Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA An.H DENGAN PNEMONIA RUANG ASTER di RSUD Prof.


Dr MARGONO SOEKARJO

Oleh :
Septian Dwi Andika
113122076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS AL IRSYAD CILACAP
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Pengertian
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011)
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary
alveolus (alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer, mengalami peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013).
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut
yang mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang
disebut Alveoli, yang mengisi dengan udara ketika orang yang sehat
bernafas.Ketika seorang individu memiliki pneumonia, alveoli dipenuhi nanah
dan cairan, yang membuat berbafas asupan oksigen yang menyakitkan dan
terbatas.

B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya (Bradley et.al., 2011) pneumonia dapat disebabkan
oleh :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Aspirasi makanan
5. Pneumonia hipostatik
6. Sindrom Loefler.
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus
dan bakteri seperti Pneumokokus, Staphilococcus Pneumoniae, dan H.
influenzae. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini
diantaranya adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER,
aspirasidan lain-lain.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari pneumonia antara lain:
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 –
40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang
atau terkadang eoforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara
dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui
tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap
pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangssung
singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusu pada bayi.
8. Batuk, merupakan gambarab umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama faase akut.
9. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekels.
10. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak
yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan
makan per oral.
D. Pathways
E. Komplikasi
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa
menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok
pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti
bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas.
Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk
ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi
menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia dengan bakteremia
dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis,
endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat
menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut dengan
efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Efusi
pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak
beserta dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka
cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan
(Ryusuke, 2017).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya
cairan.
2. CT-Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan
lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat
ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul.

G. Masalah Keperawatan/Kolaborasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan D.0001
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler D.0003
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis D.0077
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan
D.0019
5. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit D.0130
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen D.0056
7. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif D.0034

H. Penatalaksanaan:
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia
pasti; pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas
dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator.
d. Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti empiema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena
hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine,
rimantadine untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat
tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.

I. Fokus Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa
SLKI SIKI
keperawatan
Bersihan jalan Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi keperawatan : Latihan
nafas tidak diharapkan bersihan jalan nafas meningkat batuk efektif 1.01006
efektif L.01001 1) Observasi
Kriteria hasil: a) Identifikasi kemampuan batuk
1) Batuk efektif meningkat b) Monitor adanya retensi sputum
2) Produksi sputum menurun c) Monitor tanda dan gejala
3) Mengi menurun infeksi saluran nafas
4) Wheezing menurun d) Monitor input dan output
5) Dispnea menurun cairan (mis. jumlah dan
6)Sianosis menurun karakteristik)
7) frekuensi nafas membaik 2) Terapeutik
8) pola nafas membaik a) Atur posisi semi-fowler atau
fowler
b) Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
c) Buang sekret pada tempat
sputum
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
b) Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu
(dibulatkan) selam 8 detik
c) Anjurkan tarik nafas dalam
hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke-3
4)  Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu

Gangguan Tujuan: setelah dilakukan Tindakan Intervensi keperawatan: Pemantauan


pertukaran gas keperawatan diharapkan pertukaran gas respirasi 1.01014
meningkat L.01003 1) Observasi
Kriteria hasil: a) Monitor frekuensi, irama,
1) Dispnea menurun kedalaman dan upaya nafas
2) Bunyi nafas tambahan menurun b) Monitor pola nafas
3) Pusing menurun (seperti bradipnea,
4) Penglihatan kabur menurun takipnea, hiperventilasi)
5) Nafas cuping hidung menurun c) Monitor kemampuan batuk
6) PCO2 dan PO2 membaik efektif
7) Takikardi membaik d) Monitor adanya produksi
8) Sianosis membaik sputum
9) Pola nafas membaik e) Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
g) Auskultasi bunyi nafas
h) Monitor saturasi oksigen
i) Monitor AGD
j) Monitor hasil x-ray toraks
2) Terapeutik
a) Atur interval pemantuan
respirasi sesuai kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil
pemantauan
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauaan
b) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Pola nafas tidak Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Observasi
efektif diharapkan pola nafas membaik L.010004 a) Monitor pola nafas (frekuensi,
berhubungan Kriteria hasil: kedalaman, usaha nafas)
dengan 1) Kapasitas vital meningkat b) Monitor bunyi nafas
hambatan upaya 2) Tekanan ekspirasi meningkat tambahan (misalnya gurgling, mengi,
nafas D.0005 3) Tekanan inspirasi meningkat wheezing, ronki)
4) Dispnea menurun c) Monitor sputum (jumlah,
5) Penggunaan otot bantu nafas menurun warna, aroma)
6) Pernafasan cuping hidung menurun 2) Terapeutik
7) Frekuensi nafas membaik a) Posisikan semi-fowler atau
fowler
b) Berikan minum hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
d) Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
e) Berikan oksigen, jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
b) Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
a) kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik. jika perlu
Nyeri akut Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Observasi
berhubungan diharapkan tingkat nyeri menurun L.08066 a) Identifikasi lokasi,
dengan agen Kriteria hasil: L.08066 karakteristik, durasi, frekuensi,
pencedera 1) Kemampuan menuntaskan aktivitas kualitas, intensitas nyeri.
fisiologis D.0077 meningkat b) Identifikasi sekala nyeri
2) Keluhan nyeri menurun c) Identifikasi respon nyeri non
3) Meringis menurun verbal
4) Sikap protektif menurun d) Identifikasi faktor yang
5) Kesulitan tidur menurun memperberat dan memperingan nyeri
6) Frekuensi nadi membaik e) Identifikasi pengetahuan dan
7) Pola nafas membaik keyakinan tentang nyeri
8) Tekanan darah membaik f) Identifikasi pengaruh budaya
9) Nafsu makan membaik terhadap respon nyeri
10) Pola tidur membaik g) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
h) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
b) Kontrol lingkungan yang
dapat memperberat rasa nyeri
(misalkan suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, priode
dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e) Ajarkan tekhnik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
Defisit nutrisi Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di Intervensi keperawatan: Manajemen
berhubungan harapkan status nutrisi membaik L.03030 nutrisi 1.03119
dengan ketidak Kriteria hasil: L.03030 1) Observasi
mampuan 1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat a) Identifikasi status nutrisi
mencerna 2) Perasaan cepat kenyang menurun b) Identifikasi alergi dari
makanan D.0019 3) Frekuensi makan membaik intoleransi makanan
4) Nafsu makan membaik c) Identifikasi makanan yang
5) Membran mukosa membaik disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
e) Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastik
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygene sebelum
makan, jika perlu
b) Fasilitasi menentukan
pedoman diet
c) Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan,
jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b) Ajarkan diet yang
diprogramkan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (misalkan
pereda nyeri, antlemetik), jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika
perlu
Hipertermia Tujuan: setelah dilakukan Tindakan Intervensi keperawatan: Manajemen
berhubungan keperawatan diharapkan termoregulasi membaik hipertermia 1.15506
dengan proses L.14134 1) Observasi
penyakit D.0130 Kriteria hasil: L.14134 a) Identifikasi penyebab
1) Menggigil menurun hipertermia
2) kulit merah menurun b) Monitor suhu tubuh
3) suhu tubuh membaik c) Monitor kadar elektrolit
4) tekanan darah membaik d) Monitor haluaran urine
e) Monitor komplikasi akibat
hipertermia
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang
dingin
b) longgarkan atau lepaskan
pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
d) Berikan cairan oral
e) Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
f) Lakukan pendinginan
eksternal (mis. kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen, dan
aksilia)
g) Berikan oksigen, jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
Intoleransi Tujuan: setelah dilakukan tindakan Intervensi keperawatan:Manajemen
aktivitas keperawatan diharapkan toleransi aktivitas energi 1.05178
berhubungan meningkat L.05047 1) Observasi
dengan ketidak Kriteria hasil: L.05047 a) Identifikasi gangguan fungsi
seimbangan 1) Saturasi oksigen meningkat tubuh yang mengakibatkan kelelahan
antara suplai dan 2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas b) Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan sehari-hari meningkat emosional
oksigen D.0056 3) Keluhan lelah menurun c) Monitor pola dan jam tidur
4) Dispnea saat aktivitas menurun d) Monitor lokasi dan ketidak
5) Dispnea setelah aktivitas menurun nyamanan selama aktivitas
6) Sianosis menurun 2) Terapeutik
7) Tekanan darah membaik a) Sediakan lingkungan nyaman
8) Frekuensi nafas membaik dan rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
b) Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan / atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
d) Ajarkan koping untuk
mengurangi kelelahan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan
Resiko Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi keperawatan: Manajemen
hipovolemia diharapkan status cairan membaik L.03028 hipovolemia 1.03116
ditandai dengan Kriteria hasil: L.03028 1) Observasi
kehilangan 1) Tugor kulit meningkat a) Periksa tanda dan gejala
cairan secara 2) Dispnea menurun hipovolemia (misalnya nadi teraba
aktif D.0034 3) Frekuensi nadi membaik lemah, tekanan darah menurun, tugor
4) Tekanan darah membaik kulit menurun, membrane mukosa
5) Tekanan nadi membaik kering, dan lemah)
6) Membrane mukosa membaik b) Monitor intake dan output
7) Suhu tubuh membaik cairan
2) Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan asupan cairan oral
3) Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (mis. NaCl, RL)
b) Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
c) Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin, plasmanate)
J. Daftar Pustaka

Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia.


http://emedicine.medscape.com/article/ 967822-overview.
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. 2011. The
Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children
Older than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric
Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America.
Clin Infect
Dahlan, Zul. 2007. Pneumonia : Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi 2 Jilid 4.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit IDAI
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI. (2018). Standar Interνensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
shaleh. (2013). No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Anda mungkin juga menyukai