KELAS
DENGAN METODE BERMAIN DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMBACA PADA SISWA KELAS A DI PAUD BINAUL UMMAH KECAMATAN
KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR SEMESTER 2 TAHUN
PEMBELAJARAN 2019/2020
Oleh
DWI SEPTYANINGSIH
NIM : 836792874
B. Bidang Kajian
C. Pendahuluan
2
banyak PAUD yang tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai tempat bermain yang
menyenangkan bagi anak.
Pada dasarnya, membelajarkan persiapan membaca dan menulis di PAUD dapat
saja dilaksanakan selama dalam batas-batas aturan pengembangan pra-skolastik atau
pra-akademik. Pembelajaran persiapan membaca dan menulis di PAUD hendaknya dapat
diberikan secara terpadu dalam program pengembangan kemampuan dasar, dalam hal ini
bidang pengembangan berbahasa dan motorik.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan masa peka anak pada aspek
perkembangan membaca dan menulis ini dapat disusun berbagai bentuk kegiatan
pembelajaran membaca dan menulis bagi anak PAUD.
Berdasarkan Kompetensi membaca di tingkat pendidikan dasar merupakan salah
satu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Membaca merupakan awal dan
dasar dari kemampuan seseorang. Apabila kemampuan membaca rendah dapat
dipastikan bahwa kemampuan yang lain juga rendah, tidak mungkin memiliki
kemampuan matemetik yang tinggi.
Secara umum, upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada diri
siswa masih mengalami beberapa kendala yakni karena mahalnya bahan bacaan seperti
buku, Koran dan majalah. Di samping itu, khususnya tayangan film asing ke dalam
bahasa Indonesia. Merupakan salah satu penghambat untuk mengembangkan kebiasaan
membaca. Sesungguhnya yang paling penting adalah kemudahan mendapatkan bahan
bacaan dan timbul keniatan pada diri seseorang akan pentingnya membaca.
Pada hakikatnya pendidikan anak PAUD adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang
akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak PAUD
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada
peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan baik koordinasi motorik (halus
dan kasar), kecerdasan jamak (multiple intelegence), maupun kecerdasan spiritual.
Sesuai dengan keunikan dan perumbuhan anak PAUD, Penyelenggaraan Pendidikan
PAUD disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilaului oleh anak PAUD.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
UU Sisdiknas (2003) pada pasal 1 ayat (14) menyatakan bahwa pendidikan anak
TK/ Usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang diajukan kepada anak sejak lahir
3
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Karakteristik tujuan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak memiliki lima bidang
pengembangan yaitu: (1) pengembangan sikap dan nilai, (2) pengembangan bahasa, (3)
pengembangan kognitif (4) pengembangan fisik dan motorik, dan (5) pengembangan
seni. Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, guru dapat menggunakan strategi /
metode pembelajaran yang memungkinkan anak dapat mengembangkan keterampilan
berbicara, mendengar, membaca dan menulis.
Bersarkan karakteristik dan aspek pengembangan kebahasaan, pada usia PAUD
kemampuan anak masih terbatas dalam memahami bahasa dari pandangan orang lain.
Akselerasi perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil perkembangan fungsi
simbolis Hetherington (dalam Moeslichatoen, 1999: 18). Jika pengembangan simbol
bahasa telah berkembang, maka hal ini memungkinkan anak memperluas kemampuan
memecahkan persoalan yang dihadapi dan memungkinkan anak belajar dari sesuatu
yang telah dibacanya. Semakin banyak dan sering anak membaca maka semakin
berkembang pula keterampilan memahami kata. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
apabila para ahli menyimpulkan, membaca merupakan dasar dari pada keterampilan
bahasa lainnya Tyarigan (dalam Tarigan 1987: 48)
4
di PAUD Binaul Ummah Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Semester 2
Tahun Pembelajaran 2019/2020.
2. Pemecahan Masalah
Siswa yang mendapatkan pengetahuan dari lingkungan secara langsung melalui
pembelajaran yang menyenangkan lewat metode bermaian tentunya akan menghasilkan
atau menguasai materi (dalam hal ini kemampuan membaca) yang lebih baik kerena
materi didapat dengan permainan yang menyenangkan.
3. Hipotensis
E. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
Guna meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelompok A di PAUD
Binaul Ummah Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Semester 2
Tahun Pembelajaran 2019/2020.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan siswa dapat menumbuh kembangkan kemampuan membaca mejadi
sebuah minat, kegemaran, dan kebiasaan positif baik di sekolah, di keluarga
maupun di lingkungan masyarakat.
5
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Memberikan motivasi dan dorongan untuk kemampuan membaca baca pada
anak.
b. Dengan kemampuan membaca pemahaman, siswa dapat berperan aktif dan
bertanggung jawab dalam mengembangkan kemajuan belajar mereka sendiri.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kognitif, efektif dan psikomotorik dalam
konteks pembelajaran.
2. Manfaat Bagi Guru
a. Sebagai fasilitator, guru dapat menggunakan berbagai macam teknik, metode,
dan pendekatan dalam pembelajaran membaca.
b. Dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang bersifat dinamis dan
menyenangkan.
c. Mengevaluasi hasil akhir pembelajaran dengan upaya membina,
membimbing dan mengarahkan siswa agar terampil dalam membaca
pemahaman secara baik, benar, efektif dan efisisen.
3. Manfaat Bagi Sekolah
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar.
b. Meningkatakan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa
dan prestasi kinerja guru.
G. Kajian Pustaka
6
Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang
usia 4-5 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari
tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses
evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri.
Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai
tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan
interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan
hidupnya.
Erik H. Erikson (Helms & Turner, 1994:64) memandang periode usia 4-6
tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk
mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari
apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari
lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa, dan daya
kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang
selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal
anak dapat melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak
mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.
7
of human life). Oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas
(golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang
sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya
peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi
seseorang. Menurut Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu taman
yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan
berkembang secara wajar. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental
bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang
jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis,
antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya,
seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
Motivasi Intrinsik tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak.
Pengaruh positif tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk
dilakukan. Bukan dilakukan sambil lalu, tingkah laku itu bukan dilakukan sambil
lalu. Cara/tujuan, cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya. Kelenturan,
bermain itu perilaku yang lentur
Fungsi bermain bagi anak TK. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang
dewasa. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata.
Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata.
Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng. Untuk
melepaskan dorongan yang tidak dapat diterima. Untuk kilas balik pesan-pesan
yang biasa dilakukan. Mencerminkan pertumbuhan. Untuk mengembangkan sosial
anak. Beberapa fungsi bermain :
Mempertahankan keseimbangan
Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari
Mengantisipasi peran yang akan dijalani di masa yang akan datang.
Menyempurnakan keterampilan-keterampilan yang dipelajari..
Menyempurnakan keterampilan-keterampilan yang dipelajari.
Menyempurnakan keterampilan memecahkan masalah.
Meningkatkan keterampilan berhubungan dengan anak lain.
8
a. Penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial
anak. Gorden & Browne 1985, mengadakan penggolongan kegiatan bermain
sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak dala bentuk :
1. Bermain secara soliter
2. Bermain secara paralel
3. Bermain asosiatif.
4. Bermain secara kooperatif.
b. Kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak yaitu bermain bebas dan
spontan :
1. Bermain bebas dan spontan.
2. Bermain pura-pura. Bermain pura-pura dapat dibedakan dalam bentuk:
3. Bermain dengan cara membangun atau menyusun.
4. Bertanding atau berolahraga.
(http://yatna234.blogspot.com/2008/11/penggunaan-dan-pengertian-metode-
bagi.html, diakses 3 November 2010 )
a. Kemampuan Mendengar
9
4) Menjawab pertanyaan tentang cerita pendek 5 s.d. 6 kalimat yang sudah
diceritakan guru.
5) Mendengar cerita dan menceritakan kembali secara sederhana
6) Melengkapi kalimat sederhana yang sudah dimulai guru.
7) Melanjutkan cerita/sajak sederhana yang sudah dimulai guru.
8) Mengenal suara huruf dari kata yang berarti, misalnya: bola, baju, batu, biji, dan
sebagainya.
9) Mengenal bunyi huruf akhir dari kata-kata yang berarti, misalnya: kolam,
malam, ayam, dan sebagainya.
10) Menyebutkan berbagai bunyi/suara tertentu.
10
1) Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, berapa, di mana, mengapa,
dan bagaimana secara sederhana.
2) Bicara lancar dengan kalimat sederhana.
3) Bercerita tentang kejadian di sekitarnya secara sederhana.
4) Memberikan keterangan atau informasi tentang suatu hal.
5) Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri.
6) Melanjutkan cerita/sajak sederhana yang sudah dimulai guru.
7) Menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari suatu benda.
8) Menceritakan gambar yang telah disediakan.
9) Menyanyikan beberapa lagu anak-anak.
10) Mengucapkan beberapa sajak sederhana.
11) Membuat sebanyak-banyaknya kata dari suku kata awal yang disediakan bentuk
lisan.
12) Bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri.
d. Membaca Gambar
11
yang dihadapi sekolah ini jika dibandingkan dengan mengadakan penelitian di
sekolah lain.
Ketiga, penelitian yang dilaksanakan tidak akan mengganggu tugas utama
peneliti sebagai guru.
Keempat, penelitian dilaksanakan di kelas sendiri dengan alasan tidak akan
mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang
berlaku.
c) waktu Penelitian
Penelitian berlangsung selama satu bulan yang dimulai tanggal 18 Oktober
2010 sampai 13 Nopember 2010. Waktu 24 hari efektif tersebut difokuskan pada
kegiatan persiapan pengumpulan data, pengorganisasian, dan pengonsepan laporan.
Penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal yang berlaku di PAUD Binaul
Ummah terutama yang berkaitan dengan bidang pengembangan bahasa.
Selain itu, dalam penelitian kualitatif juga perlu dipertimbangkan pendapat yang
dikemukakan oleh Bog dan Taylor (Moleong, 2004: 3) menyatakan sebagai berikut:
“Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
12
organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai
bagian dari suatu keutuhan.
2) Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan mengacu pada bentuk desain bercorak
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), sehingga model penelitian
yang digunakan adalah model daur (siklus) yang mencakup empat komponen, yaitu:
rencana (pleanning), observasi (observation, tindakan (action) dan refleksi
(reflection). Rancangan penelitian seperti tergambar dari bagan berikut ini.
Perencanaan
Pengmatan
Perencanaan
Pengamatan
13
ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian
khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan pembelajaran di
kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus
ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, dan harus
pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
14
rasional serta dengan teknik tri-angulasi akan diperoleh suatu kesimpulan. Kegiatan
tersebut merupakan kegiatan refleksi. Refleksi dilakukan secara bersama-sama untuk
mengetahui hal-hal mana yang harus dipertahankan dan hal-hal mana yang masih harus
ditingkatkan atau ditinggalkan.
Jika kegiatan yang disebut refleksi ini dilakukan dengan benar telah melibatkan
semua yang terkait, maka kegiatan pembelajaran atau pelaksanaan tindakan akan selalu
bermuara pada hasil dari suatu tindakan yaitu penyusunan perencanaan dan tindakan
perbaikan berikutnya.
2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas(PTK). Tiap siklus meliputi 4
tahap yaituperencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dari tiap siklus ini
diamati kualitas proses pembelajaran yang terdiri dari aktifitas siswa dan guru, serta
hasil belajar siswa yang diukur dari hasil test.
3. Metode Analisa Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, dihitung nilai rata-rata kelas
dan yang disajikan dalam bentuk tabulasi frekuensi, diagram batang. Analisis trend
(analisis perkembangan) digunakan untuk mengetahui perkembangan kemampuan
membaca siswa dalam bentuk hasil tes baik tulis maupun lisan.
I. JADWAL PENELITIAN
Oktober-November 2010
No. Kegiatan
Minggu III Minggu IV Minggu I Minggu II
(18-23Oktober) (25-30 Oktober) (1-6 Nopember) (8-13 Nopember)
1. Persiapan
2 Pelaksanaan
3 Pengolahan data
15
4 Pembuatan
laporan
J. PERSONALIA
Peneliti Observer
16
K. KOMPONEN BIAYA
Biaya yang diperlukan untuk penelitian ini, antara lain sebagai berikut.
No. URAIAN BIAYA (Rp)
1. Untuk Penyusunan:
1. Penyusunan Proposal 75.000,00
2. Penyusunan Instrumen 20.000,00
3. Pengumpulan Data 20.000,00
4. Pengolahan Data 20.000,00
5. Analisis Data 20.000,00
6. Penulisan Laporan 100.000,00
2. Bahan:
Pembelian ATK 10.000,00
3. Lain-lain:
1. Konsumsi 50.000,00
2. Foto copy 10.000,00
3. Penggandaan 75.000,00
4. JUMLAH 400.000,00
Karangpandan, 20 Mei 2019
Menyetujui,
Kepala PAUD Binaul Ummah
K. DAFTAR PUSTAKA
17
Moleong, 2001 dalam Anonymous, 2007. Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan
Penelitian. Tulungagung: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pedidikan
(STKIP) PGRI Tulungagung.
Munandar, Utami, (1995). Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,
Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003. Standar Kompetensi
Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak & Raudhatul Athfal. Jakarta
Rachmawati, Yeni, & Kurniati, Euis. (2003). Strategi Pengembangan Kreativitas Anak
Taman Kanak-kanak. Jakarta.
Dikti.Jaruki, Muhammad. 2008. Bahasa Indonesia Kelas 1 .Jakarta : Grasindo.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20. Jakarta
18