Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOLOGI CRUSTACEA

KEPITING BAKAU RAJUNGAN (Portunus pelagicus)

DISUSUN OLEH :

RIAN DANI TUMANGGOR

2004112971

Dosen Pengampu : Dr. Syafruddin Nasution,MSc

MATA KULIAH BIOLOGI LAUT

JURUSAN ILMU KELAUTAN (B)

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
KEPITING BAKAU (Scylla serrata F.) ini dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas Biologi Laut.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada Dosen Penganpu yaitu Bapak Dr.Ir.Sfaruddin Nasution, M.Sc selaku
dosen mata kuliah Biologi Laut dan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.

Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan


makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini

Pekanbaru, 20 Oktober 2021

RIAN DANI TUMANGGOR


DAFTAR ISI

Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................4

ISI.............................................................................................................................6

A. TAKSONOMI...........................................................................................6

..............................................................................................................................6

B. MORFOLOGI DAN ANATOMI..............................................................6

C. DISTRIBUSI DAN HABITAT...............................................................10

D. REPRODUKSI........................................................................................12

E. MANFAAT EKOLOGI DAN EKONOMI.............................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

LAMPIRAN...........................................................................................................15
PENDAHULUAN

Negara Indonesia dikenal sebagai negara bahari dimana wilayah lautnya


mencakup tiga perempat luas wilayah Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya 1,9 juta km2. laut
yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam perikanan yang sangat
berlimpah (Bahar 2004), salah satunya adalah kepiting. Kepiting yang ada di
Perairan Indo Pasifik lebih dari 234 jenis dan sebagian besar yaitu 124 jenis ada di
Perairan Indonesia. Jenis kepiting yang populer sebagai bahan makanan dan
mempunyai harga yang cukup mahal adalah Scylla serrata, dan jenis lain yang
tidak kalah penting di pasaran adalah Portunus pelagicus yang biasa disebut
rajungan (Bahar 2004).

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan kepiting laut yang banyak


terdapat di Perairan Indonesia yang biasa ditangkap di daerah Gilimanuk (pantai
utara Bali), Pengambengan (pantai selatan Bali), Muncar (pantai selatan Jawa
Timur), Pasuruan (pantai utara Jawa Timur), daerah Lampung, daerah Medan, dan
daerah Kalimantan Barat. Rajungan telah lama diminati oleh masyarakat baik di
dalam negeri maupun luar negeri, oleh karena itu harganya relatif mahal. Manfaat
rajungan sebagai bahan pangan berupa daging rajungan kaleng yang berkualitas
tinggi dan memiliki protein cukup tinggi (Suwignyo 1989). P. pelagicus dikenal
dengan blue swimming crab atau kepiting pasir dan merupakan hasil samping dari
tambak tradisional pasang-surut di Asia. Sejak tahun 1973 di negara tetangga,
rajungan (Portunus pelagicus) merupakan hasil laut yang penting dalam sektor
perikanan.

Rajungan di Indonesia sampai sekarang masih merupakan komoditas


perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang diekspor terutama ke negara
Amerika, yaitu mencapai 60% dari total hasil tangkapan rajungan. Rajungan juga
diekspor ke berbagai negara dalam bentuk segar yaitu ke Singapura dan Jepang,
sedangkan yang dalam bentuk olahan (dalam kaleng) diekspor ke Belanda.
Komoditas ini merupakan komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah
setelah udang dan ikan. Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih
mengandalkan dari hasil tangkapan di laut, sehingga dikhawatirkan akan
mempengaruhi populasi di alam. Alternatif yang sangat
bijaksana untuk menghindari kepunahan jenis kepiting ini melalui pengembangan 
budi daya.

Beberapa spesies rajungan yang memiliki nilai ekonomis adalah Portunus


trituberculatus, P. gladiator, P. sanguinus, P. hastatoides dan P. pelagicus,
sementara yang banyak diteliti saat ini adalah P. pelagicus dan P.trituberculatus.

METODE (STUDI LITERATUR)


Metode yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah metode
literatur dimana menggunakan jurnal jurnal ilmiah untuk mengumpukan informasi
dan data yang akurat untuk dimasukkan kedalam laporan makalah sebagai bahan
pembelajaran
ISI

A. TAKSONOMI
Klasifikasi pada kepiting rajungan menurut menurut Linnaeus (1758)
adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Ordo : Decapoda
Family : Portunidae
Genus : Portunus
Species : Portunus pelagicus

Gambar 1. Portunus pelagicus ( Rajungan).

B. MORFOLOGI DAN ANATOMI


Pada kepiting rajungan spesies P. palagicus mempunyai karapas
berbentuk bulat pipih dengan warna yang sangat menarik. Ukuran karapas
lebih besar kearah samping dengan permukaan yang tidak terlalu jelas
pembagian daerahnya. Sebelah kiri dan kanan karapasnya terdapat sepasang
duri besar yang runcing, jumlah duri sisi belakang matanya sebanyak 9 duri
dan diantara matanya terdapat 4 buah duri besar. Terdapat antena diantara
kedua matanya. Pada kepiting terlihat perbedaan menyolok antara jantan
dan betina. Ukuran rajungan antara yang jantan dan betina berbeda, yang
jantan lebih besar dan bewarna lebih cerah serta berpigmen biru terang, bisa
dilihat secara jelas pada capit (chela), periopod, dan pleopod dan pada setiap
ujung periopod dan pleopod terdapat bulu halus yang bewarna merah.
Sedangkan yang betina bewarna sedikit lebih coklat, dan pada ujung
periopod terdapat warna biru tua dan bulu halus diujung periopod yang
bewarna keunguan. Kepiting rajungan jantan mempunyai capit lebih
panjang dari betina. Menurut Nontji (1986), ciri morfologi kepiting rajungan
mempunyai karapas berbentuk bulat pipih dengan warna yang sangat
menarik . Pada karapas kiri dan kanan terdapat durin besar yang runcing.
Jumlah duri-duri sisi belakang matanya mempunyai 9 buah duri. Rajungan
dapat dibedakan dengan adanya beberapa tanda-tanda khusus, diantaranya
rajungan terdiri dari 5 pasang kaki, yang terdiri dari 1 pasang kaki (capit)
yang berfungsi sebagai pemegang dan memasukkan makanan kedalam
mulutnya, 3 pasang kaki sebagai kaki jalan (periopod) dan sepasang kaki
terakhir yang bermodifikasi menjadi alat renang yang ujungnya menjadi
pipih dan membundar seperti dayung. Oleh sebab itu, rajungan dimasukkan
kedalam golongan kepiting renang (swimming crab). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

4
2
1 3
5

8
6

9
7 10
Gambar 2. Morfologi Kepiting Rajungan (P. palagicus) Tampak Dorsal
Keterangan gambar 2 :

1. Mata 7. Pendayung
2. Rostrum 8. Karapas
3. Antena 9. Abdomen (terlipat
4. Periopod I dibawah karapas)
5. Periopod II 10. Pleopod
6. Periopod III

Gambar 3. Morfologi Kepiting Rajungan (P. palagicus) Tampak Ventral

Keterangan gambar 4 :

1. Telson 4. Carpus 7. Basis


2. Coxa 5. Lengan 8. Abdomen
3. Dactylus 6. Merus

Gambar 4. Gambar rajungan jantan


Gambar 5. Gambar rajungan betina

Gambar 6. Morfologi beberapa jenis rajungan.(A) Rajungan (Portunus pelagicus), (B)


Rajungan Bintang/three spots crab (P. sanguinolentus), (C) Rajungan Angin (Podopthalmus
vigil), (D) Rajungan Karang (Charybdis feriatus).

Ukuran rajungan yang ada di alam bervariasi tergantung wilayah dan


musim. Berdasarkan lebar karapasnya, tingkat perkembangan rajungan
dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu juwana dengan lebar karapas 20-
80 mm, menjelang dewasa dengan lebar 70-150 mm, dan dewasa dengan
lebar karapas 150-200 mm (Mossa 1980 dalam Fatmawati 2009). Secara
umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting bakau, di mana
rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping
dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik
pada karapasnya. Duri akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih panjang
dan lebih runcing (Anonim 2007).

Organ dalam dari kepiting rajungan (Portunus pelagicus) diperoleh


yaitu jantung, insang bersih, ruang insang, usus, hati, dan kelenjar
pencernaan. Jantung berfungsi sebagai sistem peredaran darah. Insang
bersih dan ruang insang berguna sebagai alat pernafasan. Hati berfungsi
sebagai alat untuk menghasil kelenjar-kelenjar yang diperlukan oleh tubuh.
Kelenjar pencernaan berfungsi sebagai alat dalam sistem pencernaan.

C. DISTRIBUSI DAN HABITAT


Kelimpahan Portunus pelagicus baik jantan maupun betina sangat
bervariasi dalam suatu perairan, yang disebabkan oleh beberapa faktor
seperti: stabilitas kualitas air dan komposisi sedimen (pasir, lumpur berpasir
atau pasir berlumpur). Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang pernah
dilakukan, rajungan memiliki penyebaran yang luas, karena dapat hidup pada
perairan tropis maupun subtropis. Distribusi rajungan jenis Portunus
pelagicus meliputi berbagai negara seperti: Uni Emirat Arab, Pakistan, Saudi
Arabia, Yaman, Mesir, Zanzibar, Mozambique, Afrika Selatan, Madagaskar,
Oman, India, Srilangka, Thailand, Malaysia, Jepang, Korea, Taiwan, China,
Singapura, Philipina, Indonesia, Papua Nugini, Calendonia Baru, Australia,
Selandia Baru, Tahiti, Tanzania, Turki (Marine Species Identification Portal,
2010).

Rajungan memiliki habitat yang beragam, dimulai dari daerah pantai


dengan dasar pasir bercampur dengan rumput laut dan seagrass di pulau
berkarang dan juga laut terbuka, rajungan juga dapat ditemukan di daerah
mangrove, di tambak-tambak air payau yang berdekatan dengan air laut
(Juwana, 1997). Menurut Nontji (2007), rajungan dewasa hidup di dasar
perairan sedangkan stadium larva dan megalopa berenang terbawa arus dan
hidup sebagai plankton. Rajungan juga terdapat pada habitat lamun dan
rumput laut yang tersebar luas pada substrat lumpur dan pasir dari zona
intertidal sampai pada kedalaman mencapai 50 m (Edgar, 1990). Rajungan
kecil sering ditemukan pada perairan lebih dangkal sedangkan rajungan
dewasa ditemukan pada perairan yang lebih dalam. Rajungan dewasa mampu
menempuh jarak hampir 20 km per hari (Kangas, 2000). Dasar perairan laut
memiliki tekstur yang berbeda-beda pada setiap lokasi, umumnya perairan
terdiri dari tiga jenis substrat antara lain : pasir, lumpur dan tanah (liat).
Berdasarkan penelitian Yokes et al. (2007) rajungan ditemukan pada perairan
berbatu dan substrat pasir halus, namun penelitian yang dilakukan Foka et al.
(2004), menemukan rajungan pada substrat pasir lumpuran.

Menurut Moosa (1980) Habitat rajungan adalah pada pantai


bersubstrat pasir, pasir berlumpur dan di pulau berkarang, juga berenang dari
dekat permukaan laut (sekitar 1 m) sampai kedalaman 65 meter. Rajungan
hidup di daerah estuaria kemudian bermigrasi ke perairan yang bersalinitas
lebih tinggi untuk menetaskan telurnya, dan setelah mencapai rajungan muda
akan kembali ke estuaria (Nybakken 1986).

Rajungan banyak menghabiskan hidupnya dengan membenamkan


tubuhnya di permukaan pasir dan hanya menonjolkan matanya untuk
menunggu ikan dan jenis invertebrata lainnya yang mencoba mendekati untuk
diserang atau dimangsa. Perkawinan rajungan terjadi pada musim panas, dan
terlihat yang jantan melekatkan diri pada betina kemudian menghabiskan
beberapa waktu perkawinan dengan berenang (Susanto 2010).

Menurut Juwana (1997), rajungan hidup di berbagai ragam habitat,


termaksud tambak-tambak ikan di perairan pantai yang mendapatkan
masukan air laut dengan baik. Kedalaman perairan tempat rajungan
ditemukan berkisar antara 0-60 m. Substrat dasar habitat sangat beragam
mulai dari pasir kasar, pasir halus, pasir bercampur lumpur, sampai perairan
yang ditumbuhi lamun.

Menurut Nontji (1986), rajungan merupakan salah satu jenis dari


famili Portunidae yang habitatnya dapat ditemukan hampir di seluruh perairan
pantai Indonesia, bahkan ditemukan pula pada daerah-daerah subtropis.
Nyabakken (1986) mengemukakan bahwa rajungan hidup sebagai binatang
dewasa di daerah estuaria dan di teluk pantai. Rajungan betina bermigrasi ke
perairan yang bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya dan begitu
stadium larvanya dilewati rajungan muda tersebut bermigrasi kembali ke
muara estuaria. Rajungan hidup pada kedalaman air laut sampai 40 m, pada
daerah pasir, lumpur, atau pantai berlumpur (Coleman 1991).

D. REPRODUKSI
Romimohtarto (2005) menyatakan bahwa musim pemijahan rajungan
lebih mudah diamati dari pada ikan, hal ini dapat ditandai dengan terdapatnya
telur-telur yang sudah dibuahi yang masih terbawa induknya yang melekat
pada lipatan abdomen bersama pleopodanya. Musim pemijahan rajungan
terjadi sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada musim barat di bulan
Desember, musim peralihan pertama di bulan Maret, musim Timur di bulan
Juli, dan musim peralihan kedua di bulan September.

Untuk mengetahui kemampuan individu dalam menghasilkan


keturunan (larva/anak) dapat dilihat dari jumlah telur yang dihasilkan oleh
individu betina dalam suatu pemijahan. Nakamura (1990) menyatakan bahwa
perhitungan fekunditas umumnya dilakukan dengan mengestimasi jumlah
telur yang ada di dalam ovarium pada organisme matang gonad. Jumlah telur
yang dihasilkan oleh kepiting rajungan bervariasi tergantung besarnya
individu. Untuk kepiting yang panjang karapasnya 140 mm dapat
menghasilkan 800.000 butir, sedangkan yang panjang karapaksnya 160 mm
dapat menghasilkan 2.000.000 dan individu dengan panjang karapaks 220
mm menghasilkan 4.000.000 butir.

Menurut Nontji (1986), seekor rajungan dapat menetaskan telurnya


menjadi larva mencapai lebih sejuta ekor. Selanjutnya massa telur kepiting
rajungan yang berwarna kuning atau jingga berisi antara 1.750.000 hingga
2.000.000 butir telur.

E. MANFAAT EKOLOGI DAN EKONOMI


Salah satu spesies kunci (keystone species) yang memegang peranan
yang sangat penting adalah kepiting yang hidup di dalam ekosistem
mangrove. Kepiting sebagai keystone species di kawasan pesisir karena setiap
aktivitasnya mempunyai pengaruh utama pada berbagai proses paras
ekosistem. Peran kepiting di dalam ekosistem diantaranya mengkonversi
nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi oksigen di
dalam tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat penyedia makanan
alami bagi berbagai jenis biota perairan (Prianto, 2007).

Jenis-jenis kepiting atau rajungan dari suku Portunidae yang


mempunyai daya jual cukup tinggi dan dibudidayakan di Indonesia salah
satunya yaitu Portunus pelagicus (rajungan biru). Di perairan tropis paling
banyak ditangkap rajungan (P. pelagicus). Ekspor rajungan Indonesia
ditujukan ke beberapa negara dalam berbagai bentuk olahan. Rajungan
terbanyak diekspor ke Singapura, Taiwan, Hongkong dan Malaysia.
Rajungan beku diekspor ke Jepang, sedang kepiting beku diekspor ke Inggris
(Business News dalam Moosa & Juwana, 2007). Rajungan menjadi salah satu
diantara komoditas laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di pasar
dunia, namun demikian kebutuhan ekspor selama ini masih mengandalkan
hasil penangkapan dari alam yang apabila mengalami eksploitasi tidak
terkendali akan mengancam kelestarian sumber daya rajungan tersebut.
Komoditas ini mempunyai kandungan gizi tinggi, sehingga menyebabkan
komoditas ini sangat digemari oleh konsumen dalam ataupun luar negeri.
Rajungan segar memiliki kandungan protein sebesar 68,09%, mengandung 9
asam amino esensial dan 6 asam amino nonesensial (Jacoeb et al., 2012).
Berdasarkan kandungan lemaknya, hasil perikanan (termasuk rajungan),
dapat digolongkan menjadi 3 kelas, yaitu : golongan kandungan lemak rendah
(kurang dari 2-3%), golongan berlemak medium (2- 5%), dan golongan
kandungan berlemak tinggi dengan kandungan lemak antara 6-20%. Menurut
Winarno (1993), rajungan termasuk dalam golongan berlemak
medium/sedang dan dapat dikelompokkan bersama udang dan salmon.
Rajungan mempunyai rasa daging yang enak dan dapat diolah menjadi
berbagai masakan, sehingga hewan ini sangat diminati oleh banyak
masyarakat pecinta kuliner seafood. “Soft crab” atau rajungan lunak yang
baru molting mempunyai harga berlipat-ganda dibandingkan produk lain
(Juwana, 1997). Pengemasan dilakukan dengan cara mengambil rajungan
yang masih lemah dan dibungkus dengan substrat yang lembab (misal rumput
laut atau kertas), dan dikirim ke ruang pendingin seperti freezer.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pengamatan Aspek Biologi Rajungan dalam Menunjang Teknik


Perbenihannya. Warta Penelitian Perikanan Indonesia, Volume 10, No.1.

Coleman. N. 1991. Encyclopedia of marine animals. Angus & Robertson, An


Inprint of harper colling Publishers. Australia, 324 pp.

Fatmawati. 2009. Kelimpahan Relatif dan Struktur Ukuran Rajungan Di Daerah


Mangrove Kecamatan Tekolabbua Kabupaten Pangkep.Skripsi jurusan
Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin,
Makassar

Handa Gustiawan. (2019). Crabs Identification in the Mangrove Ecosystem,


Kampung Madong, Kampung Bugis Village, Tanjungpinang City, Riau
Islands. Αγαη, 8(5), 55.

Nakamura K dan Supriyatna. 1990, Organogenesis dirung methamorphosis in the


swimming crab, portunus trituberculatus, Nippon Suisan Gakkaishi, 56 (10):
1,561-1,564.

Fitrian, T. (2018) ‘KEPITING EKONOMIS PENTING, Portunus pelagicus DI


INDONESIA’, Oseana, 43(4), pp. 57–67. doi:
10.14203/oseana.2018.vol.43no.4.3.

Juwana, S. 1997. Tinjauan tentang Perkembangan Penelitian Budidaya Rajungan


(Portunus pelagicus,Linn). Oseana 22(4); 1-12.

Rusmadi, Irawan, H. and Yandri, F. (2014) ‘Studi biologi kepiting di perairan


teluk dalam Desa Malangrapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau’,
Repository UMRAH.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Portunus pelagicus ( Rajungan).

4
2
1 3
5

8
6

9
7 10
Lampiran 2. Morfologi Kepiting Rajungan (P. palagicus) Tampak Dorsal
Lampiran 5. Gambar rajungan betina

Lampiran 6. Morfologi beberapa jenis rajungan.(A) Rajungan (Portunus pelagicus), (B)


Rajungan Bintang/three spots crab (P. sanguinolentus), (C) Rajungan Angin (Podopthalmus
vigil), (D) Rajungan Karang (Charybdis feriatus).

Anda mungkin juga menyukai