Anda di halaman 1dari 12

TANGGAL 25 OKTOBER 2021

OLEH:
EKA RELLIS, S.Pi
NIP. 19870201 201212 1 001

DINAS PERIKANAN KABUPATEN LAHAT


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan booklet ini. Booklet ini berisi tentang hama dan
penyakit ikan lele
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penyusunan booklet ini.

Semoga booklet ini bermanfaat bagi insan perikanan.

Lahat, Oktober 2021

Penyusun

Eka Rellis, S.Pi


DAFTAR ISI

A. Pendahuluan .............................................................................................. 1

B. Hama Ikan Lele ......................................................................................... 1

C. Penyakit Ikan Lele..................................................................................... 2

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 9


HAMA PENYAKIT IKAN LELE

A. Pendahuluan

Salah satu kendala yang sering dihadapi petani dalam budidaya ikan lele adalah serangan

hama dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama biasanya tidak sebesar

serangan penyakit. Meskipun demikian, keduanya harus mendapat perhatian sehingga

budidaya ikan lele dapat berhasil seperti yang diharapkan.

Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan.

Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama maupun penyakit,

sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Para petani yang baru bergerak di bidang

budidaya ikan lele, tentu akan mengalami kesulitan dalam menanggulangi serangan hama

dan penyakit. Karena itu perlu mengetahui tindakan pencegahan serangan hama dan penyakit

tersebut. Berbeda halnya para petani yang telah lama menggeluti budidaya ikan lele, mereka

tentu tidak akan mengalami kesulitan.

B. Hama Ikan Lele

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh, dan mempengaruhi

produktivitas lele, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama yang menyerang ikan

lele biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara, atau darat. Hama yang berasal dari

dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna.

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan lele yaitu :

a) Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya

dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.

b) Pada pintu pemasukan dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam.

1
c) Hama yang sering menyerang ikan lele, terutama yang masih berukuran kecil, adalah

ular, belut, dan ikan gabus. Tindakan penanggulangan serangan ketiga hama tersebut

sebagai berikut.:

 Penanggulangan Hama Ular Yang Menyerang Ikan Lele

Ular tidak menyukai tempat-tempat yang bersih. Karena itu, cara, menghindari

serangan hama tersebut adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan kolam.

Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok, sebaiknya dibuat pematang

dari beton atau tembok untuk menghindari serangannya. Perlu dilakukan

pengontrolan pada malam hari. Jika ada ular, bisa langsung dibunuh dengan pemukul

atau dijerat dengan tali.

 Penanggulangan Hama Belut Yang Menyerang Ikan Lele

Sebelum diolah, sebaiknya kolam digenangi air setinggi 20-30 cm, kemudian diberi

obat pembasmi hama berupa Akodan dengan dosis rendah, yakni 0,3-0,5 cc/m³ air.

Setelah diberi pembasmi hama, kolam dibiarkan selama 2 hari hingga belut mati.

Selanjutnya air dibuang ke tempat yang aman.

 Penanggulangan Ikan Gabus Yang Menyerang Ikan Lele

Memasang saringan di pintu pemasukan air kolam, sehingga hama ikan gabus tidak

dapat masuk. Mempertinggi pematang kolam agar ikan gabus dari saluran atau kolam

lain tidak dapat meloncat ke kolam yang berisi ikan lele.

C. Penyakit Ikan Lele

Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh lele

sehingga organ tubuh lele terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu,

akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan lele. Kemudian penyakit akan timbul jika

terjadi ketidak-seimbangan antara kondisi lele, lingkungan, dan patogen. Lele yang kondisi

tubuhnya buruk, sangat besar kemungkinan terserang penyakit. Sebaliknya, jika kondisi

tubuhnya baik, lele sangat kecil kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk

dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti terjadinya perubahan lingkungan secara

2
mendadak yang membuat lele mengalami stres atau terjadi luka dan perdarahan pada

tubuhnya.

Luka dan perdarahan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik, terutama saat panen,

dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian pula dengan kondisi lingkungan. Jika

lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen di dalam kolam rendah, ada gas beracun,

atau terjadi pencemaran (baik oleh limbah industri maupun rumah tangga), kondisi tubuh lele

bisa menjadi lemah.

Jika dilihat dari sifat penyerangan, penyakit ikan lele dapat dibedakan menjadi dua. Pertama,

penyakit yang menyerang bagian dalam tubuh, seperti jantung, hati, atau usus, dikenal

dengan istilah endotern. Kedua, penyakit yang menyerang bagian luar tubuh lele seperti sirip,

dikenal dengan eksotern.

Beberapa tindakan pencegahan penyakit ikan lele yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

a) Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk memotong siklus

hidup penyakit.

b) Kondisi lingkungan harus tetap terjaga, misalnya kualitas air tetap baik.

c) Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika

berlebihan, dapat mengganggu lingkungan.

d) Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar lele tidak luka.

e) Harus dihindari masuknya binatang pembawa penyakit, seperti burung, siput, atau keong

mas.

Ada beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang lele. Cara penyerangan, gejala yang

timbul, dan teknik penanggulangan setiap penyakit tidak sama. Pengobatan penyakit lele akan

efektif dilakukan jika dapat diketahui jenis penyakit, gejala penyerangannya, serta jenis dan

dosis obat-obatan yang harus digunakan antara lain :

3
1. Penyakit Pada Ikan Lele Yang Disebabkan Oleh Bakteri :

 Pseudomonas sp.

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan pada kulit, hati,

ginjal, dan limpa. Perdarahan pada kulit akhirnya mengakibatkan borok-borok pada

tubuh ikan lele.

Tindakan penanggulangan penyakit ini dilakukan dengan menjaga kualitas air. Jika

terserang, ikan lele direndam dalam larutan Oxytertracyclin dosis 25-30 mg/kg ikan

lele per hari. Diberikan secara berturut-turut selama 7-10 hari. Pemberian dilakukan

pada bak terpisah

 Aeromonas hydrophiladan

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perubahan warna tubuh ikan

menjadi gelap, kulit kasat, dan terjadi perdarahan. Ikan lele sulit bernapas, berenang

sangat lemah, dan terjadi perdarahan pada hati, ginjal, dan limpa.

Tindakan penanggulangan penyakit ini dilakukan dengan menjaga kualitas air.

Penyuntikan dengan Terramycine 25-30 mg/kg lele, diulang 3 hari sekali sebanyak 3

kali ulangan. Mencampur makanan dengan Terramycine 50 mg/kg lele per hari

selama 7-10 hari. Selain itu dapat menggunakan Sulphanamide sebanyak 100 mg/kg

lele per hari selama 3-4 hari.

 Aeromonas punctata

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya ikan lele yang kehilangan nafsu

makan. Infeksi pada kulit kepala, kulit badan bagian belakang, insang, sirip, dan

bagian badan lainnya.

Upaya pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air.

Perendaman memakai copper sulfat dosis 1200 ppm selama 1-20 menit. Perendaman

dengan Oxytetracyclin HCL dengan dosis 10 mg/1 kg ikan lele selama 30 menit.

 Peduncle (cold water diseases)

Gejala serangan penyakit ini hampir sama dengan Columnaris, bedanya Peduncle

menyerang pada temperatur dingin, sekitar 16° C, sedangkan Columnaris pada

4
temperatur panas, sekitar 20° C, infeksi berjalan lambat dalam hal timbulnya borok

atau nekrosa pada kulit.

Upaya pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan perendaman dengan

Oxytetracyclin 10 ppm selama 30 menit. Mencampur makanan dengan Sulfisoxzole

sebanyak 100 mg/kg berat ikan lele per hari selama 10-20 hari berturut-turut.

 Columnaris

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan pada kulit ikan lele.

Borok-borok pada kulit. Perdarahan pada hati, ginjal, dan limpa. Ciri-ciri yang timbul

akibat infeksi Pseudomonas dibedakan dari serangan bakteri Aeromonas dengan

adanya luka-luka kecil pada kulit kemudian meluas ke arah daging. Luka-luka kecil

pada hati. Nekrosa pada jaringan daging dan jaringan pembuat darah.

Upaya pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air.

Perendaman memakai Oxytetracyclin HCL dosis 25-30 mg/kg ikan lele per hari

diberikan 7-10 hari berturut-turut. Pemberian Sulfamerazine sebanyak 100-200 mg/kg

berat ikan lele per hari, melalui makanan 1-3 hari. Penyuntikan Oxytetracyclin HCL

sebanyak 25-30 mg/kg ikan lele per hari, melalui makanan selama 7-10 hari berturut-

turut.

 Edward siella

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perubahan tubuh ikan lele

berwarna gelap. Kadang-kadang mata menonjol. Ada sedikit bercak darah di pangkal

sirip dada. Kadang-kadang ditemukan benjolan di bagian samping tubuh ikan lele.

Upaya pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air.

Pengobatan dapat dilakukan pada masa periode awal penyerangan menggunakan

Sulphanamide dengan dosis 100-200 mg/kg/hari diberikan sampai hari yang keempat

secara berturut-turut. Lele yang terserang penyakit harus segera dimusnahkan dengan

dibakar atau dikubur.

5
 Penyakit Ginjal

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya luka di ginjal, hati, dan bintik-

bintik berwarna keputih-putihan. Hingga saat ini belum ditemukan obat yang tepat

untuk memberantas penyakit ini.

 Penyakit Tuberculosis

 Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perubahan tubuh ikan lele

berwarna gelap. Perut membengkak dan terdapat bintik-bintik pada hati. Cara

pencegahan dengan perbaikan kualitas air.

2. Penyakit Pada Ikan Lele Yang Disebabkan Oleh Parasiter :

 Saprolegiasis

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya sekumpulan benang halus

seperti kapas berwarna putih kecokelatan pada ubuh ikan lele. Tempat penyerangan

biasanva di daerah kepala, tutup insang, sirip, dan bagian badan lainnya.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kebersihan kolam

dan kualitas air. Menghindari setiap perlakuan yang menimbulkan luka. Perendaman

dalam Malachite Green Oxalate (MGO) sebanyak 3 g/m³ air selama 30 menit.

 Penyakit Bintik putih

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan ikan lele berenang sangat lemah dan

selalu di permukaan air. Terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip, dan

insang. Lele sering menggosokkan tubuhnya ke dasar kolam atau pada benda-benda

yang keras.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu lele diberok dalam air yang mengalir.

Padat penebaran dikurangi, dilakukan perendaman dengan larutan formalin 25 ml/m³

air ditambah larutan Oxalate 0,1 g/m³ air selam 12-24 jam.

 Tichodiina sp.

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan gerakan lele lemah dan lele kurus.

Menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda keras.

6
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu padat penebaran dikurangi.

Merendam lele dalam larutan formalin 150-200 ppm (150-200 ml/m³) selama 15

menit. Merendam Malachite Green Oxalate 0,1 g/m³ selama 24 jam.

 Cacing kecil pada kulit, sirip, dan insang

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan kepala ikan lele yang kelihatan besar

tetapi kurus. Kulit lele suram. Sirip ekor kelihatan rontok. Lele menggosok-gosokkan

badan ke dasar kolam penampungan atau benda keras lainnya. Tutup insang tidak

normal.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi kepadatan

penebaran. Merendam lele dalam formalin 250 ml/m³ air selama 15 menit. Merendam

dengan Methylene Blue sebanyak 3 gr/m³ air selama 24 jam.

 Myxosporensis (Myxobolus sp.)

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya bintil-bintil berwarna putih

kemerah-merahan pada insang.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan pengeringan kolam dan

pengapuran dengan dosis 200 g/m³, dibiarkan selama 1-2 minggu. Air yang masuk

disaring melalui filter pasir, kerikil, dan ijuk.

 Myxosoma sp.

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya pembengkakan (bisul) di sekitar

punggung. Jika bisul pecah, akan keluar cairan keruh berwarna kuning.

Pencegahan dengan cara menyaring air yang masuk. Perendaman dengan larutan

formalin 25 cc/m³ selama 5 menit. Kolam disemprot dengan Dipterex/Sumithion 50

EC dengan takaran 1 cc/m³.

 Lernaea sp.

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya parasit yang menempel di tutup

insang, sirip, atau mata selama 15 menit. Kemudian terlihat luka-luka di tempat

penyerangan tersebut.

7
Pencegahan dengan cara menyaring air masuk. Lele yang terinfeksi direndam dalam

larutan garam/NaC1 20 g/liter (2%) selama 5 menit.

 Kutu ikan (Argulus).

Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya ikan lele yang menjadi kurus.

Parasit menempel di kulit, sirip, dan insang. Bekas penyerangan kelihatan kemerah-

merahan.

Pencegahan dengan pengeringan kolam dan pengapuran sebanyak 200 g/m². Air yang

masuk disaring.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, Pedoman Balai Benih Ikan ( Jakarta: Direktort Bina Produksi, Direktorat
Jendral Perikanan,1986)

Suyanto, S. Rachmatun, Budidaya Ikan Lele (Jakarta: Penebar Swadaya, 1999)

Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang.

Djamiko, H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha. C.V.
Simplex. Jakarta.

Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai