaan informasi dari seseorang, (7) menanyakan dan
mengucapkan percakapan.
Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Perkembangan Departemen

Pendidikan Nasional menerangkan bahwa secara ringkas karakteristik

pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa asing mencakup dua aspek, yaitu:

(1) Bahasa sebagai sebuah sistem keilmuan, aspek kompetensi kebahasaan, dan

(2) Bahasa sebagai sarana komunikasi, aspek performans (kinerja, unjuk kerja)

kebahasaan. Dengan kata lain, peserta didik yang mempelajari bahasa Jerman

akan mendapatkan ilmu dari bahasa tersebut dan juga menguasai bahasa tersebut

sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari negara Jerman.

Tujuan pembelajaran bahasa Jerman tertuang dalam kurikulum, yaitu agar

peserta didik berkembang dalam hal (Depdiknas, 2003: 2) :

(1) kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik, (2)

berbicara secara sederhana tetapi efektif dalamberbagai konteks untuk

menyampaikan informasi, pikiran, dan perasaan serta menjalin hubungan social

dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan, (3)

menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan merespon dalam

bentuk kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan, (4) menulis kreatif

meskipun pendek sederhana berbagai bentuk teks untuk menyampaikan informasi,

mengungkapkan pikiran dan perasaan, (5) menghayati dan menghargai karya

sastra, dan (6) kemampuan untuk berdiskusi dan menganalisi teks secara kritis.
14

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang

mempelajari bahasa Jerman di tingkat SMA dan setara digolongkan sebagai

pelajar pemula. Bagi pemula yang akan mempelajari bahasa Jerman, bisa dimulai

dari aktivitas sehari-hari, karena belajar dari hal yang dilakukan langsung dengan

diri sendiri akan membuat lebih cepat mengingat dan terbiasa.

3. Hakikat Kosakata
Kosakata merupakan komponen penting yang harus dikuasai seseorang

saat mempelajari bahasa asing. Kekayaan kosakata seseorang menunjukan

seberapa terampil ia dalam berbahasa. Banyak ahli bahasa yang mengemukakan

definisi dari kosakata. Tiap ahli memiliki definisi yang berbeda, akan tetapi

berujung pada maksud yang sama.

Menurut Heyd (1990:91) “Wortschatz umfasst die Gesamheit der Wörter

einer Sprache”, yang berarti bahwa kosakata merupakan kumpulan kata-kata

yang dimiliki oleh suatu bahasa. Hal ini sesuai seperti yang diungkapkan oleh

Nurgiyantoro (2001: 146), bahwa kosakata adalah perbendaharaan kata atau apa

saja yang dimiliki oleh suatu bahasa.

Adapun menurut Kridalaksana (2008: 137) kosakata merupakan kumpulan

kata; khazanah kata; leksikon.

Soedjito (1992: 12) memperluas pengertian kosakata sebagai berikut (1)

semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, (2) kekayaan kata yang dimiliki

oleh seorang pembicara atau penulis, (3) kata yang dipakai dalam suatu bidang

ilmu pengetahuan, (4) daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan
15

singkat dan praktis. Kosakata dapat dibagi ke dalam dua bagian: kosakata aktif

dan kosakata pasif, seperti yang telah dikemukan oleh Lado. Menurut Lado (1971:

6) kosakata aktif dapat diartikan sebagai kosakata yang digunakan untuk

memproduksi bahasa khususnya pada berbicara, sementara kosakata pasif adalah

kosakata yang perlu dimengerti khususnya pada membaca.

Selanjutnya, Nurgiyantoro (2001:166) menyebutkan bahwa kosakata

merupakan alat utama yang harus dimiliki seseorang yang akan belajar bahasa,

sebab kosakata berfungsi untuk membentuk kalimat serta mengutarakan isi

pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan.

