HIJRA
1854042010
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................8
A. Kajian Teori.................................................................................................8
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Asing........................................................8
2. Hakikat Pembelajaran Bahasa Jerman....................................................11
3. Hakikat Kosakata....................................................................................13
4. Hakikat Pembelajaran Kosakata..............................................................15
5. Hakikat Media Pembelajaran..................................................................21
6. Hakikat Scramble....................................................................................23
B. Kerangka Pikir..........................................................................................26
BAB III..................................................................................................................28
METODE PENELITIAN.......................................................................................28
A. Jenis Penelitian..........................................................................................28
B. Waktu, Tempat dan Subjek Penelitian...................................................28
C. Desain Penelitian.......................................................................................29
D. Definisi Operasional Variabel..................................................................29
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian............................................................30
F. Teknik Pengumpulan Data......................................................................33
G. Instrumen Penelitian.................................................................................34
H. Teknik Analisis Data.................................................................................35
I. Indikator Keberhasilan............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
dengan lingkungannnya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan
di mana saja. Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
pandangan orang akan pembelajaran. Hal itu juga berlaku untuk pembelajaran
bahasa. Kebutuhan orang akan bahasa tidak terlepas dari fungsi utama bahasa,
diekspresikan oleh orang lain. Hal itu sejalan dengan pendapat yang
1
2
sebuah ide dan perasaan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa juga
teknologi kita tidak hanya dituntut untuk bisa menguasi bahasa nasional akan
tetapi kita juga bisa menguasai bahasa asing. Oleh karena itu penguasaan bahasa
Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Bahasa asing seperti bahasa Inggris
yang sering menjadi mata pelajaran di sekolah yaitu bahasa Jerman, bahasa
selain bahasa Inggris, dalam hal ini bahasa Jerman, merupakan hal yang
Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang saat ini sudah
yang baik.
lisan maupun secara tertulis. Dari alasan ini, maka peneliti sangat tertarik
berbahasa tersebut dapat dikuasai dengan baik. Dengan demikian jelas bahwa
yang menarik bagi siswa serta kurangnya motivasi siswa dalam belajar bahasa
sangat sulit. Selain itu, guru bahasa Jerman masih menggunakan media
konvensional berupa buku dan papan tulis. Materi pembelajarannya pun masih
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengatasi hambatan di atas,
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
pembelajaran. Apabila media yang digunakan guru menarik dan sesuai dengan
digunakan guru tidak menarik maka dapat membuat siswa menjadi bosan
siswa diminta lebih aktif dan guru dituntut untuk bisa menggunakan media pada
bermainya dengan mengacak kata atau huruf -huruf kemudian pemain menyusun
kata menjadi kata yang memiliki makna dan dikerjakan secara bekelompok.
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini yaitu
pada Peserta Didik Kelas VII MTS Al-Khoriyah Kaliawi Bandar Lampung.
Adapun hasil dari penelitian tersebut yaitu penggunaan media scramble word
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
kosakata bahasa jerman siswa kelas X dengan penggunaan media Scrambel Word.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi guru dan dapat menambah
selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Kajian teori yang diuraikan dalam penelitian ini merupakan teori yang
informal.
keterampilan.
8
9
hubungan antara guru dan peserta didik. Pembelajaran pada hakekatnya adalah
mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol vokal yang arbitrer yang
social group interact. Yang artinya bahwa bahasa merupakan suatu sistem yang
anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
bahasa yang bukan asli milik penduduk suatu negara, tetapi kehadirannya
10
11
terdapat antara bahasa pertama, dengan pola bahasa yang dipelajari. Begitu juga
Bahasa asing merupakan bahasa kedua atau bahasa setelah bahasa Ibu
sebuah ide dan perasaan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa juga
mereka.
asing adalah bahasa yang secara sosiokultural tidak dianggap sebagai bahasa
sendiri pada sejumlah orang atau wilayah tertentu, hanya dikuasai oleh
mengajar dan belajar bahasa asing dalam konteks kelembagaan: di sekolah TK,
12
lebih lanjut, misalnya pengusaha, serikat pekerja atau pendidikan gereja dewasa.
