Anda di halaman 1dari 16

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF

MELALUI MEDIA DADU HURUF DI TK TRISULA II


JL. JAKSA AGUNG SUPRAPTO NO.31 JOMBANG

Mahasiswa1*, Dosen PKP 1, Tutor Karil 2 (12 pt)


1
Pendidikan Anak Usia Dini, FKIP, Universitas Terbuka
2
Prodi, Fakultas, Perguruan Tinggi (12 pt)

E-mail : (11 pt)

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan pembelajaran
dengan menggunakan media dadu dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II
Jombang. Berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap kegiatan pembelajaran mengenal huruf alfabet
pada anak yang dilakukan di TK Trisula II Jombang, khususnya kelompok A (berusia 4-5 tahun) didapati
kenyataan bahwa hasil pengamatan rata-rata dalam kemampuan mengenal huruf anak-anak tersebut masih
tergolong rendah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus .Prosedur
penelitian atas perencanaan, pelaksanaan, Tindakan, observasi, dan refleksi .Instrumen penelitian berupa
perangkat pembelajaran dan alat pengumpulan data ( embar observasi anak ). Hasil dari perencanaan
perbaikan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan karena pada kemampuan pelaksanaan
perbaikan pengembangan sudah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dadu untuk meningkatkn kognitif pada
anak kelompok A di TK Trisula II Jombang dapat dikatagorikan berkembang sangat baik, dan
pencapain hasil yang sangat memuaskan pada akhir siklus 2.
Kata Kunci: Kognitif, Media Dadu

ABSTRACT
The aim of this research is to find out and describe the application of learning using dice media to
improve children's cognitive abilities at Trisula II Kindergarten Jombang. Based on the results of initial
observations of learning activities to recognize alphabet letters for children carried out at the Trisula II
Jombang Kindergarten, especially group A (aged 4-5 years), it was found that the average observation
results in the children's ability to recognize letters was still relatively low.
This type of research is classroom action research which is carried out in 2 cycles. The research
procedures include planning, implementation, action, observation and reflection. The research
instruments are learning tools and data collection tools (child observation sheets). The results of
improvement planning in cycle I to cycle II have increased because the ability to implement development
improvements has been adjusted to the learning objectives that have been created previously. From the
description above, it can be concluded that the use of dice media to improve cognitive abilities in group A
children at Trisula II Jombang Kindergarten can be categorized as developing very well, and very
satisfactory results were achieved at the end of cycle 2.
Keywords: Cognitive, Dice Media

1
PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di
jalur pendidikan. Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pembelajaran.
Pada masa ini anak mengalami tumbuhkembang yang sangat luar biasa. Anak yang berada di
masa golden age yang artinya seorang anak memiliki potensi berkembang yang paling baik. Pada
masa ini anak usia dini ini, pendidikan dititik beratkan pada pertumbuhan dan perkembangan
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi.
Stimulasi yang dikembangkan untuk memberikan pondasi dasar yang kuat agar mampu
berkembang optimal dimasa selanjutnya (Kustiawan, 2016:45).
Pendidikan anak usia dini memberikan stimulus pada anak berupa pemberian rangsangan
pendidikan agar anak dapat memiliki keterampilan untuk kejenjang pendidikan dasar.
Pendidikan pada anak usia dini meliputi segala hal yakni upaya maupun tindakan oleh pendidik
dan orangtua dalam pemberian stimulus, bimbingan, pengasuhan, dan perawatan pada anak usia
dini sehingga terciptanya harmonisasi antara lingkungan dan suasana yang dapat memberikan
anak pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman terhadap pengalaman belajar yang diperoleh
melalui meniru, mengamati, bereksperimen, secara berulang dan melibatkan semua potensi dan
kecerdasan pada anak (Ismawati & Prasetyo, 2020).
Teori perkembangan kognitif menurut Jean Peaget menyakar perkembangan kognitif
bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pengaruh lingkungan saja melainkan interaksi
antar keduanya. Dalam pandangan ini organisme aktif mengadakan hubungan dengan
lingkungan perbuatan akan lebih jelas lagi, penyesuaian terhadap obyek obyek dilingkungan
yang merupakan proses interaksi yang dinamis yang disebut kognisi, sebagai fungsi mental yang
berhubungan dengan proses mengetahui, meliputi aspek- aspek persepsi, ingatan, pikiran,
simbol-simbol penalaran dan pemecahan masalah.
Selanjutnya teori menurut Witherington bahwa kognitif adalah pikiran kognitif
(kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat dalam situasi untuk
memecahkan masalah. Sedangkan perkembangan kognitif ( perkembangan mental) adalah
perkembangan pikiran . Pikiran adalah bagian dari proses berpikir dari otak . Pikiran yang
digunakan untuk mengenali, mengetahui, dan memahami. Pada dasarnya pengembangan kognitif

