Anda di halaman 1dari 24

0

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
 

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM DIALOG


“TENTANG PAST EVENT” MELALUI LAGU PADA SISWA
KELAS X SMK PGRI 3 JOMBANG

OLEH :
MUJI WIJAYANTI, S.Pd
NIM : 18050415710157

YPLP PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PGRI


SMK PGRI 3 JOMBANG
TAHUN 2018
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak
perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena adanya pengaruh
berkembang pesatnya teknologi informasi dalam pendidikan. Akibat pengaruh
itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di
sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat,
sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan
peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa.
Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem
pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan
dibidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang
sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan
pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar
mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya
sebagai motivator siswa dalam pembelajaran tetapi guru juga adalah sebagai
fasilitator dalam mengembangkan potensi siswa dalam belajar. Oleh karena itu
guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga
menarik sehingga siswa menjadi lebih aktif, berpikir kritis dan dapat
berinovasi setelah menerima materi pelajaran.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan
pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia
seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,
bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan
2

rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta


terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa
kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri
serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di
antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan
meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk itu diperlukan
suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran
salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan
materi pelajaran agar diperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan
siswa khususnya pelajaran Bahasa Inggris. Misalnya dengan membimbing
siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan
mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan
lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga
dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga
nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris yang diharapkan oleh guru
adalah minimal mencapai KKM yaitu 75.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar
rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.
Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris sangat rendah yaitu
mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar
mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat
peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan
upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing
siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa dan
memberikan media-media yang menarik sehingga siswa lebih termotivasi
dalam mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam bahasa Inggris
3

serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep-


konsep baru dalam peningkatan minat dan bakat siswa dalam Bahasa Inggris
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah
satu media pembelajaran, yaitu media pembelajaran berupa lagu untuk
meningkatkan kemampuan siswa berbicara dalam Bahasa Inggris. Lagu
merupakan media alternatif untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa,
khususnya struktur kalimatnya. Lagu memiliki sejumlah kelebihan. Pakar
sekaligus praktisi di bidang bahasa, Suwartono (2012: 149-151) berpendapat
bahwa ritme dan otentisitas lagu dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran
bahasa. Ritme dan nada menghadirkan rasa senang. Sebagai bahan otentik
lagu memotivasi bagi yang mendengarkannya untuk menirukan teks liriknya
baik secara lengkap atau sebagian. Teks lagu berisikan contoh nyata
pemakaian bahasa (language in use), tidak terkecuali pola-pola kalimat.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul "Peningkatan Kemampuan Berbicara dalam Dialog Tentang
Past Event Melalui Lagu pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK PGRI 3
Jombang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan media lagu dapat meningkatan Kemampuan
Berbicara dalam Dialog Tentang Past Event Siswa Kelas X Akuntansi
SMK PGRI 3 Jombang?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana penerapan media lagu dalam meningkatkan
kemampuan berbicara dalam dialog tentang Past event pada siswa kelas X
Akuntansi SMK PGRI 3 Jombang.
4

D. Batasan Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah
peningkatan kemampuan berbicara dalam dialog tentang Past event
(simple past dan present perfect).
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas X Akuntansi
SMK PGRI 3 Jombang.
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK PGRI 3 Jombang
4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran
2018/2019.
5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar 3.6 dan 4.6
tentang memberi dan menerima informasi tentang kegiatan di waktu
lampau (simple past ) yang merujuk pada kejadian sesudahnya (present
perfect)

E. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Guru untuk memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi Bahasa Inggris .
2. Siswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada mata pelajaran
Bahasa Inggris.
3. Sekolah untuk memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk
mengambil kebijakan di sekolah tersebut.

F. HipotesisTindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
1. Penerapan media lagu dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam
dialog tentang Past event pada siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 3
Jombang
5

G. Definisi Operasional
Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
a) Media lagu adalah:
Media yang digunakan berupa suara/audio dengan ritme dan nada yang
menimbulkan rasa senang.
b) Berbicara adalah :
Kegiatan yang dilakukan 2 orang atau lebih terkait meminta dan memberi
informasi terkait kegiatan yang erjadi di waktu lampau yang merujuk
kejadian waktu sekarang.
c) Kegiatan waktu lampau (simple past dan present perfect)
Mengidikasikan kegiatan yang terjadi di waktu lampau dan merujuk pada
kejadian sesudahnya.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu
perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.  Dalam Proses
belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi
menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik. Kelancaran
Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh Media
Pembelajaran yang digunakan.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun
Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian  hipotesa.
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran
adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti :
buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education
Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap
efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi
sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu
visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi
dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual.
7

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),


khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau
media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya
komputer dan internet.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-
beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan
pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan
sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika
peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari,
maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa
dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar
yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal
yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para
peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek
terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu
lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu
kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung
berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka
semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
8

1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik


2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD
Proyektor dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
5. Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study
seperti Museum, Candi, dll.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang
bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion
media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja
yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer
tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua
jenis media yang bersifat interaktif.

B. Lagu sebagai media Pembelajaran


Lagu merupakan media alternatif untuk memfasilitasi
pembelajaran bahasa, khususnya struktur kalimatnya. Lagu memiliki
sejumlah kelebihan. Pakar sekaligus praktisi di bidang bahasa, Suwartono
(2012: 149-151) berpendapat bahwa ritme dan otentisitas lagu dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa. Ritme dan nada menghadirkan
rasa senang. Sebagai bahan otentik lagu memotivasi bagi yang
mendengarkannya untuk menirukan teks liriknya baik secara lengkap atau
sebagian. Teks lagu berisikan contoh nyata pemakaian bahasa (language in
use), tidak terkecuali pola-pola kalimat. Ambil saja ungkapan “I don’t
wanna see you crying”, atau “I’ll never let you go” sebagai contoh. Dalam
konteksnya ungkapan-ungkapan tersebut bisa dibawa ke ruang kelas ketika
guru bermaksud memperkenalkan pola-pola kalimat yang menggunakan
verba indra (verbs of senses) dan verba khusus seperti kata let, make dan
seterusnya. Dengan demikian, kelebihan ini bisa dimanfaatkan oleh guru
9

dalam memfasilitasi pembelajaran. Di dalam lagu terkandung sebagian


besar aspek yang ada pada bahasa lisan.
Pendapat senada dilontarkan oleh Nurhayati (2009: 278). Ia sangat
meyakini bahwa lagu merupakan media serba guna untuk pembelajaran
bahasa. Seluruh fitur yang ada pada lagu mendukung berlangsungnya
pembelajaran. Semua skill berbahasa (listening, reading, writing, dan
speaking) dapat diajarkan dengan menggunakan lagu. Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa lagu dapat membuat
siswa menjadi lebih menikmati jalannya pembelajaran sehingga mereka
terdorong untuk berpartisipasi aktif. Selain itu, lagu juga sangat
memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran gramatika. Dalam
presentasi makalahnya, Sari (2009: 180) menulis “Having entertainment in
class ...for a grammar class”. Pemanfaatan lagu merupakan hiburan di
kelas yang menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Kelebihan-kelebihan lagu sebagaimana disebutkan diharapkan bisa
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa struktur bahasa Inggris cukup rumit bagi
pembelajar Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, masalah
partisipasi yang rendah sebagai akibat kesulitan dalam
mempelajarinya/menguasainya (terutama sistem gramatika dan pelafalan)
dirasakan oleh banyak guru bahasa Inggris.
Sementara itu, lagu, yang memiliki kelebihan-kelebihan seperti ritme yang
memberikan efek rasa senang dan rileks, otentisitas teks yang bisa
membangkitkan minat belajar, dan kandungan teksnya yang bisa dijadikan
sebagai sumber belajar sangat sesuai untuk diberdayakan dalam
memfasilitasi pembelajaran bahasa Inggris.
C. Berbicara
Para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai
pengertian berbicara. Tarigan (1985)menyebutkan bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata  untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
10

perasaan. Lebih luas lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku


manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,
semantik, dan linguistik secara ekstensif dan luas sehingga dapat dianggap
sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan berbicara terjadi proses
perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi
bahasa yang bermakna. Berbicara bukan hanya mengucap yang tanpa
makna, tetapi menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain
melalui ujaran atau dengan bahasa lisan.
Batasan berbicara yang hampir sama dengan Tarigan dikemukakan
oleh Kartini (1985:7) yang mengungkapkan bahwa berbicara merupakan
suatu peristiwa penyampaian maksud, gagasan, pikiran, perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga
maksud tersebut dipahami oleh orang lain.
Memperkaya ungkapan di atas, Laksana (1982:25) mengemukakan
bahwa berbicara adalah perbuatan yang menghasilkan bahasa  untuk
berkomunikasi, sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa.
Berbicara merupakan peristiwa penyampaian maksud, gagasan,
pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain secara jernih, logis, terarah
dan sistematis dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud
tersebut dipahami orang lain. Sementara itu, pendapat Badudu-Zain
berkaitan dengan jenis berbicara yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu
kata-kata. Dalam hal ini, berbicara merupakan proses penyampaian pesan
(gagasan, pikiran, perasaan) dari pembicara secara lisan sehingga kawan
bicara bisa menerima dan mamahami isinya. Berbicara merupakan suatu
keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif.  
11

D. Dialog
Dialog merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal.
Dialog berasal dari kata Yunani dia yang berarti antara,
diantara, dan legein yang berarti berbicara, bercakap-cakap, bertukar
pemikiran idan gagasan. Maka, secara harafiah dialogs atau dialog adalah
berbicara, bercakap-cakap, bertukar pikiran dan gagasan bersama.
Dialog bukanlah transaksi tawar-menawar tentang sesuatu untuk
mencapai kesepakatan. Dialog juga bukan konfrontasi di mana pihak yang
satu mempersoalkan sesuatu dan pihak lain memberi pertanggungjawaban.
Dialog juga bukan suatu adu pendapat untuk mencari keunggulan
pendapat sendiri dan mengalahkan pendapat lain. Dialog adalah
"percakapan dengan maksud untuk saling mengerti, memahami,
menerima, hidup damai dan bekerja sama untuk mencapai kesejateraan
bersama".
Dalam dialog, pihak-pihak yang terlibat saling menyampaikan
informasi, data, fakta, pemikiran, gagasan, dan pendapat, serta saling
berusaha mempertimbangkan, memahami, dan menerima. Dalam dialog
tidak ada monopoli pembicaraan dan kebenaran. Yang ada adalah berbagi
dan bertukar informasi dan gagasan. Dari dialog diharapkan terbentuk
saling pengertian dan pemahaman bersama yang lebih luas dan mendalam
tentang hal yang menjadi bahan dialog.

 LANDASAN DIALOG
Landasan dialog adalah kesadaran bahwa kedua belah pihak yang
terlibat dalam dialog belum lengkap, belum penuh dan belum sempurna
dalam pengetahuan dan penghayatan tentang sesuatu. Kenyataan
sedemikian kaya tidak mungkin tertangkap seluruh segi dari satu dan
beberapa sagi dan hanya unsur-unsur tertentu saja, maka orang perlu
mengadakan dialog.
12

Dialog merupakan kegiatan budaya. Manusia yang belum tinggi


budayanya untuk mencapai maksud dan tujuannya menggunakan paksaan,
kekerasan, perkelahian, dan peperangan. Sedang manusia berbudaya
menggunakan pembicaraan, diskusi, tukar pendapat dan argumen serta
alasan-alasan untuk meyakinkan, mengubah pikiran atau cara bertindak
orang atau kelompok lain. Dialog merupakan ciri masyarakat maju dan
demokratis. Tanpa dialog tidak mungkin terjadi kesejahteraan dan
kemajuan hidup bersama. Tidak mungkin tercipta masyarakat demokratis
di mana para anggotanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
 SYARAT DIALOG
Untuk dapat mengadakan dialog yang mendatangkan hasil, orang-
orang yang mengadakan sebaiknya :
1. Mengerti benar makna dan maksud serta tujuan dialog dan memiliki
kecakapan untuk melaksanakannya.
2. Mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang setaraf mengenai topik
yang dijadikan bahan dialog.
3. Mempunyai kehendak bai untuk mencari kebenaran. Karena itu dalam
mendengarkan sebaiknya bersikap terbuka, tidak memihak dan tidak
berprasangka.
4. Menciptakan suasana damai dan tenang, jauh dari emosi dan rasa
superior.
5. Menyampaikan gagasan dengan jelas, dan boleh dengan semangat,
tetapi dengan nada enak dan bijak,
6. Dalam keseluruhan dialog hendaknya bersikap jujur, tulus, tidak
manipulatif, mencarai-cari kelemahan rekan dialog, dan percaya bahwa
hal-hal yang dibahas dalam dialog tidak dimanfaatkan di luar dialog
untuk tujuan-tujuan lain demi keuntungan diri.
Dialog dapat digunakan sebagai cara untuk langsung membahas
suatu hal atau sebagai pendahuluan untuk pembahasan materi yang berat.
Hal yang dijadikan bahan dialog meliputi segala bidang kehidupan : sosial,
13

ekonomi, politik, budaya, etika, moral, agama. Kita dapat menggunakan


dialog untuk komunikasi interpersonal.
14

 MANFAAT DIALOG
Dialog yang dilakukan dengan baik dan diikuti oleh orang-orang
yang memenuhi syarat dapat membuahkan hasil yang banyak, diantaranya:
1. Pada tingkat pribadi, dialog dapat meningkatkan sikap saling
memahami dan menerima, serta mengembangkan kebersamaan dan
hidup yang damai saling menghormati dan saling percaya.
2. Di tempat kerja, dialog dapat membantu kelancaran perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kerja.
3. Dalam masyarakat, dialog dapat menjadi sarana untuk saling
memahami, menerima dan kerja sama antar berbagai kelompok
masyarakat yang berbeda latar belakang budaya, pendidikan, tingkat
ekonomi, ideologi, kepercayaan, dan agama.
4. Dalam keseluruhan hidup bangsa, dialog dapat memecahkan masalah
nasional, merencanakan dan melaksanakan pembangunan bangsa, dan
mengambil arah hidup bangsa menuju masa depan.

E. Past event
Fungsi sosial

Present Perfect Simple Past Simple


 To show the unfinished actions
 To show the finished actions:
that started in the past and
- I knew Julie for ten years (but
continue to the present:
then she moved away and we lost
- I've known Julie for ten years
touch).
(and I still know her).
 To show a finished action in  To show a finished action in
someone's life (when the person is someone's life (when the person is
still alive: life experience): dead):
- My brother has been to - My great-grandmother went to
Mexico three times. Mexico three times.
 To show a finished action with a  To Show a finished action with no
result in the present: result in the present:
- I've lost my keys! (The result - I lost my keys yesterday. It was
is that I can't get into my terrible! (Now there is no result. I
house now). got new keys yesterday).
15

Present Perfect Simple Past Simple


 With an unfinished time word  With a finished time word (last
(this week, this month, today): week, last month, yesterday):
- I've seen John this week. - I saw John last week.

 Generic sructure
1. Present Perfect Tense
(+) S + HAVE/HAS + VERB 3 + O
I have eaten bread today
(-) S + HAVE/HAS + NOT + VERB 3 + O
I have not eaten bread today
(?) HAVE/HAS + S + VERB 3 + O
Have you eaten bread today?
2. Simple Past tense
(+) S + VERB 2 + O + ADV OF TIME
Beni went to jogja last week
(-) S + DID + NOT + VERB 1 + ADV OF TIME
Beni did not go to Jogja last week
(?) DID + S + VERB 1 + O + ADV OF TIME
Did Beni go to Jogja last week?
 Language feathures
 Common adverbs in the simple past: last night, last year,
yesterday, today, ago, first, then, later, when
Ex. Yesterday morning, I went to the store.
 Common adverbs in the present perfect: before, after, already,
yet, for, since, recently, still, time
Ex. I have already visited Angola three times.
 Be careful of irregular verbs in the present perfect. With irregular
verbs, the simple past and the past participle form are usually
different.
INCORRECT: I have already did it.
16

CORRECT: I have already done it.


 Make sure to use “has” for the third person in the present perfect.
INCORRECT: She have not read the book yet.
CORRECT: She has not read the book yet.
17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat
reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan
perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi
atau situasi pembelajaran.  PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu
ide ke dalam  praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut
mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar
( Riyanto, 2001)
B. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program
pembelajaran
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan
wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh
guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat 
4. Melaporkan hasil penelitian
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK PGRI 3 Jombang
D. Data dan sumber
1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh
dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul
selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data
untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas X jurusan Akuntansi Sebagai
obyek penelitian
18

E. Prosedur pengumpulan data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
sebagai berikut :

1. Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan
tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2. Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi terkait dengan respon  atau tanggapan siswa terhadap penerapan
media lagu
3. Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk
mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test
tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga
diharapkan semua  data yang tidak termasuk dalam observasi dapat
dikumpulkan pada penelitian ini