Keraf (1984:24) mengemukakan mengenai salah satu manfaat kosakata

yaitu mereka yang luas kosakatanya akan memiliki juga kemampuan yang tinggi

untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untu mewakili

maksud dan gagasannya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kosakata

merupakan komponen terpenting dalam bahasa, tidak ada satu pun bahasa tanpa

kata. Semakin banyak seseorang menguasai kosakata suatu bahasa semakin

terampil pula ia dalam berbahasa. Sehingga ia dapat berkomunikasi dengan baik

dan dapat dengan baik pula mengutarakan maksud dari ide atau gagasan yang

akan ia sampaikan. Terkait dengan hal tersebut, dalam mempelajari bahasa

Jerman peserta didik harus mampu menguasai banyak kosakata, agar dapat

menguasai keempat keterampilan bahasa yang ada.


16

4. Hakikat Pembelajaran Kosakata


Tahap awal dari mempelajari suatu bahasa terutama bahasa asing adalah

terlebih dahulu mengenal kosakata yang ada dalam bahasa tersebut. Sebab seperti

yang diungkapkan Thornbury (2002:3) bahwa tanpa bahasa sangat sedikit yang

bisa disampaikan, sedangkan tanpa kosakata tidak ada yang bisa disampaikan.

Dapat diartikan bahwa, pembelajaran kosakata merupakan langkah awal agar

dapat menguasai kosakata suatu bahasa.

Djiwandono (1996: 3) mengungkapkan bahwa, kemampuan berbahasa

dapat pula dikaitkan dengan penguasaan terhadap komponen bahasa seperti

dimaksudkan dalam ilmu bahasa struktural. Seperti diketahui, dalam ilmu bahasa

struktural, bahasa terdiri dari bagian-bagian yang dianggap dapat dipisahkan dan

dapat dibedakan satu dari yang lainnya. Bagian-bagian yang dikenal sebagai

komponen bahasa itu terdiri dari bunyi bahasa, kosakata, dan tata bahasa.

Penguasaan atas komponen-komponen bahasa merupakan bagian dari

kemampuan berbahasa.

Dari banyaknya komponen bahasa yang ada, yang penting untuk dikuasai

pertama kali dalam berbahasa adalah kosakata. Sesuai dengan pernyataan

Hardjono (1988: 71) yang menyatakan bahwa dari semua aspek dasar bahasa

asing yang harus dikuasai peserta didik dalam proses belajar, aspek kosakata

dianggap yang paling penting karena tanpa penguasaannya tidak mungkin orang

bisa menggunakan bahasa asing. Nurgiyantoro (2001: 153) juga menyatakan

bahwa, struktur dan kosakata merupakan dua aspek kebahasaan yang penting

untuk dikuasai karena semua tindak berbahasa pada hikakatnya merupakan


17

pengoperasian kedua aspek tersebut. Dengan kata lain dikatakan bahwa

penguasaan struktur dan kosakata merupakan prasyarat untuk melakukan kegiatan

berbahasa. Kemampuan memahami kosakata terlihat dalam kegiatan membaca

dan menyimak, sedangkan kemampuan mempergunakan kosakatanampak dalam

kegiatan menulis dan berbicara.

Cara menjelaskan pembelajaran kosakata di dalam kelas menurut Nunan

(1991: 121), akan lebih baik jika difokuskan pada usaha memberikan dorongan

kepada peserta didik untuk mengembangkan strategi untuk mengartikan kata-kata

baru dalam suatu konteks di mana peserta didik akan mudah mengingatnya dan

mengajarkan mereka untuk menggunakan isyarat-isyarat verbal maupun non

verbal (gambar, diagram, dan lain sebagainya) dalam mengartikan kata-kata baru.

Brown dan Payne (1995: 373) menjelaskan bahwa ada 5 langkah penting

dalam pembelajaran kosakata, yaitu:

(1) menambah kosakata baru, (2) mendapatkan suatu gambaran yang jelas baik

visual maupun yang didengar untuk menjelaskan bentuk dari kata yang baru, (3)

mempelajari arti kata yang baru, (4) membuat suatu hubungan memori yang kuat

antara bentuk dan arti dari kata baru, (5) menggunakan atau mempraktekan kata

baru tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran

kosakata di dalam kelas difokuskan kepada peserta didik untuk memahami dan

mengingat kosakata baru yang diberikan oleh guru. Peran guru di sini adalah tidak

memberikan arti dalam bahasa Indonesia secara langsung melainkan membiarkan


18

peserta didik terlebih dahulu untuk berusaha sendiri. Selain itu, peserta didik tidak

hanya diberikan arti dari kosakata baru yang diberikan, tetapi peserta didik juga

harus mengetahui bentuk dari kosakata tersebut, kapan serta bagiamana

penggunannya.

a. Jenis-Jenis Kosakata Bahasa Jerman

Kosakata merupakan perbendaharaan kata yang dapat membentuk kalimat

sehingga menjadi sebuah bahasa yang utuh. Dalam bahasa Jerman terdapat

beberapa jenis kata, diantaranya Nomen (kata benda),Adjektiven (kata sifat),

Verben (kata kerja) yang akan peneliti jadikan sebagai bahan penelitian.

1) Nomen (Kata Benda)

Nomen atau kata benda digunakan untuk memberi nama pada orang, objek

dan benda, serta ide-ide abstrak. Kata benda dalam bahasa Jerman selalu diawali

dengan huruf kapital. Dalam bahasa Jerman, semua kata benda memiliki gender

gramatika atau yang biasanya diketahui selalu diikuti dengan Artikel sehingga

sangat mudah dikenali dalam kalimat, yaitu membedakan mana yang termasuk

nomen maskulin, feminim, dan netral.

Artikel dalam bahasa Jerman berupa der (maskulin), die (feminim), dan

das (netral). Oleh sebab itu, penulisan nomen dalam bahasa Jerman selalu diawali

dengan huruf kapital. Hal ini didukung pula oleh pendapat Mirwan dkk (2020)

bahwa setiap nomina dalam kalimat bahasa Jerman memiliki ciri khas, yaitu

Artikel (kata sandang) yang terdiri dari bestimmter Artikel (Artikel pasti) dan

unbestimmter Artikel (Artikel tidak pasti). Bestimmter Artikel terdiri dari der
19

untuk nomina bergenus maskulin, die untuk nomina bergenus feminin, dan das

untuk nomina bergenus netral, sedangkan unbestimmter Artikel terdiri dari ein

untuk nomina bergenus maskulin dan netral, serta eine untuk nomina bergenus

feminin. Ciri khas inilah yang sering menjadi persoalan dalam pembelajaran.

Selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut :

a) Der Bestimmte Artikel

(1) Maskulin

Maskulin adalah jenis kata benda dalam bahasa Jerman yang digolongkan

dari jenis kata yang ditandai dengan Artikel der, serta pada umumnya kata benda

maskulin terdiri atas kata benda yang berakhiran huruf –r.

Contoh : der Computer, der Tisch , usw.

(2) Feminim

Feminin adalah jenis kata benda dalam bahasa Jerman yang digolongkan

dari jenis kata yang ditandai dengan Artikel die, serta pada umumnya terdiri atas

kata-kata .yang berakhiran-e, -t, dan ung.

Contoh : die Tafel, die Klasse, usw.

(3) Netral

Netral adalah jenis kata benda dalam bahasa Jerman yang digolongkan

dari jenis kata yang ditandai dengan Artikel das.

Contoh : das Buch, das Fenster, usw.


20

b) Der Unbestimmte Artikel

Unbestimmte Artikel adalah kata sandang tidak tentu dan merupakan

kebalikan dari Bestimmte Artikel. Dimana pada jenis Artikel yang satu ini dapat

digunakan ketika mengucapkan kata sebuah, sehelai, atau selembar. Pada

penggunaan Jenis Artikel ini, maka disarankan untuk memahami jenis Bestimmte

Artikel karena kedua jenis ini saling berkaitan satu sama lain. Jika bestimmte

Artikel ditandai dengan “der die das”, maka unbestimmte Artikel berupa “ein eine

ein”. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1. Bestimmte Artikel dan Unbestimmte Artikel

Jenis Artikel Der (m) Die (f) Das (n)


Bestimmte Artikel der Kuli die Tafel das Buch
Unbestimmte Artikel ein Kuli eine Tafel ein Buch

2) Adjektiven (Kata Sifat)

Adjectiven dalam bahasa Jerman memiliki fungsi untuk mendeskripsikan

ciri suatu benda ataupun mahluk hidup menjadi lebih spesific.Kata sifat dalam

bahasa Jerman hampir sama dengan kata sifat dalam bahasa Ingris,namun kata

sifat Jerman memperhatikan gender bervariasi tergantung pada

kasusnya(nominatif,akusatif,datif,dan genetif).Beberapa kata sifat dalam bahasa

Jerman dapat di bentuk dengan menambahkan akhiran pada kata benda ,kata kerja

atau bahkan kata sifat lainya.


