PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyakit ikan adalah suatu keadaan fisik, morfologi dan fungsi yang mengalami perubahan
dari kodisi normal yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Ikan yang merupakan salah
satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi
penyakit melalui media air pada area budidaya. Air tidak semata hanya tempat hidup tapi juga
sebagai perantara pathogen. Penyakit ikan dapat diakibatkan oleh penyebab jasad biologik dan non
biologik. Penyakit yang disebabkan oleh jasad biologik disebut juga sebagai penyakit infeksi.
Penyakit infeksi dapat dipindah sebarkan ke individu hewan lainnya dengan berbagai cara.
Pengenalan tanda-tanda ikan yang terserang penyakit dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu pengenalan secara fisik dan tingkah laku di lapangan dan pengamatan secara klinis di
laboraturium. Kedua pengamatan/diagnosa ini berkaitan sangat erat, mengingat ketepatan dalam
melihat, mengamati dan memperhatikan kelainan fisik dan kelainan perilaku adalah langkah awal
untuk menentukan cara pengendalian dan pemilihan obat. Sedangkan pengamatan di laboratorium
adalah untuk memastikan dan mengidentifikasi jenis penyakitnya.
Setiap serangan parasit pada ikan akan menimbulkan gejala klinis pada ikan berupa
kelainan pada tubuh maupun organ-organ lainnya yang biasanya dapat dikenali secara langsung
dengan hanya melihat dan memperhatikan ikan secara seksama di lokasi budidaya. Disamping
kelainan fisik ikan yang terserang penyakit juga akan menunjukkan kelainan prilaku. Kedua gejala
klinis ini dapat digunakan untuk menduga jenis penyakit atau parasit yang menyerang ikan. Untuk
mendapatkan kepastian atau keakuratan dari pendiagnosaan tersebut serta untuk mengidentifikasi
jenis parasit atau organisme phatogen yang menyerang ikan maka pengamatan dengan
menggunakan alat-alat bantu perlu dilakukan di laboratorium.
Jamur air (kelas Oomycetes) adalah salah satu infeksi paling umum yang menyerang ikan
air tawar. Saprolegnia merupakah salah satu genus dari kelas Oomycota. Saprolegnia dapat
menimbulkan penyakit yang dikenal dengan istilah saprolegniasis. Berdasarkan uraian tersebut,
makalah ini akan menguraikan gejala klinis, patogenesis, teknik diagnosa, pengobatan,
pencegahan, dan pengendalian penyakit saprolegniasis pada ikan.
1
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1 Uraikan gejala klinis, patogenesis, teknik diagnosa, pengobatan, pencegahan, dan
pengendalian saprolegniasis pada ikan!
1.3.Tujuan
Tujuan makalah berikut adalah penulis dapat mengetahui gejala klinis, patogenesis, teknik
diagnosa, pengobatan, pencegahan, dan pengendalian saprolegniasis pada ikan.
1.4.Manfaat
Manfaat makalah berikut adalah menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang penyakit
pada ikan yaitu saprolegniasis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ordo : Saprolegnialis
Famili : Saprolegniaceae
Genus : Saprolegnia
Spesies : Saprolegnia sp
2.2 Patogenesis
- Rute penularan: zoospora dilepaskan ke dalam air dari kluster spora di ujung
zoosporangium yang sudah dewasa. Lalu, Zoospora menempel pada area abrasi epitel
insang dan kulit ikan di mana spora akan berkembang dan menghasilkan hifa.
- Inang: Sebagian Saprolegnia spp. memiliki kekhususan inang. Diduga bahwa semua
ikan air tawar dan beberapa ikan air payau, rentan terhadap infeksi.
- Proses infeksi ;
Infeksi khas pada ikan yang terinfeksi jamur saprolegnia adalah adanya
pertumbuhan jamur pada permukaan kulit maupun insang ikan ( Gambar 3).
Pertumbuahan lesi berawal dari infeksi kecil dari jamur lalu tumbuh dan berkembang
dengan cepat. Lesi yang terbentuk berwarna putih. ikan yang terinfeksi juga pada
tubuhnya akan terdapat lendir. Lendir tersebut merupakan miselium dari jamur
saprolegnia yang berkembang pada tubuh ikan, sehingga lesi tampak berwarna coklat,
merah, ataupun hijau (Gambar 4). meskipun pertumbuhan jamur saprolegnia sangat
cepat pada bagian permukaan kulit ikan tetapi jamur tersebut tidak dapat menembus
ataupun melewati otot superfisial dari ikan (Gambar 5). Infeksi jamur saprolegnia dapat
menyebabkan ikan dapat mengalami gangguan elektrolit (kesimbangan cairan) dan
mengalami penurunan protein dalam darah (Richard dan Pickering, 1979). infeksi
jamur saprolegnia yang parah dapat menyebabkan tingginya angka morbiditas dan
mrtalitas pada ikan. infekis akut jamur saprolegnia dapat menyebabkan ikan mati dalam
beberapa hari dan proses kesembuhan nya cukup lama.
Saprolegnia sp akan menyerang kulit telur ikan dengan adhesi dan penetrasi.
Sporaglenia ini kemudian akan menembus chorion telur, lalu berkembang dan
melakukan reproduksi dengan cara menyerap nutrisi yang terkandung di dalam telur.
4
Spora tumbuh dan berkembang membentuk hifa jamur yang menyebabkan
terganggunya proses respirasi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Tang (1999),
bahwa perkembangan jamur Saprolegnia sp. Terjadi karena adanya lapisan minyak
yang terdapat pada telur, dan akan menyebar pada telur yang hidup akan terinfeksi
jamur yang akhirnya mengalami kematian karena respirasi telur terganggu oleh
miselium jamur.
5
Saprolegnia akan memiliki penampilan merah, coklat atau abu-abu karena partikel dan
puing-puing lainnya di dalam air bergabung dan bersatu dalam pertumbuhan miselia.
6
2.6 Pecegahan Dan Pengendalian
Bahan kimia seperti formalin, hidrogen peroksida, natrium klorida, kalium
permanganat, dan iodofor telah digunakan untuk mengendalikan zoospora infeksius yang
berenang bebas di air tetapi umumnya tidak efektif terhadap pertumbuhan miselia miselia
pada ikan. Ozon dan UV iradiasi juga telah digunakan untuk membatasi penyebaran
penyakit jamur. Pencegahan dan pengendalian meliputi ;
- Praktik manajemen yang baik yang memastikan kualitas air yang baik
- Nutrisi yang optimal
- Kontrol parasit eksternal
- Menghindari kepadatan ikan yang berlebihan
- Penanganan dan penilaian ikan yang tepat, dan
- Mengurangi interaksi sosial yang negatif.
7
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Penyakit ikan adalah suatu keadaan fisik, morfologi dan fungsi yang mengalami
perubahan dari kodisi normal yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Saprolegniasis merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh Saprolegnia spp yang bersifat
opportunistik menyerang ikan. Gejala klinis yang teramati adalah adanya lesi
saprolegniasis berupa kapas berwarna putih pada insang. Dalam penetapan diagnosa jika
penyakit dicurigai adalah saprolegniasis dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu
histologipatologis. Untuk pengendalian dan pencegahan terhadap saprolegniasis yaitu
praktik manajemen yang baik yang memastikan kualitas air yang baik, nutrisi yang
optimal, kontrol parasit eksternal, menghindari kepadatan ikan yang berlebihan,
penanganan dan penilaian ikan yang tepat, dan mengurangi interaksi sosial yang negatif.
8
DAFTAR PUSTAKA
Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Cetakan 1. Badan Litbang
Khoo, H. W. 2000. Transgenesis and its Applications in Aquaculture. Asian Fish Sci8:1-25.
Mayer, K. 2005. Saprolegnia: There’s A Fungus Among Us. OSU Department Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1, April 2013 21 Of Fisheries And Wildlife.
Mulyani, S. 2006. Gambaran Darah Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) yang Terinfeksi
Cendawan Achlya sp. Pada Kepadatan 320 dan 720. Skripsi Fakultas Perikanandan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Rahmah, N dan Aditya Rahman. 2010. Uji Fungistatik Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L)
Smith, Stephen A., 1954.editor. 2019. “Fish Diseases and Medicine/edited by Stephen
Smith”. Boca ratton, London, New York: CRC Press Taylor and Francis Group. ISBN
9781498727877
9
Wirawan I K. Adi, Suryani S. A. M. Putri, Arya I Wayan Diagnosa. 2017.
Analisis dan Identifikasi Parasit yang Menyerang Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada
Kawasan Budidaya Ikan Di Subak “Baru” Tabanan. 23(1), 63-78. DOI:
10.22225/ga.23.1.661.63-78
10