OLEH :
RISA AMELIA, S.Kep
NIM :20.300.0033
OLEH :
RISA AMELIA, S.Kep
NIM :20.300.0033
Mengetahui,
LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN ATERM DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT
A. Pengertian
Kehamilan serta persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah dan hal
yang sangat dinanti setiap ibu yang sedang menunggu proses kelahiran
bayinya. Meskipun persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun setiap
proses persalinan yang terjadi beresiko mengalami komplikasi selama
persalinan. Hal tersebut dapat memperburuk kondisi baik ibu maupun bayi
selama persalinan berlangsung sehingga berdampak terjadinya kematian pada
ibu dan bayi (Winancy, 2019).
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta
edema. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi
spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ
lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya
selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi
pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria) (POGI, 2016).
Definisi preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah
sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik. Alat
tensimeter sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa, namun apabila tidak
tersedia dapat menggunakan tensimeter jarum atau tensimeter otomatis yang
sudah divalidasi. Laporan terbaru menunjukkan pengukuran tekanan darah
menggunakan alat otomatis sering memberikan hasil yang lebih rendah.
Preeklampsia berat adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi pada triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada molahidatidosa (Maryunani, 2016)
B. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali
dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima
suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam kandungan.
Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida,
Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Berdasarkan teori
teori tersebut preeklampsia sering juga disebut“ Deseases Of Theory” .
Beberapa landasan teori yang dapat dikemukakan diantaranya adalah
(Nuraini, 2011) :
1) Teori Genetik
Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat
diturunkan atau bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan
kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi pada anak-anak dari
ibu yang menderita preeklampsia, serta peran Renin-
AngiotensinAldosteron-System (RAAS) dimana enzim renin merupakan
enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk meningkatkan
tekanan darah bekerja sama dengan hormon aldosteron dan angiotensin
lalu membentuk sistem.
2) Teori Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna.
3) Teori Prostasiklin & Tromboksan
Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal
meningkat, aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan
diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin
mentebabkan pelepasan tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel.
C. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat pada
arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah. Jadi, jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spesme, maka tekanan darah dengan
sendirinya akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer
agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui
sebabnya, ada yang mengatakan di sebabkan oleh retensi air dan garam.
Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus belum diketahui sebabnya, ada yang mengatakan
di sebabkan oleh retensi air dan garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh
spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mitayani,
2011).
Berdasarkan perjalanan penyakit teori 2 tahap, preeklampsia dibagi
menjadi 2 tahap penyakit tergantung gejala yang timbul. Tahap pertama
bersifat asimtomatik (tanpa gejala), dengan karakteristik perkembangan
abnormal plasenta pada trimester pertama. Perkembangan abnormal plasenta
terutama proses angiogenesis mengakibatkan insufisiensi plasenta dan
terlepasnya material plasenta memasuki sirkulasi ibu.
Terlepasnya material plasenta memicu gambaran klinis tahap 2, yaitu
tahap simtomatik (timbul gejala). Pada tahap ini berkembang gejala
hipertensi, gangguan renal, dan proteinuria, serta potensi terjadinya sindrom
HELLP, eklamsia dan kerusakan end organ lainnya.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinik
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus
meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih
atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali
pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala
lainnya dari preeklamsia adalah :
1) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.
2) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
3) Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4) Edema Paru.
5) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
6) Oligohidramnion
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara
kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein
urin masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan
preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi
mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap preeklampsia
merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat (POGI,
2016).
F. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan
janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun
janin adalah sebagai berikut (Marianti, 2017) :
1) Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklamsia.
d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa
organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk
pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang
menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan
janin
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh
darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut.
2) Bagi Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum.
G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia
adalah sebagai berikut (Abiee, 2012) :
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
b. Urinalisis, ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
2) Radiologi
a. Ultrasonografi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin lemah
H. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah
sebagai berikut :
1) Tirah Baring miring ke satu posisi.
2) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4) Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian
cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6) Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi). Monitor tanda-tanda
kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus pada usia kehamilan
diatas 37 minggu.
I. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Hipertensi Ketidakefektifan perfusi
Klien mengatakan jaringan perifer
kepalanya pusing
DO :
- Klien tampak
memegangi
kepalanya
- Klien tampak lemah
2 Ds : Agen cidera fisik Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri
pada bagian perut
Do :
P : proses penyakit
Q : seperti ditusuk-
tusuk
R : pada area perut
S : skala 5 (0-10)
T : nyeri hilang timbul
± 30 menit
3 DS : Post sc Hambatan Mobilisasi fisik
Klien mengatakan
segala aktivitas dibantu
oleh keluarga
DO :
- Segala aktivitas
klien dibantu oleh
keluarga
- Klien tampak lemah
4 DS Kurang pengetahuan Ansietas
Klien mengatakan tentang prosedur
sedikit takut saat pembedahan
mendengar operasi
DO
Klien nampak
tegang
Klien nampak
cemas
5 DS : Trauma jaringan Resiko infeksi
Klien mengatakan luka
post sc bila terlalu
bergerak terasa nyeri,
klien mengatakan luka
sudah dibersihkan
DO :
Luka tampak bersih
setelah dilakukan
perawatan luka
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Hambatan Mobilisasi fisik berhubungan dengan post sc
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pembedahan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
Ket :
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji skala nyeri
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam 2) Observasi TTV
dengan agen cidera diharapkan nyeri akut teratasi klien
fisik dengan 3) Ajarkan klien
Kriteria Hasil : untuk
Indikator IR ER melakukan
1) Mampu 3 5 tehnik relaksasi
mengontrol nyeri nafas dalam
(tahu penyebab 4) Anjurkan klien
nyeri, mampu untuk banyak
menggunakan istirahat
tehnik 5) Kolaborasi
nonfarmakologi dengan dokter
untuk dalam
mengurangi pemberian obat
nyeri, mencari analgetik.
bantuan)
2) Melaporkan 3 5
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu 3 5
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Ket :
1) Keluhan ekstrem
2) Keluhan berat
3) Keluhan sedang
4) Keluhan ringan
5) Tidak ada keluhan
Ket :
1) Keluhan ekstrem
2) Keluhan berat
3) Keluhan sedang
4) Keluhan ringan
5) Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA