Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KIMA (Tridacnidae)

Dosen Pengampu : Dr. Syafruddin Nasution,MSc

RIAN DANI TUMANGGOR

2004112971

MATA KULIAH BIOLOGI LAUT

JURUSAN ILMU KELAUTAN (B)

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

METODE (STUDI LITERATUR)..........................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................4

ISI.............................................................................................................................6

a. TAKSONOMI...............................................................................................6

b. MORFOLOGI DAN TAKSONOMI............................................................6

c. DISTRIBUSI DAN HABITAT....................................................................9

d. REPRODUKSI............................................................................................11

e. MANFAAT EKOLOGI DAN EKONOMI.................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
METODE (STUDI LITERATUR)

Metode yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah metode


literatur dimana menggunakan jurnal jurnal ilmiah dan beberapa sumber artikel
ilmiah yang berasal dari website kementrian untuk mengumpukan informasi dan
data yang akurat untuk dimasukkan kedalam laporan makalah sebagai bahan
pembelajaran.
PENDAHULUAN

Indonesia memiliki predikat sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia


(center of mega biodiversity). Data yang ada saat ini menunjuukan bahwa bear
adanya pernyataan tersebut. Jenis flora dan fauna yang hidup di wilayah Indonesia
baik di darat maupun laut termasuk yang tertinggi di dunia. Mittermeier et al.
(1997) diacu oleh Ambariyanto (2010) menyatakan bahwa Indonesia merupalan
negara terkaya kedua setelah Brazil jika dilihat dari keanekaragaman flora dan
faunanya dimana jumlahnya adalah 325.350 jenis flora dan fauna. Disamping itu,
pada masa mendatang jumlah ini dipastikan akan meningkat tajam, karena banyak
flora dan fauna laut Indonesia yang belum tergali.

Kima adalah molusca yang hidup di ekosistem terumbu karang wilayah


Indo – Pasifik. Kima memiliki ukuran yang besar, sehingga biota ini sering
disebut dengan kerang raksasa (giant clam) dan memiliki mekanisme makan yang
sangat spesial. Mantelnya memiliki sistem sirkulasi kshusus, yang menjadi tempat
tinggal bagi zooxanthellae. Biota bersel tunggal ini, mampu menghasilkan
makanannya sendiri, melalui proses fotosintesis dengan memanfaatkan sisa hasil
metabolisme kima yang berupa karbon dioksida, fosfat dan nitrat. Spesies terbesar
dari kelompok kima cangkang ganda ini adala Tridacna gigas (Susiana et al.,
2013 ; Lucas, 2014).

Kima juga berperan penting dalam ekosistem terumbu karang dalam


menjaga keseimbangan ekosistem (Neo et al.,2013). Kima memiliki nilai
ekonomis yanh tinggi, karena semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan
dagingnya terutama otot aduktor dan mantelnya merupakan sumber makanan laut
(seafood) yang enak dikomsusmsi dan bergizi tinggi.Hewan ini memiliki dua
genera ( Tridacna dan Hippoous) dengan sembilan spesies, di mana tujuh spesies
di antaranya ditemukan di perairan Indonesia. Secara geografis, kerang ini
memiliki distribusi terbatas di wilayah tropis Indo – Pasifik, dari Red Sea sampai
ke kepulauan Pasifik Tuamotu terdapat sembilan jenis kima di dunia. Ketujuh
jenis tersebut adalah T.gigas, T.derasa, T.squamosa, T.maxima, T.crocea,
Hippopus hippopus dan H.porcellamus (Mudjiono, 1988).
Beberapa jenis kerang kima dan cangkang disajikan pada Gambar 1

Gambar 1. Contoh spesies kima dan cangkang kerang kima


ISI

a. TAKSONOMI
Kima adalah biota molusca yang bercangkang dan bertubuh lunak, yang
masuk dalam kelas Bivalvia yang umumnya disebut kelompok kerang-kerangan.
Kerang ini umumnya berukuran besar dan hidup di habitat terunmbu karang.

Berikut adalah tata nama dan urutan klasifikasi tentang kima :

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Veneroidae
Famili : Tridacnidae
Genus : Tridacna dan Hippopus
Spesies : Tridacna costata (Ritcher et al, 2008)
Tridacna gigas  (Lamarck,  1819)
Tridacna derasa  (Roding, 1798)
Tridacna squamosa (Lamarck, 1819)
Tridacna maxima (Roding,  1789)
Tridacna crocea (Lamarck, 1819)
Tridacna  tevoroa (Lucas, Ledua  &
Bradley,1990)
Tridacna  rosewateri  (Sirenho   & Scarlato,1991)
Hippopus hippopus   (Linnaeus,   1758)
Hippopus porcellanus  (Rosewater; 1982)

b. MORFOLOGI DAN TAKSONOMI


Morfologi dari setiap jenis ditentukan oleh bentuk bagian luar cangkang,
dan merupakan salah satu dasar untuk keperluan identifikasi. Cangkang kima
terdiri dari dua tangkup simetris yang tersusun atas zat kapur atau kalsium
carbonat (CaCO3). Zat kapur tersebut tersusun dari tiga jeis bentuk kristal (kalsit,
aragonite dan veterit).
Bagian luar permukaan cangkang membentuk lekukan dan tonjolan yang
tersusun sedemikian rupa, sehingga terbentuklah bangunan seperti kipas. Pada
bagian yang menonjol tersebut terdapat lipatan berupa lempengan yang tajam dan
tersusun rapi. Bagian engsel (hinge) merupakan bagian ventral, sedangkan bagian
tepi yang menghadap ke atas atau bagian yang bebas disebut dorsa;. Pada bagian
ventral terdapat lubang (Gambar 2) yang berfungi untuk mengeluarkan perekat
(bysus), yang disebut sebagai bysal oryfise.

Gambar 2.Lubang bysus pada kerang kima

Bagian dorsal merupakan bagian yang berperan untuk membuka dan


menutup cangkang apabila kerang ini tersentuh oleh suatu rangsangan. Sedangkan
bagian depan disebut anterior, merupakan bagian yang berada dimana sumbu
mengarah kepadanya. Bagian kima yang berlawanan arah dengan anterior disebut
bagian posterior (Gambar 3)
Organ bagian dalam kerang kima dilapisi oleh mantel yang relatif tebal.
Pada permukaan mantel tersebut terdapat dua lubang yang berguna sebagai tempat
keluar dan masuknya air. Lubang yang berfungsi sebagai alat masuknya disebut
inhalant siphon atau incurrent siphon, letaknya dekat posterior dan bentuknya
agak memanjang. Sedangkan lubang yang berfungsi sebagai alat keluar air disebut
exhalant siphon atau excurrent siphon, terletak di bagain dorsal dan bentuknya
bulat (Rosewater, 1965).

Kerang kima memiliki dua jenis otot yang terletak menempel pada dinding
bagian dalam cangkangnya, yaitu otot retraktor dan otot aduktor. Otot aduktor
adalah otot yang besar dan kuat, fungsinya untuk membuka dan menutup
cangkang apabila kima mendapat gangguan atau tekanan. Otot retraktor yang
ukurannya lebih kecil berfungsi sebagai penjulur dan penarik `kaki`.

Organ kima lainnya (hati, ginjal dan alat pencernaan) bentuknya masih
sangat sederhana. Insang kima tersusun dari lembaran-lembaran berupa lamella
yang berbentuk comb, disebut dengan istilah ctenidia. Insang bagian luar disebut
demibrant luar, sedangkan insang pada bagian dalam disebut demibrant dalam.
Sketsa anatomi kima disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4.Sketsa anatomi atau bagian organ dalam kerang kima
keterangan :

A = Anus; B = Bysus; K = Kaki; H = Hati; G = Ginjal; M = Mulut; OA = Otot


Aduktor; OR = Otot Retraktor; OP = Organ Pencernaan; OH = Exhalant; IH =
Inhalant; MT = Mantel; INS = Insang

c. DISTRIBUSI DAN HABITAT


Kima cenderung hidup menetap (tidak berpindah tempat) pada substrat dan
dditemukan pada perairan dangkal sampai pada kedalaman 20 meter, terutama
pada ekosistem terumbu karang dengan kondisi air yang jernih, serta perairan
yang cerah. Perairan yang jernih dan cerah merupakan faktor utama dari habitat
yang sesuai untuk kima, karen sedikit saja terdapat sedimentasi yang
menyebabkan kekeruhan, maka dapat mempengaruhi pertumbuhan kima, sampai
batas tertentu yang melewati batas toleransi maka kima akan mati, hanya
cangkangnya yang tertinggal. Selain itu, kecerahan juga berpengaruh terhadap
zooxanthella yang bersimbiosis dengan kima.
Berikut tabel parameter lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
kima.Tabel 1.

PARAMETER KRITERIA YANG SESUAI SUMBER


Suhu (Celcius) 25-32 Ellis (1995)
Salinitas (ppt) 32-35 Ellis (1995)
pH 7,5-8,1 Ellis (1995)
DO (ppm) 2,0-6,5
PO (ppm) 0,02-0,20
NO3 (ppm) 0,9-3,5
Tabel 1

Secara geografis, kimia mempunyai sebaran yang terbatas yaitu di daerah


tropis Indo – Pasifik, mulai dari Laut Merah hingga Kepulauan Toarnatu di
Pasifik. Tiap-tiap spesies mempunyai daerah sebaran tersendiri. Tridacna maxima
mempunyai daerah distribusi yang paling luas, sedangkan Tridacna crocea
mempunyai daerah distribusi yang paling sempit (Rosewater,1965 ; Lucas, 1994).

Di Indonesia sendiri (Tabel 2) kima juga mempunyai distribusi yang cukup


luas, diantaranya : Selat Bali, Selat Makassar, Laut Sulawesi (Kima selatan),
Pantai Barat Tapanuli (kima raksasa), Perairan  Indonesia Timur (kima cina).

NO SPESIES HABITAT PENYEBARAN


1 Tridacna gigas Daerah terumbu  karang Seluruh perairan pantai
hidup dan  patahan- Indonesia
patahan karang
2 Tridacna derasa Daerah terumbu karang Seluruh  perairan  pantai
hidup dan  patahan- Indonesia, kecuali 
patahan karang antara Sumatera  bagian
utara
3 Tridacna squamosa Daerah terumbu karang Seluruh perairan pantai
yang melekat kuat pada Indonesia
batu karang dengan
benang-benang halus
4 Tridacna crocea Terbenam atau melekat Seluruh perairan pantai
pada karang masif Indonesia
dengan mantel terlihat
5 Tridacna maxima Daerah terumbu karang Seluruh perairan pantai
berpaslr, dan diantara Indonesia
karang hidup
6  Hippopus hippopus Daerah terumbu karang Seluruh perairan  pantai
berpasir, umumnya Indonesia
tidak meiekat  pada
substrat
7 Hippopus porcellanus Daerah terumbu  karang Seluruh perairan pantai
berpasir, umumnya Indonesia
tidak melekat  pada
substrat

d. REPRODUKSI
Kematangan seksual

Ketika kerang Tridacna pertama kali mencapai lematangan seksual, biota


tersebut adalah jantan, dan menjadi hermaprodit simultan sekitar satu tabun
kemudian. Hal ini membuat kerang Tridacna protandric memiliki organ seksual
ketika muda, dan organ seksual betina di kemudian hari. Setiap spesies matang
secara seksual pada usia yang berbeda-beda. Beberapa kerang matang seksual
sebagai kerang jantan dalam waktu dua tabun dan kemudian secara bertahap akan
memperoleh gonad betina (Lukan, 2009).

Pemijahan

Ketika kima sudah siap untuk memijah, dalam artian organ jantan dan
betinanya dalam kondisi yang sudah matang, pelepasan sperma dan sel telur
dilakukan secara terpisah. Hal ini untuk mencegah terjadinya pembuahan sendiri
(self-fertilization), meskipun tidak ada jaminan unruk melakukannya. Biasanya
sperma akan dilepaskan lebih dahulu, baru kemudian sel telur (Lukan, 2009).

Pelepasan sperma dapat dipicu oleh suhu, cabaya, perubahan salinitas dan
adanya feromon. Pelepasan sperma dianggap sebagai isyarat untuk pelepasan sel
telur oleh kerang lain, dan sebaliknya kerang akan lebih jauh melepaskan sperma,
karena kehadiran sel telur di dalam air. Pelepasan sperma di dalam hatchery dapat
diinduksi artifisial dengan menambahkan gonad kerang yang dimaserasi
(direndam dalam pelarut), atau neurotransmitter seperti serotonin (Lukan, 2009).

Sperma dan sel telur dilepaskan ke dalam air dengan kontraksi yang kuat
dari otot adduktor yang menutup katup (cangkang) dengan sangat erat. Hal ini
dapat berlangsung selama lebih dari 30 menit untuk melepaskan miliaran sperma
dan jutaan sel telur dengan diameter I 00 μm ke dalamair.Untuk spesies yang
lebih besar, ratusan juta sel telur dapat dilepaskan (Lukan, 2009).
Musim Pemijahan

Musim pemijahan pada kima bervariasi tergantung dari spesiesnya.


Pemijahan dapat terjadi sepanjang tahun pada lintang rendah, tetapi pada lintang
yang lebih tinggi, masing-masing spesies kerang Tridacna tampaknya memiliki
musim pemijahan yang tersendiri (Lukan, 2009).

Gambar 5. Siklus reproduksi kima


e. MANFAAT EKOLOGI DAN EKONOMI
Selain mendapatkan pasokan makanan dari zooxanthella, kimajuga mencari
makan dengan menyaring partikel-partikel organik dari air laut. Aktivitas ini,
secara langsung sangat berperan penting dalam membersihkan air laut dari
populasi mikroorganisme yang berlebihan. Dengan demikian, air laut menjadi
lebih sehat dan keseimbangan ekosistem pun lebih terjaga. Kima, juga menjadi
salah satu biota laut, yang membuat terumbu karang, berwarna-warni indah.

Bagi manusia, otot adduktor yang menyatukan kedua cangkang kima


dianggap sebagai bahan pangan yang istimewa. Di Jepang, daging dan otot Kima
dikonsumsi sebagai makanan laut yang disebut Himejako. Di wilayah Indonesia
timur, daging/otot kima yang dikeringkan, dipercaya sebagai afrodisiak yang
mampu meningkatkan vitalitas kaum Adam. Di pulau-pulau terpencil nusantara,
masyarakat mengumpulkan kima hidup di tempat tertentu sebagai bahan makanan
cadangan, saat musim ombak besar tiba.

Kima adalah jenis spesies yang memiliki nilai ekonomis tinggoi, harga kima
beragam sesuai dengan jenis kima. Harga kima di pasar internasional mencapai
150 $ AS/Kg atau sekitar Rp.1.300.000,- (Soloraya,   2014). Kima  dengan
ukuran  5 cm (juvenil) dijual  dengan harga 10 $As/ekor (Republika,  2013).
Harga untuk jenis T.  derasa (7,5 cm) 45 $ AS/ekor, T. maxima (5 cm) 40 $ /ekor,
T.  crocea (7,5 cm) 55 $/ekor, T.  squamosa (7,5 cm) 55 $/ekor, T.gigas  dimulai
dari harga 69$ - 549 $ (Nurjana, 2008). Kima menjadi komoditas ekspor yang 
dicari  dengan  tujuan  Singapura, Hongkong,  Jepang hingga Amerika Serikat. Di
Indonesia, walaupun  biota  ini  dilarang  untuk  diambil dari alam,  namun
pemanfaatannya masih   tetap   berlangsung.  Hal   ini  bisa  dilihat diberbagai
tempat  khususnya   di wilayah  pesisir masih banyak ditem  ukan cangkang-
cangkang (shells)  kima baik yang menumpuk di rumah penduduk untuk
digunakan sebagi bahan bangunan seperti pondasi, penimbunan lahan kosong,   
juga banyak  ditemukan   berserak  di pantai  khususnya cangkang  yang kecil
atau  bahkan sebagai souvenir baik di  warung-warung cinderamata dipantai atau
di toko-toko khusus  souvenir. Pemanfaatan masih bersifat tradisional dan belum
sepenuhnya komersial.
Bagi penduduk  Okinawa  di Jepang,  daging kima  dari spesies berukuran
kecil,  seperti Tridacna  crocea  dan  T.  maxima
dibuat sushi dan sashimi.  Sedangkan otot adduktor dari
T.  squamosa dan Hippopus hippopus  dimakan mentah setelah diberi  garam atau
dikeringkan dan dijual dengan  harga yang cukup  tinggi. Di Taiwan, Hongkong,
Cina (RRC) dan di Amerika  Serikat (AS), otot adduktor kima yang dijual  dalam
keadaan  kering  memiliki  harga yang lebih tinggi daripada cumi-cumi dan
sotong  kering.  Otot adduktor kima merupakan primadona tahun  1980-an  hingga
awal  tahun  1990-an di Jepang,   Cina, Taiwan, dan  Singapura. Negara-negara 
tersebut diperkirakan sebagai pengimpor  daging kima yang cukup besar.
Diperkirakan kebutuhan otot  adduktor kima di Taiwan  saat  itu sekitar  30
ton/tahun,  sehingga diperlukan   banyak kima yang dibutuhkan  untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Padahal dalam seluruh daging kima hanya mengandung   15-
20  % otot adduktor.
DAFTAR PUSTAKA

Kumayanjati, B. (2015). KIMA BIOTA EKSOTIK PERAIRAN INDO-PASIFIK.


Oseana, Volume XL, Nomor 4, 11-21.

https://kkp.go.id/djprl/bpsplmakassar/page/1863-kima, diakses tanggal 23


september 2021

Rosewater, J. (1965). The family Tridacnidae in the Indo-Pasific Mollusca.

Rizkevina, Q. 2014. Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Family Tridacnidae

(Kerang Kima) di Perairan Pulau Karang Congkak, Kepulauan Seribu.

[Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai