Anda di halaman 1dari 23

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA

INGGRIS MELALUI METODE BERCAKAP- CAKAP


DENGAN TEKNIK SHOW AND TELL
PADA ANAK KELOMPOK A TK BALI KIDDY
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

OLEH

DINI PAULINA EMA YUNIARTI WENGE

NO PESERTA: 19220402010234

BIDANG STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA
INGGRIS MELALUI METODE BERCAKAP- CAKAP
DENGAN TEKNIK SHOW AND TELL
PADA ANAK KELOMPOK A TK BALI KIDDY
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

PROPOSAL

Diajukan Kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam Menyelesaikan PPGJ

Oleh

Dini Paulina Ema Yuniarti Wenge

No Peserta : 19220402010234

BIDANG STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
DAFTAR ISI

Sampul
Halaman Judul
Daftar Isi

A. Latar Belakang Masalah Penelitian


B. Identifikasi Masalah Penelitian
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah Penelitian
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Hasil Penelitian
G. Kajian Teori
1. Definisi Bercakap-cakap
2. Pengertian Teknik Show and Tell
3. Pengembangan Bahasa pada Anak TK
3.1 Pengertian Bahasa
3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bahasa
3.3 Fungsi Bahasa
3.4 Kaitan Teknik Show and Tell dengan Pengembangan Bahasa
(Bercakap-cakap Menggunakan Bahasa Inggris) pada Anak TK
H. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
2. Subyek Penelitian/Populasi dan Sampel
3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
5. Metode dan Teknik Analisis Data
5.1 Metode Analisis Statistik Deskriptif
5.2 Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif
I. Jadwal Waktu Penelitian
Daftar Pustaka
A. Latar Belakang
Anak-anak memiliki berbagai potensi mencakup perilaku dan
kemampuan dasar yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi ini
merupakan pondasi bagi anak untuk menempuh kehidupan selanjutnya,
karena usia yang masih belia anak memerlukan bantuan orang dewasa atau
lingkungan sekitar.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam era globalisasi ini, banyak sekolah telah menempatkan bahasa Inggris
sebagai salah satu dasar pencapaian anak didik. TK Bali Kiddy adalah salah
satu PAUD di Kecamatan Kuta Utara yang menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar. Di TK Bali Kiddy, bahasa Inggris tidak lagi
menjadi salah satu mata pelajaran, tetapi menjadi sarana komunikasi baik
antar guru dan peserta didik maupun antar peserta didik.
Namun peneliti menemukan beberapa kendala dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar ini. Peneliti melihat beberapa peserta didik masih belum percaya
diri dalam menggunakan bahasa Inggris secara spontan. Pengucapan
(pronunciation) yang tidak tepat dan penguasaan kosa kata (vocabulary
mastery) yang terbatas juga sering ditemui oleh peneliti.
Untuk mengatasi permasalahan anak tersebut perlu dikembangkan
kemampuan pengembangan bahasa anak melalui metode show and tell.
Show and tell adalah proses menunjukkan hal tertentu kepada penonton dan
bercerita tentang hal tersebut. Metode ini dilakukan di ruang kelas sebagai
teknik untuk mengajar anak-anak kecil tentang kemampuan berbicara.
Penggunaan metode show and tell pada anak Kelompok A TK Bali Kiddy
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Dengan
penerapan metode ini, pembelajaran akan menjadi lebih mengasyikkan dan
lebih menarik sehingga anak terlibat lebih aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka penulis mencoba
mengangkatnya dalam suatu penelitian untuk memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran dan pengembangan bahasa terutama dalam kemampuan
bercakap-cakap menggunakan bahasa Inggris pada kelompok A TK Bali
Kiddy Kecamatan Kuta Utara dalam dua siklus dengan tema yang berbeda
yaitu siklus I dengan tema Lingkungan dan siklus II dengan tema Alam
Semesta dengan harapan dapat tercapai lebih optimal.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah
sebagai berikut:
1. Beberapa peserta didik masih belum percaya diri dalam menggunakan
bahasa Inggris secara spontan.
2. Peneliti sering menemui pengucapan (pronunciation) yang tidak tepat
dan penguasaan kosa kata (vocabulary mastery) yang terbatas.

C. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi masalah penelitian ini agar permasalahan yang dibahas
tidak melewati batas pokok permasalahan. Batas masalah penelitian sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan teknik show and tell dalam upaya meningkatkan
kemampuan berbahasa Inggris melalui metode bercakap-cakap pada
anak kelompok A TK Bali Kiddy tahun pelajaran 2019/2020
2. Mendeskripsikan upaya meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris
melalui metode bercakap-cakap pada anak kelompok A TK Bali Kiddy
tahun pelajaran 2019/2020 melalui teknik show and tell.
D. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu :
Bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris melalui metode
bercakap – cakap dengan teknik show and tell pada anak kelompok A TK
Bali Kiddy tahun pelajaran 2019 – 2020?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa Inggris melalui metode bercakap – cakap dengan teknik show and
tell pada anak kelompok A TK Bali Kiddy tahun pelajaran 2019 – 2020.

F. Manfaat Hasil Penelitian


Perbaikan pembelajaran ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru
- Guru dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk
menemukan strategi pembelajaran yang lebih variatif dan intensif
dalam pembelajaran yang dikelolanya.
- Untuk menambah wawasan guru tentang stimulasi yang tepat dalam
merangsang dan meningkatkan minat anak dalam pembelajaran, dan
mendorong anak supaya lebih aktif dan kreatif dalam menciptakan
media sesuai dengan situasi dan kebutuhan anak.
2. Anak TK
- Anak dapat menghargai berbagai kegiatan yang menyenangkan
namun tetap bermakna dalam rangka mengembangkan kemampuan
kognitif anak.
- Anak dapat mengembangkan kemampuan bahasa (bercakap – cakap
menggunakan bahasa Inggris).
- Meningkatkan percaya diri anak, memperkaya perbendaharaan kosa
kata dan melatih pengucapan anak dalam bahasa Inggris.
3. Sekolah
Dapat membantu sekolah untuk berkembang karena adanya
peningkatan atau kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah
tersebut, sehingga menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik
dan berkualitas.

G. Kajian Teori
1. Definisi bercakap – cakap
Metode bercakap-cakap dalam mengembangkan pembelajaran
bahasa di taman kanak-kanak sering disamakan dengan metode Tanya
jawab, padahal ada perbedaan di antara keduanya yaitu: pada metode
bercakap-cakap interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik, atau
antara anak dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak
kaku. Topik percakapan dapat bebas ataupun ditentukan. Dalam
percakapan tersebut, guru bertindak sebagai fasilitator, artinya guru lebih
banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam
mengemukakan pendapatnya atau mengekpresikan secara lisan.
Sedangkan pada metode Tanya jawab, interaksi antara guru dan anak
didik, atau antara anak dengan anak bersifat kaku, karena sudah terikat
pada pokok bahasan. Dialog terjadi karena ada yang harus ditanyakan dan
ada yang menjawab dengan benar.
Lebih jauh Dra. Moeslikhaton R. MPd (1999:92) menuliskan bahwa
bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau
antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog. Kegiatan
monolog dilaksanakan di kelas dengan cara anak berdiri dan berbicara di
depan kelas atau di tempat duduknya, mengungkapkan segala sesuatu yang
diketahui, dimiliki dan dialami, atau menyatakan perasaan tentang sesuatu
yang memberikan pengalaman yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan, atau menyetakan keinginan untuk memiliki atau bertindak
sesuatu. Kegiatan dialog berbentuk percakapan yang dilakukan dua orang
atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan untuk berbicara
secara bergantian.
Sedangkan menurut Hilderbrand, (1986:297) pada buku Metode
pengajaran di TK karangan Dra. Moeslichatoen R, MPd (1999:26)
bercakap-cakap berarti saling mengomunikasikan pikiran dan perasaan
secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptip dan ekspresif.
Lain pula menurut Gordin & Browne 1985:314 pada buku yang sama
dikatakan bahwa bercakap-cakap dapat pula diartikan sebagai dialog atau
sebagai perwujudan bahasa reseptif dan ekspresif dalam suatu situasi.
Penguasaan bahasa reseptif adalah semakin banyak kata-kata yang
baru dikuasai oleh anak yang diperoleh dari kegiatan bercakap-cakap. Dan
penguasaan berbahasa ekpresif adalah semakin seringnya anak
menyatakan keinginan, kebutuhan, pikiran, dan perasaan kepada orang
lain secara lisan.
Moeslichaton melanjutkan bercakap-cakap merupakan salah satu
bentuk komunikasi antar pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua
arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan
keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara. Untuk bercakap-
cakap secara efektif, belajar mendengarkan dan belajar berbicara sama
pentingnya. Sebagai pendengar dalam berkomunikasi antar pribadi
sedikitnya ada tiga hal yang harus dilakukan, yaitu:
a. Mengukur pemahaman yang didengarnya secara pasti
b. Bila mengetahui bahwa pesan yang disampaikan itu tidak jelas, ia
dapat memberitahukan kepada si pembicara.
c. Ia dapat menentukan informasi tambahan yang dibutuhkan agar
dapat menerima pesan tersebut.
Selanjutnya, pengertian metode bercakap-cakap dari Depdikbud
(1998:22) adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan yang
dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk Tanya jawab antara
anak dengan guru atau anak dengan anak.
Kesimpulannya, pengertian metode bercakap-cakap adalah suatu
cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan
melalui bercakap-cakap dalam bentuk Tanya jawab antara anak dengan
guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan
merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi, dimana satu
dengan yang lainnya saling mewujudkan bahasa yang reseptif dan
ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.
2. Pengertian Metode Show and Tell
Show and tell adalah kegiatan menunjukkan sesuatu kepada audiens,
dan menjelaskan atau mendeskripsikannya. Landasan metode show and tell
adalah kegiatan bercerita yang dispesifikasikan menjadi kegiatan
menunjukkan dan menceritakan. Show and tell mengacu pada adanya suatu
benda yang dapat ditunjukkan, kemudian anak bercerita mengenai benda
tersebut atau pengalaman terkait dengan benda yang ditunjukkan tersebut,
Slamet Suyanto (2005 : 145) menyatakan bahwa metode show and
tell digunakan untuk mengungkapkan kemampuan, perasaan, dan keinginan
anak. Setiap hari guru dapat meminta dua atau tiga orang anak untuk
bercerita apa saja yang ingin diungkapkan.
Menurut Takdiroatun Musfiroh (2011:34), terdapat beberapa
macam jenis show and tell yang dapat diterapkan, yaitu show and tell
dengan benda pribadi, show and tell dengan makanan, dan show and tell
dengan gambar atau foto.
a. Show and tell dengan benda pribadi
Anak dapat membawa benda – benda pribadi untuk digunakan saat
melakukan show and tell.
b. Show and tell dengan makanan
Makanan adalah benda yang dibutuhkan anak dan memiliki
jangkauan yang kuat untuk mengembangkan tanggung jawab dan
kemandirian. Ketika anak sedang show and tell, anak dapat bercerita
mengenai rasa, bahan utama untuk membuat makan tersebut, warna,
dsb.
c. Show and tell dengan gambar dan foto
Gambar dan foto relatif efektif untuk menstimulus kemampuan
bertata krama, tanggung jawab dan kemandirian. Bagi anak,
kemampuan tersebut dapat diterima dengan baik melalui cerita yang
dibantu dengan media gambar atau foto.
H.A.R Tilaar (2013:103) menyatakan bahwa show and tell dapat
diterapkan dengan menunjukkan sesuatu seperti alat permainan baru, hadiah
ulang tahun, makanan oleh – oleh dari saudara, perangkat makan, atau
semua benda yang dianggap barang baru ataupun menarik bagi anak.
Ravermann (2014) menjelaskan langkah – langkah dalam
melakukan show and tell adalah sebagai berikut:
1. Saat hari – hari tertentu, anak – anak diberi tahu agar membawa benda
favorit mereka untuk ditunjukkan dan diceritakan di depan kelas.
2. Guru memberi kesempatan kepada anak untuk tampil menunjukkan dan
menceritakan benda yang dibawa dari rumah. Saat tampil anak akan
menjadi pusat perhatian bagi teman – temannya.
3. Anak – anak yang lain mengajukan pertanyaan kepada anak yang
sedang tampil. Pertanyaan yang diajukan jumlahnya harus ditetapkan
sebelumnya.

3. Pengembangan Bahasa Pada Anak TK

a. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam


kehidupan manusia, karena disamping berfungsi sebagai alat menyatakan
pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus berfungsi sebagai
alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain. Kemampuan
berbahasa tidak hanya diperlukan oleh manusia yang sudah dewasa saja,
tetapi juga diperlukan bagi kehidupan anak-anak. Dalam perkembangan
anak usia 3-6 tahun sedang mengalami fase peralihan dari masa egosentris
ke masa social (1991:145) yang menyatakan bahwa “berbahasa adalah
sebagai alat komunikasi, setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan
dunia sekitarnya, dengan orang-orang disekitarnya”. Menurut Santoso
(1990:1), “bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia secara sadar”.
Berbahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam
kehidupan anak. Disamping itu bahasa merupakan alat untuk menyatakan
pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus juga berfungsi
untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Mengingat besarnya
peranan pengembangan bahasa bagi kehidupan anak, maka perlu
dikembangkan pada anak didik sejak usia Taman Kanak-kanak.
(Depdiknas, Jakarta. 2000:123).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
bahasa adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud yang
penuh makna kepada orang lain.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bahasa

Menurut Hurlock (1993:185) ada tiga factor yang mempengaruhi bahasa


yaitu:
1) factor kecerdasan: anak mempengaruhi kecenderungan tinggi belajar
berbicara lebih cepat dan memperhatikan oenguasaan bahasa yang lebih
unggul ketimbang yang tingkat kecerdasannya, 2) factor keadaan social
ekonomi: anak yang berada social ekonominya tinggi lebih mudah belajar
berbicara mengungkapkan dirinya lebih baik dan lebih banyak berbicara
ketimbang anak dari kelompok yang keadaan social ekonominya lebih
rendah, 3) factor jenis kelamin: dibandingkan anak perempuan, anak laki-
laki tertinggal dalam belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat
anak laki-laki pendek.
Depdiknas (2000) menyatakan kemampuan berbahasa di TK
mencakup pengembangan dan meningkatkan bahasa dalam:
1) Berbicara (dalam rangka keterampilan bahasa lisan melatih cara
berpikir dan membentuk konsep) merangsang anak untuk berbicara,
menyebut nama-nama benda/gambar, berdialog, bercakap-cakap dengan
teman. 2) Mendengarkan (melatih anak mendengarkan dan menangkap
pembicaraan orang lain) mendengarkan cerita guru, mendengarkan cerita
teman-teman, menanggapi suatu cerita. 3) Mengembangkan kosa kata
(dengan memperkenalkan berbagai jenis kata dalam bentuk kegiatan
sehari-hari) mengenalkan gambar-gambar dan menceritakan isi gambar. 4)
Mengembangkan sikap senang berbahasa dengan melatih penggunaan
bahasa yang komunikatif. Kemampuan ini dicapai dengan kurang betul
kemampuan bahasanya yang diucapkan lebih sedikit dan pengucapannya
kurang tepat dibandingkan dengan anak perempuan.
Berdasarkan pernyataan diatas, kemampuan berbahasa di Taman
Kanak-kanak dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui berbicara,
menirukan kembali urutan kata, menjawab pertanyaan mengapa, apa,
berapa, dimana, bagaimana, menceritakan isi gambar yang telah
disediakan dan lain-lain.

c. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa bagi anak usia Dini adalah sebagai alat untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak.
Secara khusus Gardner mengemukakan bahwa fungsi bahasa bagi anak usia
Dini adalah untuk mengembangkan ekspresi, perasaan, anak.
Depdiknas (2000) menjelaskan fungsi pengembangan kemampuan
bahasa anatara lain: “a) Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan
lingkungan, b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan
intelektual, imajinasi dan pikiran, c) Sebagai alat untuk mengembangkan
ekspresi anak, d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran
kepada orang lain”.
Menurut Keraf ( 1997:4 ) fungsi bahasa adalah “1) Bahasa sebagai
Alat Ekspresi Diri, 2) Bahasa sebagai Alat Komunikasi, 3) Bahasa sebagai
Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial, 4) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa fungsi
bahasa adalah a) sebagai alat komunikasi, b) sebagai pengembang
kemampuan anak dalam hal intelektual, imajinasi, dan pikiran, c) sebagai
pengembang ide, d) sebagai alat menyatakan perasaan.

D. Kaitan Metode Show and Tell dengan Pengembangan Bahasa


(Kemampuan Bercerita Menggunakan Bahasa Inggris) pada Anak TK

Kegiatan untuk meningkatkan kemampuan bahasa dalam hal ini


kemampuan bercerita dengan menggunakan bahasa Inggris dapat
dilakukan melalui kegiatan show and tell. Dengan melakukan show and
tell, anak dilatih untuk mendeskripsikan atau menjelaskan tentang
sesuatu yang disukainya di depan kelas. Ketika seorang anak bercerita
tentang sesuatu yang disukainya, ia akan cenderung berbicara banyak
dan secara tidak disadari, ia mengembangkan kemampuan bahasanya.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
sehingga hasil belajar anak didiknya menjadi meningkat. (Wardani, IGAK,
2007).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, penjelasan tentang
peningkatan, kemajuan atau kemunduran dari pelaksanaan tindakan. Di
samping itu, penelitian tindakan juga bertujuan untuk mengembangkan diri
dan pemahaman dalam pelaksanaan pembelajaran dan mencoba
memperbaikinya serta berlanjut pada upaya memahami dampaknya.

1. Rancangan Penelitian
Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang
berarti penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
sehingga hasil belajar anak didiknya menjadi meningkat, dengan
melakukan pembelajaran yang menyenangkan melalui tahapan siklus
perbaikan yang nantinya direfleksi oleh peneliti tersebut, agar dapat
meningkatkan atau memperbaiki praktek pembelajaran di kelas secara
lebih professional. Prosedur penelitian ini di lakukan dalam bentuk siklus
dengan empat tahapan setiap siklusnya yaitu antara lain: Perencanaan
tindakan, Pelaksanaan tindakan, Observasi, Refleksi.
1. Perencanaan tindakan
Sebelum melaksanakan pembelajaran melalui permainan di kelas,
yang dipersiapkan adalah :
a. Membuat rencana kegiatan harian,
b. Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran,
c. Membuat lembar observasi peningkatan perkembangan anak,
d. Membuat lembar observasi kenerja guru.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang di lakukan adalah mengelola proses pembelajaran
sehingga mempermudah anak untuk mengenal konsep bilangan
dengan permainan biji tersembunyi, tahapan kegiatan mengikuti
urutan kegiatan yang terdapat dalam rencana kegiatan harian (RKH),
antara lain di uraikan sebagai berikut :
Kegiatan Pembukaan dengan alokasi waktu ± 30 menit
a. Menyiapkan anak agar siap dalam mengikuti proses pembelajaran
b. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan
sebelumnya tentang permainan biji
c. Menjelaskan semua aturan yang berlaku dalam permainan
tersebut
Kegiatan inti dengan alokasi waktu ± 60 menit
a. Menunjukan perbedaan antara bermacam-macam biji
b. Mengajak anak bermain biji tersembunyi diluar kelas
c. Mencari biji yang disembunyikan dilingkungan sekolah
d. Menghitung jumlah biji yang didapat, dan menunjuk lambang
bilangan yang sesuai
e. Mengambil kertas gambar didalam kantong dengan mata
tertutup dalam perlombaan
f. Melengkapi gambar dengan aneka biji yang terdapat dari luar
kelas
Kegiatan Penutup dengan alokasi waktu ± 30 menit
a. Menceritakan tentang gambar yang sudah dilengkapinya dengan
bahasa yang sederhana
b. Gambar masing-masing diwarnai dan dibawa pulang
3. Observasi
Observasi dilakukan pada saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran,
tindakan ini dilakukan untuk melihat kekurangan maupun kelebihan
yang kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk merencanakan
siklus berikutnya.
4. Refleksi
Selesai pembelajaran tersebut, peneliti bersama teman sejawat
melakukan refleksi atau perenungan diri melihat kinerja yang sudah
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, mencatat
semua kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Hasil
tersebut digunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan
selanjutnya dalam menyusun pembelajaran melalui permainan yang
lebih menyenangkan lagi untuk anak pada siklus berikutnya.

2. Subyek Penelitian/Populasi dan Sampel


Adapun kelompok yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah anak
kelompok A dengan jumlah 10 orang yang terdiri dari 5 anak laki – laki
dan 5 anak perempuan dengan variasi latar belakang yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Penelitian dilakukan berguna untuk mengetahui
perkembangan serta kemampuan anak dalam proses pembelajaran.

3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian


a. Variable
Penggunaan bahasa anak akan berkembang sesuai hukum
alam, yaitu mengikuti bakat, kodrat, dan ritme perkembangan yang
alami. Namun perkembangan tadi sangat dipengaruhi oleh
lingkungan atau oleh stimuli ekstern (pengaruh lingkungan).
Disamping itu bahasa anak terpadu erat dengan alam
penghayatannya, terutama dengan emosi atau perasaannya. Hal ini
jelas terungkapkan dengan lagu, irama, dan suara anak sewatu ia
mengucapkan kata- kata atau kalimat.
Menurut Desmita ( 2009 : 138 ) perkembangan bahasa
anak yang sesuai dengan norma tata bahasa, belum bisa selesai pada
usia 12-18 tahun. Oleh karena itu anak harus banyak belajar bicara
baik dengan menggunakan bahasa yang halus. Pengembangan
kemampuan dasar di TK meliputi beberapa pengembangan
berbahasa. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana yang
sangat penting dalam kehidupan anak. Disamping itu bahasa juga
merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada
orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan
perasaan orang lain. Mengingat besarnya peranan pengembangan
bahasa bagi kehidupan anak, maka perlu dikembangkan pada anak
didik sejak usia Taman Kanak- Kanak.
Pengembangan kemampuan berbahasa di TK bertujuan
agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan
lingkungannya. Lingkungan yang dimaksudkan adalah lingkungan di
sekitar anak antara lain lingkungan teman sebaya, teman bermain,
orang dewasa, baik yang ada di sekolah, dirumah maupun dengan
tetangga di sekitar tempat tinggalnya.
b. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Sementara perkembangan bahasa dalam penelitian ini
dihubungkan pada hasil belajar anak adalah dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa Inggris, yaitu memiliki sikap percaya diri
dalam menggunakan Bahasa Inggris secara spontan dan memiliki
pengucapan (pronunciation) yang tepat serta penguasaan kosa kata
(vocabulary mastery) yang banyak. Dengan teknik show and tell, anak
diharapkan dapat bercakap-cakap secara percaya diri dan spontan
tentang barang yang disukainya.

4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


a. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara dan sumber.
Bila dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, Dimyati (Dimyati, 2013)
membedakannya menjadi 5 (lima) cara, yakni dengan 1) Tes, 2) Angket, 3)
Wawancara, 4) Observasi, dan 5) Dokumentasi.
Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan 3 (tiga) metode dalam
melakukan pengumpulan data, yaitu:
1) Dokumentasi yaitu dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang
kegiatan yang berlangsung selama penelitian.
2) Observasi adalah metode pengumpulan data penelitian dengan melalui
pengamatan terhadap objek yang diteliti. Metode observasi dipilih oleh
penulis dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan motorik halus anak. Sementara itu metode pemberian tugas
digunakan oleh penulis saat proses pembelajaran berlangsung dengan
bantuan media playdough
3) Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara yang mengharuskan
terjadinya pertemuan langsung. Metode ini dipergunakan untuk
mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan penggunaan permainan
playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk penelitian
tindakan kelas ini adalah dengan metode observasi untuk mengamati
perkembangan motorik halus selama proses bermain playdough.
Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas
yang sesuai dengan Depdiknas 2010, yaitu anak yang telah memperoleh
1)  berarti anak tersebut belum muncul perkembangannya dan aspek
indikator yang diharapkan belum dapat dicapai oleh anak, 2)  berarti
anak tersebut sudah mulai muncul perkembangannya, 3)  berarti
anak sudah berkembang sesuai dengan harapan, 4)  berarti anak
telah berkembang sesuai harapan.

b. Instrumen Pengumpulan Data


Menurut Arikunto (2006), instrumen penelitian merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk
diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki
tingkatan dalam penilaiannya, antara lain terdapat empat tingkatan yaitu: (1)
belum berkembang, (2) mulai berkembang, (3) berkembang sesuai harapan,
(4) berkembang sangat baik, dengan kisi-kisi yang dapat diamati pada tabel
3.2 berikut ini.
Tabel 1 Kisi-kisi Kemampuan Kemampuan Bahasa
Variabel Indikator
Kemampuan Bahasa 1. Menunjukkan sikap percaya diri dalam
berbahasa Inggris secara spontan.
2. Memiliki pengucapan (pronunciation) yang
tepat.
3. Memiliki penguasaan kosa kata (vocabulary
mastery) yang besar.

Berdasarkan kisi-kisi kemampuan Bahasa diatas maka dapat disusun rubrik


penskoran kemampuan bahasa seperti yang dijelaskan dalam tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 2 Rubrik Penskoran Kemampuan Berbahasa Inggris


Melalui Metode Bercakap – cakap dengan Teknik Show and Tell
No Indikator Skor Kriteria Penilaian
1 Menunjukkan sikap 1 Anak tidak mau berbahasa Inggris (anak
percaya diri dalam pasif)
berbahasa Inggris 2 Anak mampu berbahasa Inggris dengan
secara spontan bantuan guru.
3 Anak mampu berbahasa Inggris secara
spontan tanpa bantuan guru dengan
percaya diri paling sedikit 2 kalimat.
4 Anak mampu berbahasa Inggris secara
spontan tanpa bantuan guru dengan
percaya diri lebih dari 2 kalimat
2 Memiliki 1 Anak belum mau mengucapkan 1 kata
pengucapan pun
(pronunciation) yang 2 Anak mengucapkan 1 atau 2 kata dengan
tepat. bantuan guru dengan benar.
3 Anak mengucapkan 3-5 kata dengan
benar tanpa bantuan guru.
4 Anak mengucapkan lebih dari kata tanpa
bantuan guru dengan benar.
3 Memiliki 1 Anak tidak mau menjawab pertanyaan
penguasaan kosa spontan guru
kata (vocabulary 2 Anak menjawab pertanyaan spontan guru
mastery) yang besar dengan bantuan guru.
3 Anak mampu menjawab pertanyaan
spontan guru tanpa bantuan guru minimal
1 kalimat.
4 Anak mampu menjawab pertanyaan
spontan guru tanpa bantuan guru 2 atau
lebih kalimat.

Pedoman penskoran untuk menilai kemampuan motorik halus anak


disajikan dalam tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Pedoman Penskoran Kemampuan Bahasa Anak


No Skor Makna Tanda
1 4 Berkembang Sangat Baik 
2 3 Berkembang Sesuai Harapan 
3 2 Mulai Muncul 
4 1 Belum Muncul 
(Sumber: Depdiknas 2010)

5. Metode dan Teknik Analisis Data


Metode yang digunakan untuk analisis data hasil penelitian ini adalah
metode deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data
kuantitatif. Untuk data kualitatif dianalisis dengan memberi
pertimbangan-pertimbangan, memberi komentar-komentar,
mengklasifikasikan data, mencocokkan dengan validasi internal dan
validasi eksternal, mencari hubungan-hubungan, mencari perbandingan-
perbandingan, mengkategorikan data dan selanjutnya membuat
kesimpulan refleksi dengan mencari makna dari kesimpulan hubugan
antar kategori. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis
statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kedua
metode tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Metode Analisis Statistik Deskriptif


Agung (2012) menyatakan bahwa metode analisis deskriptif adalah cara
pengolahan data yang dilakukan dengan menerapkan rumus-rumus
statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik angka rata-rata
(Mean), median (Me), modus (Mo), untuk menggambarkan keadaan suatu
objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.
Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang
diperoleh dari hasil penelitian atau disajikan ke dalam table distribusi
frekuensi kemudian dihitung angka rata-rata (Mean). Rumus statistik
deskriptif yang digunakan dalam penilaian ini antara lain.
a. Tabel Distribusi Frekuensi
Apabila dalam mengukur rentangan (R) skor tertinggi (Xt)
dikurangi skor terendah (Xt) ditambah 1, hasilnya lebih kecil dari 15
(R<15) maka data tersebut disusun ke dalam tabel data tunggal
(Nurkancana, 1986). Bentuk tabel data tunggal adalah seperti pada tabel 4
berikut ini.
Tabel 4 Tabel Data Tunggal
Skor X X f FX

1) Menghitung Mean (M)


Untuk menghitung mean atau nilai rata-rata hitung digunakan
rumus sebagai berikut :
⅀𝑓𝑋
M= ................................................................................(1)
𝑁
(Agung, 2014)
Keterangan :
M = Rata-rata (Mean)
f = frekuensi observasi
x = Skor
N = Jumlah sampel

2) Menghitung Modus
Modus yaitu skor yang menunjukkan frekuensi tertinggi (nilai yang
sering muncul)
3) Menghitung Median
Untuk menghitung Median dapat ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
- Menyusun data
- Menghitung nilai tengah
4) Menyajikan data ke dalam Grafik Polygon

x
Gambar 2 Grafik Polygon Kemampuan Bahasa
(Agung, 2014)

b. Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif


Agung (2010) menyatakan bahwa “metode analisis
deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan
jalan menyusun secara sistematis dan dalam bentuk angka-angka dan
atau persentase mengenai keadaan suatu obyek yang diteliti, sehingga
diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisi deskriptif kuantitatif ini
digunakan untuk menentukan tinggi rendah kemampuan berbicara
anak yang ditentukan dengan menggunakan pedoman konversi
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Rumus yang digunakan
untuk analisis ini adalah :
𝑀
𝑀 (%) = 𝑋 100%
𝑆𝑀𝐼
.............................................................(2)
(Agung, 2014)
Keterangan :
M (%) = Rata-rata Persen
M = Rata-rata Skor
SMI = Skor Maksimal Ideal

Tingkatan kemampuan bahasa anak dapat ditentukan dengan


membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima
tentang kriteria pada tabel 3.7 sebagai berikut.
Tabel 5 Tabel Pedoman Konversi Penilaian Acuan Patokan
PAP) Nasional
Persentase Penguasaan Kategori Ketuntasan
90-100 Sangat Tinggi Tuntas
80-89 Tinggi Tuntas
65-79 Sedang Tuntas
55-64 Rendah Belum Tuntas
00-54 Sangat Rendah Belum Tuntas
Sumber : Agung,2014

I. Jadwal Waktu Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Bali Kiddy Kecamatan Kuta
Utara, Kabupaten Badung, khususnya pada kelompok A, semester 1 tahun
pelajaran 2019/2020. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada table
berikut ini.

NO SIKLUS JADWAL
1 Siklus 1 Dilakukan selama 5 kali pertemuan pada
tanggal 21 Oktober 2019, 22 Oktober 2019,
23 Oktober 2019, 24 Oktober 2019, 25
Oktober 2019.
2 Siklus 2 Dilakukan selama 5 kali pertemuan pada
tanggal 28 Oktober 2019, 29 Oktober 2019,
30 Oktober 2019, 31 Oktober 2019, 1
November 2019.
DAFTAR PUSTAKA

Agung A.A Gede. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media
Publishing.

Gunarti, Winda, et al (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan Pengembangan


Anak Usia Dini (Jakarta : Universitas Terbuka)

Slamet Suyanto. (2005) Pembelajaran Untuk Anak TK (Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Kependidikan


dan Ketenagaan Perguruan Tinggi)

Musfiroh, Takdirotun. (2008). Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa

Anak Usia Dini (Jakarta : Universitas Terbuka)

Zainal, Aqib (2012). Belajar dan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (Bandung)

Dailey, Kathleen. (1997). Sharing centers: An alternative approach to show


and tell. Early Childhood Education Journal. 24 (IV). Hlm. 223-227.

Moh.Noer.(1985). Metode Penelitian. Jakarta. Galia Indonesia

Muh. Nur Mustakin. (2005) Peranan Cerita Dalam Pembentukan Perkembangan


Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
: Indeks

Ali Nugraha, dkk. (2014). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai