Anda di halaman 1dari 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI

METODE BERCERITA DI KELAS B TK SANGGULA

Misnaniar1) Surayanah2) Salwiah3)


1)
Mahasiswa Program PG-PAUD, Fakultas FKIP, Universitas Terbuka
2)
Dosen Program PG-PAUD, Fakultas FKIP, Universitas Terbuka
3)
Ketua Jurusan PG-PAUD, Fakultas FKIP, Universitas Haluoleo

misnaniar36@gmail.com
surayanah.fip@um.ac.id
Abstrak

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan berbahasa anak
kelas B di TK Sanggula melalui metode bercerita. Penelitian ini melibatkan 14 anak Kelas B TK
Sanggula di Kelurahan Ranoeya, yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 6 anak laki-laki. Jenis
penelitian yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah penelitian tindakan kelas yang pelaksanaannya
terdiri dari dua siklus. Adapun tahapan dalam PTK ini adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Berdasarkan hasil observasi penelitian ditemukan data hasil pada siklus I dengan persentase
sesuai aspek pengamatan yaitu, “menceritakan Kembali isi cerita” sebesar 21,42 %, “mampu menjawab
pertanyaan” sebesar 49,99 %, dan “menyimak serta mendengar” sebesar 57,14 %. Dari data tersebut
mengalami perubahan namun belum mencapai tahap perkembangan bahasa anak sesuai dengan target
pencapaian perkembangan bahasa yaitu 65 %, maka dilanjutkan dengan Penelitian Tindakan kelas
siklus II dan hasil yang ditemukan menunjukkan perubahan yang sangat drastis. Analisis data pada
penelitian siklus II yang dibuktikan dari hasil observasi sesuai aspek yang diamati yaitu, aspek
menceritakan Kembali isi cerita” sebesar 64,29 %, “mampu menjawab pertanyaan” sebesar 78,57 %,
dan “menyimak serta mendengar” sebesar 71,43 %. Maka dari hasil penelitian Tindakan yang dilakukan
selama 2 siklus mengalami perubahan dalam tahap perkembangan bahasa, jadi dapat disimpulkan
bahwa metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelas B di TK Sanggula
Kelurahan Ranoeya.

Kata kunci : anak, bahasa, metode bercerita, PTK


Abstract

The purpose of this study is to find out how far the language skills of class B children at Sanggula
Kindergarten have increased through the storytelling method. This research involved 14 Class B
children at Sanggula Kindergarten in Ranoeya Village, consisting of 8 girls and 6 boys. The type of
research conducted in this activity was classroom action research which consisted of two cycles. The
stages in this PTK are planning, implementation, observation and reflection. Based on the results of
research observations, it was found that the results of the first cycle with the percentage according to the
observation aspect, namely, "retelling the contents of the story" at 21.42%, "able to answer questions"
at 49.99%, and "listening and hearing" at 57.14 %. From this data, it has changed but has not reached
the stage of child language development in accordance with the target of achieving language
development, namely 65%, then it is continued with Action Research for class II cycle and the results
found show very drastic changes. Data analysis in cycle II research as evidenced from the results of
observations according to the aspects observed, namely, aspects of retelling the contents of the story "at
64.29%, "able to answer questions" at 78.57%, and "listening and hearing" at 71.43 %.So from the
results of the research Actions carried out during 2 cycles experienced changes in the stages of
language development, so it can be concluded that the storytelling method can improve the language
skills of class B children in Sanggula Kindergarten, Ranoeya Village.
Keywords: children, language, storytelling method, PTK

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah metode interaksi di antara murid dan guru yang dilakukan dengan
teratur, terencana, serta sistematis untuk menunjang perkembangan potensi dan bakat anak.
Anak usia dini menurut NAEYC,(dalam Aisyah dkk., 2021:1.3). Pembatasan mengenai anak
usia dini telah ditetapkan antara lain oleh NAEYC, dimana anak usia dini mengacu pada anak
usia 0-8 tahun yang diikutsertakan dalam program Pendidikan, day center, taman kanak-kanak
dalam keluarga (family home), PAUD baik swasta, negeri, taman kanak-kanak maupun sekolah
dasar. Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan
anak karena merupakan pondasi kepribadian anak(Sahadatunnisa dkk.,2023:263). Di usia dini,
mereka menerima banyak rangsangan penting untuk usia mereka. Beberapa di antaranya
berkaitan dengan perkembangan otak anak, menjadikan mereka lebih kreatif, percaya diri dan
mandiri karena cita-citanya karena tujuan dari pendidikan yaitu mencerdaskan anak bangsa
serta membantu anak mengembangkan potensi mereka diberbagai bidang. Oleh karena itu
diperlukan suatu wadah dimana potensi, minat dan kemampuan anak dapat dikembangkan
melalui pendidikan anak usia dini. Menurut Mulyasa,(dalam Saribu dkk., 2019:7)menjelaskan
bahwa PAUD adalah pembinaan yang dilakukan pada anak usia 0-6 tahun, yang diberikan
rangsangan pendidikan yang menunjang untuk perkembangan jasmani dan intelektual, agar
anak siap melanjutkan pendidikan. Ia juga menjelaskan bahwa PAUD bekerja secara maksimal
untuk mengembangkan berbagai keterampilan anak sesuai dengan kemampuan alamiahnya,
termasuk salah satunya yaitu bahasa. Oleh karena itu, PAUD sangat penting untuk
mengoptimalkan perkembangan otak anak.
Selama tahap perkembangan kehidupan anak, banyak hal perkembangan yang perlu
dilakukan untuk mengoptimalkan berbagai keterampilan anak. Salah satunya adalah
perkembangan bahasa. Karena anak membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang
lain(Fa dkk., t.t.2021:9555). Aspek perkembangan bahasa memegang peranan yang sangat
penting dalam tumbuh kembang seorang anak, karena bahasa dan literasi merupakan proses
yang terjadi sepanjang hidup dan sejak lahirnya seorang anak. Ada beberapa aspek
perkembangan bahasa anak menurut Otto dan Berk(dalam Dhieni dkk., 2021:12.3) yaitu
perkembangan phological atau pengucapan, perkembangan semantic atau arti kata,
perkembangan grammatical atau tata bahasa, dan perkembangan pragmatic atau penggunaan

2
kata). Mengembangkan tingkat kemampuan bahasa ini menjadi sorotan terpenting untuk
diperhatikan dan dicermati secara matang pada anak usia dini. Walau bagaimanapun,
kemampuan bahasa dapat dilatih dan dikembangkan dengan baik, jika orang tua dan guru dapat
memperhatikan sejak sedini mungkin pada anak(Jf, t.t.2021:31).
Perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan bahasa, artinya faktor
kecerdasan/kognitif sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa anak. Dengan
menggunakan bahasa dalam berbagai konteks, anak melatih kemampuan bahasanya dan
berkomunikasi langsung dengan ayah dan ibunya, memastikan proses perkembangannya
bersifat linguistik sekaligus verbal beragam(Herawati & Katoningsih, 2023:1686).
Bahasa adalah alat komunikasi antara manusia baik secara tertulis atau pun secara lisan.
Dengan kata lain, Bahasa juga dapat bersifat manusiawi maupun insaniah. Menurut
Aristoteles(dalam Santoso dkk., 2021:1.16), pikiran dan perasaan seseorang dapat diungkapkan
dengan bahasa. Bahasa merupakan bagian awal dalam mengungkapkan pikiran dan informasi
ketika anak ingin berinteraksi dengan orang lain. Dalam keterampilan berbahasa memiliki dua
kategori yaitu, bahasa reseptif dan bahasa produktif. Keterampilan berbahasa dapat digunakan
untuk memahami apa yang diungkapkan melalui bahasa secara lisan dan tertulis, contohnya,
membaca maupun menyimak. Sedangkan bahasa produktif adalah Keterampilan berbahasa
untuk menyampaikan informasi secara tertulis dan lisan disebut Bahasa reseptif, contohnya
berbicara maupun menulis(Rizki Amalia dkk., 2019:3). Berdasarkan masalah yang ada, dibuat
kesimpulan tentang masalah yang terdapat pada anak yaitu, belum mampu menceritakan
kembali isi cerita, menjawab pertanyaan, dan menyimak serta mendengar. Ada beberapa
Metode pembelajaran yang sesuai dengan anak usia dini diantaranya, metode tanya jawab,
metode bermain peran, bercakap-cakap, wisata di luar sekolah, dan metode bercerita. Dari
berbagai metode pembelajaran yang telah disebutkan pemilihan metode bercerita menjadi salah
satu alternatif untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak di Kelas B TK Sanggula.
Metode bercerita adalah memberikan pengalaman belajar kepada anak TK melalui cerita
yang diceritakan secara lisan. Metode cerita merupakan proses belajar mengajar dimana
seorang guru yang pada umumnya bersifat pasif,(Akbar, 2020:63). Mendengarkan cerita untuk
anak taman kanak-kanak itu sangat menyenangkan karena dalam cerita banyak kisah yang
dapat disampaikan kepada anak yang terkait dengan materi pembelajaran. Penggunaan media
untuk bercerita dan desain kreatif dalam pembelajaran yang dipimpin guru dirancang untuk
membantu membangun pengetahuan dan melibatkan anak. Namun yang terjadi sekarang proses
pembelajaran taman kanak-kanak saja tidak sepenuhnya mengungkapkan nasihat baik yang

3
berlaku untuk kehidupan, sehingga anak terkadang menerapkannya dalam kehidupan. Bentuk
metode bercerita ada dua macam menurut (Gunarti dkk., 2022:4.7)
a. Bercerita tanpa alat peraga dapat diartikan sebagai kegiatan bercerita yang dilakukan, tanpa
menggunakan media atau alat peraga. Contohnya, bercerita
b. Bercerita dengan menggunakan alat peraga yaitu bercerita dengan menggunakan alat atau
media sebagai tuturan cerita yang kita sampaikan. Contohnya, gambar, buku cerita, papan
flanel, boneka, dan audio-visual.
Dengan merujuk pada uraian dan permasalahan yang terjadi, hal tersebut tidak dapat
dibiarkan. Karena masalah ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru dalam memilih
metode dan media pembelajaran yang beragam, sesuai, dan tepat untuk kebutuhan siswa.
Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan, peneliti memutuskan untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dari pemaparan yang telah diuraikan di atas peneliti
menaruh harapan, Bagaimanakah cara untuk meningkatkan kemampuan anak kelas B dalam
berbahasa di TK Sanggula Kelurahan Ranoeya, yaitu diharapkan agar dapat memaksimalkan
tingkat keterampilan bahasa anak ke arah yang lebih baik lagi. Selanjutnya, diharapkan
penerapan metode dan media ini dapat menjadi lebih signifikan, menarik (menyenangkan),
tidak membosankan atau membuat jenuh anak, dan dapat lebih membangkitkan semangat anak
untuk meningkatkan keterampilannya. Agar pembelajaran tidak membosankan dan
menyenangkan anak di dalam kelas guru dituntut harus mampu untuk memberikan strategi
pembelajaran yang kreatif pada anak,(Fitrika dkk., 2020:272).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan objek/subjek secara lebih luas dan mendalam dengan pengumpulan data-data
yang berdasarkan fakta atau kenyataan. Adapun jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Yang dimaksud dengan PTK yaitu “Penelitian yang dilakukan guru dalam
pembelajaran melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja guru dan
meningkatkan hasil belajar siswa.”(A.K.Wardani & Wihardit, 2022:1.7). Tujuan dari PTK ini
yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita di kelas B TK
Sanggula.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei dalam dua siklus, yaitu siklus pertama dan
siklus kedua. Sampel penelitian ini adalah kelas B dengan jumlah anak sebanyak 14 orang,
yang terdiri 8 orang anak perempuan dan anak laki-laki sebanyak 6 orang yang dilaksanakan di
TK Sanggula Kelurahan Ranoeya. Untuk tahapan kegiatan perbaikan perkembangan dimulai

4
dengan membuat perencanaan, pelaksanaan, lembar observasi, dan lembar refleksi. Adapun
alur pelaksanaan PTK dapat dilihat pada bagan dibawah ini,
Alur PTK

SIKLUS I DAN II

Refleksi perencanaan
Perbaikan
rencana
tindakan

observasi pelaksanaan

Hasil dari penelitian ini menggunakan metode observasi/pengamatan, dokumentasi serta


wawancara. Dalam analisis data pelaksanaan penelitian tindakan kelas menggunakan hasil
observasi setiap pembelajaran yang diselesaikan ketika proses belajar mengajar. Data yang
dikumpulkan berasal dari hasil penelitian tindakan kelas keterampilan berbahasa anak dengan
menggunakan metode bercerita dengan dan tanpa alat peraga. Proses penilaian ini melibatkan
beberapa aspek yaitu, menceritakan kembali isi cerita, mampu menjawab pertanyaan, dan
kemampuan menyimak dan mendengar
Data yang ditemukan tersebut akan disesuaikan dengan teknik penilaian di Taman Kanak-
kanak yaitu dengan kategori penilaian belum berkembang (*), mulai berkembang (**),
berkembang sesuai harapan (***), berkembang sangat baik (****). Tabel kategori keberhasilan
kemampuan berbahasa anak
Skor Kategori
100 Berkembang Sangat Baik (****)
70 Berkembang Sesuai Harapan (***)
40 Mulai Berkembang (**)
0-10 Belum Berkembang (*)

Dari kategori penilaian di atas anak dikatakan berhasil apabila mencapai tahap BSH
(berkembang sesuai harapan) dengan indikator pencapaian sebesar 65 %, dengan capaian
keberhasilan anak yaitu, dapat menceritakan isi cerita dengan baik, menjawab pertanyaan serta

5
mendengar dan menyimak. Untuk mengetahui perkembangan berbahasa anak peneliti
menggunakan rumusan sebagai berikut,
𝑓
p= 𝑥 100 Ket: p: persentase
𝑛
f: frekuensi hasil pengamatan
n: jumlah siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Deskripsi Penilaian Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan anak di siklus satu kemampuan berbahasa anak masih
sangat rendah. Masih ada anak yang tidak fokus dan tidak tertarik dengan apa yang diceritakan
oleh guru. Berikut hasil observasi Tindakan siklus satu pertemuan pertama s/d kelima anak
dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 1. Rekapitulasi data hasil observasi Tindakan penelitian kelas siklus 1 TK Sanggula
Menceritakan Kembali Isi Mampu Menjawab Kemampuan Menyimak
No Nama Anak Cerita Pertanyaan Dan Mendengar
* ** *** **** * ** *** **** * ** *** ****
1 Aliqa putri az-zahra ✓ ✓ ✓
2 Aqilla fariza mufia ✓ ✓ ✓
3 Araz bayasyim ✓ ✓ ✓

4 Arsyla putri R ✓ ✓ ✓
5 Azizah ningrum ✓ ✓ ✓

6 Muh. Sultan ✓ ✓ ✓
7 Ahmad alamsyah ✓ ✓ ✓
8 Aisya ramadani. N ✓ ✓ ✓
9 Arsya hidayatullah ✓ ✓ ✓
10 Ivanayla nazeefah. M ✓ ✓ ✓
11 Muh. Harfan muliadi ✓ ✓ ✓

12 Muh.rizky pradana ✓ ✓ ✓
13 Nining ayu lestari ✓ ✓ ✓
14 Sahrani ✓ ✓ ✓

Tabel 2. Rekapitulasi hasil persentase observasi siklus 1


Aspek penilaian
Persentase
No Kategori Menceritakan Mampu Mampu
(%)
Kembali Isi Menjawab Menyimak Dan

6
Pertanyaan Mendengar
F % F % F %
1 BB 5 35,71 2 14,29 4 28,57 26,19
2 MB 6 42,86 5 35,71 2 14,29 30,95
3 BSH 2 14,29 6 42,86 7 50 35,72
4 BSB 1 7,14 1 7,14 1 7,14 7,14
jumlah 14 100 14 100 14 100 100
Berdasarkan data di atas dapat dilihat hasil dari pelaksanaan Tindakan siklus I belum
mengalami peningkatan. Aspek yang diamati dari penelitian tersebut yaitu, pertama
“Menceritakan Kembali Isi Cerita” kategori BB sebanyak 5 anak (35,71 %), MB sebanyak 6
anak (42,86 %), BSH sebanyak 2 anak (14,29 %), BSB sebanyak 1 anak (7,14 %). Kedua
“Mampu Menjawab Pertanyaan” kategori BB sebanyak 2 anak (14,29 %), MB sebanyak 5 anak
(35,71%), BSH sebanyak 6 anak (42,86 %), BSB sebanyak 1 anak (7,14 %), ketiga, “Mampu
Menyimak Dan Mendengar” kategori BB sebanyak 4 anak (28,57 %), MB sebanyak 2 anak
(14,29 %), BSH sebanyak 7 anak (50 %), dan BSB sebanyak 1 anak (7,14 %)
Berdasarkan hasil persentase di atas dapat dilihat berapa besar perubahan data
ditunjukkan pada grafik dibawah,
Grafik 1. Persentase hasil siklus
8
7
6
5
4
3
2
1
0
menceritakan mampu mampu
kembali isi menjawab menyimak dan
cerita secara pertanyaan mendengar
sederhana
BB MB BSH BSB

Tabel 3. Persentase rata-rata hasil observasi siklus 1

Aspek Yang Diamati


Mampu Mampu
Menceritakan Persentase
No Kategori Menjawab Menyimak Dan
Kembali Isi (%)
Pertanyaan Mendengar
F % F % F %

7
1 BSH 2 14,28 6 42,85 7 50 35,71
2 BSB 1 7,14 1 7,14 1 7,14 7,14
jumlah 3 21,42 7 49,99 8 57,14 42,85

Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perkembangan berbahasa anak pada metode bercerita
di TK Sanggula berdasarkan aspek-aspek yang diamati pada rata-rata hasil persentase BSH dan
BSB yaitu. pertama, "Menceritakan Kembali Isi Cerita" rata-rata sebanyak 21,42 %, aspek
kedua “Mampu Menjawab Pertanyaan” 49,99%, aspek ketiga “Mampu Menyimak Dan
Mendengar” rata-rata sebanyak 57,14 %, sedangkan total data keseluruhan berjumlah 42,82%
masih belum memenuhi indikator pencapaian. Hasil dari data persentase di atas belum
menunjukkan peningkatan kemampuan berbahasa anak meskipun ada beberapa anak yang
sudah mendapat kategori BSH dan BSB namun belum mencapai ketuntasan yang telah
ditentukan, maka dari itu perlu adanya siklus II sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa anak dengan lebih baik lagi.