sekolah adalah bahasa Jerman. Peserta didik mulai mendapatkan bahasa Jerman
mulai dari kelas X, baik yang merupakan mata pelajaran utama maupun lintas
minat. Pembelajaran bahasa Jerman yang didapatkan peserta didik untuk tingkat
Millionen Menschen. Etwa jedes Zehnte Buch, das welzeit erscheint, ist in der
deutscher Sprache geschrieben. Yang berarti bahwa bahasa Jerman adalah bahasa
ibu bagi 100 juta orang, bahkan sekitar setiap dari 10 buku yang diterbitkan di
Eropa banyak ditulis menggunakan bahasa Jerman. Hal inilah yang mendasari
(1) menyatakan nama diri dan keluarga, (2) menyatakan perihal tentang
seseorang seperti nama, umur dan alamat, (3) berpartisipasi dalam dialog
pendek yang memfokuskan tentang pertukaran informasi antar personal. (4)
memberi keterangan tentang seseorang, (5) menyebutkan nama-nama hari,
(6) memahami permintaan informasi dari seseorang, (7) menanyakan dan
mengucapkan percakapan.
Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Perkembangan Departemen
pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa asing mencakup dua aspek, yaitu:
(1) Bahasa sebagai sebuah sistem keilmuan, aspek kompetensi kebahasaan, dan
(2) Bahasa sebagai sarana komunikasi, aspek performans (kinerja, unjuk kerja)
kebahasaan. Dengan kata lain, peserta didik yang mempelajari bahasa Jerman
akan mendapatkan ilmu dari bahasa tersebut dan juga menguasai bahasa tersebut
(1) kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik, (2)
menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan merespon dalam
bentuk kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan, (4) menulis kreatif
sastra, dan (6) kemampuan untuk berdiskusi dan menganalisi teks secara kritis.
14
pelajar pemula. Bagi pemula yang akan mempelajari bahasa Jerman, bisa dimulai
dari aktivitas sehari-hari, karena belajar dari hal yang dilakukan langsung dengan
3. Hakikat Kosakata
Kosakata merupakan komponen penting yang harus dikuasai seseorang
definisi dari kosakata. Tiap ahli memiliki definisi yang berbeda, akan tetapi
yang dimiliki oleh suatu bahasa. Hal ini sesuai seperti yang diungkapkan oleh
Nurgiyantoro (2001: 146), bahwa kosakata adalah perbendaharaan kata atau apa
semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, (2) kekayaan kata yang dimiliki
oleh seorang pembicara atau penulis, (3) kata yang dipakai dalam suatu bidang
ilmu pengetahuan, (4) daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan
15
singkat dan praktis. Kosakata dapat dibagi ke dalam dua bagian: kosakata aktif
dan kosakata pasif, seperti yang telah dikemukan oleh Lado. Menurut Lado (1971:
merupakan alat utama yang harus dimiliki seseorang yang akan belajar bahasa,
yaitu mereka yang luas kosakatanya akan memiliki juga kemampuan yang tinggi
untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untu mewakili
merupakan komponen terpenting dalam bahasa, tidak ada satu pun bahasa tanpa
dan dapat dengan baik pula mengutarakan maksud dari ide atau gagasan yang
Jerman peserta didik harus mampu menguasai banyak kosakata, agar dapat
terlebih dahulu mengenal kosakata yang ada dalam bahasa tersebut. Sebab seperti
yang diungkapkan Thornbury (2002:3) bahwa tanpa bahasa sangat sedikit yang
bisa disampaikan, sedangkan tanpa kosakata tidak ada yang bisa disampaikan.
dimaksudkan dalam ilmu bahasa struktural. Seperti diketahui, dalam ilmu bahasa
struktural, bahasa terdiri dari bagian-bagian yang dianggap dapat dipisahkan dan
dapat dibedakan satu dari yang lainnya. Bagian-bagian yang dikenal sebagai
komponen bahasa itu terdiri dari bunyi bahasa, kosakata, dan tata bahasa.
kemampuan berbahasa.
Dari banyaknya komponen bahasa yang ada, yang penting untuk dikuasai
Hardjono (1988: 71) yang menyatakan bahwa dari semua aspek dasar bahasa
asing yang harus dikuasai peserta didik dalam proses belajar, aspek kosakata
dianggap yang paling penting karena tanpa penguasaannya tidak mungkin orang
bahwa, struktur dan kosakata merupakan dua aspek kebahasaan yang penting
(1991: 121), akan lebih baik jika difokuskan pada usaha memberikan dorongan
baru dalam suatu konteks di mana peserta didik akan mudah mengingatnya dan
verbal (gambar, diagram, dan lain sebagainya) dalam mengartikan kata-kata baru.
Brown dan Payne (1995: 373) menjelaskan bahwa ada 5 langkah penting
(1) menambah kosakata baru, (2) mendapatkan suatu gambaran yang jelas baik
visual maupun yang didengar untuk menjelaskan bentuk dari kata yang baru, (3)
mempelajari arti kata yang baru, (4) membuat suatu hubungan memori yang kuat
antara bentuk dan arti dari kata baru, (5) menggunakan atau mempraktekan kata
baru tersebut.
kosakata di dalam kelas difokuskan kepada peserta didik untuk memahami dan
mengingat kosakata baru yang diberikan oleh guru. Peran guru di sini adalah tidak
peserta didik terlebih dahulu untuk berusaha sendiri. Selain itu, peserta didik tidak
hanya diberikan arti dari kosakata baru yang diberikan, tetapi peserta didik juga
penggunannya.
sehingga menjadi sebuah bahasa yang utuh. Dalam bahasa Jerman terdapat
Verben (kata kerja) yang akan peneliti jadikan sebagai bahan penelitian.
Nomen atau kata benda digunakan untuk memberi nama pada orang, objek
dan benda, serta ide-ide abstrak. Kata benda dalam bahasa Jerman selalu diawali
dengan huruf kapital. Dalam bahasa Jerman, semua kata benda memiliki gender
gramatika atau yang biasanya diketahui selalu diikuti dengan Artikel sehingga
sangat mudah dikenali dalam kalimat, yaitu membedakan mana yang termasuk
Artikel dalam bahasa Jerman berupa der (maskulin), die (feminim), dan
das (netral). Oleh sebab itu, penulisan nomen dalam bahasa Jerman selalu diawali
dengan huruf kapital. Hal ini didukung pula oleh pendapat Mirwan dkk (2020)
bahwa setiap nomina dalam kalimat bahasa Jerman memiliki ciri khas, yaitu
Artikel (kata sandang) yang terdiri dari bestimmter Artikel (Artikel pasti) dan
unbestimmter Artikel (Artikel tidak pasti). Bestimmter Artikel terdiri dari der
19
untuk nomina bergenus maskulin, die untuk nomina bergenus feminin, dan das
untuk nomina bergenus netral, sedangkan unbestimmter Artikel terdiri dari ein
untuk nomina bergenus maskulin dan netral, serta eine untuk nomina bergenus
feminin. Ciri khas inilah yang sering menjadi persoalan dalam pembelajaran.
