Anda di halaman 1dari 14

BIOSEKURITI PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN

IKAN HIAS AIR LAUT


Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengelolaan Kesehatan Ikan

Disusun oleh :
Andre Chandika 230110160200
Ayu Octrina 230110160182
Dita Pratiwi M 230110160022
Ersyad Prayoga 230110160096
R. Ahmad S. Fauzi 230110160153
Rahmad Afdhillah 230110160154
Yaumil Akbar R 230110160172
Yusi Fauziah 230110160114

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah biosekuriti pada pembesaran ikan
laut ini tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengelolaan Kesehatan Ikan pada semeter genap (keenam)
perkuliahan mengenai “Biosekuriti Pada Pembenihan dan Pendederan Ikan Hias Air
Laut”.
Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat berarti. Penyajian
makalah ini, penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang
diharapkan. Sehingga penyusun sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan tugas makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan sekaligus
permohonan maaf bila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekeliruan di
dalamnya sebab itu semua datangnya dari penulis dan bila terdapat kelebihan semata-
mata datangnya dari sang Khalik.

Jatinangor, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................... 2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Biosekuriti................................................................. 3
2.2 Tujuan Biosekuriti....................................................................... 4
2.3 Ikan Hias...................................................................................... 5
2.4 Biosekuriti Pada Pembenihan Ikan Hias Air Laut....................... 5

III SIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan.................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih


dari 17.504 pulau dan luas laut sekitar 3,5 juta km2 dengan bentang pantai sepanjang
104.000 km (KKP 2011). Beberapa ikan yang memiliki nilai ekonomis dibedakan
menjadi dua yaitu ikan hias serta ikan konsumsi yang dibudidayakan di Indonesia.
Indonesia merupakan negara terbesar produsen ikan hias air tawar di seluruh dunia.
Tidak banyak yang tahu mengenai fakta tersebut, menurut data Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin KKP), Indonesia mampu
memproduksi 1,315 miliar ekor ikan hias. Bahkan hal yang membanggakan lainnya
adalah 75 persen dari ikan hias yang beredar di berbagai negara berasal dari
Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan,


Ikan dan Tumbuhan, Karantina Ikan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri
dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri serta keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, karantina ikan
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka melindungi negara dari
ancaman masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri
dan dari suatu area ke area lain di wilayah Republik Indonesia, yang berpotensi
merusak kelestarian sumberdaya hayati perikanan, yang pada akhirnya akan
mengganggu produksi perikanan nasional.

Penerapan biosekuriti dalam industri akuakultur saat ini dipandang sangat


penting sebagai salah satu faktor penentu keberlanjutan produksi. Penerapan ini selain
didorong oleh tren tuntutan konsumen global untuk mengkonsumsi produk yang

1
2

berasal dari sistem produksi yang memenuhi unsur-unsur safety dan sustainable, juga
didorong oleh tingginya tingkat kematian dan rendahnya laju pertumbuhan akibat
infeksi mikroorganisme patogen. Selain hal tersebut, penerapan biosekuriti juga
dilakukan karena adanya kekhawatiran terhadap introduksi patogen eksotis melalui
kegiatan impor organisme akuatik yang bertindak sebagai pembawa infeksi (carrier)
penyakit. Oleh karena itu, dalam hal penerapan biosekuriti, prinsip-prinsip yang harus
diaplikasikan sangat luas dan hal ini mencakup berbagai komponen yang meliputi
tindakan pencegahan, pengendalian dan pemusnahan berbagai penyakit infeksius
serta berbagai tindakan untuk menjaga kesehatan manusia sebagai pengelola
produksi, hewan dan lingkungan. Dalam konteks lingkungan, penerapan biosekuriti
juga dilakukan untuk mencegah lolosnya ikan budidaya ke lingkungan sekitar
produksi