Refleksi Siklus I

Pada tahap refleksi dilakukan observasi data tindakan siklus I selama lima kali
pertemuan. Secara keseluruhan, kemampuan berbahasa anak didik mengalami perubahan tetapi
belum mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Sesuai dengan target ketercapaian pada
siklus I yang belum terpenuhi, diperlukan tindakan penelitian kelas perbaikan pada tahap siklus
II. Hasil dari siklus I menunjukkan adanya kekurangan, sehingga perlu dilakukan siklus II
untuk mencapai ketercapaiannya. Masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan
perubahan dalam kemampuan berbahasa disebabkan karena anak kurang fokus ketika guru
sedang bercerita dan anak kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru serta ketepatan
dalam pengucapan anak masih kurang dan masih perlu dibimbing. Menurut Mustofa(Robingatin
& Ulfah, 2019:90)menjelaskan tahap-tahap perkembangan kemampuan anak harus dipahami
oleh guru, sehingga saat berbicara dengan anak penggunaan paparan bahasa sesuai dengan
tahapan perkembangan bahasa anak usia dini.

Deskripsi Penilaian Siklus II


Pelaksanaan siklus II sesuai dengan prosedur pelaksanaan siklus I yang memiliki empat
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan yang dilakukan
pada siklus II kedua akan didasarkan pada fase perencanaan Siklus I, yaitu:

8
a) Memberi semangat pada anak agar berani mencoba untuk mengembangkan ide kreatif
dengan menggunakan kalimat atau cerita yang mudah disampaikan.
b) Memberikan demonstrasi atau cara bercerita yang mudah dipahami dari media yang
digunakan.
c) Memberikan penghargaan dalam bentuk pujian kepada anak-anak yang berani untuk
bercerita, bertanya, atau menyampaikan pendapat mereka tentang apa yang mereka lihat
atau dengar dalam cerita yang ditampilkan.
d) Menyiapkan alat dan bahan untuk digunakan pada penelitian siklus II
e) Menyiapkan lembar observasi siklus II untuk mengevaluasi kemampuan berbahasa anak
Dibawah ini dapat dilihat tabel hasil observasi pelaksanaan tindakan kelas siklus II,
Tabel 4. Rekapitulasi data hasil pengamatan tindakan penelitian kelas siklus II TK Sanggula
Menceritakan Kembali Mampu Menjawab Kemampuan Menyimak
No Nama Anak Isi Cerita Pertanyaan Dan Mendengar
* ** *** **** * ** *** **** * ** *** ****
1 Aliqa putri az-zahra ✓ ✓ ✓
2 Aqilla fariza mufia ✓ ✓ ✓
3 Araz bayasyim ✓ ✓ ✓
4 Arsyla putri . R ✓ ✓ ✓
5 Azizah ningrum ✓ ✓ ✓
6 Muh. Sultan ✓ ✓ ✓
7 Ahmad alamsyah ✓ ✓ ✓
8 Aisya ramadani. N ✓ ✓ ✓
9 Arsya hidayatullah ✓ ✓ ✓
10 Ivanayla nazeefah. M ✓ ✓ ✓
11 Muh. Harfan. M ✓ ✓ ✓
12 Muh.rizky pradana ✓ ✓ ✓
13 Nining ayu lestari ✓ ✓ ✓
14 Sahrani ✓ ✓ ✓

Tabel 4. Rekapitulasi hasil nilai dalam bentuk persentase observasi siklus II


Aspek pengamatan
Menceritakan Mampu Mampu
Persentase
No Kategori Kembali Isi Menjawab Menyimak Dan
(%)
Cerita Pertanyaan Mendengar
F % F % F %
1 BB 0 0 0 0 0 0 0

9
2 MB 5 35,71 3 21,43 4 28,57 28,71
3 BSH 5 35,71 4 28,57 3 21,43 28,57
4 BSB 4 28,58 7 50 7 50 42,86
jumlah 14 100 14 100 14 100 100

Hasil dari pelaksanaan di siklus II anak mengalami perubahan dalam berbahasa. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil persentase dan jumlah anak yang mengalami peningkatan dalam
kemampuan berbahasa. Aspek pengamatan yang diamati yaitu, pertama kategori
“Menceritakan Kembali Isi Cerita” BB sebanyak 0 %, MB sebanyak 35,71 %, BSH sebanyak
35,71, BSB sebanyak 25,58. Kedua Kategori “Mampu Menjawab Pertanyaan” BB sebanyak
0%, MB sebanyak 28,57 %, BSH sebanyak 21,43 %, BSB sebanyak 50 %. Ketiga kategori
“Mampu Menyimak Dan Mendengar” BB sebanyak 0 %, MB sebanyak 28,57 %, BSH
sebanyak 21,43 % dan BSB sebanyak 50 %.
Berdasarkan tabel hasil persentase di atas untuk menjelaskan besar perubahan dapat
ditunjukkan pada grafik berikut,
Grafik 2. Persentase hasil penelitian siklus II

60
50
40
30
20
10
0
menceritakan mampu mampu
kembali isi menjawab menyimak dan
cerita secara pertanyaan mendengar
sederhana BB MB BSH BSB

Tabel 5. Nilai Persentase hasil observasi siklus II

Aspek pengamatan
Menceritakan Mampu
Mampu Menyimak Persentase
No Kategori Kembali Isi Menjawab
Dan Mendengar (%)
Cerita Pertanyaan
F % F % F %
1 BSH 5 35,71 4 28,57 3 21,43 28,57
2 BSB 4 28,58 7 50 7 50 42,86
jumlah 9 64,29 11 78,57 10 71,43 71,43

10
Pada tahap observasi siklus II, hasil perolehan data dengan skala penilaian yang sangat
efektif dengan menggunakan bantuan pada aspek menceritakan Kembali isi cerita, menjawab
pertanyaan, serta menyimak dan mendengar hasil peningkatan di setiap bidang keterampilan
bahasa anak yang ingin dikembangkan diperoleh dalam kategori BSH dan BSB.
Data tersebut dapat dilihat dari tabel 5 diatas yang menunjukkan pada aspek
“Menceritakan Kembali Isi Cerita” sebanyak 64,29 %, “Mampu Menjawab Pertanyaan”
sebanyak 78,57 %, dan “Mampu Menyimak dan Mendengar” sebanyak 71,43 %. Dalam siklus
II, penerapan teknik bercerita untuk anak-anak kelas B di TK Sanggula menghasilkan
peningkatan yang sangat signifikan dalam hasil belajar anak. Dibandingkan dengan siklus I
yang hanya mencapai 42,85 %. Peneliti merasa puas karena kemampuan berbahasa pada anak
Kelas B di TK Sanggula mengalami peningkatan. Dalam penelitian siklus II ini terdapat
beberapa siswa yang mengalami perubahan yang sangat drastis pada saat penggunaan media,
hal tersebut dikarenakan ketika guru menjelaskan sebagian anak sangat fokus menyimak dan
mendengar apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas, mereka mengungkapkan
kreatifitasnya dengan menggunakan bahasa mereka sendiri, anak-anak sangat antusias dan
bersemangat pada saat kegiatan bercerita dilakukan, ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi
peneliti karena kegiatan penelitian tindakan kelas ini mengalami perubahan dan peningkatan.
Hal ini menunjukkan bahwa metode bercerita sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa anak-anak Kelompok B di TK Sanggula Kelurahan Ranoeya Kecamatan Wawotobi.
Data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa metode bercerita sangat
efektif dan efisien dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak-anak di TK Sanggula
Kelurahan Ranoeya Kecamatan Wawotobi. Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak
ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendidik, yaitu memberikan dorongan semangat
pada anak agar berani mencoba untuk mengembangkan ide-ide kreatif dengan menggunakan
kalimat atau cerita yang mudah mereka sampaikan, memberikan demonstrasi atau cara
bercerita yang mudah dipahami dari media yang digunakan, memberikan penghargaan dalam
bentuk pujian kepada anak-anak yang berani untuk bercerita, bertanya, atau menyampaikan
pendapat mereka tentang apa yang mereka lihat atau dengar dalam cerita yang ditampilkan,
penggunaan media yang lebih kreatif dan mudah dipahami oleh anak
Dari hasil siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa ada perbandingan pada anak yang
memiliki kemampuan berbahasa menurut kriteria BSB dan BSH. Dapat dilihat tabel hasil
perbandingan siklus I dan II dibawah ini.
Tabel 6. Data hasil perbandingan siklus I dan II TK Sanggula Kelurahan Ranoeya

11
Aspek pengamatan
persentase
Kategori Menceritakan Mampu Mampu
Kembali Isi Menjawab Menyimak Dan
Cerita Pertanyaan Mendengar (%)
Siklus I 21,42 49,99 57,14 42,85
Siklus II 64,29 78,57 71,43 71,43
Indikator keberhasilan 70 %

Informasi yang diperoleh dari data pada tabel di atas mengungkapkan bahwa metode
bercerita memberikan perubahan yang sangat baik terhadap kemampuan berbahasa anak di TK
Sanggula Kelurahan Ranoeya. Ini terlihat dari hasil persentase yang diperoleh pada siklus I
hanya sebesar 42,85 %. Namun, karena masih belum memenuhi harapan peneliti akibat
beberapa permasalahan yang terjadi pada saat penelitian, maka dilanjutkan penelitian Tindakan
siklus II setelah pelaksanaan refleksi terhadap siklus I. Tujuan dari siklus II ini adalah untuk
mencapai tingkat kemampuan berbahasa yang lebih baik pada anak kelas B di TK Sanggula.
Adapun Hasil pada siklus II mencapai 71,4 %, yang artinya tingkat kemampuan berbahasa anak
sudah mencapai target pencapaian yang diinginkan, yaitu sebesar 65%.
Untuk melihat hasil nilai rata-rata anak kelas B pada siklus I dan II dapat dilihat pada
tabel dibawah ini, dengan menggunakan rumus,
𝑛
m= Ket, m, nilai rata-rata
∑𝑥
n, jumlah nilai
∑ 𝑥, banyak siswa

Tabel 7. Hasil rata-rata siklus I dan II kelas B di TK Sanggula


Menceritakan Menjawab Menyimak Dan
No Nama Kembali Isi Cerita Pertanyaan Mendengar
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1 Aliqa putri az-zahra 10 40 10 40 40 40
2 Aqilla fariza mufia 40 70 40 70 70 70
3 Araz bayasyim 40 100 70 100 10 70
4 Arsyla putri.R 10 40 40 70 40 40
5 Azizah ningrum 10 40 40 70 10 40
6 Muh. Sultan 10 40 10 40 10 100
7 Ahmad alamsyah 40 70 70 100 70 100
8 Aisya ramadani. N 70 100 70 100 70 100
9 Arsya hidayatullah 70 100 100 100 100 100
10 Ivanayla nazeefah. M 100 100 70 100 70 100

12
11 Muh. Harfan muliadi 40 70 70 100 70 100
12 Muh.rizky pradana 40 40 40 40 10 40
13 Nining ayu lestari 10 70 40 70 70 70
14 Sahrani 40 70 70 100 70 100
jumlah 530 950 740 1100 710 1070

Nilai rata-rata 37,86 67,86 52,86 78,57 50,71 76,43

Ket, Skor : Kategori


100 : Berkembang Sangat Baik (****)
70 : Berkembang Sesuai Harapan (***)
40 : Mulai Berkembang (**)
0-10 : Belum Berkembang (*)

Dari hasil tabel di atas dapat dilihat nilai rata-rata anak dari tiga aspek penilaian, pada
siklus I kategori “Menceritakan Kembali Isi Cerita” sebesar 37,86 dan pada siklus II 67,86,
kategori “Menjawab Pertanyaan” siklus I sebesar 52,86 dan siklus II 78,57 dan kategori
“Menyimak dan Mendengar” siklus I sebesar 50,71 dan siklus II 76,43. Adanya peningkatan
kemampuan berbahasa anak melalui metode bercerita di atas dapat dilihat perubahan dari segi
nilai.
PEMBAHASAN
Dari hasil observasi siklus I dan II dapat dilihat peningkatan kemampuan berbahasa
dengan menggunakan metode bercerita pada anak kelas B di TK Sanggula Kelurahan Ranoeya.
Pada siklus I kemampuan berbahasa anak mengalami sedikit perubahan sebesar 42,85 %
namun belum mencapai standar pencapaian perkembangan bahasa anak, maka peneliti
melanjutkan penelitian Tindakan kelas siklus II dan perkembangan bahasa anak mengalami
peningkatan yang cukup baik sebesar 71,43 % sesuai dengan standar pencapaian sebesar 65 %.
Melalui hasil observasi penelitian pada siklus I dan II, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbahasa di TK Sanggula
Kelurahan Ranoeya terbukti efektif. Metode dan berbagai media yang dapat dijadikan alternatif
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran anak, serta memberikan semangat kepada anak
untuk melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu cara untuk
mengembangkan kemampuan bahasa anak adalah melalui bercerita, mendengarkan anak dan
mendorong mereka untuk bercerita. Melalui metode bercerita, anak memperoleh keterampilan
berbahasa dan berpikir serta dapat berinteraksi dengan anak lain(Robingatin & Ulfah, 2019:19).
Budiarti et al (Hamsiani & Pajarianto, 2022:42)juga menjelaskan dalam hasil penelitiannya

13
bahwa Metode bercerita berkaitan dengan perkembangan bahasa anak, bercerita meningkatkan
kecerdasan verbal, merangsang anak tidak hanya untuk mendengar tetapi juga berbicara,
mendorong mereka untuk berbicara dengan lebih baik. Hasil penelitian(Yuliasih dkk.,
2021:92)menjelaskan bahwa metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak
dan juga meningkatkan minat belajar anak. Pembelajaran terhadap anak perlu disampaikan
melalui media yang tepat agar tujuan dari pembelajaran pada anak dapat tercapai. Melalui
bercerita pada anak, merupakan metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru kepada anak(Yuliasih dkk., 2021:93).