21

Tabel 2.2. Adjektiven (kata sifat)

alt tua jung muda hell terang dunkel gelap


[alt] [juŋk] [hεl] [duŋkel]

alt lama neu baru kalt dingin warm panas


[alt] [noi] [kalt] [warm]

alt tua modern modern kurz kurus lang panjang


[alt] [mɔdεrn] [kurts] [laŋ]

billig murah teuer mahal süβ manis sauer asam


[biliç] [toiǝr] [zue:s] [sauǝr]

klein kecil groβ besar süβ manis bitter pahir


[klain] [gro:s] [zue:s] [bitǝr]

arm miskin reich kaya schön cantik häβlich jelek


[arm] [raiç] [ʃoen] [haesliç]

dick gemuk schlank kurus schwer susah einfach mudah


[dik] [ʃlaŋk] [ʃwe:r] [ainfaχ]

dick tebal dünn pintar schwer berat leicht ringan


[dik] [duen] [ʃwe:r] [laiçt]

dumm bodoh klug pintar naβ basah trocken kering


[dum] [klu:k] [na:s] [trɔkǝn]

falsch salah richtig benar langsam lamban schnell cepat


[falʃ] [riçtiç] [laŋza:m] [ʃnεl]

gut bagus schlecht jelek fleiβig rajin faul malas


[gu:t] [ʃlεçt] [flaisiç] [faul]

hungrig lapar satt kenyang stark kuat schwach lemah


[huŋriç] [zat] [ʃtark] [ʃwaχ]

gesund sehat krank sakit voll penuh leer kosong


[gǝzunt] [kraŋk] [foll] [le:r]

laut rebut leise tenang viel banyak wenig sedikit


[laut] [leizǝ] [fi:l] [we:niç]
22

Di depan kata sifat ini dapat ditambahkan sehr yang berarti sangat atau sekali.

Contoh kalimat :

Der Apfel ist sauer ( apel itu asam).

Die mann arbeitet sehr schnell (laki-laki itu bekerja sangat cepat).

3) Verben (Kata Kerja)

Dalam bahasa Jerman, kata kerja memainkan peranan yang sangat penting.

Di sisi lain, seperti juga dalam bahasa Indonesia, kata kerja memberi tahukan apa

yang orang lakukan dan apa yang terjadi. Dalam kata bahasa, kata kerja itu seperti

raja yang menempati posisi yang sudah pasti dalam sebuah kalimat, posisi kata

kerja dalam bahasa Jerman sebenarnya bebas. Namun, ada beberapa aturan yang

unik dalam bahasa Jerman.

Yang paling penting dari aturan tersebut adalah penempatan kata kerja

dalam sebuah kalimat. Posisi kata dapat bervariasi bergantung pada apakah

membentuk pernyataan, pertanyaan dengan kata ganti tanya, pertanyaan dengan

kata ganti tanya, pertanyaan tanpa kata ganti tanya, perintah, atau klausa terikat.

Hal ini sejalan dengan pendapat Waridah (2008: 264), “kata kerja adalah kata

yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan.”

5. Hakikat Media Pembelajaran


Media pembelajaran merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses

belajar mengajar yang berfungsi menyampaikan atau mengantarkan informasi

dalam pembelajaran. Apabilah dalam suatu proses pembelajaran tidak

menggunakan media,maka siswa akan merasa bosan dan akan sulit memahami
23

materi yang disampaikan oleh guru .Berikut beberapa pengertian media

pembelajaran menurut para ahli:

Menurut Arsyad (2019: 10) media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar

mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Adapun menurut pendapat Hasnida (2014:24) menyatakan bahwa media

adalah jenis peralatan atau sarana untuk menyajikan pesan .Namun hal ini yang

terpenting bukanlah peralatanya ,melainkan pesan belajar yang dibawa oleh media

atau guru yang memanfaatkannya.