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dapat


diidentifikasi adalah sejauh mana penerapan biosecurity ini dapat mecegah resiko
masuknya penyakit serta penyebarannya khusunya dalam pembesaran ikan laut.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah;
1. Mengetahui dan mempelajari apa itu biosecurity serta penerapannya dalam
bidang perikanan khususnya pembenihan dan pendederan ikan has laut.
2. Mengetahui tujuan dari biosecurity bagi budidaya ikan hias air laut.
3. Memperluas wawasan mengenai biosecurity dalam pembenihan dan pendederan
ikan hias laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Biosekuriti


Biosekuriti berasal dari dua kata yaitu bio (hidup) dan security (pengamanan
atau perlindungan). Atau secara harfiah dapat bermakna pengendalian atau
pengamanan terhadap makhluk hidup. Dalam kegiatan budidaya, biosekuriti
merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit masuk ke
dalam peternakan ataupun menyebar keluar peternakan. Semua kegiatan dilakukan
dengan tujuan memisahkan inang dari bibit penyakit dan sebaliknya. Dalam ruang
lingkup laboratorium, “Biosecurity” adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan
rantai masuknya agen penyakit ke induk semang dan untuk menjaga agen penyakit
yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengontaminasi atau
tidak disalahgunakan.

Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti memiliki arti sebagai upaya untuk


mengurangi penyebaran organisme penyakit dengan cara menghalangi kontak antara
hewan dan mikroorganisme. Adapun menurut Deptan RI (2006), biosekuriti adalah
semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan
dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/kontak dengan ternak
tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan. WHO (2008)
menambahkan bahwa tindakan biosekuriti meliputi sekumpulan penerapan
manajemen yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi potensi penyebaran
penyakit.

Biosekuriti merupakan suatu tindakan yang dapat mengurangi resiko


masuknya penyakit dan penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lainnya (Lotz,
1997). Biosekuriti juga dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengeluarkan
pathogen tertentu dari kultivan yang dibudidayakan di kolam induk, pembenihan,

3
4

maupun kolam pembesaran dari suatu wilayah atau negara dengan tujuan untuk
pencegahan penyakit (Lighner, 2003).
Biosekuriti didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mencegah
kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit melalui pemberantasan patogen
penyebab penyakit beserta carriernya Biosekurity juga dapat diartikan sebagai suatu
perangkat aturan, perlengkapan atau peralatan yang sangat penting untuk melakukan
pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit infeksi yang bisa
menyebabkan kerugian besar secara ekonomi (Zavala, 1999).

2.2 Tujuan Biosekuriti

Tujuan utama dari penerapan biosekuriti adalah 1). Meminimalkan


keberadaan penyebab penyakit; 2). Meminimalkan kesempatan agen berhubungan
dengan induk semang; 3). Membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen
penyakit seminimal mungkin (Zainuddin dan Wibawan, 2007). Menurut Dirjen
Perikanan (2005), tujuan dari biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan
penularan dan penyebaran penyakit. Penerapan biosekuriti pada seluruh sektor
perikanan, baik di industri pembenihan atau pembesaran akan mengurangi risiko
penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut.
Meskipun biosekuriti bukan satu-satunya upaya pencegahan terhadap serangan
penyakit, namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit
(Cardona, 2005). Biosekuriti sangat penting untuk mengendalikan dan mencegah
berbagai penyakit yang mematikan.
Aspek-aspek yang sangat perlu diperhatikan dan menjadi tujuan pelaksanaan
program biosekuriti adalah tidak adanya penyakit tertentu, adanya jaminan resiko
bagi konsumen terhadap produk yang dihasilkan, adanya jaminan keamanan dalam
lingkupan hidup dan sustainability usaha, dan jaminan terhadap tiadanya resiko
penyakit zoonosis khususnya bagi pegawai.
5

2.3. Ikan Hias

Ikan hias adalah ikan yang memiliki beragam corak dan warna sehingga tiap
jenisnya berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini menyebabkan ikan hias
banyak diminati oleh masyarakat dan mulai diperdagangkan sebagai komoditas
hidup. Ikan hias adalah semua jenis ikan yang dipelihara sebagai hiasan hidup di
dalam akuarium karena memiliki variasi warna, bentuk, dan jenis. Ikan hias
merupakan ikan yang dibesarkan untuk dijadikan pajangan dan bukan untuk
konsumsi manusia.
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang menjadi komoditas
perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat dijadikan
sebagai sumber pendapatan devisa bagi negara. Indonesia merupakan salah satu
negara terkaya akan keanekaragaman jenis ikan hias dibandingkan dengan negara
penghasil ikan hias lainnya. Berdasarkan Pusat Data, Statistik dan Informasi
Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, kontribusi ikan hias air
laut terhadap nilai ekspor di Indonesia mencapai 61,8% dari US$ 13.262.362 (KKP
2012).
Ikan hias adalah ikan yang umumnya mempunyai bentuk, warna, dan karakter
yang khas, sehingga mampu memberikan suasana yang mendukung tata ruang serta
mampu memberikan suasana “tentram dan nyaman”. Ikan hias Indonesia di dunia
perdagangan internasional dikenal sebagai Tropical Fish. Ikan hias ada beberapa jenis
dan secara garis besar dibagi menjadi empat yaitu: 1. Ikan hias yang berasal dari air
tawar, dikenal dengan istilah perdagangan freshwater ornamental fish; 2. Ikan hias
yang berasal dari air laut, dikenal dengan isilah perdagangan marine ornamental fish;
3. Tanaman hias air tawar, dikenal dengan freshwater ornamental plant atau aquatic
plant; 4. Kerang-kerangan atau biota laut dikenal sebagai invertebrate (Cahyono
2000).
6

2.4 Biosecurity pada Pembenihan Ikan Hias Laut


Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam suatu usaha
pembenihan ikan adalah kemampuan dalam mengendalikan masuknya dan
berkembangnya organisme pathogen pada unit pembenihan tersebut. Hal ini hanya
dapat dipenuhi melalui penerapan biosecurity yang sistematis dan konsisten.
Prinsip prinsip penerapan biosecuriti di unit pembenihan ada 4 yaitu :
(1) Pengaturan tata letak,
Pengaturan tata letak yang baik dalam suatu unit pembenihan dapat mencegah
penyebaran organisme pathogen dan kontaminasi bahan kimia yang tidak diinginkan
dari suatu area ke area yang lainnya. Oleh karena itu dilakukan pengaturan tata letak
berdasarkan alur produksi, dilakukan pemagaran/penyekatan dan pengaturan
penyimpanan sarana produksi pada tempat yang sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
(2) Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan
Masuknya personil, kendaraan, bahan dan peralatan ke lokasi unit
pembenihan dapat menjadi sumber transmisi organisme pathogen masuk ke unit
pembenihan. Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan dapat dilakukan
dengan membatasi akses masuk hanya satu pintu dan menyediakan sarana sterilisasi .
 Sebaiknya pintu masuk utama unit pembenihan, harus disediakan sarana
sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan
unit pembenihan. Sarana celup roda umumnya terbuat dari semen/beton
dengan ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan lebarnya jalan
serta kendaraan. Sarana celup dibuat di bagian dalam atau di belakang
pagar pintu gerbang lingkungan unit pembenihan. Bahan sterilisasi yang
aman digunakan antara lain adalah cairan Kalium Permanganat (KMnO4).
 Sarana sterilisasi alas kaki (foot bath) merupakan tempat untuk sterilisasi
alas kaki personil yang akan masuk ke dalam ruang produksi. Sarana
sterilisasi alas kaki dapat terbuat dari bak semen maupun bahan lain
7

dengan ukuran sesuai ukuran pintu masuk. Sarana sterilisasi berada di


depan pintu masuk ruang produksi. Bahan sterilisasi yang aman
digunakan antara lain adalah cairan klorin, Kalium Permanganat
(KMnO4).
 Pagar pada unit pembenihan bertujuan untuk secara fisik membatasi
keluar dan masuknya manusia, hewan dan kendaraan yang dapat
membawa organisme pathogen ke dalam lingkungan unit pembenihan.
Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau
material lainnya yang kokoh dan rapat.
 Sekat antar unit produksi. Untuk menghindari kontaminasi maka antar
unit produksi harus terpisah secara fisik, baik melalui penyekatan maupun
ruangan/bangunan tersendiri. Sekat antar ruang dapat terbuat dari tembok,
papan, triplek atau anyaman bambu yang dilapisi plastik.
(3) Sterilisasi bak, peralatan dan ruangan
Selain melakukan pengaturan tata letak dan akses masuk dari luar ke lokasi
unit pembenihan, sterilisasi bak, peralatan serta ruangan produksi juga penting dalam
aplikasi program biosekuriti. Tujuan sterilisasi ini adalah untuk mengeliminasi semua
organisme pathogen yang berpotensi menyebabkan penyakit yang dapat merugikan
usaha pembenihan.
 Sterilisasi wadah
Wadah dan peralatan yang digunakan dalam suatu pembenihan ikan
berpotensi untuk menyebarkan sumber penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan
sterilisasi wadah dan peralatan dengan cara bak pemeliharaan dan peralatan yang
akan digunakan untuk pemeliharaan larva terlebih dahulu didesinfektan dengan
larutan kaporit 100 -150 ppm (bahan aktif 60%) dan dibiarkan selama 1-2 hari.
Setelah 1-2 hari bak pemeliharaan dan peralatan dicuci dengan sabun sampai kaporit
yang menempel pada dinding dan bak dasar bersih.
8

 Sterilisasi sarana pipa pengairan dan aerasi


Sarana pipa pengairan dan aerasi harus diberi desinfektan dan dikeringkan
setiap selesai satu siklus produksi. Selain menggunakan bahan desinfektan dapat
dibantu dengan penjemuran sinar matahari.
 Desinfeksi bak pemeliharaan
Pencucian bak pemeliharaan dengan desinfektan harus dilakukan setelah
digunakan dan setiap memulai pemeliharaan baru untuk memastikan bahwa sumber
penyakit tidak berkembang dari siklus pemeliharaan sebelumnya.
 Desinfeksi peralatan dan sarana produksi
Peralatan dan sarana yang digunakan dan berhubungan langsung dengan air
media pemeliharaan dapat menjadi media berkembangnya organisme pathogen. Oleh
karena itu peralatan operasional yang digunakan harus didesinfeksi baik sebelum
maupun setelah digunakan dalam operasional pembenihan.
 Sterilisasi ruangan produksi
Sterilisasi ruangan pembenihan bertujuan memutus siklus hidup organisme
yang tidak dikendaki, dilakukan pada lantai, dinding, atap dan sudut-sudut ruangan
yang sulit dibersihkan dengan cara fumigasi atau penyemprotan bahan desinfektan
oksidatif yang direkomendasikan.
 Sterilisasi alas kaki (foot bath).
Sarana sterilisasi alas kaki (foot bath) merupakan tempat untuk sterilisasi alas
kaki personil yang akan masuk ke dalam ruang produksi. Sarana sterilisasi alas kaki
dapat terbuat dari bak semen maupun bahan lain dengan ukuran sesuai ukuran pintu
masuk. Sarana sterilisasi berada di depan pintu masuk ruang produksi. Bahan
sterilisasi yang aman digunakan antara lain adalah cairan klorin, Kalium Permanganat
(KMnO4), Timsen atau Khloramin T (Halamid). Penggunaan bahan sterilisasi
disesuaikan dengan spesifikasi bahan.
9

 Sarana sterilisasi tangan.


Sarana sterilisasi tangan merupakan tempat untuk sterilisasi tangan personil
yang akan masuk ruang produksi. Sarana sterilisasi tangan dapat berupa wastafel atau
alat penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk ruang produksi. Bahan
sterilisasi yang umum dipakai adalah cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptic.
(4) Pengaturan Personil
Penerapan biosecurity di suatu unuit pembenihan, pengaturan
personil/karyawan menjadi sangat penting agar penerapan biosecurity dapat berjalan
efektif dana man bagi personil/karyawan yang terlibat didalamnya dan berkomitmen
untuk melaksanakannya. Upaya pengaturan dimulai dengan pemahaman bahwa
personil/karyawan yang terlibat dalam proses pemeliharaan/produksi mempunyai
potensi menjadi pembawa organisme pathogen. Cara yang dapat dilakukan dalam
pengaturan personil/karyawan tesebut antara lain adalah sebagi berikut :
 Pakaian dan perlengkapan kerja personil
Pakaian dan perlengkapan kerja personil/karyawan yang tidak bersih dapat
menjadi sumber kontaminan atau agen transmisi organisme pathogen bagi benih ikan
yang dipeliharanya, dan dapat pula mempengaruhi kesehatan personil/karyawan yang
memakainya. Pakaian dan perlengkapan kerja harus terbuat dari bahan yang tidak
membahayakan pemakainya dan harus selalu bersih. Untuk sterilisasi dan melindungi
kesehatan personil/karyawan maka pemakaian sepatu boot merupakan keharusan
selama dalam bekerja. Setiap personil/karyawan sebaiknya menggunakan sarung
tangan dan menggunakan penutup hidung bila bekerja dengan bahan kimia dan obat-
obatan.
 Sterilisasi atas kaki dan tangan
Pada saat memasuki sub unit produksi, karyawan sebaiknya melakukan sterilisasi alas
kaki dan tangannya sebelum dan setelah melakukan pekerjaan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Biosecurity dalam kegiatan budidaya merupakan serangkaian manajemen
kegiatan yang dilakukan untuk mencegah masuk maupun keluarnya penyakit dalam
lingkungan pembudidayaan. Biosecurity penting dilakukan karena merupakan
pertahanan pertama untuk pengendalian dan pencegahan suatu wabah penyakit.
Terdapat beberapa prinsip dalam penerapannya seperti pengaturan tata letak,
pengaturan akses masuk ke lokasi pembenihan, sterilisasi bak, peralatan dan ruangan
serta pengaturan personil.
Penyakit yang dapat menyerang ikan hias air laut seperti misalnya infeksi dari
bakteri ataupun terserang oleh parasit yang umum pada pembenihan dan pendederan
seperti protozoa. Penanganan dari penyakit yang disebabkan oleh parasit bergantung
pada jenis parasit yang menyerang. Sedangkan untuk penyakit yang disebabkan oleh
virus penanganan maupun pencegahannya harus dilaksanakan dengan menggunakan
vaksin.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B., 2000. Budidaya Ikan Hias Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. 126
halaman
Direktorat Perbenihan, Sub Direktorat Standardisasi dan sertifikasi 2013 “Lampiran
Permen KP Nomor PER./MEN/2012 Tentang Cara Pembenihan Ikan
Yang Baik (CPIB)
[Deptan RI] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2006. Restrukturisasi Sistem
Perunggasan Di Indonesia.
http://images.epivet.multiply.com/attachment/0/RxGOogoKCj0AAGoi8H
Q1/Microsoft%20Word%20-%20untuk%20Infovet%20Juni%202007.pdf
Jeffrey JS. 2006. Biosecurity for poultry flocks. Poultry Fact Sheet No 26.
KKP [Kementrian Kelautan dan Perikanan]. 2011. KKP realisasikan target 2010.
http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id/kkp-realisasikan-target-
2010.htm.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Data Indikator Kinerja Umum
Kelautan dan Perikanan Tahun 2010. Jakarta: Pusat data statistik dan
informasi.http://statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/c/16/DataIndikatorKine
rja-Umum-KKP-2010/?category_id=3.
Mulyantini N.G.A. 2010.Ilmu manajemen Ternak Unggas. GadjahMada University
Press.Yogyakarta
WHO. Biosecurity: an integrated approach to manage risk to human, animal and plant
life and health. [Internet]. 2010 March 3th.

Anda mungkin juga menyukai