2
dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca
indranya. Dengan pengetahuan yang diperolehnya, anak dapat melangsungkan hidupnya dan
menjadi manusia yang utuh melalui kodratnya sebagai makhluk tuhan yang harus
memperdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Perkembangan kognitif anak usia dini adalah kemampuan cara berpikir anak usia dini
dalam memahami lingkungan yang ada di sekitar sehingga pengetahuan anak akan meningkat.
Artinya dengan memiliki kemampuan berfikir ini, anak dapat mengeksplorasikan dirinya sendiri,
orang lain, hewan dan tumbuhan, dan juga berbagai benda yang ada di sekitarnya, sehingga
mereka dapat memperoleh pengetahuan dengan berbagai hal tersebut (Khadijah, 2016:34).
Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini di TK
Trisula II adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dadu huruf, melalui media
pembelajaran ini dapat menarik perhatian dan mendorong anak untuk menyukai kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Selain memiliki program yang mendukung perkembangan kognitif
anak usia dini di TK Trisula III juga memiliki guru-guru yang kompeten dan terus mengarahkan
peserta didiknya menjadi generasi yang unggul.
Upaya penggunaan media untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf pada anak
ialah melalui aktivitas bermain sambil belajar dengan menggunakan media yang menarik. Untuk
penelitian ini, peneliti menggunakan media dadu huruf yang praktis dan mudah dibuat. Media
dadu huruf merupakan media pembelajaran yang pada umumnya berbentuk kubus yang dibuat
dari kertas karton dengan ukuran 15 cm, dadu huruf yang berisi dengan huruf-huruf dan warna-
warni yang berbeda pada setiap sisinya dirancang sebagai media pembelajaran dalam rangka
meningkatkan kemampuan mengenal huruf alfabet anak. Media dadu huruf alfabet dirancang
untuk memberikan kemudahan bagi anak dalam pembelajaran mengenal huruf alfabet. Cara
mengajarkan anak mengenal huruf mengacu pada karakteristik umun anak usia dini, di mana
aktivitas bermain menjadi aktivitas dominan mereka. Maka pembelajaran mengenal huruf alfabet
pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan dan tidak
memaksakan anak. Untuk membantu anak belajar mengenal huruf alfabet dibutuhkan permainan
yang menyenangkan yaitu melalui penggunaan media dadu huruf alphabet.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap kegiatan pembelajaran mengenal huruf

3
alfabet pada anak yang dilakukan di TK Trisula II Jombang, khususnya kelompok A (berusia 4-5
tahun) didapati kenyataan bahwa hasil pengamatan rata-rata dalam kemampuan mengenal huruf
anak-anak tersebut masih tergolong rendah. Ini terbukti dari jumlah keseluruhan anak di
kelompok A tersebut yakni 20 anak, hanya terdapat 5 anak yang berkembang sesuai kriteria
Mulai berkembang (MB) sedangkan kemampuan mengenal huruf 10 anak lainnya tergolong
masih Belum Berkembang (BB).

Analisis masalah
Dari identifikasi masalah di dapatkan kurangnya kemampuan anak dalam berkreasi
menuangkan ide gagasannya secara mandiri tanpa bantuan guru. Hal ini terlihat dari kurangnya
anak dalam menyelesaikan keterampilan dalam membuat suatu karya bebas. Karena
pembelajaran masih terdominasi pada buku panduan atau LKA.

Alternatif Priorotas Pemecahan Masalah


Berdasarkan kesenjangan tersebut dengan mempertimbangkan faktor kreativitas
menghasilkan karya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti mengambil judul :
“UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF MELALUI MEDIA
DADU HURUF DI TK TRISULA II JL. JAKSA AGUNG SUPRAPTO NO.31 JOMBANG
TP 2022/2023”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut:

1. Bagaimana proses/penerapan pembelajaran dengan menggunakan media dadu dapat


meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang?
2. Bagaimana hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu dapat meningkatkan
kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang?
3. Bagaimana peningkatan kreativitas siswa dengan dengan menggunakan media dadu dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang?

4
Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan pembelajaran dengan menggunakan
media dadu dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang.
2. Untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang.
3. Untuk mendeskripsikan peningkatan kreativitas siswa dengan menggunakan media dadu
dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang.

LANDASAN TOERI
Teori Anak Usia Dini (AUD)
Anak usia dini adalah anak yang berada dalam usia 0-6 tahun (Suyadi, 2015). Sedangkan
menurut Beichler dan Snowman bahwa anak usia dini adalah anak yang berada dalam usia 3-6
tahun. Anak usia dini merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, unik serta
memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun)
merupakan masa keemasan “golden age” dimana stimulasi seluruh pertumbuhan serta aspek
perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya (Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Menurut Yusuf dan Sugandhi (2014:47) usia dini merupakan masa perkembangan dan
pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Dengan adanya
pendidikan usia dini dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa
dewasanya. Menurut Sigmund Freud dalam Yusuf dan Sugandhi (2014:48) berpendapat bahwa
“Child is father of man” berarti masa anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kepribadian masa dewasa seseorang. Hal ini tercermin jika terjadi perilaku yang berkelainan
pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak. Menurut Wiyani dan Barnawi
(2014:32) anak usia dini merupakan anak yang baru dilahirkan sampai dengan usia enam tahun
dimana usia ini sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pada
usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan anak yang berada dalam usia
0-6 tahun yang memiliki keunikan serta karakteristiknya sendiri dan sedang dalam tahap

5
pertumbuhan serta perkembangan, baik fisik maupun mental. Anak usia dini adalah anak usia
dini adalah anak yang memiliki usia emas (Golden Ege) merupakan usia fundamental yang
penting baginya mendapatkan pola asuh melalui pendidikan baik dari jalur formal, informan,
maupun nonformal. Anak usia dini berusia 0-6 tahun yang harus diawasi dalam pergerakannya
dan pola ASUH, ASAH, ASIH.

Teori Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Menurut Direktorat PAUD definisi dari pendidikan anak usia dini yaitu suatu upaya
pembinaan yang dilakukan terhadap anak usia dini dengan cara memberikan rangsangan
pendidikan untuk membantu proses perumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan pada jenjang selanjutnya serta kehidupan
pada tahap berikutnya. Dalam permendikbud mengatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut. Selanjutnya, pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa:
“(1) Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2)
Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non-formal
dan/atau informal, (3) Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk
lain yang sederajat, (4) Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan non-formal: KB, TPA, atau
bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan informal: pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) ketentuan mengenai
Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.” (Permendikbud, 2014).
Menurut pendapat para ahli Pendidikan PAUD adalah pendidikan anak yang merupakan
pembinaan kepada anak sejak lahir hingga enam tahun dengan rangsangan yang bertujuan
membantu pertumbuhan dan perkembangan dalam memasuki jenjang berikutnya. Dari Carol
Seefeldt Et Al Definisi pendidikan usia 0-6 tahun adalah pendidikan anak sejak lahir hingga 6
tahun baik dirumah atau di instasi luar sehari atau setengah hari (Dadan, 2019:25).
Menurut Mansyur penyelenggaran pendidikan dilakukan berdasarkan enam aspek
perkembangan. Diantara aspek perkembangan tersebut yaitu meliput nilai moral agama, fisik

6
motorik, kognitif, sosem, bahasa dan seni sesuai tahapan perkembangan berdasarkan kelompok
usia yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan menurut Suryana bahwa kualitas dari hasil
pendidikan sebenarnya harus kembali kepada peserta didik itu sendiri sebagai subyek sasaran
pendidikan (Dadan, 2019:2).
Kesimpulan dari pendapat para ahli Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang
melayani anak sejak lahir hingga 8 tahun yang pelaksanaannya sehari atau setengah hari, bentuk
penyelenggaraannya menitik beratkan pada enam aspek perkembangan sesuai kelompok usia dan
hasil pendidikan dikembalikan kepada peserta didik sebagai sasaran pendidikan.

Karakteristik Atau Ciri-Ciri Anak Usia 0-6 tahun


Karakteristik anak usia 0-6 adalah pribadi yang unik, komplek yang menuntut
kesungguhan, keuletan dan kesabaran, untuk dapat memahami karakteristik anak secara
komprehensif maka harus didekati secara jasadiyah, ilmiah, qolbiyah, dan ruhiyah atau lebih
dikenal dengan istilah holistik integratif. Beberapa karakteristik anak usia dini diantaranya
(Elfan, 2019:40):
1) Memiliki sifat egoistis yang tinggi
2) Memiliki rasa penasaran (curosity) tinggi
3) Memiliki daya imajinasi dan fantasi tinggi
4) Pembelajar ulung
5) Anak adalah seorang pembelajar yang memiliki daya konsentrasi pendek
6) Anak usia dini merupakan individu penjelajah
7) Ciri emosi

KOGNITIF
Kognitif berasal dari kata cognitive. Kata cognitive sendiri “berasal dari kata cognition
yang padananya knowing, berarti mengetahui. Cognition (kognisi) dalam arti luas ialah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan”. Perkembangan selanjutnya, kata kognitif
menjadi popular sebagai salah satu domain atau ranah psikologis hasil belajar manusia yang
meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pengolahan,informasi,
pertimbangan, pemecahan masalah, keyakinan dan kesengajaan. Ranah kejiwaan yang berpusat
di otak ini juga berhubungan dengan kehendak (konasi) dan perasaan (afeksi) yang bertalian

7
dengan ranah rasa (Supardi, 2015:152). Jadi segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif.

Ranah kognitif merupakan ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan
proses mental yang berawal dari tingkat rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yakni
evaluasi. Taksonomi Bloom membaginya kedalam enam tingkatan secara hirarkhis. Enam
tingkatan tersebut dikelompokan menjadi dua bagian utama, pengetahuan (knowledge/tingkat
pengetahuan, comprehention/ tingkat pemahaman) dan kemampuan (application/tingkat
penerapan, analysis/tingkat analisis, synthesis/tingkat sintesis, evalution/tingkat evaluasi)
(Supaat, 2017:39).

Menurut Mentessori, kognitif adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan nalar dan
kemampuan otak. Maka dari itu pembelajaran menurut Montessori dilakukan kemampuan
indraindra. Dengan konsep mata tertutup kemudian anak-anak diminta diminta untuk meraba
huruf, angka, benda kasar-halus, panas dan dingin. Dengan begitu stimulus yang pertama
didapatkan adalah “rasa” rasa tersebut akan menuju otak untuk menstimulus ide-ide dan nalar
anak. (Sulyandari, 2021:45).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kognitif merupakan ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak) yakni berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau
berpikir/nalar.

Tahap perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut piaget (Wiyani, 2015:68) tersebut adalah


sebagai berikut:
a) Tahap sensor-motorik Pada tahap sensor-motorik (0-2 tahun), bayi bergerak pada tindakan
reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun
suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor
dengan tindakan fisik.
b) Tahap pra-oprasional Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), anak mulai mempresentasikan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar tersebut menunjukan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.

8
c) Tahap operasional konkret Pada tahap ini (7-11 tahun), pada saat ini dapat berpikir logis
mengenai berbagai peristiwa yang nyata dan dapat mengklarifikasikan berbagai benda
dalam bentuk-bentuk benda.
d) Tahap Operasional Formal Pada tahap operasional formal (11- dewasa), anak remaja
berfikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis serta pemikirannya lebih idealistic.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahap sensorimotor anak masih
menggunakan panca-inderanya, tahap pra-operasional anak dpat berfikir secara simbolis, pada
tahap operasional konkret anak mulai dapat memberikan kesimpulan dan mempertimbangkan
pada dua aspek dan pada tahap operasional formal pada usia 11 tahun anak mulai dapat berfikir
secara abstrak.

Media Dadu

Menurut Andriani (2016: 7) Media dadu huruf adalah media visual yang efektif untuk
mengembangkan kemampuan membaca/pesan tertentu pada anak. Dadu huruf ini cukup praktis
dan mudah dibuat. dapat menarik minat anak dalam belajar seraya bermain ini, dengan
menggunakan permainan dadu huruf. Dadu huruf ini adalah hasil inovasi sendiri, karena anak
menginginkan sesuatu hal yang baru, dengan adanya media dadu huruf ini anak semakin
semangat dalam belajar. Melalui media dadu huruf guru dapat mengenalkan huruf-huruf melalui
permainan dadu huruf. Dadu huruf digunakan dalam sebuah pembelajaran pada anak usia dini
agar anak tidak cepat bosan dan pembelajaran dapat menyenangkan.
Menurut Manan (Anella dan Pransiska, 2020: 13) media dadu ialah media yang bisa
dimanfaatkan pendidik ataupun orang tua dalam hal membantu dan mempermudah anak dalam
kaitannya dengan memahami serta mengenal huruf, dikarenakan cara menggunakan media dadu
sembari bermain sehingga membuat anak merasa lebih senang dan nyaman dikarenakan anak
tidak merasa bahwasanya mereka sedang melakukan aktivitas belajar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dadu adalah media visual yang
berbentuk kubus serta terdiri dari enam bidang sisi yang dimana setiap sisinya terdapat huruf
yang berbeda. Penggunaan media dadu dalam pembelajaran guna meningkatkan kemampuan
bahasa anak dalam hal mengenal alphabet.

9
Prinsip Pengembangan Media Dadu

Prinsip pengembangan media dadu yang perlu diperhatikan pendidik PAUD menurut
Kurnia (2020: 34) di antaranya yaitu:
a) akomodatif pada kebutuhan dan tahapan perkembangan anak.
b) menarik dan menyenangkan.
c) memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk bahan
bekas layak pakai.

Manfaat Media Dadu

Menurut Arif (Anella dan Pransiska, 2020: 13) beberapa manfaat media dadu huruf dalam proses
pengajaran anak usia dini antara lain:
a) proses pembelajaran menggunakan media dadu huruf lebih menarik perhatian anak hingga
kemudian membangkitkan motivasi untuk belajar,
b) bahan ajar akan terkemas dalam tampilan yang menarik, sehingga memudahkan anak
memahami materi yang disampaikan,
c) membuat metode pengajaran lebih variatif,
d) meningkatkan minat anak dalam belajar, dikarenakan anak juga akan ikut dalam aktivitas
mengamati, mendemonstrasikan, dan melakukan aktivitas lainnya.
Sedangkan menurut Prahesti ada beberapa manfaat media dadu yaitu:
1) melatih keterampilan motorik, kognitif, bahasa dan emosional anak,
2) meningkatkan pemahaman anak tentang sebuah konsep maupun prinsip,
3) mengajarkan anak untuk bekerja sama,
4) memberikan motivasi dan keefektivan kelas.

METODE PENELITIAN

Subjek, tempat , dan waktu penelitian


1. Subjek penelitian

10
Adapun yang menjadi subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah kelompok A
TK Trisula II Jl. Jaksa Agung Suprapto No.31 Jombang.
Tempat penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di TK Trisula II Jl. Jaksa Agung Suprapto No.31 Jombang.

Waktu penelitian

Waktu penelitian di mulai di bulan Oktober, sedangkan jadwal perbaikan pembelajaran


dilakukan pada tanggal 16-20 Oktober 2023.

Jenis Tindakan
Pada penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggart dalam Dariyo
(2011; 183). PTK ini terdiri dari empat kegiatan siklus yaitu: planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), reflection (refleksi). Adapun tahap-tahap pada setiap
siklusnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Arikunto

Teknik Pengumpulan Data

Observasi (observation)

Observasi (pengamatan) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2012; 45). Melalui
kegiatan observasi ini peneliti dengan mudah mengetahui kendala yang dihadapi dalam
meningkatkan motivasi belajar anak melalui media bermain menggunakan media loose part.

a. Observasi pertama digunakan untuk menunjang data tentang kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru.

b. Observasi kedua digunakan untuk menunjang data tentang kemampuan belajar anak melalui

11
media loose part.

Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang mendukung berjalannya penelitian ini, meliputi nama-nama anak
sebagai subjek penelitian, foto-foto proses berlangsungnya pembelajaran tentang peningkatan
motivasi belajar anak melalui media loose part serta data-data yang mendukung lainnya untuk
menganalisis pada tahapan awal.

Instrument Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam sebuah
penelitian. Menurut Daryanto (2011; 80) menyatakan bahwa suatu penelitian tindakan kelas
memerlukan instrument penelitian yang dapat mengumpulkan data mengenai peroses
pembelajaran dan tidak hanya mengenai hasil pembelajaran. Instrument dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar anak pada kelompok B Dharma
Wanita Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi guru dan hasil
observasi hasil kerja anak.

Pengamatan
Hal hal yang di amati selama melaksanakan kegiatan perbaikan adalah cara anak
menggunakan bahan bahan loose part untuk melaksanakan kegiatan, cara anak menuangkan
imajinasinya, dan kemandirian anak dalam mengerjakan tugas.
Dengan menggunakan alat peneilaian yang di gunakan khusus untuk di Taman Kanak-Kanak
yaitu : BSH ( ) untuk hasil yang baik, MB ( ) untuk hasil yang cukup baik, dan BB
B
( ) untuk hasil yang kurang.

Observasi,

Menyusun/menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahapan penggunaan alat peraga


dengan menggunakan alat format observasi :
 Identifikasi permasalahan dalam pelakasanaan pembelajaran
 Menyusun rencana penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan
secara menyeluruh berupa siklus.

12
Refleksi

Selama melakukan kegiatan perbaikan pada siklus I penulis menemukan kekuatan dan
kelemahan dalam tindakan perbaikan. Adapun kekuatannya adalah dalam menentukan alat dan
bahan yang sesuai dengan kegiatan perbaikan, sedangkan kelemahannya adalah dalam
menentukan langkah-langkah perbaikan.
Penulis juga menemukan kekuatan dan kelemahan diri dalam merancang dan melakukan
suatu tindakan perbaikan pembelajaran. Kekuatannya adalah dalam melakukan perbaikan penulis
selalu melakukan evaluasi diri sendiri dan mendiskusikannya dengan supervisor sedangkan
kelemahannya adalah penulis merasa kurang percaya diri.
a. Kelebihan
1. Metode yang di gunakan sesuai dengan indicator yang di lakukan
2. Kegiatan yang di lakukan sesuai dengan rencana dalam RKH
3. Menggunakan kurikulum dan RKH sebagai pedoman untuk merancang dan melaksanakan
kegiatan
4. Merencanakan kegiatan sesuai dengan tema dan tujuan perbaikan.
b. Kelemahan
1. Penataan ruang yang kurang mendukung kegiatan pembelajran
2. Dalam pemberian motivasi kepada anak
3. Alokasi waktu yang belum sesuai

Tehnik Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, data kualitatif yang berupa keaktifan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran; kedua, data kuantitatif yang berupa nilai hasil
karya anak.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui :
1. Analisis aktivitas guru. Data tentang aktivitas guru yang di peroleh melalui lembar
pengamatan di analisis secara deskriptif. Data tentang aktivitas guru ini berguna untuk

13
mengetahui apakah proses pembelajaran yang diterapkan atau dilakukan telah sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya.
2. Analisis aktivitas siswa. Data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang
dilakukan telah sesuai dengan yang di rencanakan sebelumnya .
3. Analisis keberhasilan Tindakan. Anak dikatakan tuntas secara individu jika nilai hasil
belajar siswa lebih dari 75. Tolak ukur keberhasilan Tindakan adalah jika hasil tes yang di
peroleh siswa secara umum lebih baik dari hasil tes yang di lakukan sebelumnya
diterapkan metode pemberian tugas .untuk menentukan tercapainya KKM atau ( kriteria
ketuntasan minimal ) dan di lakukan dengan menghitung ketuntasan individu dan
presentasi ketuntasan klasikal.

Nilai Anak = skor yang di peroleh anak x 100%

Skor maksimum

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan observasi hasil dari pelaksanaan siklus satu dan siklus II menunjukan bahwa
pembelajaran siklus ke II lebih bermakna dan lebih menitik beratkan ke aspek kognitif dengan
tujuan anak lebih mudah mengingat angka melalui media dadu dari pada siklus ke 1 Dari
pembelajaran siklus 1 dibandingkan dengan pembelajaran siklus ke II yang lebih menitik
beratkan ke media dadu maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran memakai
media dadu lebih mudah mengingat angka dari pada pembelajaran yang dilaksanakan pada
siklus Pertama. Berdasarkan dari temuan-temuan yang didapatkan dari kegiatan guru dan
kegiatan siswa maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran siklus II sudah baik
walaupun ada beberapa nilai anak yang belum berkembang. dalam kegiatannya masih di bantu.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media dadu untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang.
Peningkatan kemampuan kognitif anak di kolompok A khususnya pada bidang kemampuan

14
Kognitif melalui media dadu, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan pada aspek
kegiatan, perencanaan, perbaikan dan replersi pada siklus 1 dan siklus II.

Hasil dari perencanaan perbaikan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan


karena pada kemampuan pelaksanaan perbaikan pengembangan sudah disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media dadu untuk meningkatkn kognitif pada anak kelompok A di TK Trisula II
Jombang dapat dikatagorikan berkembang sangat baik, dan pencapain hasil yang sangat
memuaskan pada akhir siklus 2.

Saran
Bagi Guru

a. Agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media dadu berjalan dengan baik
maka pendidik harus melibatkan anak aktif selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
b. Guru hendaknya dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar kegiatan
belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan bahwa dengan
menggunakan media dadu dapat meningkatkan kognitif.

DAFTAR PUSTAKA
Dadan Suryana Dan Nenny Mahyudin. 2019. Dasar-Dasar Pendidikan TK. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka
Feby Atika Setiawati dan Suyadi. 2021. Penerapan Strategi Pembelajaran Melalui Permainan
Ular Tangga Tantangan Dalam Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia
Dini. Jurnal Buah Hati.

Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif dan Psikomotor: Konsep dan
Aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), 152.

Supa’at, Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan Agama Islam, ( Kudus: STAIN Kudus,
2017), 39-40.

Nurmiati. 2018. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Melalui

15
Bermain Puzzle Jam Anak Usia 4-5 Tahun Di PAUD Generasi Bangsa Pekanbaru.

Wiyani, N. A. 2015. Bina Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Yoke April Arfianti. 2018. “Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Mengenai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Bermain Puzzle Di Tk Fitri.

16

Anda mungkin juga menyukai