Sementara itu Nurfadillah(2021:58) berpendapat bahwa media adalah

segalah sesuatu baik berupa fisik maupun teknis dalam pembelajaran yang dapat

membantu guru untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.

Dari berbagai pendapat para ahli tentang media dapat disimpulkan bahwa

media merupakan alat saluran komunikasi pembawa pesan (informasi) yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran,karena ia mampu merangsang

pikiran,perasaan,perhatian dan kemampuan peserta didik untuk belajar.jadi segala

hal yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran dapat di katakan

sebagai media.
24

6. Hakikat Scramble
Scramble biasa disebut ”spearsgame”atau “funwonder dalam hal

mengisikan huruf kedalam kotak-kotak untuk membentuk kata tidak berbeda

caranya yang kita lakukan dalam permainan silang datar. Untuk dapat

melaksanakan permainan ini dengan baik, para pemain tidak cukup mempunyai

perbendarahan kata yang banyak,tetapi juga harus memiliki teknik dan taktik

untuk menaklukkan lawan. Apabilah para pemain memiliki kemampuan yang

seimbang,permainan ini akan berjalan seru dan mengasyikkan sebagaimana

halnya permainan catur. Tujuan dari permainan ini adalah membina penguasaan

vokabuler. Permainan ini juga dapat untuk melatih ejaan dan penguasaan stuktur

morfologi. Ada beberapa macam bentuk scramble yang kita kenal yaitu: scramble

Word (scramble kata ),scramble Tense (scramble kalimat ),dan scramble Paragraf

(scramble Paragraf ).

Peralatan scramble ini berupa ; (a) papan scramble yang berkotak kotak

dengan warna-warna penentu nilai ,(kepingan-kepingan huruf yang

mencamtumkan nilai masing-masing,dan (c) tempat untuk meletakkan kepingan-

kepingan huruf yang dipasang agar tidak dilihat oleh lawan bermain. Semua

peraturan permaina ini telah dicantumkan secara terinci pada kotak tempat

peralatan tersebut.

Media scramble merupakan sebuah model pembelajaran yang berbentuk

permainan acak kata ,acak kalimat atau paragraf dan merupakan latihan

pengembangan dan peningkatan wawasan pikiran kosa kata (Octavia,

2020:66).Pendapat tersebut didukung oleh Shoimin (2014:166) yang menyatakan


25

bahwa media scramble merupakan metode yang berbentuk permainan acak

kata,acak kalimat,acak paragraf. Sedangkan menurut Agus dan kawan -

kawan(2021:31) Media scramble adalah permainan berupa aktivitas menyusun

kembali stuktur kata yang sudah dikacau balaukan.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa media

scramble adalah salah satu media pembelajaran dengan tekhnik menyusun huruf,

kata atau kalimat yang kacau menjadi kata atau kalimat yang utuh sehingga dapat

dipahami oleh pembaca. Dengan menggunakan media pembelajaran ini, maka

dapat meningkatkan kemampuan pemahaman kosa kata bagi siswa.

Gambar 2.1 Media Scramble Word

a. Langkah -langkah media ”scramble”

Adapun langkah -langkah dari pembelajaran menggunakan media

“Scramble sebagai berikut :

1. Guru menyajikan materi sesuai topik.

2. Guru menjelaskan aturan permainan,dan sekaligus menentukan kamus acuan

yang diapakai.
26

3. Guru membagi kelompok masing-masing terdiri dari 4 orang dan bergiliran

mengisikan kepingan -kepingan huruf pada papan scramble .Cara

mengisikannya tidak perlu menuliskannya seperti silang datar,melainkan

tinggal meletakkannya pada kotak-kotak yang di inginkan. Peletakkannya

pertama harus melalui kotak paling tengah.

4. Kata-kata yang diisikan harus kata- kata yang terdapat dalam kamus yang

diacu dan bukan merupakan nama diri,kata seru,serta singkatan.

5. Salah seorang siswa yang kebetulan tidak ikut bermain dapat ditugasi menjadi

pengawas,penghitung nilai,dan pencatat nilai.

6. Apabilagi seorang pemain telah dapat menyusun huruf menjadi kata dengan

betul ,maka ia memperoleh sejumlah nilai didasarkan atas:

(1) Banyaknya huruf yang dipasang atau panjang pendeknya kata yang

disusun.

(2) Besar kecilnya nilai setiap huruf yang dipasang.Misalnya:

Q = 10 Z = 10 H =3

X=8 J=8 O =1

K=5 S=1 I=1

M =3 A=1 T=1

(3) Letak huruf pada warna

7. Apabilah ada pemain yang melakukan kesalahan,maka ia didenda sejumlah

nilai yang seharusnya diperoleh.Kesalahan tersebut dapat berupa kesalahan

ejaan,kesalahan struktur morfologis,atau kata tersebut tidak terdapat didalam


27

kamus acuan .kesalahan struktur morfologis tersebut,misalnya seorang pemain

meletakkan/atau menambahkan huruf -s (maksudnya sufiks – s) dibelakang

kata Buch.

8. Permainan di akhiri setelah semua huruf terpasang atau semua pemain tidak

memasang lagi huruf-huruf yang masih dipegangnya dan yang dinyatakan

adalah pemain yang dapat mengumpulkan nilai terbanyak.

b. Kelebihan dan Kekurangan Media “Scramble”

Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan media “Scramble“ menurut

Huda (dalam Octavia,2020:68) sebagai berikut:

1.Kelebihan media ”Scramble”

a.Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat.

b.Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal dengan jawaban acak.

c.Melatih kedisiplinan siswa.

2.Kelemahan media “Scramble”

a.Siswa bisa mencontek jawaban temanya.

b.Siswa tidak dilatih untuk berfikir kreatif.

c.Siswa hanya di beri bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan baik.
28

B. Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat 4 keterampilan yang harus

dikuasai. Keterampilan yang dimaksud yaitu kemampuan membaca memahami

(Leseverstehen), kemampuan menyimak (Hörverstehen), keterampilan berbicara

(Sprechfertigkeit), dan keterampilan menulis (Schreibfertigkeit). Namun, keempat

keterampilan ini sangat sulit untuk dikuasai jika perbendaharaan kata yang

dimiliki masih sangat minim. Hal ini membuktikan bahwa sangat penting bagi

siswa atau pembelajar bahasa Jerman untuk meningkatkan kosakata yang

dimilikinya.

Peneliti melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum

2013, dalam hal ini pembelajaran bahasa Jerman. Salah satu tujuan

pembelajaran bahasa Jerman yaitu, siswa atau pembelajar bahasa Jerman

mampu menguasai kosakata serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa

Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

Agar pembelajaran meningkatkan kosakata bahasa Jerman dapat

berjalan lancar dan mencapai hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan,

maka perlu diciptakan proses belajar mengajar yang efektif, menarik, dan

kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Keberhasilan suatu proses belajar

mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor siswa, guru,

teknik pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.

Untuk pencapaian yang lebih maksimal dalam meningkatkan kosakata

bahasa Jerman, peneliti menggunakan media pembelajaran Scramble Word.

Media pembelajaran ini dapat diterapkan disemua mata pelajaran, hanya


29

tergantung bagaimana cara seorang guru dapat mengaplikasikannya. Namun

pada kesempatan penelitian ini, peniliti menggunakan media pembelajaran

Scramble Word dalam peningkatan kosakata bahasa Jerman. Dalam penelitian

ini siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 11

Enrekang. Secara sederhana kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam

bagan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir

Pembelajaran Bahasa Jerman

Kurikulum 2013

Kompetensi Inti

KI 1 KI 2 KI 3 KI 4

Peningkatan Kosa kata

Media Scramble Games PTK

Analisis

Hasil
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yang melibatkan refleksi yang berulang, yaitu: perencanaan, tindakan,

observasi, evaluasi, dan refleksi.

B. Waktu, Tempat dan Subjek Penelitian


1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan yang sudah ditentukan.

Penelitian dilakukan dengan menempuh beberapa tahap yaitu siklus I berlangsung

selama 2 kali pertemuan (2 minggu) dan siklus II berlangsung selama 2 kali

pertemuan (2 minggu).

2. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di kelas X SMA Negeri 11 Enrekang, yang

beralamat Desa Masalle, Kec.Masalle, Kab. Enrekang, Prov. Sulawesi Selatan.

NPSN 697748667 dengan kode pos 91757.

3. Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Makna kelas dalam

PTK adalah sekelompok siswa yang sedang belajar, yang tidak hanya terbatas di

dalam ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika siswa sedang melakukan

karya wisata, praktikum di laboratorium ,bengkjel ,di rumah, atau di tempat lain,

atau ketika siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

30
31

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 11

Enrekang yang siswanya terdiri atas 30 siswa.

C. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat kegiatan yang

dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan tersebut meliputi, (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Siklus PTK dapat

disimpulkan sebagai berikut :

Bagan 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1. Desain PTK dari Kemmis & Taggart

D. Definisi Operasional Variabel


Defenisi operasional variabel adalah batasan-batasan yang digunakan

untuk menghindari kesalahan penafsiran peneliti terhadap penelitian ini. Hal

tersebut dapan diakumulasikan sebagai berikut :


32

1. Kosa Kata Bahasa Jerman

Kosakata merupakan salah satu unsur penguasaan bahasa yang penting

untuk dimiliki dalam usaha untuk menguasai keterampilan berbahasa, khususnya

bahasa Jerman. Adapun kosakata yang dimaksud disini yaitu kosakata bahasa

Jerman berupa kata benda (Nomen), kata sifat (Adjektiv), dan kata kerja

(Verben).

2. Media Scramble

Scramble merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai untuk

meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa Jerman. Media pembelajaran ini

dilakukan dengan mengisikan huruf kedalam kotak-kotak untuk membentuk kata.

Tujuan dari permainan ini adalah membina penguasaan vokabuler. Permainan ini

juga dapat untuk melatih ejaan dan penguasaan stuktur morfologi. Ada beberapa

macam bentuk scramble yang kita kenal yaitu: scramble Word (scramble

kata ),scramble Tense (scramble kalimat ),dan scramble Paragraf (scramble

Paragraf ). Dengan penggunaan media pembelajaran ini, maka akan berpengaruh

pada penguasaan kosa kata bagi siswa.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus dengan

perincian sebagai berikut:

1. Siklus I dilaksanakan selama 2 pekan atau 2 kali pertemuan.

2. Siklus II dilaksanakan selama 2 pekan atau 2 kali pertemuan.


33

Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai

seperti yang telah didesain. Penelitian tindakan kelas ini meliputi 4 tahap yaitu:

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, evaluasi dan tahap

refleksi.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini perencanaan yang dilaksanakan adalah:

1. Mengkaji pelajaran bahasa Jerman kelas X berdasarkan kurikulum 13.

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

3. Menyusun instrumen berupa tes kosakata berdasarkan indikator yang

tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan media“Scramble Word”.

4. Menyusun kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 orang dalam satu

kelompok dan terdiri dari 5 kelompok.

5. Merencanakan pengaturan tempat duduk untuk tiap kelompok.

6. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi siswa pada

saat proses belajar mengajar di kelas berlangsung yang meliputi: keaktifan,

kerjasama, kerajinan dan pembahasan soal.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan garis besar materi yang akan dibahas pada hari itu

kemudian menyampaikan materi.


34

2. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotan 4-6 orang,

kepada setiap anggota diberi nomor 1-5.

3. Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing.

4. Guru menggunakani media “Scramble Word” dalam pembelajaran

kosakata bahasa Jerman.

5. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan

memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.

6. Guru memeberikan soal tes sebagai evaluasi tahap pertama.

7. Guru mengoreksi hasil tes siswa dan mencatat hasilnya untuk

pengumpulan data.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setiap tindakan berakhir. Pada tahap ini peneliti dan

guru mengadakan diskusi tehadap tindakan yang baru saja dilaksanakan. Hal

tersebut berkenaan dengan:

a. Analisis tindakan yang telah dilakukan.

b. Membahas tindakan selanjutnya berupa perbaikan terhadap kekurangan

atau kelemahandari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.


35

c. Melakukan Interpretasi, perbaikan, dan membuat kesimpulan dari data

yang diperoleh. Kemudian, hasil refleksi dijadikan sebagai masukan pada

tindakan selanjutnya dalam hal ini siklus II.

2. Siklus II

Pada siklus kedua ini dilaksanakan selama 2 pekan (2 kali pertemuan tiap-

tiap pertemuan jam pelajaran bahasa Jerman). Pada dasarnya langkah-langkah

yang dilakukan dalam siklus II ini setelah memperoleh refleksi. Selanjutnya

dikembangkan dan dimodifikasi tahapan-tahapan yang ada pada siklus pertama

dengan perbaikan dan penambahan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.

Hasil refleksi dijadikan sebagai acuan dalam mengambil solusi untuk

perbaikan dan menyusun rencana tindakan siklus berikutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tes

Teknik ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan

pembelajaran. Tes yang diberikan berupa tes isian singkat sebanyak 20 butir soal

yang harus diselesaikan siswa pada waktu yang telah ditentukan. Dalam tes

bentuk isian ini, tiap soalnya diberi bobot angka 2 (dua). Namun, apabila

jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap, kurang, dan kurang

lengkap, maka angka penskorannya yaitu 2, 1.5, dan 1. Pengambilan data hasil

belajar siswa dilakukan pada tiap akhir siklus diadakan tes untuk mengukur

prestasi belajar siswa, (Purwanto, 2010): 112).


36

R
S= x 100
N

Keterangan :

S : Nilai yang dicari

R : Skor yang diperoleh tiap siswa

N : Jumlah seluruh skor/skor maksimum

Kemudian untuk menghitung nilai rata-rata kelas pada setiap siklus

menggunakan rumus sebagai berikut:

Σxi
x=
N

Keterangan :

x : Nilai rata-rata (mean)

Σxi : Jumlah semua nilai

N : Banyaknya siswa

2. Observasi
37

Teknik observasi adalah kegiatan memperhatikan objek dengan

menggunakan seluruh in dera atau disebut pengamatan langsung.

G. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan imstumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian melalui pengematan di lapangan, lembar

observasi terbagi dua yaitu: lembar observasi gru dan lembar onservasi siswa.

Observasi dilakukan pada aktivitas siswa pada proses pembelajaran kosakata

bahasa Jerman melalui penggunaan media “scramble word”.

2. Tes

Instrumen selanjutnya yaitu tes, tes dilakukan untuk mengukur tingkat

keberhasilan siswa terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Tes dilakukan

pada dua tahap, tahap pertama yaitu siklus I dan tahap kedua yaitu siklus.

H. Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif. Analisis yang digunakan

yaitu metode kuantitatif dengan mendeskripsikan skor rata-rata presentase.

Dengan metode ini diharapkan hasil belajar siswa dapat diungkap.

Data yang diperoleh dari nilai rata-rata untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat

dari nilai rata-rata pada setiap siklusnya, sedangkan tingkat ketuntasan belajar

siswa dapat dicari menggunakan rumus:


38

R
NP = x 100 %
SM

Keterangan :

NP : Nilai persen yang dicari

R : Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 75

SM : Jumlah seluruh siswa

(Purwanto, 2010)

Jika siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70,01

mencapai 75%, maka pembelajaran dikatakan tuntas dan pembelajaran dapat

dilanjutkan mengenai pokok materi selanjutnya. Namun jika hasil belajar siswa

kurang dari 75% maka pembelajaran harus diperbaiki sehingga mencapai 75%.

Tabel 2. Kriteria Ketuntasan Belajar

No. Ketuntasan Belajar Kriteria


1 80-100 Baik Sekali
2 66-79 Baik
3 56-65 Cukup
4 40-55 Kurang
5 ≤ 40 Kurang Sekali

Sumber: Arikunto (2009:35)

I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
39

1. Apabila nilai rata-rata ≤ 70,01 dengan persentase ketuntasan klasikal lebih dari

atau sama dengan 75%.

Apabila lebih dari atau sama dengan 75% banyaknya siswa yang memperoleh

skor rata-rata kemampuan ≥ 70 (termasuk kriteria baik)dengan nilai rata-rata

evaluasi diskusi kelompok ≥ 80,01.


DAFTAR PUSTAKA

40

Anda mungkin juga menyukai