Anda di halaman 1dari 29

Penyusunan Asesmen

Otentik
KB 1. Maksud dan tujuan Asesmen otentik
KB 2. Strategi Asesmen Otentik
KB 3. Teknik apa yang akan dipakai dan diapakan data
yang sudah terkumpul
KB 1. Maksud dan Tujuan Asesmen
Otentik
Kerangka inti perencanaan asesmen adalah ABD
yaitu bahwa dalam merencanakan asesmen anak
didik harus jelas lebih dulu apa yang mau diakses,
bagaimana cara mengakses dan diapakan hasil
pengaksesannya,salag satunya ialah dipakai sebagai
dasar pengambilan keputusan dalam evaluasi
Diingatkan bahwa
1. Asesmen otentik harus berakar dari pengetahuan dan
cara belajar anak
2. Asesmen otentik berkaitan dan terjalin dengan
kurikulum yang sesuai perkembangan anak
3. Asesmen otentik dan kurikulum sesuai perkembangan
diangkat dengan memperhatikan konteks budaya
tempat kehidupan anak.
Jika asesmen otentik itu valid maka maksud tujuannya
akan tercapai, yaitu kongruensi dalam perkembangan dan
diskrepansinya kecil dalam pencapaian belajarnya.
Agar dapat memahami keseluruhan proses asesmen
otentik, hendaknya dibuat desain keseluruhan (gestalt)
dengan kelengkapan 8 komponennya.
Agar proses asesmen otentik valid maka penyusunan
instrumennya difokuskan pada komponen 1-2-4-7.
A. Maksud - Tujuan Asesmen
Otentik
Maksud tujuan mengakses anak TK ialah untuk
memperoleh data informasi sebagai bukti adanya
perubahan perkembangan dan hasil belajar anak dengan
harapan kemajuan perkembangannya kongruen dengan
pola perkembangan dan pola perilaku sesuai usia dan
keunikan individu.
B. Domain yang diases
Untuk memahami sasaran asesmen otentik pendidik/penilai
harus mengenal dengan baik
1. Isi fakta domain perkembangan dan kategori belajar anak
2. Substansi ragam domain yang akan dipakai, sesuai
usulan Denis Ralph(1996),Meisels (1992), yaitu
BPP(Bidang Pengembangan Pembiasaan) dan
BPKD(Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar) dari
KBK TK (2004) atau kombinasi dari domain-domain
tersebut yang sesuai dengan maksud dan tujuan
asesmen yang akan dilaksanakan.
C. Perwujudan Profisiensi
Perwujudan Profisiensi akan terlihat pada:
1. Pola pertumbuhan dan perkembangan yang dapat
diprediksi atau tersirat pada saat anak mengajukan
usulan atau prakarsa untuk menentukan penilaiannya
sendiri.
2. Proses interaksi anak didik dengan lingkungannya
(bahan belajar, teman dan orang dewasa).
3. Kinerja (performance), proses dan produk belajar anak
didik
KB 2. Strategi Asesmen Otentik
Strategi Asesmen ialah seni mempertimbangkan pemilihan
tempat, waktu dan (kondisi) keadaan yang dipersyaratkan
agar terjadi peristiwa dalam mencapai maksud tujuan, yaitu
1. Memperoleh data informasi sebagai bukti adanya
perubahan perkembangan dan kemajuan belajar anak
didik
2. Menyiapkan/menyedihkan data informasi terus menerus
tentang kinerja anak didik yang dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan evaluasi
A. Pendekatan Formal : Tes Formal
Asesmen formal biasanya mengharuskan penggunaan tes
baku(standardized test) dan sudah mempunyai norma
umum yang berbeda dengan tes buatan guru atau pendidik
walaupun guru tersebut sudah terlatih dengan norma,
antara lain: norma kelas/kelompok A atau B untuk TK
tertentu.
Asemen formal umumnya
dikategorikan sebagai berikut ini.
1. THB (test hasil belajar) yang mengukur apa yang telah dipelajari
anak didik atau keterampilan apa yang diperoleh dari suatu
kegiatan pembelajaran.
2. Tes kesiapan yang mengakses keterampilan,
pengetahuan,sikap atau perilaku anak yang dipersyaratkan,
yang diperkirakan diperlukan oleh pembelajaran untuk berhasil
di sekolah TK.
3. Tes Screening Perkembangan adalah prosedur yang didesain
untuk mengidentifikasi anak (karena resiko masalah belajar
yang mungkin terjadi) atau kondisi yang makin "cacat" ,
hendaknya terus ke taraf asesmen diagnostik yang lebih intensif
(Meisels and wiske,1983,h.1)
4.Tes Diagnostik dan Tes Intelegensi digunakan untuk
mengenali anak dengan kebutuhan khusus,menganalisis
daerah masalahnya,memberi resep strategi
penyembuhannya,dan menentukan alternatif jalan
keluarnya,misalnya menempatkan ke sekolah khusus.
B. Asesmen Informal
Asesmen otentik sangat bergantung pada strategi informal,
karakteristiknya menyarankan bahwa asesmen:
1. Membentuk hubungan antara guru sebagai pendidik
dengan anak yang dididik.
2. Berpusat pada anak (child centered), bukan berpusat
pada guru (teacher centered).
3. Terkandung dalam kurikulum (terjalin dan saling
mendukung).
4. Berkelanjutan dan kumulatif
5. Berdasar pada banyak teori tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
Asesmen informal dapat menjadi asesmen formal,namun harus
memenuhi kriteria yang ketat.
1. Kriteria agar asesmen Informal menjadi formal
a. Tetap kuat-kokoh dan terkandung dalam kurikulum otentik dan
kongruen(sebangun) dengan tujuan dan sasarannya(isi bahan
ajar).
b. Berdasarkan pengetahuan tentang pertumbuhan, perkembangan
dan belajar anak sehingga anak didik akan terjamin aman secara
fisik dan psikologik.
c. Memberikan dan menyediakan sampel yang mewakili dari
semua dominan (ranah) belajar anak dan isi bahan ajarnya.
d. Bisa menguntungkan anak didik dan program programnya.
e. Terus menerus dan kumulatif, berdasarkan pengamatan
pada perilaku yang relevan (berkaitan dengan tujuan) dan
beberapa produk anak didik.
f. Menunjukkan kepekaan pada konteks budaya dan gaya
belajar anak secara individual
g. Tetap menghidupkan saling percaya dan integritas
semua pihak yang berkolaborasi (bekerja sama) dalam
asesmen, khususnya pada anak didik dan keluarganya.
2. Reliabilitas dan validitas strategi asesmen Informal.
Instrumen penilaian harus memiliki reliabilitas, validitas dan
objektivitas. Demikian pula instrumen dalam strategi
asesmen Informal.
a. Reliabilitas strategi asesmen Informal
Dalam pendekatan formal, pengertian reliabilitas instrumen
pengumpul data merujuk kepada konsistensi pemberian
informasi artinya meskipun dilakukan beberapa kali
pengambilan data/pengukuran dengan alat tes dalam bidang
pengetahuan tertentu hasilnya akan tetap sama
b. Validitas strategi asesmen Informal
Konsep validitas berkaitan dengan seberapa jauh sebuah prosedur
atau tes mengukur hal yang hendak diukur.
Pengertian validitas suatu prosedur atau alat ukur ditentukan dengan
cara membandingkan atau mengontraskan hasil
perlakuan/pelaksanaan pada suatu kegiatan atau benda kriteria atau
konstruksi tertentu yang memang sudah valid.
Tujuan sebuah asesmen yang valid ialah untuk menjamin bahwa
inferensi(kesimpulan sebuah pengalaman) apapun yang ditarik dari
hasil asesmen atau skor tes adalah cocok atau bermakna.
c. Objektivitas
Pengertian objektivitas merujuk pada abilitas, yaitu
kemampuan pelaku asesmen untuk mengumpulkan data
atau informasi sebagaimana adanya mengenai anak didik,
bebas dari perasaan pribadi (subjektif) dan biasnya.
Objektivitas dalam asesmen Informal sama seperti pada tes
formal, ada 5 faktor atau ciri-ciri yang dikenali oleh
Bentzen(1985),yaitu:
1. Kepekaan dan kewaspadaan terhadap gejala profisiensi.
2. Keadaan fisik yang bisa mengacaukan persepsi.
3. Mengendalikan bias pribadi.
4. Integritas kepribadian penilai.
5. Penataan dan situasi proses asesmennya.
KB 3. Teknik Pengambilan Dan
Pengolahan Data.
A. Diapakan data informasi yang sudah terkumpul.
Data informasi yang sudah terkumpul disatukan sehingga
dapat dimaknai dan berarti untuk digunakan,
didokumentasikan secara tertib sehingga mudah diases
dan siap dilaporkan kepada yang berkepentingan, terutama
orang tua.
B. Teknik Yang Akan Dipakai
Teknik asesmen yang paling praktis untuk menangkap kinerja dan
proses secara terus-menerus ialah:
1. Pengamatan yang terampil dan berpengetahuan tentang
perkembangan dan belajar anak.
2. Pencatatan Anekdotal yang singkat,rinci,dan lengkap.
3. Cheklist untuk melihat arah perkembangan dan deskripsinya.
4. Sampel produk berupa contoh yang mewakili dari hasil karya
kerja anak didik.
5. Sampling waktu atau sampling kejadian/peristiwa kegiatan.
6. Wawancara yang dilakukan ketika anak-anak bermain.
C. Komponen 3-5-6-8 Rancangan Gestalt.
Komponen 3-5-6-8 rancangan Gestalt yaitu:
1. Komponen 3: bagaimana profisiensi mewujudkan dirinya
Profisiensi adalah gejala,tanda, indikator munculnya suatu
perubahan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
didik.
Agar penilai dapat menangkap gejala perubahan itu, guru
perlu memahami dan mencermati dengan baik hal-hak
berikut:
a. pertumbuhan, perkembangan dan belajar anak yang
dapat diprediksi
b. Aktivitas yang menjadi pilihan anak sendiri, sebagai
indikator prakarsa dan minat anak didik.
c. Interaksi anak didik dengan bahan ajar, teman dan
orang dewasa di lingkungannya bahkan dengan
pengalamannya sendiri.
d. Kinerja, proses dan produk anak didik.
2. Komponen 5 : siapa-siapa yang terlibat
Dalam penilaian proses dan hasil kegiatan edukatifnya
tidak hanya guru yang berperan, tetapi anak didik juga
diberi peluang untuk terlibat dalam menilai dirinya sendiri,
termasuk orang tua anak dan ahli lain.
3. Komponen 6 : kapan dan dimana akan dilakukan
Asesmen dilakukan setiap waktu kegiatan olah pendidik secara
kontinyu dan komulatif. Namun ada momentum yang perlu diingat
untuk dilakukan asesmen dan evaluasi pada anak didik sendiri, yaitu
dalam:
a. Kegiatan yang diprakarsai anak didik sendiri.
b. Kegiatan penugasan (project) atau kerja kelompok.
c. Suasana saat istirahat atau saat makan siang.
d. Kejadian/peristiwa khusus.
e. Pertemuan evaluasi yang dijadwalkan.
f. Pagi,siang dan sore hari.
g. Setiap hari efektif dalam seminggu.
h. Setiap rentang yang ditentukan.
4. Komponen 8 : kriteria apa dalam evaluasi yang
seharusnya diukur.
Saat mengevaluasi hasil kegiatan keseluruhan atau dalam
satuan kegiatan program pembelajaran, barulah diukur,
dibandingkan dan dinilai terhadap:
1. Maksud-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2. Batasan pertumbuhan dan perkembangan, pola, usia,
dan individu.
3. Sasaran belajar dan pembelajaran yang ditentukan
sebelumnya.
4. Pengembangan kurikulum.
5. Kompetensi, hasil belajar dan indikator dalam kurikulum.

Anda mungkin juga menyukai