Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO

VISUAL ANIMAKER TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK


SISWA SEKOLAH DASAR

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Dea Aulia R

60403070119022

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BINA MUTIARA SUKABUMI

2023
1
2
3
BAB I

PENDAULUAN

A. Latar Belakang
Pada kurikulum pendidikan sekolah dasar dengan peraturan
pemrintah RI No 19 than 2005 bawa terdapat mata pelajaran Pokok yang
harus dikuasai, mata pelajaran tersebut adalah Bahasa Indonesia, IPA, IPS
Matematika dan PKN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
negara Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia juga merupakan
salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan secara formal di setiap
jenjang pendidikan di Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar bertujuan untuk terampil dalam berbahasa, yaitu terampil
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Riset et al., n.d.)
Bahasa adalah alat interaksi yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan berbicara,
menyimak, membaca dan menulis. Menurut Tarigan (2008) Menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan.
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang
penting dan harus diajarkan paling awal sebelum keterampilan berbahasa
yang lain. Kegiatan menyimak merupakan waktu yang paling banyak
digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum anak
melakukan keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, kegiatan
menyimak adaah kegiatan yang pertama dilakukan. Hal ini diperkuat oleh
hasil survey mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampian
berbahasa oleh Paul T. Rankin. Rankin menemukan bahwa kebanyakan
orang menggunakan waktu berkomunikasi, yaitu 45% digunakan untuk

1
mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9%
untuk menulis (Agnes Yatumia. Dkk. 2018)
Keterampilan menyimak yang baik bagi siswa yaitu kemampuan
menyerap informasi sebenarnya maka dari itu siswa dapat menagkap
informsi dengan baik, dengan menggunakan kosa kata dasar tersebut siswa
tidak akan mengalami hambatan baik secara akademis maupun di dalam
masyarakat luas. Menyimak didaului dengan mendengarkan audio bahasa,
secara berlangsung atau mendengarkan radio, televisi, dan lainnya. Suara
yang diterima oleh telinga dapat dikenali ari suaranya. Kelompok tersebut
meliputi kata, alimat, klausa dan tuturan wawancara.
Dalam proses pembelajaran, keterampilan menyimak sangat
penting untuk dikuasai siswa SD, karena dengan siswa terlatih untuk
menyimak, maka siswa akan lebih mudah memahami apa yang didengar
terutama materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. keterampilan
menyimak terkesan kurang penting dan kurang mendapat perhatian untuk
diajarkan, karena banyak yang beranggapan bahwa jika siswa mampu
mendengarkan, maka keterampilan menyimak akan datang dengan
sendirinya. Dalam praktek pembelajaran, beberapa guru masih
menggunakan teknik mengajar yang konvensional, yaitu melalui metode
ceramah yang cenderung hanya transfer ilmu atau materi pelajaran.
Menurut Informasi dari salah satu Guru di SDN Cibeureum Hilir 3,
Kota Sukabumi, masih ditemukan rendahnya kemampuan menyimak siswa
seperti siswa belum mampu mendengarkan dengan penuh perhatian yang
disampaikan oleh guru. Kemudian dalam kontek perangkat/media
pembelajaran guru belum memanfaatkan media yang menarik yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, kadang guru hanya menggunakan buku
teks atau buku paket untuk bercerita seingga anak menjadi bosan dan tidak
bersemangat menerima pelajaran.
Berdasarkan uraian diatass, dapat diketahui akar penyebab dari
permasalahan tersebut, yaitu dalam pembelajaran belum terdapat media
yang relevan untuk siswa dan cara penyampaian materi pelajaran masi

2
kurang menarik, yaitu hanya sebatas guru menjelaskan dan murid
menyimak. Sehingga siswa kurang fokus dan kurang termotivasi dalam
menyimak materi pelajaran yang disampaikan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dipandang cukup penting
untuk mengadakan penelitian dengan judul “implementasi media
pembelajaran audio visual animaker terhadap keterampilan menyimak
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD.
LATAR BELAKANG TAMBAH

3
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang diatas maka dapat
diidentifikasikan yang terjadi pada sekolah dasar yaitu:
1. Masih terdapat siswa yang memiliki keterampilannya kurang
dikarenakan pengajar kurang dalam menerapkan media
pembelajaran berbasis audio visual dalam sebua proses
pembelajaran.
2. Penyajian materi yang kurang menarik sehingga siswa bosan dalam
mengikuti pembelajaran .
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan ba tasan masalah diatas dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dalam penerapan media pembelajaran
audio visual animaker terhadap keterampilan menyimak siswa
kelas IV?
D. Tujuan penelitian
Tujuan Penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dalam penerapan
media pembelajaran audio visual animaker terhadap peningkatan
keterampilan menyimak siswa kelas IV
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat kepada berbagai pihak yakni
sekolah, guru dan siswa yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah terutama guru-guru dalam
memilih media yang tepat dalm proses belajar mengajar.
2. Manfaat bagi guru
a. peneitian ini diarapkan dapat membangkitkan motivasi dan perhatian
siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dikelas.
b. Dapat memberikan alternatif pilihan untuk menggunakan media yang
lebih bermakna

4
3. Manfaat bagi siswa
Sebagai salah satu media aternatif yang diarapkan dapat
meningkatkan kemampuan dalam memahami materi pelajaran Bahasa
Indonesia sehingga membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dan pembelajaran lebih bermakna.

5
Bab II

Kajian Pustaka

Susunannya diperbaiki seperrti di bawah ini.

- Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


1. Belajar dan pembelajaran hasil belajar dll

- Media Pembelajaran Audio Visual

- Keterampilan Menyimak

- Soal cerita dalam keterampilan menyimak

Kajian teori

1. Media Pembelajaran
a. Pengertian media Pembelajaran
Menurut Arsyad, (2014) dalam (Aghni, 2018) media
berasal dari bahasa Latin, yaitu Medius yang secara harfiah berarti,
‘perantara’,‘tengah’ atau ‘pengantar’. Sedangkan Gerlach & Ely
memaparkan penjelasan mengenai media secara garis besar ialah
materi, manusia, atau kejadian yang membangun kondisi yang
dapat membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, ataupun sikap. Wina sanjaya (2014) menambahkan
terkait definisi media sebagai perantara dari sumber informasi ke
penerima informasi.
Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan,
perasaan, merangsang pikiran, perhatian, dan kemauan siswa,

6
sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran (no
title)
Media pembelajaran merupakan salah satu alat bantu yang
digunakan oleh pendidik agar kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan efektif. (Hasan, 2021).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat,
lingkungan dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk
menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan
keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya. (Arsyad,
2014)
Media pembelajaran adalah salah satu alat bantu mengajar
bagi pengajar untuk menyampaikan materi pengajaran,
meningkatkan kreatifitas peserta didik dan meningkatkan perhatian
siswa dalam proses pembelajaran. Dengan media peserta didik
akan lebih termotivasi untuk belajar, mendorong peserta didik
menulis, berbicara dan berimajinasi semakin terangsang. Dengan
demikian, melalui media pembelajaran dapat membuat proses
belajar mengajar lebih efektif dan efesien serta terjalin hubungan
baik antara pengajar dengan peserta didik(Firmadani, 2020) .
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalalah
sebuah alat yang dapat digunakan untuk membantu proses belajar
mengajar untuk menambah pengetahuan dan dapat membuat
proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Wina Sanjaya (Nurrita, 2018), terdapat beberapa fungsi dari
penggunaan media pembelajaran diantaranya:
1. Fungsi komunikatif
Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan komunikasi
antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sehingga tidak ada
kesulitan dalam menyampaikan bahasa verbal dan salah persepsi
dalam menyampaikan pesan.

7
2. Fungsi motivasi
Media pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Dengan pengembangan media pembelajaran tidak hanya
mengandung unsur artistic saja akan tetapi memudahkan siswa
mempelajari materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan gairah
siswa untuk belajar.
3. Fungsi kebermaknaan
Penggunaan media pembelajaran dapat lebih bermakna yakni
pembelajaran bukan hanya meningkatkan penambahan informasi
tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis
dan mencipta
4. Fungsi penyamaan persepsi
Dapat menyamakan persepsi setiap siswa sehingga memiliki
pandangan yang sama terhadap informasi yang di sampaikan.
5. Fungsi individualitas
Dengan latar belakang siswa yang berbeda, baik itu pengalaman,
gaya belajar, kemampuan siswa maka media pembelajaran dapat
melayani setiap kebutuhan setiap individu yang memiliki minat
dan gaya belajar yang berbeda
c. Ciri-ciri media pembelajaran
Menurut Gerlach & Ely (1971) (dalam Cecep & daddy
2020 ) memaparkan tedapat tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa mengapa media digunakan dan apa-apa saja
yang dapat dilakukan ole media yang mungkin guru tidak mampu
melakukannya.
1. Ciri Fiksatif (fixative property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, merekontruksi dan melestarikan suatu peristiwa atau
objek. Suatu objek atau peristiwa dapat disusun kembali dengan
media, seperti videotape, fotografi, audio tape, disket komputer
cmpact disk dan film. Suatu objek yang telah direkam dengan

8
video atau video kamera dengan mudah dapat direproduksi kapan
saja diperlukan. Dengan ciri ini, media memungkinkan suatu
rekaman kejadian pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa
mengenal waktu.
2. Ciri manipulatif (manipulative property)
Pada ciri ini, suatu kejadian atau objek dimungkinkan karna
media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu
berhari-hari dapat disajikan kepada peserta didik dalam waktu dua
hingga tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-laspe-
recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong
kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik
rekaman fotografi tersebut. Selain dapat dipercpt, suatu kejadian
dapat pula diperlambat pada saat penayangan kembali hasil suatu
rekaman video seperti proses tsunami atau reaksi kimia dapat
diamati melalui kemampuan manipulatif dari suatu media.
3. Ciri distributif (distributive property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditranportasikan melalui ruang dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Saat
ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau
beberapa kelas pada beberapa sekolah di wilayah tertentu, tetapi
juga media itu misalnya rekaman video, disket komputer dapat
disebar ke seluru penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
d. Jenis media pembelajaran
Media dibagi menjadi beberapa macam jenis mengkikuti
taksonomi leshin dan kawan-kawan (1992) dalam (Cecep & daddy
2020), diantaranya:
1. Media Berbasis Manusia
Media manusia adalah media tertua yang digunakan untuk
mengirimkan suatu informasi atau pesan. Contohnya adalah gaya

9
intruksiSocrates. Sistem ini dapat mengkombinasikannya dengan
bantuan alat visual lainnya. Media ini sangat berguna jika tujuan
kita adalah untuk mengubah sikap atau jika kita ingin terlibat
langsung dalam memantau pembelajaran siswa. Misalnya, media
manusia dapat mengarahkan dan mempengaruhi proses belajar
mealui penemuan terbimbing dengan menganalisis apa yang terjadi
dilingkungan belajar dari waktu ke waktu.
2. Media Berbasis Cetakan
Media berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah
buku teks, jurnal, majalah, buku penuntun, dan lembaran lepas.
3. Media Visual
Media visual memegang peranan yang sangat penting
dalalm proses pembelajaran. Media visual dapat membantu
pemahaman dan memperkuat memori serta visual juga dapat
merangsang minat siswa dan membangun hubungan antara konten
mata pelajaran dan dunia nyata. Media visual adalah media yang
dapat dilihat dengan indera penglihatan, jenis medianya antara lain:
a. Media gambar (gambar diam) dan grafik, misalnya bagan
tabel, peta, diagram, poster,karikatur, buku komik, gambar
diam , foto
b. Dukungan papan templat misalnya papan tulis, papan
flanel,papan tempel dan papan pajangan.
c. Media proyeksi, misalnya slide, film strips, opague
projector, transparansi dan microfilm.
4. Media Audio Visual
Media Audio visual adalah sarana yang memproduksi atau
mendistribusikan dokumen dengan menggunakan mesin mekanik
dan elektronik untuk menyajikan pesan melalui suara dan gambar.
Pengajaran audio visual ditandai dengan penggunaan bahan dalam
proses belajar mengajar, seperti penggunaan proyektor film atau
proyektor layar lebar. Dengan demikian, mengajar audio visual

10
bearti memproduksi dan menggunakan bahan yang diserap oleh
penglihatan dan pendengaran dan tidak sepenuhnya bergantung
pada pemahaman kata atau simbol yang serupa.
Audio visual terbagi menjadi dua yaitu:
a. Audio Visual Murni
Media yang dapat menampilkan suara dan animasi gerakan
dari sumber yang sama. Contohnya film, video, televisi.
b. Audio Visual Tidak Murni
Media yang unsur visual dan audionya berasar dari sumber
yang beda
5. Media berbasis komputer
Saat ini, komputer memiliki fungsi yang berbeda dalam
bidang pendidikan. Komputer bertindak sebagai manajer dalam
proses pembelajaran yang dikenal sebagai CMI atau Computer
Managed intruction. Ada juga peran komputer sebagai alat bantu
tambahan untuk belajar dengan penggunaanya termasuk penyajian
informasi tentang isi topik, tugas atau keduanya.
e. Kelebihan dan kelemahan media pembelajaran
Media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dianataranya:
1. Memperjelas cara menyampaikan pesan agar tidak terlalu
bertele-tele (dalam bentuk lisan atau tulisan
2. Melampaui batas ruang, waktu dan indera seperti:
a. Subjek terlalu besar diganti dengan aktual, foto, bingkai
film film atau gambar
b. Objek kecil yang didukung oleh proyektor mikro, film
bingkai, film atau gambar
c. Gerakan yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat
dibantu dengan slide yang jinak atau fotografi
d. Berkecapatan tinggi. Peristiwa atau kejadian masa lalu
dapat direproduksi melalui rekaman film, video, gambar
film, foto dan secara lisan

11
e. Objek (mesin) yang telah kompleks dapat diwakili oleh
model, diagram dan lainnya.
f. Kensep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi,
iklim, dll) untuk divisualisasikan dalam bentuk film,
gambar film, gambar dan lainnya.

Selain kelebian, media pembelajaran juga memliki kekurangan.


Ada beberapa kekurangan gerakan pendidikan visual, termasuk
terlalu menekankan materi visual itu sendiri, sementara
mengabaikan kegiatan lain yang berkaitan dengan desain,
pengembangan, produksi, evaluasi dan pengolahan dokumen
intuitif. Selain itu, alat peraga dipandang hanya sebagai alat
peenunjang guru dalam proses pembelajaran, sehingga
keterpaduan anatara alat peraga alat bantu pembelajaran
diabaikan. Kelemahan audio visual yaitu terlalu fokus pada
penguasaan materi daripada proses pengembangan dan selalu
menganggap materi audio visual sebagai alat bantu guru dalam
proses pembelajaran.

2. Animaker
Menurut Delila (2020) dalam (Ningtyas et al., 2021)
memaparkan bahwa animaker sebagai software atau platform
pembuat animasi berbasis online. Di dalam aplikasi ini terdapat
banyak karakter dan backgound yang dibutuhkan. Keunggulan dari
media video ialah memudakan peserta didik untuk memaami
pelajaran karena video dibuat secara audio visual selain itu media
audio bertujuan untuk membuat kegiatan belajar yang
menyenangkan yang dapat membuat peserta didik termotivasi
untuk belajar.
Animaker merupakan pembuat video animasi yang
memungkinkan kita membuat konten video yang menarik,
Animaker dapat digunakan untuk membuat tutorial, video

12
penjelasan , video presentasi Web tool ini menyediakan semua alat
dan materi yang kita butuhkan untuk membuat video animasi
(Firdaus et al., 2021).
3. Menyimak
a. Pengertian menyimak
Menurut Tarigan (dalam Askarman, 2020) menjelaskan
bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, apresiasi,
pemaaman dan juga interpretasi untuk mempeoleh suatu informasi,
menangkap pesan atau isi serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan ole pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan. Sedangkan menurut Anderson menyimak sebagai suatu
proses besar mendengarkan, mengenakan serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatass, maka


dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan suatu kegiatan

b. Tujuan menyimak
Tujuan umum menyimak adalah memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak
disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Tarigan (1995)
berpendapat bahwa “Tujuan utama menyimak adalah menangkap,
memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan, yang tersirat
dalam bahan simakan”. Tarigan kemudian mengklasifikasikan
tujuan tersebut yakni menyimak untuk mendapatkan fakta,
menganalisis fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi,
menghibur diri dan meningkatkan kemampuan berbicara.
Menyimak memiliki tujuan untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memahami makna komkunikasi yang hendak
disampaikan seorang pembicara melalui ujaran. Selain tujuan
umum diatas, menyimak juga memiliki tujuan khusus, yang

13
menyebabkan jenis menyimak beraneka ragam (Keterampilan et
al., n.d.)
c. Ragam menyimak
Menurut Tarigan (2008:38) (Nurhayani, 2010) jenis
menyimak dibagi menjadi dua, yaitu: menyimak ekstensif, dan
menyimak intensif. Adapun penjelasan jenis menyimak sebagai
berikut:
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah menyimak untuk memahami
materi simakan hanya secara garis besar saja. Penyimak memahami
isi bahan simakan secara sepintas, umum dalam garis-garis besar,
atau butir-butir penting tertentu. Kegiatan menyimak ekstensif
lebih bersifat umum dan tidak perlu di bawah bimbingan langsung
dari guru. Penggunaan yang paling dasar adalah menangkap atau
mengingat kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu
lingkungan baru dengan cara yang baru. Bahan yang dapat
digunakan berupa bahan pelajaran yang baru saja diajarkan atau
yang telah diajarkan
Tujuan menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali
bahan pelajaran dengan cara yang baru. Menyimak ekstensif
meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik,
dan menyimak pasif.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah menyimak dengan penuh
perhatian, ketekunan dan ketelitian sehingga penyimak memahami
secara mendalam dan menguasai secara luas bahan simakan.
Penyimak memahami secara terperinci, teliti, dan mendalam bahan
yang disimak. Kegiatan menyimak intensif lebih diarahkan dan
dikontrol oleh guru. Bahan yang dapat digunakan berupa leksikal
maupun gramatikal. Untuk itu, perlu dipilih bahan yang
mengandung ciri ketatabahasaan tertentu dan sesuai dengan tujuan.

14
Selain itu, guru juga perlu memberikan latihan-latihan yang sesuai
dengan tujuan. Menyimak intensif mencakup menyimak kritis,
menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratori,
menyimak introgatif, dan menyimak selektif. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk melatih menyimak intensif adalah
menyuruh siswa menyimak tanpa teks tertulis, seperti
mendengarkan rekaman.
d. Tahap-tahap menyimak
Menurut Astuti & Amri, (2021) dalam (Keterampilan et al.,
n.d.) mengemukakan bahwa kegiatan menyimak memiliki 5 jenis
tahap, diantaranya yaitu: Tahap Mendengar, Tahap Memahami,
Tahap Menginterpretasi, Tahap Evaluasi, dan Tahap Menanggapi.
Berbeda dengan apa yang dijelaskan Ruth Gstricland(dalam
Tarigan, 2015) dalam pengamatan yang dilakukan terhadap
kegiatan menyimak pada siswa sekolah dasar menyimpulkan
bahwa terdapat sembilan tahap dimulai dari yang tidak
berketentuan hingga yang bersunggu-sungguh. Kesembilan tahap
itu diantaranya:
1. Menyimak berkala, pada taap ini yang terjadi pada saat
anak merasakan terlibat langsung dalam pembicaraan
mengenai dirinya sendiri.
2. Menyimak peratian yang dangkal, karena sering mendapat
gangguan perhatian pada hal-hal diluar pembicaraan.
3. Setengah menyimak, karena terganggu oleh orang lain
sehingga kesempatan mengekspresikan isi hatinya tersebut
terpendam
4. Menyimak serapan, karena anak keasyikan menyerap hal
yang kurang penting
5. Menyimak sekali-kali, menyimpan sebentar yang telah
disimaknya karena perhatiannya bergantian dengan
keasyikan lain.

15
6. Menyimak asosiatif, hanya dapat mengingat pengalaman
pribadi secara konstan sehingga menyebabkan penyimak
tidak memberikan raksi terhadap pesan yang disampaikan
oleh pembicara
7. Menyimak dengan secara berkala, pada pembicara dengan
memberikan komentar ataupun pengajuan pertanyaan.
8. Menyimak dengan aktif, bersungguh-sungguh mengikuti
jalan pikir pembicara
9. Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan serta
menemukan pendapat dan gagasan pembicara atau
pembaca.
4. Keterampilan Menyimak
a. Pengertian keterampilan menyimak
Keterampilan dalam menyimak merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang penting dan dimiliki seorang anak
sejak dalam kandungan. Alkhadiah (1991) mengatakan bahwa
menyimak termasuk mendengarkan dimulai dengan mendengarkan
dan diakhiri dengan memahami apa telah didengar.
Oleh sebab itu, menyimak tidak hanya sekedar
mendengarkan suatu diskusi tetapi juga mencakup mendengarkan
dengan penuh perhatian dan benar-benar memahami apa yang
sedang didengarkan. Keterampilan menyimak merupakan
berbahasa yang reseptif, yang artinya tidak hanya mendengar bunyi
bahasa, tetapi sekaligus memahaminya. Banyak orang beranggapan
bahwa menengarkan sebagai keterampilan yang paling penting
diantara yang lainnya. Melalui kegiatan ini, siswa dapat
memperoleh kosakata dan tata bahasa. Peningnya mendengarkan
dalam komunikasi yang nyata, komnikasi sseoranng harus dapat
memahami dan bereaksi teradap apa yang dikatakan.
Tarigan menjelaskan setiap keterampilan itu erat
hubungannya dengan proses berfikir yang mendasari bahasa.

16
Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang dalam bahasanya semakin jelas jalan pikirannya.
Keterampilan haya dapat diperoleh dan dikuasai dengan banyak
latihan.
berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menyimak merupakan suatu kemampuan berfikir
melalui indera pendengar dalam menerima bukti atau fakta dan
juga informasi dari pembicara.
b. Faktor yang mempengaruhi keterampilan menyimak
Hermawan (2012) dalam (J.Juangsih, 2017) terdapat tujuh faktor
yang mempengaruhi proses menyimak diantaranya:
1. Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor yang
penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas
keaktifannya dalam menyimak. Kesejateraan fisik dan
kesehatan merupakan suatu modal penting yang turut
menentukan bagi setiap penyimak.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis juga dapat mempengaruhi dalam kegiatan
menyimak. Faktor psikologis terbagi menjadi dua, yaitu
faktor psikologis positif yang berpengaruh baik dan faktor
psikologis negatif berpengaruh buruk terhadap kegiatan
menyimak.
3. Faktor Pengalaman
Pengalaman dari seorang pendidik sengat menentukan
dalam menyimak, seperti pertumbuhan dan perkembangan
sikap mempengaruhi minat menyimak, sikap-sikap yang
antagonistik, kosa kata juga sangat mempengarui kualitas
menyimak, makna yang dipancarkan oleh kata-kata asing
cenderung mengurangi serta menyingkirkan perhatian para
siswa.

17
4. Faktor sikap
Faktor sikap akan mempengaruhi kegiatan menyimak
karena pada dasarnya orang memiliki dua sikap yaitu sikap
penerimaan dan sikap penolakan. Kedua dampak tersebut
berdampak pada menyimak, yaitu berdampak positif dan
berdampak negatif.
5. Faktor motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
dalam kegiatan menyimak. Jika motivasinya kuat, maka
dapat dipastikan orang tersebut akan berhasil mencapai
tujuannya. Motivasi juga berkaitan dengan watak atau
keperibadian seseorang.
6. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik berkaitan dengan tata letak dan
penataan ruang kelas dan fasilitas belajar mendengarkan.
sedangkan lingkungan sosial meliputi suasana yang
mendorong anak untuk bereksperimen, mengekspresikan
dan mengevaluasi ide.
7. Faktor jenis kelamin
Gaya menyimak dapat dibedakan anatara pria dan wanita,
berikut beberapa perbedaannya. Gaya menyimak Pria:
objektif, aktif, keras hati, analisis, rasional, tidak mau
mundur, netral, intrusif, berdikari,swasembada, dan
menguasai emosi. Sedangkan gaya menyimak wanita
diantaranya: subjektif, pasif, simpatik, difusif, sensitif,
mudah terpengaruh, cenderung memihak, muda mengalah,
reseptif, bergantung dan emosional.
5. Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

18
Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran
wajib yang diajarkan kepada siswa di tingkat dasar (SD/MI).
Hadirnya pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI, karena
dianggap penting untuk dikuasai oleh siswa sejak awal.
Sebagaimana diketahui bahwa terdapat empat aspek
keterampilan yang ada dalam pembelajaran bahasa Indonesia
yaitu, keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis (Tarigan, dalam (Hakim et al., 2018). Keempat aspek
tersebut dapat menunjang keberhasilan seseorang dalam proses
berkomunikasi. Salah satu aspek yang penunjang keberhasilan
seseorang dalam bidang bahasa dapat dilihat dari kemampuan
menyimak dengan baik.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional negara
Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia juga
merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan
secara formal di setiap jenjang pendidikan di Indonesia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan untuk
terampil dalam berbahasa, yaitu terampil menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis (Riset et al., n.d.)
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di
Sekolah dasar yang wajib dipelajari. Karena Bahasa Indonesia
memiliki fungsi penting yaitu sebagai bahasa persatuan. Dimana
Bahasa Indonesia dapat membantu siswa untuk mengenali
budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasannya
dan berkomunikasi dalam masyarakat dengan menggunakan
bahasa tersebut.
Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
dasar mencakup dalam empat keterampilan berbahasa sebagai
berikut:
1) Mendengarkan, mendengarkan bunyi, suara, bunyi
bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan ceramah,

19
narasumber, dialog/percakapan, perintah, pengumuman,
mendengarkan hasil karya sastra (dongeng, cerita anak,
cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagu, pantun
dan menonton drama), berita, petunjuk, pengumuman
2) Berbicara; mengungkapkan perasaan, gagasan,
menyampaiakan sambutan, dialog, pesan, pengalaman,
bercerita tentang berbagai topik, menceritaka gambar,
pengalaman, peristiwa, tokoh, kegemaran, tata tertib,
petunjuk, laporan, berekspresi tentang sastra,
mendongeng puisi, syair lagu, berpantun, drama anak.
3) Membaca; membaca permulaan; membaca huruf, suku
kata, kata, kalimat, berbagai teks bacaan sederhana.
Membaca lanjut; membaca denah, petunjuk, tata tertib,
pengumuman, kamus, ensiklopedia, berbagai teks ipek,
cerita rakyat, dongen, drama dll. Diarahkan pada
kegemaran/menumbuhkembangkan budaya membaca.
4) Menulis; menulis perulaan; sejalan dengan materi bacaan
permulaan. Menulis lanjut; menulis karangan naratif,
non naratif, dengan menggunakan ejaan dan tanda baca.
Dalam menulis diarahkan agar menumbuhkembangkan
kompotensi menulis.
b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan dari suatu pembelajaran menjadi dasar acuan dalam
kegiatan pembelajaran. Sama halnya tujuan pembelajaran
Bahasa Indonesia guru memberikan pembelajaran dengan
arapan siswa dapat mencapai tujuan umum pembelajaran bahasa
indonesia. Menurut Depdiknas (2007) (Anzar & Mardhatillah.,
2017) mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Berkomunikasi secara efisien dan efektif sesuai dengan
etika yang berlaku, baik secara tulis ataupun lisan.

20
2) Mengargai dan bangga menggunakan bahasa indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3) Memahami bahasa indonesia dan menggunakan dengan
tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan
sosial
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6) Menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai
khazanah budaya dan intelektual masyarakat Indonesia.

.
A. Penelitian yang relevan
Penlitian yang menjadi acuan dalam penyusunan proposal yang
dilakukan yaitu :
1. Muhammad Ikhwanul Muslimin (2017) yang berjudul “Pengaruh
penggunaan media pembelajaran video animasi terhadap hasil
belajar pendidikan kewarganegaaraan kelas II SD” . Universitas
Negeri Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan: 1) Pengetahuan awal 23 siswa
sebelum diberikan perlakuan menggunakan media pembelajaran
video animasi menunjukkan nilai rata-rata sebesar 65,97 (mean
pretest). 2) Pengetahuan siswa setelah diberikan perlakuan
menggunakan media pembelajaran video animasi menunjukkan
adanya peningkatan nilai rata-rata yang dicapai yaitu 76,84 (mean
posttest). Sehingga selisih antara mean pretest dan mean posttest
adalah sebesar 10,87. Dengan demikian, penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan media video

21
animasi terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas
II B SD Muhammadiyah Karangtengah Bantul Yogyakarta.
2. Melza Ayuni Sari. Dkk. (2019). Yang berjudul “Pengaruh Media
Audio Visual terhadap Kemampuan Menyimak Cerita Kelas V SD
Negeri 68 Kota Bengkulu”. Universitas Bengkulu. Dari hasil
penelitian, hasil t dengan thitung adalah 2,43 dan nilai t tabel
dengan taraf signifikan 5% sebesar 2,04. Begitu juga dengan
thitung (2,43)> ttabel (2,04). Nilai hitung yang diperoleh lebih
besar dari nilai ttabel sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Nilai
thitung yang diperoleh lebih besar dari nilai ttabel maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan media audio visual
terhadap kemampuan mendengarkan cerita pada siswa kelas V di
SDN 68 kota Bengkulu.
3. Rahma Fajrianti & Septi Fitria M. (2022). Yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Media Animaker terhadap Hasil Belajar
Peserta didik Mata Pelajaran IPS Sekolah Dasar” Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka,
Indonesia. Hasil penelitian memperoleh Hasil penelitian
memperoleh terdapat pengaruh positif dari penggunaan media
audio visual ANIMAKER dengan meningkatnya hasil belajar IPS.
Berdasarkan angket media animaker terdapat pengaruh yang
signifikan dengan ftabel > fhitung yaitu 5,380 > 4,18 bahwa H 0
ditolak dan H1 diterima menunjukan penerapan serta penggunaan
atau implikasi media pembelajaran animaker memberikan
peningkatan dalam hasil belajar IPS siswa. Maka dapat
disimpulkan bahwa media Animaker cukup efektif dipergunakan
dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar IPS
Kelas V SDN Pulo Gebang 05 Jakarta Timur.
B. Kerangka berfikir
Menyimak adalah salah satu aspek yang paling penting dalam
prose pembelajaran di sekolah. Selain itu, sebagai faktor yang sangat

22
berpengaruh dalam semua interaksi adalah kemampuan untuk memahami
apa yang dikatakan pembicara. Menyimak dengan jelas merupakan kunci
keberhasilan dalam pengajaran, karena siswa dapat memahami materi
dengan baik jika mereka memiliki keterampilan menyimak yang baik.
Keterampilan menyimak dapat diketahui oleh peneliti dengan
menggunakan instrumen berupa tes (soal) selama pembelajaran dengan
bantuan media audio visual animaker (video). Setelah peserta didik
mendengarkan, diharapkan mereka mampu menemukan isi dalam video
tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. 1 Tabel Kerangka Berfikir

Guru belum
menggunakan media Keterampilan
Kondisi awal
pembelajaran berbasis menyimak rendah
audio visual

Pretest
Guru menggunakan
Tindakan media pembelajaran
berbasis audio visual Postest

Melalui media pembelajaran berbasis audio


Tindakan visual meningkatnya keterampilan menyimak
siswa kelas IV SD
C. Hipotesis penelitian

23
Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka hipotesis yang
diharapkan dalam penelitian yang dilakukan yaitu adanya pengaruh
terhadap penerapan media pembelajaran brbasis audio visual animaker
untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa sekolah dasar.

BAB III

Metode Penelitian

A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian Quasi Eksperimental
Design menggunakan desain Nonequivalent control group design. Dalam
penelitian ini subjek yang digunakan yaitu semua kelas IV SD Negeri
Cibeureum Hilir 3 yang tersusun dari 2 kelas yang berjumlah 62 siswa.
Dua kelas penelitian yaitu satu kelas eksperimen yang diberikan perlakuan
dengan menggunakan audio visual animaker dan satu kelas kontrol yang
tidak diberikan perlakuan dengan menggunakan audio visual animaker
melainkan dengan media pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru
dengan memberikan teks bacaan saja. Keduanya dilakukan dengan
menggunakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) dengan tujuan
untuk mengetahui apakah adanya pengaruh media pembelajaran audio
visual animaker terhadap keterampilan menyimak siswa sekolah dasar
kelas IV yang ada di SDN Cibeureum Hilir 3.
Adapun langkah-langkah desain Quasi Eksperimen design
Nonequivalent control group design dapat dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttetst

24
E 01 X 02

K 03 - 04

Keterangan :

E : Kelompok Eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan dengan


media pembelajaran audio visual animaker)
K : Kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan
media pembelajaran audio visual animaker)
O1 : Pretest Kelompok Eksperimen
O2 : Post test Kelompok eksperimen
O3 : Pretets Kelompok Kontrol
O4 : Post test Kelompok Kontrol
X : Penerapan Media Pembelajaran audio visual animaker dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah dasar yang yang
berlokasi di Jl ciandam Selaawi rt/rw 01/03 kel. Cibeureum Hilir kec.
Cibeureum Kota Sukabumi, Prov Jawa Barat. Yaitu SDN Cibeureum Hilir
3 pada siswa kelas IV. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2023
sampai bulan Mei 2023.
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Leni (2017) memaparkan bahwa populasi merupakan keseluruan
data dan fakta yang diteliti oleh seseorang.
Berdasarkan sudut pandang para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh objek penelitian
sebagai data dengan ciri tertentu. Jadi, setelah mengetahui arti
populasi diatas maka populasi dalam penelitian ini yaitu peserta

25
didik SDN Cibeureum Hilir 3 Kec. Cibeureum Hilir kota
Sukabumi yang berjuma 359 siswa.
2. Sampel
Sedangkan sampel adalah sebagaian data atau fakta yang diteliti,
dan dapat mewakilkan populasi. Pada penelitian ini sampel yang
digunakan ialah peserta didik kelas IV yang berjumlah 28 siswa.
D. Instrumen penelitian
Instrumen merupakan langkah utama dalam melakukan suatu
penelitian, sebab tujuan dari suatu penelitian itu sendiri yaitu, untuk
mendapatkan hasil dari sebuah data. Sugiyono menyatakan dalam bukunya
(2013, hlm. 102) instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat yang
dipergunakan untuk memperkirakan fenomena yang diteliti. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

Tabel 3. 2 Instrumen Penelitian

No Teknik Instrumen

1 Tes Soal

2 Dokumentasi Perangkat Pembelajaran

Dijelaskan lebih rinci seperti contoh di bawah


Kisi-kisi Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas/semester :
Mata pelajaran :
Materi pokok :
Standar kompetensi :
Kompetensi dasar :
Apek Ketereampilan menyimak :

26
Tabel 3. 3Kisi-kisi Instrumen Keterampilan menyimak

Indikator Keterampilan Indikator Pembelajaran


No
menyimak

1. Memperhatikan dengan tidak Menyimak cerita dengan baik


ramai saat dibacakan cerita

2. Menjawab pertanyaan terkait ● Ketepatan Menyebutkan judul


isi cerita
● Ketepatan menjelaskan
penokohan (tokoh-tokoh dan
sifat-sifat toko dalam cerita)

● Ketepatan menentukan latar


cerita

3. Menceritakan kembali isi cerita Mampu mengingat isi cerita

4. Mengungkakan pendapat Ketepatan menentukan amanat cerita.


tentang cerita

Dijelaskan Lebih detail Juga seperti contoh Format Tabel di Bawah ini

Kisi-kisi Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

27
Contoh
No
Aspek Indikator No.
soal
Keterampilan Keterampilan Indikator Soal
post
Menyimak Menyimak pretes
tes
………………? …………………? ……………………..?
● Ketepatan Disebu
Menyebutkan judul tkan
● Ketepatan butir
menjelaskan soalny
Menjawab penokohan (tokoh-
a no
---------------? pertanyaan terkait tokoh dan sifat-
berapa
isi cerita sifat toko dalam
cerita) 2nya
● Ketepatan
menentukan latar
cerita

E. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
dua cara yaitu tes dan dokumentasi. Menurut Arikunto (2013, p. 266) tes
dilakukan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan
objek yang diteliti. Pada penelitian ini, peneliti memberikan tes berupa pre
test sebelum treatment dan post test setelah treatment, sedangkan teknik
dokumentasi digunakan untuk mengetahui informasi jumlah siswa dan
daftar nilai siswa, hal ini sejalan dengan pernyataan Arikunto (2013, p.
274) bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, buku, transkip, majalah, buku, surat
kabar, notulen, rapat agenda dan lain sebagainya, (Arikunto, 2013: 274)
F. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan Aplikasi SPSS Statistic 22 for windows yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
Dituliskan rumus dan cara perhitungannya
1. Uji Normalitas

28
Uji Normalitas digunakan untuk menguji data yang sebelumnya
dikumpulkan tersebut, berdistribusi normal atau tidak. Dengan
menggunakan uji shapiro wilk karena jumlah siswa kurang dari 50
yang kemudian hasilnya disesuaikan dengan pengambilan keputusan
dalam uji normalitas dalam SPSS ini.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah suatu prosedur uji statistik yang dimaksudkan
untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel
berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.
3. Paired Sample Test
Uji T merupakan salah satu pengujian perbandingan yang
bertujuan untuk menguji hipotesis dalam pendekatan penelitian
kuantitatif. Uji Paired sample t test digunakan untuk menguji
perbandingan data berpasangan, seperti data pretest dan posttest.
Pengujian ini digunakan dalam analisis data penelitian yang
menggunakan metode penelitian eksperimen. Sebelum melakukan
pengujian pastikan data telah melalui uji normalitas dan homogenitas.
Dengan kriteria keputusan berikut :
1) Probabilitas atau nilai Signifikansi > 0,05, Ho diterima
2) Probabilitas atau nilai Signifikansi < 0,05, Ho ditolak

Contoh Penyajian Analisis data


Statistik inferensial digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini. Pada tahap ini akan dilakukan uji perbedaan dan pengaruh
rata-rata hasil pretest dan posttest pendekatan pembelajaran matematika realistik
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penyelesaian soal cerita
matematika. Tujuan akhir dari tahap analisis ini adalah untuk mengetahui dan
membuktikan apakah terdapat perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kreatif
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah diberi perlakukan
yang berbeda. Untuk pengujuan hipotesis statistik dalam penelitian, jenis statistik
uji perbedaan rata-rata yang digunakan dapat ditentukan dengan terlebih dahulu

29
melakukan uji asumsi data yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji
homogenitas varians.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji
Shapiro-Wilk pada uji normalitas dengan menggunakan software SPSS 16.0 for
windows. Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikansi sebesar 5% dengan
kriteria pengujian sebagai berikut.
 Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima.
 Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak.
Dimana,
Ho : Data berdsitribusi normal,
Ha : Data tidak berdistribusi normal.
2) Uji homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas, langkah selanjutnya adalah uji
homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dalam rangka menguji kesamaan varians
setiap kelompok data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Levene. Uji
Langkah-langkah pengujian homogenitas dengan uji Levene adalah sebagai
berikut:
a) Tentukan taraf signifikansi (α) untuk menguji hipotesis.
b) Menghitung varian tiap kelompok data.
c) Tentukan nilai Fhitung
d) Tentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi α, dk1=dkpembilang=na-1, dan
dk2= dkpenyebut = nb-1.
e) Lakukan pengujian dengan cara membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel.
Taraf signifikansi yang ditentukan adalah 5%, maka kriteria pengujiannya
adalah sebagai berikut:
 Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima.
 Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak.
3) Pengujian hipotesis (uji perbedaan dua rata-rata)
Pengujian hipotesis ini untuk menguji hipotesis, yakni: Kemampuan siswa
yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran

30
Matematika Realistik sama baik dengan kemampuan berpikir kreatif siswa yang
mendapt pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
konvensional.
Dalam pengujian hipotesis tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat.
Bila distribusi normal setelah uji normalitas dan uji homogenitas varians, maka
dapat dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan jenis statistik parametrik. Uji
perbedaan rata-rata yang digunakan adalah uji-t. Uji-t yang digunakan adalah uji-t
untuk dua sampel atau compare means – Independent sample t-test dimana
menurut Riduwan (2012, hlm. 213), “tujuan dari uji ini adalah untuk
membandingkan (membedakan) apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau
berbeda”. Hal ini akan berpengaruh dalam generalisasi yang dilakukan oleh
peneliti. Berikut rumus dari compare means – Independent sample t-test :

x 1−x 2
t=


2 2
( n 1−n2 ) s 1+(n 2−1) s2 1
n1 +n2−2 ( n + n1 )
1 2

Keterangan:
x1 = rerata sampel pertama
x2 = rerata sampel kedua
2
s1 = varians sampel pertama
2
s2 = varians sampel kedua
n1 = banyak data sampel pertama
n2 = banyak data sampel kedua
(Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 138)
Bila dalam uji prasyarat terdapat salah satu atau kedua data yang diuji tidak
berdistribusi normal, maka jenis uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah
jenis uji statistik non-parametrik. Model uji yang digunakan adalah dengan model
Two Independent Sampes Tests. Two Independent Samples Tests digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua kelompok data yang independen
dan tidak mensyaratkan data berdistribusi normal. Adapun uji yang digunakan
menggunakan uji Mann-Whitney U (Priyatno, 2009, hlm. 191). Berikut rumus dari
uji Mann-Whitney U:

31
n1 (n 1+1) n2 (n2 +1)
U 1=n1 n 2+ −R1 U 2=n1 n2 + −R 2
2 2

Keterangan:
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
R1 = jumlah rangking pada sampel 1
R2 = jumlah rangking pada sampel 2
(Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 153)
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0,05), maka kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut:
 Jika thitung < ttabel maka Ho diterima.
 Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak
Ho : Kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika
yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik sama baik dengan kemampuan
berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendkatan
pembelajaran konvensional.
Ha : Kemampuan berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika
yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik lebih baik daripada kemampuan
berpikir kreatif dalam penyelesaian soal cerita matematika yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendkatan
pembelajaran konvensional.
Dalam hipotesis statistik:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
µ1 Adalah kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dan µ2
adalah kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan

32
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, ketentuan
yang digunakan adalah jika µ1 = µ2, maka Ho diterima, dan jika µ1 ≠ µ2, maka Ho
ditolak dan Ha diterima.

Daftar pustaka

Aghni, R. I. (2018). Fungsi Dan Jenis Media Pembelajaran Dalam Pembelajaran


Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 16(1).
https://doi.org/10.21831/jpai.v16i1.20173
Anzar, S. F., & Mardhatillah. (2017). Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 20 Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat Tahun Ajaran 2015/2016. Bina Gogik, 4(1 Maret
2017), 53–64.
Firdaus, H., Atikah, C., & Ruhiat, Y. (2021). Pengembangan Video Pembelajaran
Kelistrikan Kendaraan Ringan Berbasis Animaker Terintegrasi Youtube.
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Undiksha, 9(2), 100–108.
https://doi.org/10.23887/jptm.v9i2.33579
Firmadani, F. (2020). Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Sebagai Inovasi
Pembelajaran Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding Konferensi Pendidikan
Nasional, 2(1), 93–97.
http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/Prosiding_KoPeN/article/
view/1084/660
Hakim, M Nur.(2018). Penerapan Media Audiovisual dalam Meningkatkan
keterampilan menyimak dongeng siswa kelas III MIS Darul Ulum
Muhammadiya Bulukumba. jurnal pendidikan Bahasa Indonesia,daerah dan
asing. Vol 1. No 2
Hasan, M. M. D. H. K. T. (2021). Media Pembelajaran. In Tahta Media Group
(Issue Mei).
J.Juangsih. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menyimak
Bahasa Jepang dan Pengajarannya. Journal of Chemical Information and

33
Modeling, 15(2), 56.
Keterampilan, M., Melalui, M., Mendongeng, M., Ismail, F., Darwis, M. A.,
Halifah, S., Islam, P., & Usia, A. (n.d.). Anakta. 1–5.
Ningtyas, A. M., Dewi, R. S., & Taufik, M. (2021). Developing Animaker-Based
Animation Videos on the Theme of “Daerah Tempat Tinggalku” At Grade Iv
Sdn Banjarsari 2 Serang. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
10(4), 739. https://doi.org/10.33578/jpfkip.v10i4.8355
Nurhayani, I. (2010). Pengaruh penggunaan metode bercerita terhadap
kemampuan menyimak siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal
Fakultas Pendidikan Islam Dan Keguruan Universitas Garut, 4(01), 54–59.
https://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/36/36
Nurrita. (2018). Kata Kunci : Media Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa.
Misykat, 03, 171–187.
Riset, J., Dasar, P., Menyimak, K., & Sari, M. A. (n.d.). JuRiDikDas. 2(3), 186–
193.
Laia, A. (2020). Menyimak Efektif. Jawa Tengah: LUTFI GILANG.
Soegeng, A.Y.(2016). Dasar-dasar Penelitian. Yogyakarta: Magnum Pustaka
Utama.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung.
Trianto. (2013). Model pembelajaran terpadu (konsep, strategi dan
implementasinya dalam KTSP). Jakarta: Bumi aksara.

34

Anda mungkin juga menyukai