F. Analisis data
1. Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric.
Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir,
pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubric pada siklus I
dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan
rubric pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa
2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik
analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
19

Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan


menggunakan criteria ketuntasan belajar. Siswa dianggap telah belajar
tuntas apabila daya serapnya mencapai 65%, Secara kelompok dainggap
tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85% dari jumlah siswa yang
mencapai daya serap minimal 65% (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
G. Tahap-tahap penelitian
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang
dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif. Penelitian ini akan
dilaksanakan  dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan,
penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan
pada tahap ini adalah :
 Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan
dalam PTK.
 Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan
indikator pembelajaran yang ingin dicapai
 Membuat  soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil
pembelajaran siswa.
 Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi
kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun etnis.
 Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan
model pembelajaran yang akan dilaksanakan
2. Pelaksanaan Tindakan
 Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator
selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar Bahasa Inggris
secara kooperatif learning dengan media lagu. Adapun langkah –
langkah yang dilakukan adalah :
20

1) Memutarkan lagu dan meminta peserta didik untuk melengkapi teks (lirik
lagu)
2) Peserta didik melengkapi lirik lagu
3) Peserta didik bersama-sama menirukan lagu yang diputarkan dengan
pengucapan yang benar
4) Secara berkelompok, peserta didik menganalisa bentuk past event yang
digunakan kemudian mengelompokkannya.
 Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan
test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung
dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis
data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap
proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau
belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang
perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan
langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada
siklus II

Silus II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I  hanya
saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I
sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
21

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui
beberapa tindakan dari siklus I, dan II serta berdasarkan seluruh pembahasan
dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan lagu dapat
meningkatkan kemamapuan berbicara dalam dialog tentang past event. Secara
khusus, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan berbicara / berdialog tentang pst event siswa kelas X PGRI 3
Jombang masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dan
kesenangan siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris. Sebanyak 15 siswa
yang nilainya masih dibawah KKM 65.
2. Penerapan pembalajaran bahasa Inggris dengan metode lagu dapat membuat
siswa menjadi aktif. Kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar
dengan melibatkan kegiatan para siswa tersebut. Hal ini membuat siswa
menjadi tidak bosan untuk belajar.
3. Pembelajaran dengan menggunakan metode mendengarkan lagu mampu
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris. Penggunaan
metode mendengarkan lagu dapat mengubah siswa menjadi aktif belajar,
menghilangkan rasa stress pada siswa dan guru memberikan motivasi bahwa
belajar bahasa Inggris itu mudah. Dapat dibuktikan dengan hasil belajar siswa
dengan siklus II ada 72% kenaikan ketuntasan dari 15 siswa atau 49%
menjadi 28 siswa atau 92% naik sebesar 10 siswa atau 43% dari jumlah siswa
32 anak. Dengan demikian, metode Total Physical Response ini dapat
memacu siswa untuk lebih aktif dalam memahami dan menguasai materi
colours. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis yang diperoleh, bahwa nilai hasil
belajar siswa meningkat dan siswa lebih semangat belajar bahasa Inggris dari
siklus I sampai siklus II . Meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa yang
22

dicapai ini adalah bukti bahwa siswa telah berhasil menguasai materi
sebanyak 75-100%.
B. Saran
Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa, maka yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Guru
Guru selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan
profesionalisme. Salah satunya dengan mengembangkan media yang akan
digunakan dalam mengajar, sehingga penggunaan metode yang sesuai dan
inovatif tidak membuat siswa bosan. Selain itu persiapan lain juga harus
dipersiapkan dengan baik seperti pembuatan RPP, RH, Silabus dan lain-
lain. Jika persiapan sudah matang maka pembelajaran akan lebih baik dan
lebih mengena pada sasaran dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Semua itu dilakukan untuk meningkatkan prestasi, motivasi, perhatian dan
keaktifan siswa.
2. Sekolah
Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan seperti kepala sekolah
dan komite sebaiknya meningkatkan pembinaan pada guru-guru. Dengan
pembinaan yang diberikan diharapkan menjadi dorongan agar dapat lebih
baik dalam memberikan pelayanan kepada siswa didik.
23

DAFTAR RUJUKAN

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 


Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai