Anda di halaman 1dari 40

A.

Latar Belakang Masalah


Bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Bahasa yang digunakan oleh negara-negara di
seluruh dunia untuk berbagai tujuan dan kepentingan baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik
maupun pendidikan. Bahasa Inggris menjadi bahasa pemersatu. Komunikasi yang dilakukan
oleh negara negara di dunia menggunakan bahasa ini. Semua informasi (pengetahuan) dan
berita yang ada di dunia ini dapat diketahui melalui bahasa Inggris dengan difasilitasi oleh
layanan internet yang sudah merambah sampai ke pelosok-pelosok desa ataupun dengan
media masa dan elektronik yang lain. Indonesia adalah salah satu bagian dari negara-negara di
dunia. Indonesia tidak menginginkan menjadi bangsa yang tertinggal dari bangsa lain. Oleh
karena itu pemerintah Indonesia dalam Undang Undang No. 25 tahun 2000 tentang Propenas
2000 – 2004, menganggap penting terhadap keberadaan bahasa Inggris. Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan Nasional memasukkan pelajaran bahasa Inggris ke dalam kurikulum
pendidikan nasional. Bahkan karena dianggap sebagai pengetahuan yang penting maka paling
tidak para siswa yang mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama ataupun di
Sekolah Menengan Atas mendapatkan alokasi waktu sekurang kurangnya empat jam pelajaran
dalam satu minggunya. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) memasukkan pelajaran
Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran yang diujikan secara nasional (Ujian Nasional). Apabila
nilai pelajaran Bahasa Inggris jauh dari rata-rata yang dijadikan patokan maka siswa dapat
dinyatakan tidak lulus ujian nasional. Muatan pendidikan yang menekankan kecakapan atau
keterampilan hidup (life skills) antara lain ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa asing di
samping bahasa Indonesia (Undang-Undang No.25 tahun 2000 tentang Propenas 2000-2004).
Sebagai alat komunikasi, bahasa Inggris akan tetap menjadi the world standard language
sebagaimana proyeksi para pakar. Olah karena itu bahasa Inggris menjadi salah satu
keterampilan hidup yang harus dikuasai oleh setiap siswa agar mereka memiliki keunggulan
kompetitif baik dalam memasuki dunia kerja maupun ketika hendak meneruskan ke perguruan
tinggi.
Keadaan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah kebanyakan masih membosankan. Secara
umum kondisi kelas masih jauh dari rasa menggairahkan. Proses pembelajaran bahkan
memenjarakan kecerdasan siswa sebenarnya sudah menjadi obyek kritikan yang menohok
kenyataan-kenyataan praktek pendidikan di lapangan. Pembelajaran bahasa Inggris juga masih
miskin metode-metode pembelajaran. Banyak guru yang masih belum secara optimal
menggunakan media pembelajaran di kelas. Mereka bahkan tidak sedikit yang belum dapat
mengoperasikannya. Ada empat ketrampilan dalam pembelajaran Bahasa Ingris di SMP, yaitu:
menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing). Dari ke
empat ketrampilan atau kompetensi dasar yang telah disebutkan, menyimak (listening) adalah
kompetensi yang cukup menantang bagi para guru dan murid. Bukanlah hal yang mudah bagi
guru untuk mengantarkan keterampilan atau komprtensi ini di kelas bahasa Inggris sehingga
murid dapat mempunyai ketrampilan menyimak yang baik. Brett (1995: 15) mengatakan bahwa
menyimak (listening)
adalah kunci keterampilan bahasa kedua. Kenyataan yang ada adalah prestasi belajar listening
(menyimak) para siswa masih belum seperti apa yang diharapkan. Listening masih menjadi
persoalan yang cukup serius dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas. Guru masih terkesan
monoton ketika mengantarkan kompetensi ini di kelas karena mereka kadang-kadang hanya
memberikan teks lisan dari guru tersebut. Kadang-kadang guru sudah menggunakan media
audio seperti misalnya tape recorder dan kaset. Ini sudah lebih baik dari pada hanya
menggunakan suara atau ucapakan guru secara langsung. Keterampilan listening akan sangat
berpengaruh terhadap keterampilan bahasa Inggris yang lain yaitu speaking (berbicara). Apabila
siswa terbiasa dengan benar mendengarkan ujaran-ujaran bahasa Inggris maka siswa akan
secara benar mengucapkannya.
Keterampilan lain yang juga belum mendapatkan perhatian yang baik dari guru adalah
speaking. Masih banyak siswa yang belum mempunyai keberanian, kemauan, dan keberanian
mengungkapkan hal-hal yang sederhana secara lisan dengan bahasa Inggris. Menciptakan
sebuah pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning) merupakan tantangan agar
supaya guru mampu melakukan orkestrasi terhadap segala kemampuan yang ada menjadi
sebuah kekuatan pembelajaran total. Rasa senang dalam pembelajaran karena adanya totalitas
dalam indrawi kita untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Dalam konteks ini media
pembelajaran menemukan arti pentingnya. Karena bila diimplementasikan dengan tepat dan
kreatif, media akan menjadi sarana yang efektif untuk menggugah totalitas indrawi dalam
pembelajaran. Melihat betapa pentingnya pelajaran bahasa Inggris, maka semakin besarlah
peranan dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran bahasa Inggris. Guru sebagai pengelola
(class manager) dituntut untuk mampu merencanakan, merancang dan mengelola
pembelajaran yang kondusif sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Davis
(1986: 248 – 249) bahkan tidak hanya menuntut keaktifan siswa, tetapi guru juga harus mampu
menciptakan suasana belajar tersebut menyenangkan dan siswa dapat menikmatinya.
Soekartawi (1995: 16) mengatakan bahwa setiap pengajar mempunyai cara tersendiri dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. Hal ini dapat dimengerti karena setiap pengajar
mempunyai kapasitas mengajar yang berbeda-beda. Selanjutnya juga dikatakan bahwa dalam
melaksanakan tugasnya, seorang pengajar memerlukan tiga hal penting, yaitu : a) bagaimana
cara mengajar yang baik dan benar, b) alat bantu mengajar apa yang digunakan, c) cara evaluasi
apa yang digunakan. Salah satu upaya meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran bahasa
Inggris khususnya dalam keterampilan listening dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
adalah dengan penggunaan media pembelajaran. Melalui media ini apalagi media audio visual
siswa tidak hanya mendengarkan materi tetapi juga dapat melihat gambaran visual sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna dan kegiatan pembelajaran akan lebih bervariasi dan
menarik sehingga membangkitkan motivasi belajar. Selain itu, media pembelajaran dapat
memperjelas informasi yang diberikan oleh guru pada saat mengajar, memberikan dasar
pengalaman yang lebih konkrit bagi pemikiran dan dan pengertian yang abstrak. Meskipun
demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media yaitu masalah
kecocokan dengan tema, usia dan budaya. Ada dua tipe pebelajar dalam merespon media yakni
tipe belajar auditif dan tipe belajar visual. Semakin banyak indera yang digunakan dalam belajar
semakin baik pula hasilnya. Sebagaimana telah dilakukan oleh Munsterberg (dalam Davies,
1986: 156), bahwa belajar dengan menggunakan dua saluran memberikan hasil lebih baik,
karena indera tertentu menerima pesan tertentu dan didukung dan diperkuat oleh indera lain.
Media ini bisa didapatkan dengan menggunakan komputer interaktif. Teknologi Pembelajaran
berkaitan dengan teknologi audiovisual dalam proses pembelajaran. Teknologi Pembelajaran
pada awalnya merupakan teknologi peralatan, media maupun perangkat keras yang
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Teknologi pembelajaran merupakan pengajaran
yang memanfaatkan alat bantu audio-visual (Rountree dalam Seels dan Richey, 1994: 13).
Pemanfaatan media adalah merupakan salah satu kawasan dalam Teknologi Pendidikan.
Januszewski dan Molenda (2008: 1) mendefinisikan Teknologi Pendidikan sebagai studi dan
praktek memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja/performance dengan
menciptakan, memanfaatkan, dan mengatur proses dan sumber teknologi secara tepat.
Pembelajaran Bahasa Inggris memerlukan berbagai media yang sesuai dengan materi pelajaran.
Banyak sekali media yang dapat digunakan dalam pembelajaran ini diantaranya; media gambar,
tape recorder, OHP, komputer dan sebagainya. Media ini menurut Smaldino, Russel, Heinich,
dan Molenda (2005: 8), diperlukan karena media adalah suatu saluran komunikasi. Tujuan dari
penggunaan media adalah untuk memfasilitasi komunikasi. Ahmad Rohani (1997: 4)
mengemukakan bahwa media instruksional edukatif adalah sarana komunikasi dalam proses
belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses
dan hasil instruksional secara efektif dan esfisien, serta tujuan instruksional dicapai dengan
mudah. Ada beberapa klasifikasi media pembelajaran yang salah satunya adalah menurut Amir
Hamzah Sulaiman (1988: 27) yang mengelompokkan media sebagai berikut:
1. Alat–alat audio, yaitu alat–alat yang dapat menghasilkan bunyi seperti: kaset, tape recorder,
radio dan CD.
2. Alat–alat visual, yaitu alat–alat yang dapat memperlihatkan rupa dan bentuk yang dikenal
sebagai alat peraga, dua dimensi maupun tiga dimensi seperti : gambar, slide, poster, foto film
stripe.
3. Alat–alat audiovisual, yaitu alat–alat yang dapat menghasilkan rupa dan suara dalam satu
unit, misalnya TV, film bersuara, komputer multimedia. Dengan penggunaan berbagai media
diharapkan para siswa sekolah menengah pertama akan tumbuh motivasi dalam dirinya untuk
belajar bahasa Inggris. Usaha–usaha untuk membangkitkan motivasi pada diri siswa adalah
suatu keharusan karena bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama yang diajarkan dan
mempunyai ucapan, bentuk kalimat, serta ejaan yang tidak sama dengan Bahasa Indonesia.
Menurut Gagne (dalam Heinich, Molenda, Russel, Smaldino, 2006: 34) penggunaan media akan
efektif kalau memperhatikan komputer multimedia penggunaan media pembelajaran ASSURE.
Guru harus menganalisis pebelajar, menyatakan tujuan, meyeleksi metode, media, material,
menggunakan media, penyediaan partisipasi pebelajar dan mengevaluasi. Diharapkan
penggunaan media ini akan membangkitkan motivasi diri siswa.
Motivasi belajar berperan sangat penting dalam memberikan gairah dan semangat dalam
belajar, sehingga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempunyai energi yang kuat untuk
belajar. Motivasi juga akan memberikan arah yang jelas dalam aktifitas belajar. Berdasarkan
penjelasan dan uraian di atas maka dapat dimengerti bahwa penggunaan media pembelajaran
baik itu audio, visual maupun audiovisual akan dapat membangkitkan motivasi belajar bahasa
Inggris dan diharapkan prestasinya akan baik pula. Media pembelajaran ini dapat berupa
komputer multimedia dan juga DVD. Penggunaan media pembelajaran bahasa Inggris ini
sebagian telah digunakan oleh beberapa sekolah di Kabupaten Wonogiri. Oleh sebab itu penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian experiment dengan judul: “Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran Multimedia Komputer dengan DVD Terhadap Prestasi Belajar Listening Siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Wonogiri Ditinjau Dari Motivasi Belajar
Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah seperti tertulis di atas, maka dapat diidentifikasi masalah –
masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Adanya guru bahasa Inggris di sekolah yang belum menggunakan media pembelajaran yang
sesuai dengan karakter mata pelajaran bahasa Inggris karena mereka belum mengetahui
pengaruh dari penggunaan media pembelajaran.
2. Adanya guru bahasa Inggris yang belum dapat menggunakan komputer untuk digunakan
dalam pembelajaran bahasa Inggris di SMP Negeri di Kabupaten Wonogiri karena keengganana
mereka untuk mempelajari perangkat ini.
3. Adanya guru bahasa Inggris yang belum menguasi prosedur penggunaan media
pembelajaran secara benar karena mereka belum mengetahui teori mengantarkan
pembelajaran dengan media pembelajaran.
4. Masih sedikit guru bahasa Inggris yang mempunyai kemampuan memilih media secara tepat
pada pembelajaran bahasa Inggris karena kadang-kadang ditemukan kendala yang tidak sesuai
dengan budaya yang ada.
5. Ada banyak siswa yang belum mempunyai keberanian untuk mengekspresikan bahasa secara
lisan di kelas karena tidak banyak waktu untuk latihan berbicara.
6. Masih rendahnya motivasi siswa terhadap pelajaran listening karena mereka tidak diberikan
contoh yang cukup oleh gurunya.
7. Masih rendahnya motivasi siswa terhadap pelajaran listening karena belum digunakannya
media pembelajaran di kelas secara baik.

C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai macam masalah yang telah teridentifikasi tersebut diatas, dan karena
keterbatasan penulis untuk memfokuskan permasalahan, maka masalah akan dibatasi pada
masalah–masalah sebagai berikut.
1. Penggunaan media pembelajaran komputer multimedia dan DVD sebagai media
pembelajaran bahasa Inggris di SMP Negeri Kabupaten Wonogiri.
2. Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan media belajar
yang tepat.
3. Peningkatan prestasi belajar terutama pada kemampuan listening siswa dengan upaya
memotivasi siswa, khususnya menggunakan media belajar yang menarik, yaitu komputer
multimedia dan DVD.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media komputer multimedia dan media
DVD terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten
Wonogiri?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri?
3. Apakah terdapat interaksi pengaruh penggunaan media pembelajaran dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran
multimedia komputer dan DVD terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah
pertamadi Kabupaten Wonogiri.
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri.
3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran dan motivasi
terhadap prestasi belajar listening siswa sekolah menengah pertama di Kabupaten Wonogiri.
F. Manfaat Penelitan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitan yang dilakukan diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu tentang inovasi–
inovasi pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan khususnya yang berkaitan
dengan penggunaan media pembelajaran audiovisual yang berupa komputer multimedia yang
merupakan media pembelajaran yang kaya akan unsur-unsur interaktif dan Digital Video Disc
dalam pembelajaran bahasa Inggris pada kompetensi listening.
2. Manfaat Praktis
a. Menumbuhkan motivasi dan kreatifitas guru untuk menggunakan media komputer
multimedia dan DVD dalam rangka meningkatkan prestasi listening siswa SMP Negeri di
Kabupaten Wonogiri .
b. Memberikan sajian fakta tentang penggunaan media komputer multi media dan DVD sebagai
landasan pengambilan kebijakan praktis dan strategis.
c. Sebagai bahan masukan bagi para guru untuk memanfaatkan dan menggunakan media
pembelajaran komputer multimedia dan DVD dalam kegiatan belajar mengajar, guna
membangkitkan motivasi siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Listening dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah
Pertama
a. Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan
tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran,
perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan
berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan
dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah
yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi
tertentu. Tingkat literasi (keaksaraan dan kewicaraan) mencakup performative,
functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang
mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol
yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar,
manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic
orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran.
Mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Mengembangkan potensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk
mencapai tingkat literasi functional.
2) Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris untuk
meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global
3) Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa
dan budaya.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs meliputi:
1) Kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau
menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat
ketrampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi functional.
2) Kemampuan memahami dan mencipatakan berbagai teks functional pendek
dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative,
dan report. Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, tata
bahasa, dan langkah-langkah retorika.
3) Kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (menggunakan tata
bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosiokultural
(menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai
konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul
dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
berlangsung), dan kompetensi pembentuk wacana (menggunakan piranti
pembentuk wacana).
b. Pengertian Listening
Listening atau menyimak menurut Downs (2008: 1) adalah
melakukan suatu usaha untuk mendengarkan sesuatu untuk memberi perhatian
terhadap bahasa lisan. Ini berbeda dengan hearing/mendengar yang hanyalah
merupakan proses fisologi telinga untuk menyerap gelombang bunyi dan
mentransfernya sepanjang susunan saraf ke bagian-bagian otak. Menyimak
melibatkan lima langkah proses yaitu: mendatangi, memahami, mengintepretasi,
merespon dan mengingat. Proses ini adalah proses secara aktif dan melibatkan
penggunaan sejumlah sikap dan alat untuk menjadi efektif.
Listening atau menyimak menurut Rost (1994: 2) adalah sebuah
proses yang dipicu oleh perhatian seseorang. Dalam istilah psikologi perhatian
adalah sebuah rangsangan saluran saraf, otak, untuk mengatur rangsangan yang
datang dalam sebuah cara yang efisien. Underwood (1989: 1) menyatakan bahwa
listening adalah suatu kegiatan memperhatikan dan mencoba memperoleh arti
dari apa yang didengarkan seseorang. Dia menjeleskan bahwa untuk
mendengarkan dengan sukses bahasa lisan, seorang pendengar/listener perlu
mampu untuk berusaha apa yang dimaksud oleh pembicara/speakers ketika
mereka menggunakan kata-kata tertentu dalam cara-cara tertentu, dan tidak
mudah untuk memahami kata-kata itu sendiri. Untuk memahami pesan bahasa
lisan, tidak cukup hanya memahami kata-kata itu sendiri, melainkan suara yang
datang perlu untuk diproses melibatkan isyarat yang tersedia seperti gangguan
latar belakang, para penutur, dan setting untuk membentuk arti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
Coakley dan Wolvin dalam Donaldson dan Haggastron (2006: 68)
menyatakan bahwa listening adalah sebuah proses menerima, menghadiri, dan
memberikan arti terhadap rangsangan lisan. Tiga sub proses ini sangat mendasar
untuk menyimak pada banyak bahasa. Peranan pemahaman menyimak (listening
comprehension) pada bahasa kedua adalah lebih komplek dari pada bahasa
aslinya.
Listening comprehension adalah suatu proses, suatu proses yang
sangat kompleks, dan jika ingin mengukurnya harus memahami terlebih dahulu
bagaimana proses itu bekerja. Sebuah pemahaman terhadap apa yang akan
dicoba untuk diukur adalah titik awal dari bentuk tes (Buck, 2001: 1).
Ada lima tipe menyimak/listening menurut Wolvin dan Coakley (1993:
19) yaitu:
1) Discrimotivasive Listening: Tipe menyimak untuk membedakan rangsangan
suara dan atau visual. Tipe ini melibatkan konsentrasi yang harus cermat dan
memerlukan kepekaan.
2) Listening for Comprehension: tipe ini berkembang dari diskriminasi
rangsangan pada sebuah pemahaman pesan. Penyimak jenis ini terdapat pada
saat mendengarkan; kuliah, pengarahan, laporan, konferensi, TV, film,
dan pesan telepon, untuk memahami informasi yang ditampilkan.
3) Therapeautic/Emphatic: tipe ini memberikan persaratan bahwa sajian
penyimak sebagai sebuah papan mendengarkan untuk menyediakan
kesempatan kepada pembicara untuk berbicara melalui sebuah masalah
terhadap pemecahan masalah dari pembicara.
4) Critical Listening: tipe ini mensaratkan bahwa seorang penyimak
mengevaluasi apa yang sedang dikatakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
5) Appreciative Listening: menyimak untuk mendapatkan kesan dari materi atau
bahan misalnya mendengarkan musik, suara lingkungan atau tayangan
televisi.
c. Mengajarkan Listening di Kelas
Listening menurut Flohr dan Paesler (2010: 18) adalah sebuah
keterampilan dasar untuk proses pembelajaran yang berbeda. Keterampilan ini
adalah sikap yang aktif yang berlawanan dengan membaca yang menerima
gelombang suara/bunyi. Ada tiga langkah dasar listening meliputi: mendengar,
memahami dan menilai. Listening mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk
memelihara hubungan komunikasi (interactional function) dan memberi
informasi (transactional function).
Faktor-faktor yang yang paling penting dalam listening adalah
pengetahuan tentang bentuk linguistik, sejumlah bunyi konsonan dan vokal,
tekanan kata, intonasi, pengetahuan awal, perhatian dan memori jangka pendek
dan jangka panjang. Ada tiga tahapan yang berbeda pada pengajaran listening,
yaitu:
1) Pre Listening yang berarti bahwa guru membuat murid peduli pada situasi dan
mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki.
2) While Listening yang berarti bahwa guru memberikan dukungan visual atau
memberikan pertanyaan sebelumnya.
3) Post Listening adalah tahapan ketika murid menjadi aktif dan bekerja dengan
apa yang telah mereka dengar.
Listening perlu diajarkan dengan menarik, bervariasi dan motivasi yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
Menurut Flohr dan Pasler (2010: 20), ada lima karakter situasi
pembelajaran listening, yaitu:
1) The informal spoken discourse yang berarti bahwa kebanyakan percakapannya
adalah spontan dan oleh sebab itu informal. Pronunciation/pengucapan
adalah sesuatu aspek yang penting karena sering berbeda dengan apa yang
ada di dalam kamus.
2) Listener expectation and purpose yang menyatakan bahwa penyimak mengerti
kelanjutan dari apa yang akan dikatakan dan berharap untuk mendengar
sesuatu yang relevan dalam sebuah percakapan.
3) Looking as well as listening mengindikasikan bahwa biasanya penyimak
benar-benar mempunyai sesuatu untuk dilihat yang sesuai dengan topik dan
dapat berupa pembicara, peta, ataupun sebuah gambar.
4) Ongoing purposeful listener responses yang berarti bahwa normalnya
penyimak merespon pada waktu jeda untuk memperlihatkan bahwa sebagai
seorang pembicara seharusnya masih mendengarkan dan memahami apa
yang sedang dikatakan/diucapkan.
5) Speaker attention yang mengatakan bahwa sebuah pidato biasanya diarahkan
kepada pendengar dan sifat pendengar dan tujuan-tujuannya akan
dipertimbangkan.
Kedua adalah kegiatan-kegiatan menyimak yang lain dengan respon
singkat akan diuraikan. Yang pertama adalah mendeteksi kesalahan. Selagi guru
bercerita tentang suatu tema, para murid harus memperhatikan dengan seksama
dan diberi instruksi untuk mendeteksi kesalahan. Kemudian selanjutnya adalah
menyimak dengan suatu wacana/teks yang berisi sejumlah pernyataan dan para
murid harus menggambarkan mana yang benar dan mana yang salah. Contohnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
adalah menyimak sebuah teks yang mempunyai bagian yang kosong dan murid
harus mengisikan kata-kata yang hilang. Yang ketiga adalah beberapa kegiatan
dengan respon yang lebih panjang. Menjawab pertanyaan yang telah diberikan
dalam tingkatan lebih tinggi, mencatat ketika menyimak dan merangkum teks
dengan kata-kata mereka sendiri.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain. Selain itu,
pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik memampu mengemukakan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Smaldino, Russell, Heinich, dan Molenda (2005: 8) menyatakan bahwa
media adalah saluran komunikasi. Istilah media menunjuk pada segala sesuatu
yang dapat membawa informasi kepada penerima informasi. Contoh dari media
ini adalah video, film, televisi, diagram, materi cetak, komputer dan instruktur.
Hal ini berarti bahwa media merupakan sarana komunikasi dalam pembelajaran.
Dengan pemanfaatan media yang tepat maka informasi yang disampaikan akan
dapat diterima oleh siswa dengan baik. Masih tentang media menurut Smaldino,
Lowther dan Russell (2008: 6), mereka menyatakan bahwa media adalah alat
komunikasi. Kata ini berasal dari bahasa latin “medium” yang berarti di antara
dua. Istilah ini menunjuk pada segala sesuatu yang dapat membawa informasi
diantara sebuah sumber dan penerima. Enam kategori utama dari media adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
teks, audio, visual, benda nyata, benda yang dimanipulasi dan manusia. Tujuan
dari media pembelajaran adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan
pembelajaran.
Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad (1997: 3) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan
ketrampilan atau sikap. Media pembelajaran menurut Corte dalam Winkel
(1996: 285) adalah suatu sarana nonpersonal yang digunakan atau disediakan
oleh pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar dan mengajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pakar pendidikan lain seperti Arief S Sadiman (1996: 6) mendefinisikan
media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan motivasi serta perhatian siswa sedimikian rupa sehingga proses
belajar terjadi. Ahmad Rohani (1997: 4) memberikan batasan media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang
berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan
hasil pembelajaran secara efektif dan efisien, serta tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan mudah.
b. Peranan Media Dalam Proses Belajar Mengajar
Media dan teknologi dapat berperan dalam menyajikan banyak
peranan dalam pembelajaran (Smaldino, Lowther, dan Russell, 2008: 11). Pada
saat pembelajaran berpusat pada guru, teknologi dan media digunakan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
mendukung presentasi pembelajaran. Sebaliknya, ketika pembelajarannya adalah
berpusat pada murid, murid adalah pengguna utama teknologi dan media.
Media berperan sangat penting dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Hal ini berkaitan dengan proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
saluran media tertentu ke penerima pesan. Proses komunikasi itu digambarkan
oleh Shcramm (dalam Heinich, Molenda, Russell, Smaldino, 1996: 13). Dari
komputer multimedia ini digambarkan bahwa signal atau pesan dikirim oleh
sender (pengirim pesan) kepada penerima pesan. Pesan yang berupa pengetahuan,
keahlian, skill, ide atau pengalaman tersebut dituangkan oleh pengirim (sumber
pesan) ke dalam simbol – simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan
maupun tertulis) maupun simbol-simbol non verbal atau visual. Proses penuangan
pesan ke dalam komunikasi disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan
menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses
penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan disebut decoding.
Field Field of of experience experince Field of experience Sender Encoder
Signal Decoder Receiver NOISE
Feed back
Gambar 1 Model Komunikasi Schramm (Sumber: Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino,
1996: 13)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
Meskipun demikian, proses penafsiran pesan kadang-kadang dapat
berhasil dengan baik dan adakalanya tidak berhasil atau gagal. Kegagalan ini
disebabkan adanya faktor-faktor penghambat yang disebut dengan istilah noise.
Faktor-faktor penghambat atau noise ini dapat berupa; faktor psikologis, fisik,
kultural, dan faktor lingkungan (Arief Sadiman, 1996: 13).
Peranan media pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Inggris
sangatlah tampak terutama yang berkaitan erat dengan masalah kepercayaan diri
dan motivasi. Penggunaan media cassete dan media video player dapat
menggantikan ucapan guru ketika menuturkan ujaran bahasa Inggris karena guru
yang bukan penutur asli (native speaker) sering merasa tidak percaya diri dengan
ucapannya ketika mengajar di kelas. Dengan kaset murid dapat mendengarkan
variasi aksen yang berbeda-beda lebih dari satu penutur.
Pakar lain seperti Dale, Finn, Hoban (dalam Ahmad Rohani, 1997: 6)
juga mengemukakan bahwa media pendidikan audio visual bila digunakan secara
baik dapat memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut :
1) Memberikan dasar pengalaman konkrit bagi pemikiran dan pengertian
abstrak.
2) Memberikan dasar pengalaman kongkrit bagi pemikiran dan pengertian
abstrak.
3) Mempertinggi perhatian anak.
4) Memberikan realitas sehingga mendorong self activity.
5) Memberikan hasil belajar yang permanen.
6) Menambah perbendaharaan bahasa anak-anak yang benar-benar dipahami.
7) Memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
c. Jenis-jenis Media pembelajaran
Dalam pembelajaran bahasa Inggris, ada banyak jenis media
pembelajaran yang dapat digunakan. Hal ini tergantung pada kemampuan dan
ketersediaan. Ada jenis media yang sederhana seperti: gambar, papan tulis atau
bahkan jenis media yang canggih dan mahal seperti CD, lap top dan komputer
multimedia. Heinich, Molenda, Russell dan Smaldino (1996: 13) mengklasifikasi-
kan jenis-jenis media sebagai berikut:
1) Media non proyeksi, seperti photo, diagram, display dan komputer
multimedia.
2) Media proyeksi, seperti film strip, slide, overhead transparancies, dan
proyeksi komputer.
3) Media audio, seperti kaset dan compact disk (CD).
4) Media gerak, seperti film dan video.
5) Media computer.
6) Komputer multi media dan hyper media.
7) Media jarak jauh seperti radio dan televisi.
Seiring dengan perkembangan teknologi, Azhar Arsyad (1997: 29)
mengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok yaitu :
1) Teknologi cetak yaitu cara menghasilkan atau menyampaikan materi visual
statis terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Media
teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto, dan reproduksi.
2) Teknologi audio-visual yaitu cara menghasilkan atau menyampaikan materi
dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Media ini meliputi: mesin
proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual lebar.
3) Teknologi berbasis komputer yaitu cara menghasilkan atau menyampaikan
materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor.
4) Menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan
komputer.
Berbeda dengan dua pakar di atas, Briggs dalam Arief Sadiman (1996:
23) mengklasifikasikan media berdasarkan stimulus atau rangsangan yang dapat
ditimbulkannya daripada media itu sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut
dengan karakteristik siswa, tugas belajar, bahan dan transmisinya. Berkaitan
dengan hal tersebut, Briggs mengidentifikasi 13 macam media yaitu: Obyek,
komputer multimedia, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film
televisi, dan gambar. Sementara itu ada pakar berpendapat lain, yaitu Edgar Dale.
Dia mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar peserta didik
(dalam Seels dan Richey, 1994: 15), yaitu dari yang bersifat kongkrit sampai ke
yang bersifat abstrak, yang dikenal dengan kerucut pengalaman Dale (Dale’s
Cone of experience).
Smaldino, Lowther, Russell (2008: 7) menyatakan bahwa media
adalah kategori yang sangat luas; teks, audio, video, dan manusia. Dalam tiap-
tiap kategori mempunyai jenis-jenis format media. Format media adalah bentuk
fisik ketika sebuah pesan dimasukkan dan ditayangkan. Format media meliputi;
papan tulis, slide Power Point, CD, DVD, dan komputer multimedia.
Syaiful Bahri Djamarah (2002: 124) membagi berbagai ragam media
dilihat dari jenis, daya liput dan bahan pembuatannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
a. Media dilihat dari jenis:
1) Media Auditif yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara.
2) Media Visual yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Media ini ada yang menampilkan gambar diam.
3) Media Audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar, seperti (1) audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan
suara dan gambar diam, dan (2) audiovisual gerak, yaitu media yang
menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak.
b. Media Dilihat dari Daya Liput
1) Media dengan daya liput luas dan serentak, yaitu penggunaan media ini
tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak
didik yang banyak dalam waktu yang sama.
2) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, yaitu
media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang
khusus.
3) Media untuk pengajaran individual, yaitu media ini penggunaannya hanya
untuk seorang diri, termasuk media ini adalah modul berprogram dan
pengajaran melalui komputer.
c. Media Dilihat dari Bahan Pembuatan
1) Media Sederhana, yaitu media dengan bahan dasarnya mudah diperoleh
dan murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunannya tidak sulit.
2) Media Kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatannya sulit
diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunannya
memerlukan keterampilan yang memadai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
Penggunaan media pembelajaran akan efektif jika dipadukan dengan
sebuah komputer multimedia pembelajaran. Salah satu model perencanaan
pengembangan media pembelajaran yang direkomendasikan oleh para pakar
adalah model ASSURE (Heinich, Molenda, Russel, Smaldino, 2006: 34).
ASSURE adalah akronim dari Analyze learners characteristics, State objectives,
Select or modify media, Utilize, Require learner response, and Evaluate. Model
perencanaan penggunaan media ini dijabarkan sebagai berikut :
(A) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka
siswa sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan tinggi, usia, jenis kelamin, latar
belakang budaya, serta menganalisa karakteristik khusus yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal mereka.
(S) Menyatakan/merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku atau
kemampuan baru apa (pengatahuan, ketrampilan, sikap) yang diharapkan siswa
miliki dan kuasai setelah proses pembelajaran selesai. Tujuan pembelajaran ini
akan mempengaruhi pemilihan media dan urutan penyajian serta kegiatan
pembelajaran.
(S) Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi
dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran telah tersedia
akan dapat mempermudah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
materi dan media pembelajaran itu sebaiknya digunakan untuk menghemat
waktu, tenaga, dan biaya. Perlu juga diperhatikan apakah materi dan media
pembelajaran yang ada tidak cocok dengan tujuan pembelajaran, maka materi
dan media pembelajaran tersebut dapat dimodifikasi.
(U) Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi dan media
pembelajaran yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa lama waktu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
yang diperlukan untuk menggunakannya. Diperlukan latihan dan praktek
menggunakan media pembelajaran, juga perlu persiapan ruang sebelum
penyajian, misalnya tata letak tempat duduk siswa, dan fasilitas yang diperlukan
antara lain meja peralatan, listrik, monitor dan sebagainya. Pada langkah ini
melibatkan perencanaan guru untuk menggunakan teknologi, media, dan materi
untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
(R) Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa
untuk memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektifan proses
pembelajaran. Respon siswa dapat berupa mengulangi fakta-fakta,
mengemukakan ihtisar atau rangkuman informasi/materi pelajaran, manganalisis
alternatif pemecahan masalah. Dengan demikian siswa akan menampakkan
partisipasi yang lebih besar atau terjadi interaksi antar siswa dan antara siswa dan
guru.
(E) Mengevaluasi proses pembelajaran. Tujuan utama evaluasi
pembelajaran adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa berkaitan
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, keefektifan media
pembelajaran yang digunakan, pendekatannya dan guru itu sendiri.
d. Media Pembelajaran Komputer Multimedia
Ada dua aplikasi komputer utama dalam pembelajaran menurut Heinich,
Molenda, Russel dan Smaldino, (1996: 228). Mereka mengatakan bahwa dua hal
utama itu adalah CAI (pembelajaran dibantu komputer) dan CMI (pembelajaran
diatur oleh komputer). Dalam CAI (Computer-Assisted Instruction) murid
berinteraksi secara langsung dengan komputer sebagai bagian dari aktifitas
pembelajaran sedangkan pada CMI (Computer-Managed Instruction), komputer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
membantu baik guru maupun murid dalam pemeliharaan informasi mengenai
murid dan dalam pencapaian pembelajaran.
Multimedia menurut Gayeski (1993: 4) adalah sekelompok sistem
komunikasi interaktif berbasis komputer yang membuat, menyimpan,
mengirimkan, dan mengambil jaringan tekstual, grafis dan jaringan informasi
audio. Jika mengacu pada kata benda, multimedia adalah sebuah teknologi untuk
menampilkan bahan ajar/materi baik secara visual maupun bentuk-bentuk verbal
(Mayer, 2001: 3). Apabila menunjuk pada kata sifat, multimedia dapat
dugunakan dalam konteks: (1) pembelajaran multimedia, (2) pesan multimedia,
dan (3) pesan pembelajaran multimedia yaitu presentasi yang melibatkan kata-
kata dan gambar yang dimaksudkan untuk menguatkan belajar.
Smaldino, Rusell, Heinich, dan Molenda (2005: 141) menyatakan
bahwa sistem multimedia terdiri dari media tradisional dalam suatu kombinasi
atau digabungkan dengan komputer sebagai sarana untuk menampilkan teks,
gambar, grafik, suara dan video. Ada lima peranan media komputer dalam
pembelajaran (Heinich, Molenda, Russel, Smaldino, 1996: 230). Kelima peranan
itu adalah :
1) Sebagai sebuah obyek pembelajaran. Komputer itu sendiri dapat menjadi
obyek pembelajaran. Sebagai contoh, dalam kursus komputer murid
mempelajari komputer dan di sekolah kejuruan murid mempelajari
penggunaan komputer untuk pekerjaan pemrosesan data dan menganalisa
tujuan.
2) Sebagai sebuah alat. Dalam peranannya sebagai alat, komputer memberikan
pelayanan sebagai kalkulator yang canggih, mesin ketik, komposer
multimedia, alat presentasi, alat komunikasi dan sumber data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
3) Sebagai sebuah alat pembelajaran. CAI membantu murid mempelajari
ketrampilan khusus. Sebagai contoh, seri The Muncher membantu murid
untuk menguasai matematika dan seni bahasa.
4) Sebagai sebuah katalisator untuk pembentukan sekolah.
5) Sebagai sebuah alat pengajaran berpikir secara logis.
Dalam tiap-tiap kategori ini, peranan komputer sangat bervariasi.
Multimedia berbasis komputer ini mengintegrasikan beberapa media yang tiap
elemennya melengkapi yang lain, sehingga suatu keseluruhan lebih besar
daripada bagian-bagiannya.
Komputer multimedia juga telah mempengaruhi kurikulum dan
pembelajaran. Ada banyak metode-metode pembelajaran yang dapat terintegrasi
dalam komputer multimedia ini. Heinich, Molenda, Russell dan Smaldino (1996:
243) menjelaskan bahwa ada tujuh metode pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan dalam mengantarkan pembelajaran yaitu: (1). latihan dan drilling,
(2) tutorial, (3) permaianan, (4) simulasi, (5) penemuan/discovery, dan (6)
pemecahan masalah/problem solving.
Yudhi Munadi (2008: 150) menyatakan ada beberapa kelebihan
penggunaan multimedia presentasi yaitu:
1) Mampu menampilkan obyek-obyek yang sebenarnya tidak ada secara fisik
atau diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran dengan
mental imagery akan meningkatkan resistensi siswa dalam mengingat
materi-materi pelajaran.
2) Memiliki kemampuan dalam menggambarkan semua unsur media seperti
teks, video, animasi, image, grafik, dan suara menjadi satu kesatuan
penyajian yang terintegrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
3) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai dengan
modalitas belajarnya terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual,
auditif, kinastetik atau yang lainnya.
Ketika guru hendak mengintegrasikan software dan multimedia dalam
pembelajaran, Smaldino, Lowther dan Russell (2008: 138) mengingatkan
pentingnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Isi harus menyeimbangkan keterampilan fundamental dengan berpikir runtut
dan menyesuaikan dengan standar kurikulum.
2) Isi harus merangsang dan harus menarik siswa untuk belajar.
3) Isi seharusnya siap dan tersedia kapan saja dan dimanapun diperlukan baik
itu di sekolah maupun di rumah.
Pembelajaran bahasa Inggris di kelas juga dapat memanfaatkan
bantuan media komputer multimedia. Dalam perkembangannya komputer dapat
digunakan untuk mencapai pembelajaran mandiri dengan hadirnya CD-ROM
interaktif sehingga anak dapat belajar mengenal kosa kata bahasa Inggris,
mengucapkannya, melatih grammar, sampai dengan mengerjakan berbagai
latihan-latihan berbahasa. Kemajuan teknologi ini menandai lahirnya sebuah
sistem pembelajaran bahasa Inggris dengan bantuan komputer yang disebut
dengan CALL (Computer-Assisted Learning Language). Menurut Levy (1997:
282), Ada dua peranan komputer yang sangat fundamental dalam pembelajaran
bahasa. 1) Komputer Tutor, yang berperan juga untuk mengevaluasi, dan 2). Alat
komputer, yang tidak berperan untuk mengevaluasi.
Tutor komputer menawarkan janji yang memperluas dan memperkaya
kesempatan pembelajaran bahasa yang tersedia untuk siswa, dalam pusat
pencapaian diri, atau di dalam rumah siswa sendiri. Peran ini dapat memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
kebebasan kepada siswa untuk aspek-aspek pembelajaran tertentu seperti: kosa
kata, grammar, pemahaman menyimak (listening comprehension), pengulangan,
dan latihan sehingga siswa tidak dibatasi hanya dengan belajar dengan seorang
guru saja di dalam kelas.
Sebaliknya, alat komputer (computer tools) justru menyediakan suatu
cara untuk pengaturan informasi atau berkomunikasi dengan orang lain. Di dalam
CALL , alat-alat komputer meliputi email, program konferensi (conferencing
programs), kamus-kamus yang berbeda jenis, program daftar kata
(concordancing programs), arsip bahasa baik lisan maupun tertulis dan tentu saja
program pemrosesan kata. Dalam hal ini komputer sebagai sebuah jenis alat yang
memungkinkan, menyediakan alat melengkapi tugas khusus dengan lebih efisien
dan lebih efektif. Tidak seperti tutor komputer, dalam perannya sebagai alat,
komputer ini tidak membuat tugas. Hal ini dikerjakan oleh siswa secara individu
mapun berkelompok.
Dua peranan komputer ini berpengaruh sangat berbeda perannya
dengan guru. Guru mungkin mempunyai peranan yang sedikit jika materi CALL
dipercaya sebagai sebuah kelengkapan diri, paket tutorial; sebaliknya, guru
mungkin memainkan peran yang sangat penting dalam pembuatan tugas yang
sesuai untuk alat komputer (computer tools). Ada satu contoh sistem
tutoring/pengajaran bahasa kedua oleh Hamburger (dalam Levy, 1997: 286) yang
disebut dengan istilah FLUENT (Foreign Language Understanding Engendered
by Naturalistics Techniques). Salah satu produk dari sistem ini adalah
KitchenWorld. Pebelajar memanipulasi figur seseorang dengan tangan yang
dapat digerakkan/ dipindahkan yang digunakan untuk memanipulasi obyek-
obyek di dalam sebuah dapur. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pebelajar adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
membuat kata, frase, dan kalimat untuk mencapai tujuan sederhana dan sistem ini
merespon secara tepat pada setiap tempat.
e. Media Pembelajaran DVD
DVD (Digital Videodisc) menurut Taylor (2004: 1) adalah teknologi
penyimpanan disk optik generasi terakhir yang dapat menyimpan dan
mendukung film-film seperti video dengan lebih baik dari pada audio CD, foto
diam dan data komputer. DVD dimaksudkan untuk mencakupi hiburan di rumah,
komputer, dan info bisnis dengan sebuah format digital tunggal. DVD merupakan
salah satu format media. Format media adalah suatu bentuk fisik sehingga sebuah
pesan dibentuk/digabungkan dan ditampilkan (Smaldino, Lowther dan Russell,
2008: 7). Masih menurut pakar tersebut, DVD adalah media yang menawarkan
penyimpanan digital dan pemutaran ulang dari video full motion. Disk ini secara
fisik sama ukurannya dengan CD audio tetapi dapat menopang banyak data untuk
lebih dari empat film (hampir berdurasi sembilan jam) dengan soundtrack
berkualitas tinggi. DVD menyediakan suara dan gambar beerkualitas superior
jika dibandingkan dengan videocassettes. DVD ini diperuntukkan untuk film
sedangkan CD untuk musik.
Smaldino, Lowther dan Molenda (2008: 310) menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis video dengan beberapa soundtrack dapat ditujukan pada
pebelajar dengan tipe yang berbeda-beda. Teks dapat ditampilkan dalam berbagai
macam bahasa dan digunakan untuk memberi keterangan isi video. Beberapa
DVD menawarkan kemampuan untuk melihat sebuah obyek dari sudut yang
berbeda yang dipilih oleh penonton. Di dalam video tersedia dalam banyak topik
dan untuk semua tipe pebelajar dalam semua domain pembelajaran kognitif,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
afektif, motor skill, dan interpersonal. DVD dapat membawa pebelajar hampir ke
setiap tempat.
Video dapat digunakan kapan saja berkaitan dengan pembelajaran. Siswa
dengan kemampuan fisik terbatas dapat saling membantu dengan kamera video
digital tripod-mounted dengan bantuan teknologi untuk bercerita. Kemudian
murid sekolah dasar mempelajari bagaimana sebuah kaleng aluminium dapat
didaur ulang dengan melihat video. Siswa taman kanak-kanak melihat video
yang dapat memahami dengan lebih baik perasaan dan tantangan dari anak-anak
yang tidak mempunyai kemampuan. Siswa SMP dapat memahami budaya dan
bahasa lain.
DVD termasuk dalam media audiovisual. Abdul Mannan Bagulia (2005: 2)
mengatakan bahwa alat bantu audio visual, materi audio visual, media audio
visual, teknologi komunikasi, media pembelajaran dan sumber belajar secara luas
bermakna sama. Pembelajaran audio visual menurut Burton dalam Abdul
Mannan Bagulia (2005: 3) adalah media yang dapat menghasilkan rupa dan
suara dalam satu unit secara bersama-sama seperti apa yang dikatakan oleh Amir
Hamzah Sulaiman (1988: 27). Media audio visual ini banyak sekali ditemukan di
dunia pembelajaran baik berupa CD, DVD maupun dalam bentuk CD-ROM dan
televisi. Pemerintah melaui Departemen Pendidikan Nasional telah memproduksi
banyak DVD dan DVD pembelajaran berbagai bidang studi oleh Pustekom.
Ada beberapa alasan mengapa media audiovisual perlu diajarkan
kepada para siswa. Menurut Kemp dan Dayton (1985: 6) beberapa alasan ini
adalah :
1) membuat pendidikan lebih produktif melalui peningkatan pembelajaran
dengan pengalaman yang berharga yang tidak dapat disediakan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
2) membuat pendidikan lebih mandiri melalui alternatif-alternatif dengan
sumber yang beraneka ragam sehingga pembelajaran bisa sesuai dengan
kesenangan murid.
3) membuat pembelajaran lebih cepat melalui usaha menjembatani kesenjangan
antara dunia dalam dan luar kelas dengan pengalaman dari sumber-sumber.
4) membuat hubungan ke pendidikan lebih menyeluruh untuk siswa dimanapun
mereka berada, melalui kemampuan berbagai jenis media.
Penggunaan dua media atau lebih secara bersamaan diharapkan dapat
menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
satu media saja. Seperti apa yang dikemukakan oleh Munsterberg dalam Davies
(1986: 156), bahwa belajar dengan menggunakan dua saluran memberikan hasil
yang lebih baik, karena indera tertentu menerima pesan tertentu dan didukung
dan diperkuat oleh indera yang lain.
3. Motivasi Dalam Pembelajaran
a. Pengertian Motivasi
Maeher dan Meyer dalam Brophy (2004: 5) mendefinisikan motivasi
sebagai bangunan teori yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi, petunjuk,
intensitas, ketahanan dan kualitas sikap, khususnya sikap mengarah kepada tujuan.
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin “movera” yang berarti “menggerakkan”.
Wlodkowsky dalam Prasetyo Irawan, Suciati & Wardani (1997: 41) menjelaskan
motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku
tersebut. Lahey mendefinisikan motivasi sebagai pernyataan dari dalam yang
mengaktifkan dan memberikan arah kepada pikiran, perasaan dan gerakan (Crowl,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
Kaminsky, Podell, 1997: 231). Motivasi menurut Elliot, Kracto tchwill, Cook dan
Travers didefinisikan sebagai sebuah pernyataan dari dalam yang membangkitkan
seseorang untuk melakukan, mendorong seseorang dalam tujuan khusus, dan
memelihara seseorang terlibat dalam kegiatan-kegiatan internal yang
menggerakkan, memberi petunjuk dan memelihara tingkah laku. Mc Donald dalam
Sardiman A.M (2001: 71) menjelaskan bahwa motivasi merupakan perubahahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului
dengan tanggapan terhadap tujuan. Morgan dalam Toeti Soekamto dan Udin
Saripudin Winataputra (1997: 39) memberi batasan motivasi yang lebih sedehana,
yaitu tenaga pendorong/penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah
suatu tujuan tertentu. Baron dan Scunk dalam Slavin (1997 : 345) membatasi
motivasi sebagai proses. Belajar dan motivasi sebenarnya adalah sama untuk
sebuah kinerja. Belajar menampilkan seseorang untuk mencapai pengetahuan dan
ketrampilan baru sedangkan motivasi menyediakan daya dorong untuk
memperlihatkan apa yang telah dipelajari. Secara umum, orang yang lebih
termotivasi akan mencapai tingkatan yang lebih tinggi.
Dari berbagai teori diatas maka dapat dilihat bahwa orang atau siswa
yang termotivasi akan memperhatikan arah dan jarak dari sikap atau tingkah laku
manusia (Dornyei, 2001: 8), yaitu:
1) pilihan dari suatu kegiatan khusus
2) ketahanan terhadapnya
3) usaha untuk memperluas kegiatan itu
Dengan kata lain, motivasi bertanggung jawab terhadap:
1) mengapa seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu
2) berapa lama seseorang ingin mendukung kegiatan tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
3) seberapa sungguh mereka ingin mengejarnya
b. Teori-Teori Motivasi
1) Teori Motivasi Kebutuhan (Needs Motivation).
Kebutuhan (need) dapat dirumuskan sebagai kekosongan dalam
kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang diperlukan
bagi kesejahteraannya. Dorongan akan timbul sebagai penggerak untuk melakukan
sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan itu, jika suatu kebutuhan tertentu mulai
dihayati. Banyak kebutuhan dalam kehidupan manusia tidak selalu terpenuhi
secara memuaskan pada saat sekarang. Oleh karena itu, penghayatan akan
kebutuhan menjadi suatu sumber motivasi selama kehidupan manusia. Salah satu
konsep yang dikembangkan dalam lingkup pandangan humanistis adalah kerangka
teoritis Maslow mengenai hierarki kebutuhan manusia.
Maslow dalam Slavin (1997: 348) menyusun urutan hierarki kebutuhan
manusia dari bawah ke atas: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3)
kebutuhan untuk dicintai dan diakui oleh kelompoknya, (4) kebutuhan menikmati
rasa harga diri, (5) kebutuhan mengembangkan diri secara intelektual, (6)
kebutuhan untuk mengetahui dan memahami dan (7) kebutuhan estetis. Empat
kebutuhan pertama dipandang sebagai kebutuhan kekurangan (deficiency needs),
sedangkan tiga kebutuhan berikutnya dipandang sebagai kebutuhan pengayaan
(growth needs). Deficiency need adalah suatu kebutuhan yang akan meningkatkan
motivasi semakin kuat jika kebutuhan tersebut belum terpenuhi. Tetapi sekali
terpenuhi, maka motivasi akan berkurang.
Sockett dalam Kay (2004: 7), mengatakan bahwa pendidikan setidak
tidaknya menjadikan orang mau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak ingin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
dilakukannya, memahami sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya dan
mungkin menjadi seseorang yang sebelumya tidak diinginkannya. Pernyataan ini
menjadi alasan utama tentang peranan sebuah motivasi.
Menurut McClelland (1987: 224), pelopor teori motivasi berprestasi ini,
seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja/belajar karena adanya kebutuhan
untuk berprestasi. Motivasi menurut teori ini merupakan fungsi dari tiga variabel,
yaitu (1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, (2) persepsi tentang
nilai tugas tersebut dan (3) kebutuhan untuk sukses (Toeti Soekamto dan Udin
Saripudin Winataputra, 1997: 41).
Atkinson dalam Winkel (1996: 176), seorang psikolog yang
mengembangkan lebih lanjut teori McClelland menjelaskan bahwa keberhasilan
atau sukses dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan mencapai taraf prestasi
yang baik dan dengan melalui usaha menghindari kegagalan. Menurutnya,
Atkinson menemukan bahwa terdapat orang yang lebih berorientasi untuk
memperoleh keberhasilan yang berupa menghindari kegagalan, dari pada berupa
mencapai taraf prestasi baik. Orang yang disebutkan terakhir mengakui bahwa dia
berkemungkinan akan gagal dan tidak mencapai sukses yang diharapkan, tetapi
perhatiannya yang utama diarahkan pada prestasi yang bagus, bahkan sampai
berusaha lebih keras seandainya pernah mengalami kegagalan.
Dalam penelitiannya, McClelland (1987: 26) menggambarkan empat
prinsip motif yang diekspresikan oleh orang yang berbeda dalam Thematic
Apperception Test atau TAT. TAT ini berisi sejumlah gambar seri yang
melukiskan bebagai situasi. Orang yang mengambil tes tersebut diharapakan dapat
menceritakan sesuatu berdasarkan gambar-gambar yang tercantum dalam tes.
Cerita orang yang mengambil tes tersebut kemudian dianalisis dengan tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
untuk mengetahui harapan-harapannya, kelakuannya, motif-motifnya, dan
masalah-masalah yang dihadapi oleh orang tersebut.
Dalam rangka belajar di sekolah, achievement motivation terwujud dalam
daya penggerak pada siswa untuk mengusahakan kemajuan dalam belajar dan
mengejar prestasi maksimal, demi pengayaan diri sendiri dan penghargaan
terhadap diri sendiri. Daya penggerak sebagai motivasi berprestasi ini disebut
needs-achievement (kebutuhan berprestasi) yang kemudian disingkat “n-ach”.
Orang yang mempunyai n-ach tinggi ingin menyelesaikan tugas dan meningkatkan
penampilan atau kinerja mereka. Sebaliknya, orang yang mempunyai n-ach rendah
hanya memilih tugas-tugas yang sangat mudah atau sangat sulit. Mereka memilih
itu hanya didasari kepahamannya bahwa kelak ia akan berhasil atau gagal, bukan
karena kepuasan menikmati tantangannya.
Orang yang memiliki n-ach tinggi ini secara umum memiliki ciri-ciri:
1) mereka menjadi lebih bersemangat jika unggul dibanding yang lain,
2) menentukan tujuan secara realitik dan berani mengambil resiko,
3) bertanggung jawab atas segala pilihan yang telah diputuskan,
4) berani menghadapi tantangan serta memiliki inisiatif yang lebih beragam
dibanding dengan kebanyakan orang,
5) menghendaki umpan balik yang konkrit terhadap prestasi yan dihasilkan,
6) pekerjaan yang dilakukan tidak selalu diorientasikan pada uang dan kekuasaan.
Sebagaimana penjelasan McClelland, bahwa motivasi merupakan interaksi tiga
aspek, yaitu n-Pwr (need for power), n-Aff (need for affiliation dan n-Ach (need for
achievment); maka orang yang memiliki n-ach tinggi dapat diandalkan dalam
mengelola organisasi jika keberadaan dari ketiga aspek tersebut seimbang. Secara
khusus, orang yang memiliki n-ach tinggi memerlukan motivasi lebih lanjut dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
hal otonomi, umpan balik dari segala kegagalan atau keberhasilan, dan keleluasaan
ruang untuk berekspresi serta tantangan.
Menurut Wigfield dan Eccles (2002: 5), motivasi beprestasi menunjuk
pada situasi dimana kompentensi individu adalah suatu isu/bahan diskusi. Teori
motivasi ini berusaha untuk menjelaskan pilihan manusia terhadap tugas–tugas
prestasi, kekuatan dalam melaksanakan tugas, semangat untuk melakukan tugas itu
dan kualitas dari kesepakatan tugas itu. Bandura dalam Schunk (2001: 14)
mengatakan bahwa perkembangan satu jenis proses motivasi adalah adannya Self-
efficacy. Self-efficacy ini menunjuk pada kepercayaan tentang kemampuan
seseorang untuk belajar atau memperlihatkan sikap atau tingkah laku terhadap
tingkatan yang sudah didesain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa self-
efficacy mempengaruhi motivasi akademik, pembelajaran dan prestasi. Indikator
dari seseorang yang termotivasi adalah : (1) mempunyai ketertarikan kepada
sesuatu, (2) mempunyai keingintahuan terhadap sesuatu, (3) membutuhkan
informasi-informasi untuk memecahkan suatu masalah, dan (4) ingin mendapatkan
keberhasilan dan menghindari kegagalan.
c. Motivasi Belajar Bahasa Inggris
Pakar teori motivasi pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua
adalah Gardner. Wacana kunci dari teori motivasi Gardner adalah hubungan
antara motivasi dan orientasi (Dronyei, 2001: 48).
Dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, ada dua
orientasi mengapa seseorang dengan serius mempelajarinya :
1) Orientasi Integratif: Yaitu orientasi yang berhubungan dengan suatu
kecenderungan positif melalui kelompok bahasa kedua/ asing dan keinginan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
untuk berinteraksi dengan anggota tetap dari komunitas itu dan bahkan sama
dengan kelompok tetap itu dan didefinisikan oleh Dronyei sebagai keinginan
untuk menjadi seperti anggota tetap dari komunitas bahasa.
2) Orientasi Instrumental: Adalah pasangan orientasi yang dipakai oleh Gardner
yang berhubungan dengan keuntungan praktis yang potensial dari kecakapan
bahasa kedua, seperti mendapatkan pekerjaan yan lebih baik atau gaji yang
lebih tinggi.
Menurut Gardner dalam Dronjei (2001: 49), motivasi secara keseluruhan
memasukkan tiga komponen:
1) Intensitas motivasi
2) Keinginan untuk belajar bahasa
3) Sikap melalui belajar bahasa
Oleh karena itu, dalam pandangannya, motivasi menunjuk pada suatu
jenis/macam mesin pemikiran pusat/central atau pusat energi yang memasukkan
usaha, keinginan dan kesenangan pada tugas/sikap. Gardner menerangkan bahwa
tiga komponen ini milik bersama kerena orang yang benar-benar termotivasi
memperlihatkan semua dari ketiganya. Orang yang termotivasi akan mempunyai
kecenderungan terhadap hal-hal yang berorientasi positif. Kemudian dari
orientasi-orientasi ini adalah untuk membantu membangkitkan motivasi dan
mengarahkannya melalui suatu perangkat tujuan, baik dengan kualitas
interpersonal yang kuat (integratif) atau kualitas praktek yang kuat
(instrumental).
Penggunaan media pembelajaran yang menarik dan menantang
khususnya yang mengandung unsur visual sangat diperlukan untuk memberikan
motivasi belajar siswa. Sass dalam Hebl, Brewer dan Benjamin (2000: 67)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
menyatakan bahwa untuk mengatasi pembelajaran yang monoton apabila
memungkinkan maka penggunaan elemen visual akan sangat bermanfaat dan
memberikan motivasi. Banyak studi menyatakan bahwa pembelajaran dengan
visual dapat secara aktif mempengaruhi proses kognitif seperti menggugah
kembali memori dan memberikan motivasi.
Untuk mengetahui apakah level motivasi siswa itu tinggi atau rendah,
ada beberapa tes yang dapat diaplikasikan. Siswa atau subyek yang diobservasi
biasanya diharuskan mengisi kuisioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
tentang motivasi seperti misalnya; bagaimana tanggung jawabnya terhadap
pelajaran; kerutinannya, ketahanannya dalam meraih tujuan belajar, usaha-
usahanya ke arah yang lebih baik serta harapan-harapannya terhadap teman dan
guru-gurunya.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Phye (1993: 4) prestasi belajar adalah pengetahuan yang
dicapai atau keterampilan yang dikuasai pada mata pelajaran di sekolah yang
biasanya didesain dengan nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar
biasanya dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri siswa seperti self-efficacy,
sikap dan motivasi (Aronson, 2002: 168). Perubahan dalam belajar mencakup
dimensi yang sangat luas. Masing-masing individu menunjukkan perkembangan
(progress) yang berbeda dalam proses belajar. Perbedaan perubahan sebagai
akibat proses belajar ini yang kemudian sering diistilahkan sebagai prestasi
belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Umumnya para pakar pendidikan menjelaskan prestasi belajar dengan
menunjuk pada cakupan makna belajar. Winkel (1996: 161) mendefinisikan
prestasi sebagai bukti usaha yang dicapai dalam belajar. Umumnya prestasi
belajar disekolah dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai yang diperoleh siswa
setelah mengikuti tes yang dilakukan setelah program pembelajaran selesai
diajarkan. Prestasi belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan siswa dalam
menguasai materi pelajaran yang telah dipelajari. Prestasi belajar dapat diketahui
dengan alat ukur berupa butir tes yang telah dirancang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Mengukur prestasi belajar yang merupakan hasil yang telah
dicapai dalam belajar sangat penting dan merupakan tugas utama guru dalam
dunia pendidikan, karena dengan pengukuran tersebut dapat diketahui kemajuan
dan keberhasilan suatu program pembelajaran.
Pada pembelajaran bahasa Inggris siswa diharapkan mampu untuk
menunjukan performance mereka dalam empat kompetensi yaitu: menyimak
atau listening, berbicara atau speaking, membaca atau reading dan menulis atau
writing. Untuk mengetahui tercapai dan tidaknya keberhasilan belajar diperlukan
adanya pengukuran. Biasanya para guru akan mengukur prestasi siswa dengan
tes.
b. Pengukuran prestasi belajar Listening
Brown (2004: 122-139) menyediakan format yang dapat diaplikasikan
untuk mengukur/mengetes listening siswa dan ia menyatakan bahwa setelah
menentukan tujuan, langkah berikutnya diambil untuk mendesain tes termasuk
membuat keputusan tentang bagaimana untuk memperoleh hasil
kerja/performance dan bagaimana untuk mengharapkan respon dari para peserta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
tes. Tes yang akan didiskusikan mempunyai cakupan dari hasil intensive
listening, seperti misalnya pengenalan bunyi minimal, sampai pada pemahaman
extensive listening dari bahasa dalam konteks komunikasi. Dalan hal ini fokusnya
pada keterampilan mikro (micro skills) dari intensive listening.
1) Pengenalan elemen phonologi dan morfologi
Pada tingkat ini, sebuah bentuk tersendiri pada intensive listening
adalah pengukuran terhadap pengenalan elemen phonologi bahasa. Dalam
suatu tes klasik peserta tes diberikan rangsangan bahasa lisan untuk
mengidentifikasi dari dua atau lebih pilihan. Contohnya adalah:
mengidentifikasi bunyi konsonan dan bunyi vokal; pasangan morfologi yang
diakhiri dengan –ed; bentuk tekanan kalimat; dan stimulus satu kata.
2) Pengenalan paraphrase
Kata, frase atau kelompok kata, dan kalimat yang sering dites
dengan stimulus kalimat dan mempersilahkan penjawab tes untuk memilih
pharaphrase dari sejumlah pilihan adalah langkah pada cakupan micro skill
dari listening comprehension. Contohnya adalah paraphrase kalimat, dan
paraphrase dialog.
3) Responsive Listening
Responsive listening adalah sebuah format pertanyaan dan jawaban.
Ini dapat menyediakan beberapa kegiatan satu dengan yang lain dalam suatu
tes listening.
4) Listening Cloze
Tes listening jenis ini kadang-kadang disebut dikte tertutup atau dikte parsial. Pada
tes ini penjawab tes perlu untuk mendengarkan dengan seksama suatu cerita, teks
lisan monolog tentang suatu berita atau informasi lisan yang lain, atau percakapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
dari sebuah sumber audio dengan setting tertentu dan secara bersamaan membaca
teks tertulis yang sebagian kata dan frasenya dihilangkan kemudian tugas siswa
adalah melaksanakan instruksi-instruksi yang disebutkan dalam tes itu misalnya
dengan mengisi kata-kata atau frase-frase yang dihilangkan.
4. Penelitian Yang Relevan
a. Pengaruh Penggunaan Media Visual Compact Disc dan Model Terhadap Prestasi
Belajar Ilmu Pengetahuan social Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Kelas VII
Sekolah Menengah Pertama Sub Rayon 02 Wuryantoro Kabupaten Wonogiri oleh
Lulis Ambarwati, 2010, Program Pasca Sarjana Teknologi Pendidikan UNS.
b. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia Dengan Video
Compact Disc Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi
Belajar Siswa Di SMP Negeri Kota Semarang oleh Eka Putranto Hadi, 2009,
Program Pasca Sarjana Teknologi Pendidikan UNS.
B. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan prestasi belajar istening pada pelajaran bahasa Inggris
menggunakan media pembelajaran komputer multimedia dengan
media pembelajaran DVD
Menggunakan media pembelajaran komputer multimedia dalam
pembelajaran listening dikelas akan lebih baik dan menarik dibandingkan dengan
menggunakan media DVD. Penggunan komputer multimedia merupakan bagian dari
upaya untuk membangkitkan indera pendengaran sekaligus indera penglihatan.
Penggunaan media komputer multimedia dapat mengembangkan beberapa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
keterampilan bahasa Inggris sekaligus yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Komputer multimedia berisi teks, grafik, gambar, suara dan video.
Dengan menggunakan media pembelajaran ini dalam pembelajaran
listening, maka siswa dapat menyimak dari sumber audio yang keluar dari speaker
dan siswa akan dibantu memahami sumber suara itu dengan tayangan visual melalui
monitor. Tidak hanya itu saja, siswa dapat dengan leluasa berinteraksi dengan
komputer berkaitan dengan listening melalui perangkat mouse dan keyboard. Ketika
siswa belajar listening melalui lagu misalnya, siswa dapat menyimak lagu itu sesuka
hati, melatih bagaimana mengucapkannya, menduga artinya, berkompetisi dalam
pengucapannya bersama teman-temannya dan bahkan siswa dapat melakukan karaoke
serta mengetahui berapa nilai yang diberikan oleh perangkat komputer.
DVD adalah media pembelajaran yang berisi video atau film dengan
durasi tertentu. Kekuatan DVD adalah pada kekuatan video atau film yang berkualitas
baik karena resolusinya yang tinggi yang dapat menghasilkan gambar yang
berkualitas baik. Dalam pembelajaran listening, DVD akan menarik perhatian siswa
karena tayangan videonya serta audionya. Banyak guru menggunakan video ini untuk
mengenalkan suatu topik, mempresentasikan isi, dan untuk pengayaan. DVD ini
dapat digunakan secara klasikal, kelompok kecil dan individu. Video tersedia dalam
berbagai tema dan tersedia untuk semua tipe pebelajar pada semua domain
pembelajaran seperti: kognitif, afektif, psikomotor dan interpersonal. Dalam
pembelajaran listening, DVD dapat membangkitkan ketertarikan siswa untuk
menyimak dan melihat video. Dengan visualisasi yang menarik maka konsentrasi
siswa dapat lebih baik dan secara bersamaan indera pendengaran juga akan tertuju
pada pesan dari sumber visualnya (monitor). Dengan DVD player, tayangannya dapat
diperlambat maupun dipercepat. Dengan didukung audio yang baik maka DVD dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
digunakan untuk pembelajaran listening. Perbedaannya dengan media pembelajaran
komputer multimedia adalah DVD tidak secara interaktif melibatkan partisipasi siswa
secara langsung dengan medianya. Komputer multimedia dan media DVD secara
jelas dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi. Dengan
demikian, prestasi belajar listening diasumsikan dipengaruhi suasana belajar yang
diciptakan guru dalam hal ini penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran. Dengan belajar secara menyenangkan dan menantang yaitu
dengan penggunaan media pembelajaran, berarti prestasi belajar listening akan
meningkat. 2. Perbedaan prestasi belajar listening pada mata pelajaran bahasa
Inggris antara kelompok siswa yang mempunyai motivasi tinggi dengan
kelompok yang siswa yang mempunyai motivasi rendah.
Motivasi akan menjelma menjadi kekuatan yang besar untuk mencapai
tujuan belajar bahasa Inggris khususnya listening. Demikian juga untuk mencapai
keberhasilan belajar. Sebagai daya dorong, pengarah dan kekuatan, peranan motivasi
sangat menentukan terhadap hasil belajar. Dengan motivasi tinggi yang dimiliki siswa
maka siswa akan memiliki sikap-sikap positif dalam dirinya. Siswa yang mempunyai
motivasi tinggi akan menunjukkan semangat yang lebih, mempunyai tujuan yang
jelas, bertanggung jawab, senang menghadapi tantangan, mempunyai rasa ingin tahu
terhadap sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dipelajarinya, dan ingin
mempunyai prestasi yang baik. Motivasi belajar yang rendah akan menghasilkan
kualitas belajar yang rendah pula. Ada dua hal penting dalam motivasi belajar bahasa
Inggris yaitu motivasi integratif dan motivasi instrumental. Siswa senang belajar
bahasa Inggris dikarenakan keinginannya untuk bisa menjadi bagian dari pengguna
commit to user

Anda mungkin juga menyukai