Anda di halaman 1dari 7

MENGASAH SISTEM MOTORIK SISWA DIFABEL

DALAM MENGENAL HURUF DENGAN


MENGGUNAKAN KARTU

Seminar Proposal

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana

oleh

Devia Baroena
20080067

PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia telah memberikan hak yang sama kepada seluruh
siswa dalam menerima pembelajaran, termasuk juga siswa yang mengalami
disleksia. Selama kegiatan belajar mengajar di kelas, gurulah yang paling
mengetahui keadaan siswa. Sehingga guru akan mengetahui jika siswanya ada
yang mengalami disleksia. Menurut I Made & Ni Made (2021), pendidikan
merupakan hal yang harus diperoleh oleh semua insan manusia sejak usia dini dan
sekolah dasar. Karena pendidikan akan membawa setiap manusia dalam
mewujudkan cita-citanya di jaman globalisasi ini. Guru diharapkan dapat
memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan setiap siswa. Tetapi yang
terjadi dalam dunia pendidikan, ada beberapa oknum guru yang hanya sebatas
mentransfer pengetahuan tanpa mengetahui latar belakang siswa secara kejiwaan,
karena kebutuhan siswa pada dasarnya adalah berbeda-beda. Sehingga perhatian
khusus bagi siswa disleksia terutama unsur psikologi sangat diperlukan (Hidayah,
2010). Kemudian siswa yang berkebutuhan khusus harus mengikuti siswa-siswa
lain yang normal dalam mengikuti pelajaran. Ini terjadi bukan hanya saat di
Sekolah Dasar, bahkan keterbatasan ini akan selalu dibawa oleh siswa hingga di
tingkat Sekolah Menengah. Terlebih lagi, siswa juga harus tinggal kelas karena
dianggap siswa yang bodoh atau kurang dalam nilai akademik. Pendidikan
merupakan hal yang harus diperoleh oleh semua insan manusia sejak masa
sekolah peserta didik termasuk usia dini dan sekolah dasar. Karena pendidikan
akan membawa setiap manusia dalam mewujudkan cita-citanya di jaman
globalisasi ini. Pendidikan dapat diperoleh melalui keluarga, masyarakat dan
lembagalembaga pendidikan yang ada. Seperti pendapat Budiyanto bahwa sebagai
sub komponen penting dalam proses pembelajaran, guru menjadi kunci di balik
tercapainya tujuan pendidikan. Guru berperan sebagai pendidik, pembimbing dan
evaluator bagi siswa serta berdampak pada tumbuh kembang siswa (Budiyanto,
2009).
Guru harus mampu mengetahui kendala-kendala maupun masalah-masalah
yang dihadapi siswa, karena sebagai guru tidak hanya membagikan ilmunya,
tetapi lebih kepada memeberikan bimbingan yang tepat sasaran kepada
siswasiswanya. Jika guru tidak bisa mendapingi siswa disleksia, maka siswa-
siswa tersebut akan putus asa dalam menghadapi pendidikan. Ini mengakibatkan
ssiwa kehilangan kepercayaan diri, kehilangan motivasi belajar bahkan depresi (M.
Shabir, 2015).
Implementasi kurikulum 2013 SD dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas
Sekolah Dasar sesuai yang diharapkan pemerintah dan masyarakat, sangat
ditentukan oleh kondisi dan situasi peserta didik. Salah satunya adalah membaca
yang dapat diartikan sebagai pengetahuan dasar yang diperoleh di sekolah dasar
karena membaca memegang peranan penting. Membaca adalah salah satu dari
empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan membaca, menulis, berbicara,
mendengarkan (Ardianingsih et al., 2017; Kusumaningrum et al., 2017; Sugiyanto
et al., 2015). Setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga
keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur
mula-mula, pada masa kecil, kita belajar membaca dan menulis. Kemampuan
membaca dilakukan agar peserta didik tidak hanya untuk mampu membaca tetapi
peserta didik, melakukan kegiatan memahami karangan, bacaan, menanggapi teks
bacaan, mengkomunikasikan secara lisan maupun tulisan, dan lain sebagainya.
Kesulitan belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara
wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal
semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk
mengadakan konsentrasi. Dengan kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap
anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar.
Untuk masalah-masalah seperti kesulitan membaca ini kurang mendapat perhatian
dari guru kelas I. Pendidik atau guru memiliki tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai
tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang
terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak. Oleh karena itu,
guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasaan membaca siswa sebagai suatu yang menyenangkan.
Keterampilan membaca siswa diharapkan harus segera dukuasai oleh siswa SD
karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar
siswa (Agustina & Hariyadi, 2018; Kharisma & Arvianto, 2019; Pratiwi, 2020).
Khususnya di kelas rendah atau kelas 1 keberhasilan siswa dalam mengikuti
proses kegiatan belajar mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasan
kemampuan membaca permulaan mereka.
Pembelajaran yang dilakukan kepada anak dalam pengenalan huruf, hanya
diajarkan melalui majalah. Penggunaan majalah yang terlalu sering tidak tepat
dalam program pembelajaran anak. Dari wawancara dengan guru, didapat
informasi bahwa guru kurang memberikan pengenalan mengenai konsep huruf
karena keterbatasan media pembelajaran yang dimiliki sekolah, sehingga
pengenalan huruf tidak dilakukan melalui media penunjang belajar serta bermain
bagi anak. Sebagaimana dikutip dari Putri Hidayah (2019), bahasa menjadi salah
satu aspek yang diperhatikan dalam proses perkembangan anak. spek-aspek
perkembangan anak yang harus dikembangkan yaitu: nilai moral dan agama, fisik
motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Semua aspek tersebut harus
dikembangkan secara optimal dan sesuai dengan tahapan usia anak. Salah satu
perkembangan anak yang harus dikembangkan yaitu perkembangan bahasa
anak.Oleh karena itu, melatih kemampuan anak untuk menggunakan bahasa
dengan baik dan benar sejak dini menjadi kewajiban bagi lingkungan di sekitar
anak tersebut agar anak mampu mengekspresikan dirinya dengan baik.
Pengembangan bahasa anak akan memudahkan anak untuk mengungkapkan
pikiran dan dapat berkomunikasi secara efektif. Melalui pendidikan diharapkan
akan membentuk generasi penerus yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang sangat diperlukan bagi perkembangan bangsa dan negara, serta
kehidupannya sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui penggunaan kartu pada anak sekolah dasar khusus disleksia yang
menyandang difabel agar dapat mengasah sistem motoriknya atau meningkatkan
daya saing dalam proses pembelajaran saat di ruangan kelas, karena disleksia juga
manusia yang normal tanpa ada kekurangan cacat secara finansial tetapi mereka
juga butuh yang namanya pendidikan. Sebagaimana dikutip dari Hendricus (2015),
menurut Ki Hadjar Dewantara, adalah menghasilkan manusia yang tangguh dalam
kehidupan masyarakat. Manusia yang dimaksud adalah manusia yang bermoral
Taman Siswa, yaitu mampu melaksanakan Tri Pantangan yang meliputi tidak
menyalahgunakan kewenangan atau kekuasaan, tidak melakukan manipulasi
keuangan dan tidak melanggar kesusilaan (Ki Suratman, 1987 : 13).Maka dari tu
penelitian saya bertujuan untuk membantu difabel khusus disleksia pada sekolah
dasar agar mereka dapat membaca atau mengenal huruf dan termotivasi dengan
menggunakan media kartu.

1.2.Fokus Penelitian
Berdasarkan alasan memilih judul di atas,maka peneliti memfokuskan
penelitian agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas. Oleh karena
itu,dengan demikian maka fokus penelitian ini tentang penggunaan media kartu
dalam mengembangkan sistem motorik pada siswa disleksia di sekolah dasar pada
saat mengenal huruf di SDN 10 Kota Sabang.

1.3.Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman terhadap keadaan
siswa yang mengalami disleksia pada saat proses pembelajaran ?
2. Apa yang menyebabkan guru kurang dalam memberikan pengenalan
mengenai konsep huruf ?
3. bagaimana cara guru meningkatkan motivasi kepada siswa yang mengalami
disleksia sehingga mereka cenderung kurang percaya diri pada saat tampil di
depan kelas ?

1.4.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan pemahaman terhadap
keadaan siswa yang mengalami disleksia pada saat proses pembelajaran.
2. Agar dapat mengetahui penyebab-penyebab guru kurang dalam
memberikan pengenalan mengenai konsep huruf.
3. Agar dapat mengetahui motivasi apa yang telah di berikan oleh gurunya
sehinga siwa difabel tersebut tampil aktif dan daya tangkap cepat pada saat
prsoes pembelajaran berlangsung.

1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis. Adapun
manfaat teoritis adalah ilmu pengetahuan baru yang dapat digunakan secara
umum dalam dunia pendidikan anak sekolah dasar. Sedangkan manfaat praktis
adalah jawaban dari rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti.
1.5.1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis diharapkan dapat memberikan hasil yang dapat
memberikan ide kreatif dan menyenangkan bagi anak. Penelitian ini pula
diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dibidang perkembangan anak.
Terutama pada perkembangan kreativitas dilembaga pendidikan anak sekolah
dasar. Dan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti tentang bagaimana
mengasah sistem motorik siswa difabel dalam mengenal huruf dengan
menggunakan kartu di SDN 10 Kota Sabang.Semoga peneliti dapat
menerapkannya di sekolah yang membutuhkannya nanti dengan baik dan tepat
sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan khidmat dan tentram.
1.5.2. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi mengenai pembelajaran
mengenal huruf dengan menggunakan kartu untuk siswa difabel pada
sekolah dasar.
2. Bagi pendidik SD
Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi pemikiran mengenai
perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan mengenal huruf dengan kartu pada
sekolah dasar.
3. Bagi siswa
Hasil penelitian ini agar dapat meningkatkan kreativitas anak difabel
melalui kegiatan mengenal huruf dengan kartu di sekolah dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Sistem Motorik
2.1.1.1. Apa yang dimaksud dengan sistem motorik ?
2.1.1.2. Mengapa ketangkapan dalam proses pembelajaran sangat
berpengaruh pada sistem motorik terutama kepada siswa difabel ?
2.1.1.3. Upaya apa yang akan dilakukan oleh seorang guru agar sistem
motorik pada siswa difabel cepat menangkap pelajaran atau
mengingat sesuatu ?

2.2.1. Siswa Difabel


2.2.1.1. Apa yang dimaksud dengan difabel ?
2.2.1.2. Mengapa siswa yang mengalami difabel diperkenankan untuk
massuk sekolah reguler ?
2.2.1.3. Bagaimana upaya guru saat mengelola kelas dan terdapat siswa
difabel ?

2.3.1. Media Kartu


2.3.1.1. Apakah media kartu akan efektif saat digunakan untuk siswa
difabel ?
2.3.1.2. Bagaimana dengan keadaan guru yang tidak bisa menggunakan
media kartu pada saat proses pembelajaran berlengsung terhadap
siswa difabel ?

2.2. Kajian Penelitian yang Relavan


Ada beberapa penelitian yang dipandang relavan dengan penelitian ini,yaitu
diantaranya penelitian yang akan dilakukan oleh Devia Baroena dengan judul
Mengasah Sistem Motorik Siswa Difabel dalam Mengenal Huruf dengan
Menggunakan Media Kartu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa difabel dapat mengenal huruf
dengan menggunakan metode kartu,penelitian ini dilakukan agar siswa-siswa
difabel dapat merasakan dunia pendidikan di sekolah seperti anak-anak lainnya.
Menurut Joko Teguh Prasetyo dalam skripsi yang berjudul proses dan pola
interaksi sosial siswa difabel dan non-difabel disekolah inklusif di Kota Surakarta
menyatakan bahwa kesamaan hak anak atas pendidikan dijamin sepenuhnya di
dalam instrumen hukum (baik nasional maupun internasonal).Pendidikan
bertujuan memperkuat Hak Asasi Manusia.walaupun tujuan dan sasarannya
berbeda-beda menurut konteks nasional budaya,polotik,agama serta sejarah
masing-masing.Hak asasi difabel atas pendidikan diperjelas kembali dalam
Konvensi Hak Anak (1989).

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa relevansi penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah sma-sama membahas tentang siswa difabel terhadapa
pendidikannya.Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini lebih menekankan
pada metode penelitian data primer dan data sekunder untuk mengetahui lebih
dalam lagi tentang “ Mengasah Sistem Motorik Siswa Difabel dalam Mengenal
Huruf dengan Menggunakan Media Kartu”.

2.3.Kerangka Berpikir

Sistem Motorik

Siswa Difabel Media Kartu

Mengasah Sistem Motorik Siswa Difabel dalam Mengenal Huruf


dengan Menggunakan Media Kartu

Anda mungkin juga menyukai