(1) Maskulin
Maskulin adalah jenis kata benda dalam bahasa Jerman yang digolongkan
dari jenis kata yang ditandai dengan Artikel der, serta pada umumnya kata benda
(2) Feminim
Feminin adalah jenis kata benda dalam bahasa Jerman yang digolongkan
dari jenis kata yang ditandai dengan Artikel die, serta pada umumnya terdiri atas
(3) Netral
Netral adalah jenis kata benda dalam bahasa Jerman yang digolongkan
kebalikan dari Bestimmte Artikel. Dimana pada jenis Artikel yang satu ini dapat
penggunaan Jenis Artikel ini, maka disarankan untuk memahami jenis Bestimmte
Artikel karena kedua jenis ini saling berkaitan satu sama lain. Jika bestimmte
Artikel ditandai dengan “der die das”, maka unbestimmte Artikel berupa “ein eine
ciri suatu benda ataupun mahluk hidup menjadi lebih spesific.Kata sifat dalam
bahasa Jerman hampir sama dengan kata sifat dalam bahasa Ingris,namun kata
Jerman dapat di bentuk dengan menambahkan akhiran pada kata benda ,kata kerja
Di depan kata sifat ini dapat ditambahkan sehr yang berarti sangat atau sekali.
Contoh kalimat :
Die mann arbeitet sehr schnell (laki-laki itu bekerja sangat cepat).
Dalam bahasa Jerman, kata kerja memainkan peranan yang sangat penting.
Di sisi lain, seperti juga dalam bahasa Indonesia, kata kerja memberi tahukan apa
yang orang lakukan dan apa yang terjadi. Dalam kata bahasa, kata kerja itu seperti
raja yang menempati posisi yang sudah pasti dalam sebuah kalimat, posisi kata
kerja dalam bahasa Jerman sebenarnya bebas. Namun, ada beberapa aturan yang
Yang paling penting dari aturan tersebut adalah penempatan kata kerja
dalam sebuah kalimat. Posisi kata dapat bervariasi bergantung pada apakah
kata ganti tanya, pertanyaan tanpa kata ganti tanya, perintah, atau klausa terikat.
Hal ini sejalan dengan pendapat Waridah (2008: 264), “kata kerja adalah kata
menggunakan media,maka siswa akan merasa bosan dan akan sulit memahami
23
Menurut Arsyad (2019: 10) media adalah segala sesuatu yang dapat
mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
adalah jenis peralatan atau sarana untuk menyajikan pesan .Namun hal ini yang
terpenting bukanlah peralatanya ,melainkan pesan belajar yang dibawa oleh media
segalah sesuatu baik berupa fisik maupun teknis dalam pembelajaran yang dapat
dirumuskan.
Dari berbagai pendapat para ahli tentang media dapat disimpulkan bahwa
media merupakan alat saluran komunikasi pembawa pesan (informasi) yang dapat
sebagai media.
24
6. Hakikat Scramble
Scramble biasa disebut ”spearsgame”atau “funwonder dalam hal
caranya yang kita lakukan dalam permainan silang datar. Untuk dapat
melaksanakan permainan ini dengan baik, para pemain tidak cukup mempunyai
perbendarahan kata yang banyak,tetapi juga harus memiliki teknik dan taktik
halnya permainan catur. Tujuan dari permainan ini adalah membina penguasaan
vokabuler. Permainan ini juga dapat untuk melatih ejaan dan penguasaan stuktur
morfologi. Ada beberapa macam bentuk scramble yang kita kenal yaitu: scramble
Word (scramble kata ),scramble Tense (scramble kalimat ),dan scramble Paragraf
(scramble Paragraf ).
Peralatan scramble ini berupa ; (a) papan scramble yang berkotak kotak
kepingan huruf yang dipasang agar tidak dilihat oleh lawan bermain. Semua
peraturan permaina ini telah dicantumkan secara terinci pada kotak tempat
peralatan tersebut.
permainan acak kata ,acak kalimat atau paragraf dan merupakan latihan
scramble adalah salah satu media pembelajaran dengan tekhnik menyusun huruf,
kata atau kalimat yang kacau menjadi kata atau kalimat yang utuh sehingga dapat
yang diapakai.
26
4. Kata-kata yang diisikan harus kata- kata yang terdapat dalam kamus yang
5. Salah seorang siswa yang kebetulan tidak ikut bermain dapat ditugasi menjadi
6. Apabilagi seorang pemain telah dapat menyusun huruf menjadi kata dengan
(1) Banyaknya huruf yang dipasang atau panjang pendeknya kata yang
disusun.
Q = 10 Z = 10 H =3
X=8 J=8 O =1
M =3 A=1 T=1
kata Buch.
8. Permainan di akhiri setelah semua huruf terpasang atau semua pemain tidak
c.Siswa hanya di beri bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan baik.
28
B. Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat 4 keterampilan yang harus
keterampilan ini sangat sulit untuk dikuasai jika perbendaharaan kata yang
dimiliki masih sangat minim. Hal ini membuktikan bahwa sangat penting bagi
dimilikinya.
2013, dalam hal ini pembelajaran bahasa Jerman. Salah satu tujuan
berjalan lancar dan mencapai hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan,
maka perlu diciptakan proses belajar mengajar yang efektif, menarik, dan
ini siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 11
Kurikulum 2013
Kompetensi Inti
KI 1 KI 2 KI 3 KI 4
Analisis
Hasil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
pertemuan (2 minggu).
2. Tempat Penelitian
3. Subjek Penelitian
PTK adalah sekelompok siswa yang sedang belajar, yang tidak hanya terbatas di
dalam ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika siswa sedang melakukan
karya wisata, praktikum di laboratorium ,bengkjel ,di rumah, atau di tempat lain,
atau ketika siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
30
31
C. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat kegiatan yang
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Siklus PTK dapat
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
bahasa Jerman. Adapun kosakata yang dimaksud disini yaitu kosakata bahasa
Jerman berupa kata benda (Nomen), kata sifat (Adjektiv), dan kata kerja
(Verben).
2. Media Scramble
Scramble merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat dipakai untuk
Tujuan dari permainan ini adalah membina penguasaan vokabuler. Permainan ini
juga dapat untuk melatih ejaan dan penguasaan stuktur morfologi. Ada beberapa
macam bentuk scramble yang kita kenal yaitu: scramble Word (scramble
seperti yang telah didesain. Penelitian tindakan kelas ini meliputi 4 tahap yaitu:
refleksi.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
4. Menyusun kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 orang dalam satu
b. Tahap Pelaksanaan
1. Guru menyampaikan garis besar materi yang akan dibahas pada hari itu
pengumpulan data.
c. Tahap Observasi
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setiap tindakan berakhir. Pada tahap ini peneliti dan
guru mengadakan diskusi tehadap tindakan yang baru saja dilaksanakan. Hal
2. Siklus II
Pada siklus kedua ini dilaksanakan selama 2 pekan (2 kali pertemuan tiap-
1. Tes
pembelajaran. Tes yang diberikan berupa tes isian singkat sebanyak 20 butir soal
yang harus diselesaikan siswa pada waktu yang telah ditentukan. Dalam tes
bentuk isian ini, tiap soalnya diberi bobot angka 2 (dua). Namun, apabila
lengkap, maka angka penskorannya yaitu 2, 1.5, dan 1. Pengambilan data hasil
belajar siswa dilakukan pada tiap akhir siklus diadakan tes untuk mengukur
R
S= x 100
N
Keterangan :
Σxi
x=
N
Keterangan :
N : Banyaknya siswa
2. Observasi
37
G. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
observasi terbagi dua yaitu: lembar observasi gru dan lembar onservasi siswa.
2. Tes
pada dua tahap, tahap pertama yaitu siklus I dan tahap kedua yaitu siklus.
hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat
dari nilai rata-rata pada setiap siklusnya, sedangkan tingkat ketuntasan belajar
R
NP = x 100 %
SM
Keterangan :
(Purwanto, 2010)
Jika siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70,01
dilanjutkan mengenai pokok materi selanjutnya. Namun jika hasil belajar siswa
kurang dari 75% maka pembelajaran harus diperbaiki sehingga mencapai 75%.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
39
1. Apabila nilai rata-rata ≤ 70,01 dengan persentase ketuntasan klasikal lebih dari
Apabila lebih dari atau sama dengan 75% banyaknya siswa yang memperoleh
40