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Hasil penelitian Tindakan kelas mengenai upaya meningkatkan kemampuan berbahasa
anak melalui metode bercerita di kelas B TK Sanggula mengalami peningkatan. Dengan
menerapkan metode bercerita dalam menyampaikan bahan belajar, anak-anak diberikan
kebebasan untuk berinteraksi dan berkomunikasi, mendengar dan menyimak, serta
menggunakan bahasa untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Terbukti dari hasil
penelitian tindakan siklus I mencapai nilai rata-rata 42,85 % dan setelah dilakukan analisis
refleksi siklus II terjadi peningkatan mencapai nilai rata-rata 71,43 %. Berdasarkan hasil tabel
serta hasil nilai rata-rata pada siklus I dan II mengalami perubahan, dapat diliat hasil
perbandingan tiap siklus bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbahasa anak melalui
metode bercerita.
SARAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat diteruskan dan dijadikan sebagai acuan bagi
lembaga pendidikan khususnya di TK Sanggula peneliti menyarankan
1) Bagi guru, di dalam melakukan kegiatan hendaknya memilih metode dan media yang sesuai
dengan perkembangan anak agar menarik dan menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai dengan baik. Para guru juga diharapkan mampu mengembangkan bahan ajar
sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak, terutama untuk
menemukan metode-metode baru yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Pembelajaran
terhadap anak perlu disampaikan melalui media yang tepat agar tujuan dari pembelajaran
pada anak dapat tercapai.
2) Bagi sekolah, diharapkan dapat menuntut bagi pendidik untuk menjadi guru yang kreatif dan
berinovatif dalam melakukan pembelajaran terhadap anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.

14
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., Tatminingsih, S., Setiawan, D., Amini, M., Chandrawati, T., Novita, D., & Budi, U. L.
(2021). Perkembangan dan konsep dasar Pengembangan Anak usia Dini ( adi Purwanto, Ed.;
1 ed.). Universitas terbuka.
Akbar, E. (2020). Metode Belajar Anak Usia Dini (1 ed.). Kencana.
A.K.Wardani, I., & Wihardit, K. (2022). Penelitian Tindakan Kelas (A. Nur Choirmanta, Ed.; 2
ed.). Universitas Terbuka.
Dhieni, N., Fridana, L., Muis, A., Yarmi, G., & Wulan, S. (2021). Metode Pengembangan Bahasa
(A. Canty, Ed.; 1 ed.). Universitas Terbuka.
Fa, A. A., Ogemi, P. L., & Suryana, D. (t.t.). Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Anak Usia
Dini Melalui Metode Bercerita.
Fitrika, O. :, Khaidir, E., Pendidikan, M., Madrasah, G., Uin, I., Riau, S., Fakultas, D., Dan, T., &
Uin, K. (2020). PENGGUNAAN METODE CERITA DONGENG TERHADAP
PERKEMBANGAN MINAT PADA ANAK TK: Vol. II (Nomor 2).
Gunarti, W., Suryani, L., Muis, A., & Pratiwi, N. (2022). Metode Pengembangan Perilaku dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini (N. Hikmah & dian Novita, Ed.; 3 ed.). Universitas
Terbuka.
Hamsiani, & Pajarianto, H. (2022). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui.
1, 37–43.
Herawati, N. H., & Katoningsih, S. (2023). Kemampuan Bahasa Anak Usia Prasekolah. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(2), 1685–1695.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i2.4122
Jf, N. Z. (t.t.). Journal of Islamic Early Childhood Education.
Rizki Amalia, E., Rahmawati, A., & Farida, S. (2019). MENINGKATKAN PERKEMBANGAN
BAHASA ANAK USIA DINI DENGAN METODE BERCERITA.
Robingatin, & Ulfah, Z. (2019). PENGEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI (K. Saleh, Ed.).
AR-RUZZ MEDIA.
Sahadatunnisa, A., Darmiyanti, A., & Munafiah, N. (2023). Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Anak melalui Metode Bercerita pada Anak Usia 5-6 Tahun. AS-SABIQUN, 5(1), 262–273.
https://doi.org/10.36088/assabiqun.v5i1.2774
Santoso, A., Martutik, Andoyo, Supriatna, & Setiawati, L. (2021). Bahasa Indonesia (1 ed.).
Universitas Terbuka.
Saribu, A., Nur Hidayah, A., Kunci, K., Berbahasa, K., & Bercerita, M. (2019). MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA. 2(1).
Yuliasih, T., Wahira, ;, Sumandar, S., & Selatan, S. (2021). ©JP-3 Jurnal Pemikiran dan
Pengembangan Pembelajaran Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa melalui Metode
Bercerita di TK Pelita 2 Lebak Banten. Dalam ©Titis Yuliasih (Vol. 4, Nomor 2). Mei-
Agustus.

15
16

Anda mungkin juga menyukai