LANDASAN TEORI
Kelainan refraksi ialah suatu kondisi cahaya masuk ke mata tidak bisa dipusatkan jelas
maka bayangan yang terlihat menjadi buram. Faktor yang menjadi penyebabnya bisa
dikarenakan ukuran panjang bola mata yang terlalu panjang atau pendek, perubahan
kornea, dan lensa mata yang mengalami penuaan. Kelainan refraksi tersusun dari
Dari uraian di atas maka simpulannya bahwa kelainan refraksi ialah kondisi dimana
bayangan yang terbentuk pada mata tidak jelas yang disebabkan karena bola mata tidak
mampu memfokuskan cahaya yang masuk ke mata, hal ini dikarenakan ukuran pada
bola mata yang tidak seperti pada normalnya. Kelainan refraksi juga disebabkan karena
perubahan pada kornea mata serta usia lensa mata yang menua sehingga berdampak
Kelainan refraksi terbagi jadi beberapa jenis yaitu miopia (rabun jauh), hipermetropia
Miopia (rabun jauh) ialah suatu kelainan refraksi yang mana cahaya masuk ke mata
dan sejajar dengan sumbu optik dibiaskan ke dalam kemudian jatuh depan retina. Hal
8
9
ini disebabkan karena bola mata yang tidak bisa memfokuskan bayangan untuk tepat ke
Hipermetropia merupakan salah satu kelainan refraksi pada mata dimana sinar yang
datang bersamaan dengan sumbu pada mata serta tanpa adanya akomodasi kemudian
dibiaskan di belakang retina, sehingga bayangan yang terbentuk menjadi kabur. (Chuck
et al., 2018).
Menurut Chuck et al., (2018), Astigmatisma yaitu kondisi dengan kurvatura yang
berlainan sepanjang meridian yang berbeda pada bebrapa permukaan refraktif mata
(kornea, permukaan anterior atau posterior dari lensa mata), membuat pantulan cahaya
A. Miopia
1) Definisi
Miopia adalah kelainan pada mata diakibatkan karena daya refraksi sangat kuat
maka sinar yang datang tanpa adanya akomodasi dan sejajar dengan sumbu
mata jatuh di depan retina. Miopia terjadi saat mata memiliki daya bias cahaya
yang berlebihan yang menyebabkan cahaya yang masuk ke mata tidak fokus di
Miopia atau yang biasa dikenal dengan istilah rabun jauh (nearsightedness)
adalah kelainan pada mata yang terjadi saat cahaya masuk sejajar dengan sumbu
optikus dibiaskan ke dalam dan jatuh depan retina. Ini akibat bola mata yang
10
tidak bisa memfokuskan bayangan untuk tepat ke retina. (Nemeth et al., 2021).
Miopia jarang terjadi pada bayi dan anak-anak prasekolah. Ini lebih sering
terjadi pada bayi prematur dan anak-anak dengan retinopati prematuritas. Selain
itu, ada kecenderungan genetik untuk miopia dan anak-anak dari orang tua
dengan miopia perlu diskrining pada usia dini. Insiden miopia meningkat
2019).
2) Klasifikasi
miopia yang muncul dari lahir serta tetap sampai masa anak-anak. Prevalensinya
tidak tinggi namun derajat miopianya tinggi. Bentuk yang sering terjadi ialah
youth onseth dialami pada usia 5 tahun sampai usia remaja. Apabila terjadi youth
onset ini, umumnya bisa dialami progresivitas dari miopia yang bertambah.
Prevalensinya mengalami peningkatan dari 2% pada usia 6 tahun jadi 20% pada
usia 20 tahun. 2. Early adult onset myopia, yaitu miopia yang dialami pada usia
dewasa sampai 40 tahun. Prevalensi miopia 25-30% pada usia 40 tahun. 3. Adult
onset myopia biasanya ditemukan pada usia 40 tahun atau lebih. (Budiono,
2019).
11
mata, serta ada miopia maligna yakni miopia yang progresif dan bisa akibatkan
ablasi retina sampi kebutaan atau seperti miopia pernisiosa (Ahsan, 2017).
3) Etiologi
Miopia terjadi saat berkas cahaya yang masuk ke mata sejajar sumbu optik
dibiaskan ke dalam sehingga jatuh di depan retina. Ini akibat bola mata yang
tidak bisa memfokuskan bayangan untuk jatuh tepat ke retina. Pada mata yang
mengalami miopia, ukuran bola mata lebih panjang daripada ukuran bola mata
aktivitas mata seperti jarak melihat objek yang terlalu dekat. Hal tersebut juga
2021).
Hal lain yang menjadi faktor risiko seperti penyakit mata tertentu,pasca operasi
atau pasca trauma atau kecelakaan, herediter atau faktor genetik, aktivitas kerja
aktifitas jarak jauh terutama sport atau aktifitas di luar rumah, terpapar
pencahayaan yang kuat dan lama dari sinar gawai, dari aktivitas tersebut
banyak atau berlebih sehingga mengakibatkan sumbu atau bola mata memiliki
Beberapa tanda dan gejala miopia diantaranya yaitu penglihatan kabur saat
melihat jarak jauh dan hanya terlihat jelas apabila dekat, memicingkan mata
untuk dapat melihat dengan jelas, penderita miopia biasanya lebih cepat merasa
lelah pada mata, pusing, mengantuk, bilik mata depan lebih dalam, retina tipis,
5) Pengobatan
Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang
pengobatan dengan kaca mata dan lensa kontak. Pada keadaan tertentu, miopia
dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial,
(Lasik).
B. Hipermetropia
1) Definisi
merupakan suatu kelainan refraksi dari mata dimana sinar–sinar yang berjalan
sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibiaskan dibelakang retina, oleh
Hipermetropia adalah suatu keadaan dimana daya refraktif mata terlalu rendah
sehingga cahaya tanpa akomodasi yang sejajar dengan sumbu mata difokuskan
kekuatan bola mata tidak seimbang dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa
2) Klasifikasi
kelengkungan lensa dengan mengatur tonus badan siliaris. Jika badan siliaris
meningkatkan tonus, maka badan siliaris meregang dan lensa menjadi lebih
3) Etiologi
Penyebab utama hipermetropia adalah ukuran bola mata yang lebih pendek.
Karena bola mata yang lebih pendek maka bayangan benda yang dilihat akan
kurvatur, yaitu kelengkungan pada kornea atau lensa yang kurang sehingga
dengan daya refraksi kornea dan lensa, sehingga fokus cahaya berada di
belakang retina. Hal ini disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata
15
(sumbu rabun dekat), kelainan genetik tertentu, atau penurunan indeks bias
dekat karena kesulitan akomodasi. Hal tersebut karena optik mata terlalu lemah
sehingga menyebabkan otot mata bekerja lebih keras untuk melihat dengan
badan siliaris untuk menampung dan menurunkan elastisitas vitreus atau lensa.
Seiring bertambahnya usia, lensa secara bertahap tidak dapat fokus pada retina,
sehingga akan tetap berada di belakangnya. Oleh karena itu, perlu ditambahkan
tanda dan gejala yang dirasakan antara lain sakit kepala di dahi, silau, dan
terkadang mata juling atau penglihatan ganda. Penderita rabun jauh juga
Pasien rabun jauh muda jarang mengeluh karena mata mereka masih memiliki
kemampuan beradaptasi yang kuat untuk melihat objek dengan jelas. Pasien
meliputi sakit kepala, sakit mata, dan mata terasa seperti ada tekanan.
5) Pengobatan
lensa positif terbesar yang masih memberikan ketajaman visual yang maksimal.
C. Astigmatisma
1) Definisi
meridian yang berbeda-beda pada satu atau lebih permukaan refraktif mata
(kornea, permukaan anterior atau posterior dari lensa mata), akibatnya pantulan
cahaya dari suatu sumber atau titik cahaya tidak terfokus pada satu titik di retina.
Astigmatisme adalah kondisi dimana sinar yang masuk ke dalam mata menyebar
dan tidak dipusatkan pada satu titik sehingga bayangan tidak dapat difokuskan.
(Ginting, 2018).
sinar sejajar tidak dibiaskan dengan daya atau kekuatan yang sama pada seluruh
bidang bias, sehingga titik fokus pada retina tidak berada pada satu titik,
2) Klasifikasi
pembiasan yang saling tegak lurus. Hal ini disebabkan karena kornea yang
tidak tegak lurus satu sama lain. Hal ini disebabkan akibat dari kelengkungan
kornea berbeda pada meridian yang sama, sehingga bayangan menjadi tidak
Astigmatisme lazim (astigmat with the rule) adalah kondisi astigmatisme umum
yang koreksinya menggunakan silinder negatif dengan sumbu lurus lebar (45-
vertikal (60-120 derajat) atau dengan silinder positif dengan sumbu lurus lebar
(30-150 derajat). Hal ini terjadi karena kornea yang melengkung pada sepanjang
3) Etiologi
Astigmatisme terjadi ketika lensa dan juga kornea memiliki permukaan datar
atau tidak rata, sehingga tidak memberikan satu titik fokus. Variasi dalam
kelengkungan kornea atau lensa membuat cahaya tidak mungkin fokus pada satu
terganggu. Mata yang lemah dapat diibaratkan seperti melihat melalui segelas
air yang jernih. Bayangan yang terlihat bisa terlalu besar, terlalu tipis, terlalu
penglihatan menjadi buram pada jarak dekat atau jauh, perubahan objek yang
terlihat, pengecilan antara kelopak mata, sakit kepala, ketegangan dan nyeri
5) Pengobatan
Koreksi mata astigmatisme melibatkan pemakaian lensa yang berbeda pada dua
kekuatannya. Pengobatan dilakukan dengan lensa kontak yang keras atau lensa
kontak lunak jika karena trauma atau yang bertujuan untuk memberikan efek
Pemeriksaan ini dilakukan secara bergantian antara mata satu dengan yang lainnya,
Snellen chart berada di hadapan pasien yang duduk menghadap Snellen chart yang
berjarak 6 meter, pasien menutup mata kiri dengan tujuan untuk menguji mata kanan,
pasien diminta membaca baris terkecil yang masih dapat dibaca menggunakan mata
yang tidak ditutup, setelah itu letakkan lensa positif 0,50 untuk menghilangkan
akomodasi pada saat pemeriksaan, jika penglihatan tidak membaik, maka pasien
tidak mengalami hipermetropia, namun jika bertambah jelas dengan kekuatan lensa
positif terkuat yang masih memberikan ketajaman terbaik adalah ukuran yang tepat
untuk mata, jika penglihatan tidak membaik maka gunakan lensa negatif, namun
apabila menjadi jelas, maka pasien mengalami miopia. Ukuran pada lensa koreksi
adalah lensa negatif yang paling ringan yang memberikan ketajaman visual secara
hipermetropia maupun miopia dimana penglihatan tidak mencapai 6/6 maka akan
E. Pemeriksaan Subjektif
kerjasama antara pasien dan pemeriksa. Pengujian bias subjektif dapat dilakukan
dengan menggunakan pinhole trial and error yaitu kombinasi lensa koreksi
kesalahan refraksi yang digunakan untuk mencapai koreksi visual terbaik (BCVA).
Pengujian dengan teknik ini dilakukan dengan menempatkan lensa sferis positif atau
negatif untuk memperoleh visus penglihatan 6/6. Lensa sferis negatif yang dipilih
20
adalah lensa sferis negatif terkecil, dan untuk lensa sferis positif, lensa sferis positif
terbesar dipilih. Metode ini merupakan pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan
Untuk melakukan tes ini, tempatkan lubang jarum pada hadapan mata yang akan
diperiksa selanjutnya minta untuk membaca huruf paling akhir yang sebelumnya
bisa dibaca, jika penglihatan tidak membaik maka mata tidak dapat dikoreksi lebih
lanjut karena media penglihatan keruh atau terdapat kelainan pada retina atau saraf
optik, jika penglihatan membaik, mata memiliki astigmatisme yang tidak dikoreksi.
F. Pemeriksaan Objektif
yang diperiksa bersifat pasif, hasil dari pemeriksaan ini didapatkan dari streak
G. Pengobatan
Ada beberapa cara beserta alat yang digunakan untuk membantu ketajaman
penglihatan untuk pembiasan cahaya sehingga bayangan dipusatkan pada titik fokus
yaitu :
1) Kacamata
Kacamata adalah alat penyesuaian atau koreksi terbanyak yang digunakan karena
tidak sulit dirawat dan murah. Efek kacamata minus yang kuat diperlukan untuk
21
mata miopia, karena memberi kesan benda yang terlihat lebih kecil dari
sebenarnya. Sedangkan pada pemakaian lensa positif pada mata yang mengalami
pemakaian yang terlalu lama membuat rasa kurang nyaman. Kelebihan dan
kekurangan lensa berbahan kaca lebih mudah berkabut daripada lensa berbahan
plastik dan juga lensa kaca rentan pecah daripada kacamata dengan lensa plastik.
Kacamata dengan lensa kaca terasa berat dari kacamata plastik. (Ahsan, 2017).
2) Lensa Kontak
Lensa kontak adalah lensa tipis yang ditempatkan di depan kornea untuk
terlalu berbeda dengan bayangan normal, lapang pandang penglihatan lebih luas,
aktivitas tidak terbatasi, dan lain-lain. Namun beberapa keluhan yang terjadi pada
pemakaian lensa kontak diantaranya mata bisa merah dan terinfeksi, sulit
pemakaian yang harus bersih, rawan alergi, dan mudah hilang. (Budiono, 2019).
3) Bedah Refraksi
baru menjalani prosedur ini mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama
hingga mampu melihat kembali dengan jelas karena ada sebagian kornea
Operasi LASIK tidak berbeda jauh dengan PRK, tindakan ini juga dilakukan
dengan cara mengubah bentuk kornea. Pada prosedur ini, untuk membuka
melakukan perubahan bentuk kornea lalu setelah selesai kornea akan ditutup
LASIK sedikit lebih cepat jika dibandingkan dengan operasi PRK. Sejauh ini
LASIK menjadi prosedur bedah refraksi yang paling umum atau sering
didapatkan efek samping yang relatif lebih sedikit daripada jenis operasi
karena hanya sebagai jalan keluar kornea yang sudah dipotong dengan laser.
(Indriani, 2022).
2.2 Aktivitas
A. Aktivitas Membaca
Aktivitas membaca dengan jarak dekat dapat menyebabkan kelainan refraksi, seperti
membaca buku pada jarak < 30 cm. Aktivitas membaca pada jarak yang dekat serta
kelainan refraksi mendapat hasil terdapat korelasi kuat dengan prevalensi serta
sekolah atau siswa, dokter, pengacara, peneliti atau pekerjaan yang menggunakan
bertambah pada usia anak sekolah dan remaja, bahkan pada usia 20-30 tahun
Kegiatan yang dilakukan dengan jarak terlalu dekat (< 30 cm) contohnya membaca
serta berkelanjutan dan durasi lebih dari 2 jam, dapat menyebabkan timbulnya
kelainan refraksi. Dampak dari kegiatan ini merupakan suatu kumulatif. Hubungan
ini bisa jadi karena membaca dari jarak dekat dapat menyebabkan rabun jauh, atau
karena orang yang rabun jauh cenderung membaca dari jarak yang lebih dekat ketika
lensa korektif tidak dipakai. Intensitas cahaya yang terlalu gelap atau cenderung
redup yang digunakan sebagai penerangan juga merupakan faktor pemicu yang
dianjurkan pada saat membaca adalah lebih dari atau samadengan 30 cm dari mata
dengan posisi saat membaca adalah duduk dan penerangan ruangan memiliki
intensitas cahaya yang baik (tidak terlalu gelap ataupun terlalu terang). Apabila
menggunakan lampu belajar maka difokuskan pada buku yang sedang dibaca. (Arsa,
2018).
Seperti halnya membaca, menonton televisi pada jarak yang dekat serta durasi yang
terlalu lama juga mampu menyebabkan kelelahan pada mata. Pada normalnya jarak
menonton televisi ideal dari layar televisi yaitu 2 meter dan lebih baik apabila mata
sejajar dengan layar televisi posisinya, dan ruangan dengan pencahayaan yang
memadai. Menonton televisi terlalu lama dapat mengakibatkan kelelahan pada mata
dan penglihatan pun menjadi kabur. (Rahmawati & Asthiningsih, 2021). Layar
(nanometer) yang bersifat miopigenik. Hal tersebut dapat berefek samping pada mata
Terpaku pada layar laptop atau komputer merupakan aktivitas yang mengakibatkan
menjadi buram atau kabur serta ketegangan pada otot mata. Mata relatif kurang
berkedip pada saat menggunakan gawai dan komputer sehingga mata menjadi kering
waktu memicu keluhan yang dialami seperti tidak nyamanan ocular dan otot yang
masalah kesehatan yang sering terjadi. Bila bekerja di depan komputer dan laptop
atau gadget, istirshatkan otot pada bola mata dengan cara melihat ke arah lain dengan
jangkauan yang jauh selama 5 hingga 10 menit setiap 1-2 jam sekali serta usahakan
untuk lebih sering berkedip agar membasahi permukaan bola mata. (Arsa, 2018).
Kegiatan outdoor merupakan salah satu faktor protektif pada kelainan refraksi.
memiliki mata yang lebih sehat. Cahaya yang terang menjadi salah satu sistem
pertahanan atau proteksi terhadap kelainan refraksi miopia. Kegiatan yang dilakukan
di luar ruangan dapat merangsang dopamin dilepaskan oleh retina sehingga bisa
bola mata sebagai tindakan preventif kelainan refraksi pada anak, diperoleh hasil
bahwa kegiatan di luar rumah yang rendah meningkatkan prevalensi miopia yang
Anak usia sekolah yaituperiode dimana anak dimulai dari usia 6 sampai 12 tahun mulai
motorik yang mengalami peningkatan. Pada usia ini anak mengalami masa peralihan
atau transisi. Tahap ini disebut masa usia sekolah dimana ada lingkungan lain selain
mampu lebih mandiri. Fase usia sekolah juga merupakan fase penting dalam proses
peningkatan basic skill seperti baca tulis, berhitung, dan perkembangan konsep diri.
Anak usia sekolah memiliki lingkungan sosial bertambah luas dari lingkungan
mengembangkan nilai moral dan budaya dari kelompok teman dan juga guru,
Ketika bayi lahir, mata normal berukuran sekitar 2/3 ukuran dewasa. Pertumbuhan
meningkat cepat akan tetapi akan melambat hingga berusia 3 tahun hingga selanjutnya
dengan perlambatan sampai pubertas, lalu setelah itu terjadi sedikit penurunan. Pada
umumnya kornea yang normal jernih dan semakin bertambahnya usia lengkungan pada
kornea cenderung menjadi rata, dengan meningkatnya perubahan pada refraksi mata.
Ketajaman visual membaik secara cepat serta bisa mencapai 20/30 – 20/20 pada usia
2-3 tahun, tetapi 20/40 umumnya dikatakan biasa untuk anak umur 3 tahun. Ketika
anak berusia 4 tahun visus mata sebesar 20/30, lalumpada usia 5 atau 6 tahun sering
dijumpai anak memiliki visus mata 20/20. Perkembangan visual atau penglihatan utama
pada anak berusia 5 tahun dengan potensi ketajaman penglihatan yang maksimal, dan
27
anak yang berusia 6 tahun dengan potensi gangguan penglihatan ringan, kemampuan
mengenali banyak warna, dan persepsi yang berkembang penuh. Anak-anak seringkali
tidak sadar bahwa visusnya menurun dan kondisi tersebut tidak membuat mereka
mengeluh bahkan ketika mereka mengalami kelelahan pada mata. Perilaku anak yang
menunjukkan bahwa anak tersebut mengalami kelainan refraksi yang tidak dikoreksi
seperti mengedipkan mata secara berlebihan, mengerutkan kening terus menerus, sering
memicingkan mata saat melihat, dan mengucek matanya. Agar tidak bertambah buruk,
secara rutin 2 sampai 3 tahun saat anak sekolah, bahkan bisa dilakukan sesering
mungkin apabila terdapat riwayat keluarga yang memiliki kelainan refraksi (Ahsan,
2017).
A. Pada penelitian oleh Ariaty, Hengky, dan Arfianty pada tahun 2019 yang berjudul
Parepare, penelitian ini dilakukan dengan metode analitik dan pendekatan cross
sectional study dengan kuesioner, dari penelitian ini didapatkan hasil terdapat
pengaruh faktor genetik dengan miopia, terdapat pengaruh pada perilaku diantaranya
B. Pada penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Miopia pada
Anak SD di Daerah Perkotaan dan Daerah Pinggiran Kota yang dilakukan oleh
28
Wulansari dkk pada tahun 2018 diketahui bahwa metode yang digunakan adalah
analitik observasional melalui studi pendekatan potong lintang ini didapatkan hasil
bahwa ada hasil yang signifikan antara miopia dengan jarak membaca buku
pada Pelajar Kelas 3 SMP Al-Azhar di Kota Medan Tahun 2018 yang dilakukan oleh
Arsa pada tahun 2018 diketahui bahwa dari total 203 siswa hanya 197 siswa yang
memenuhi syarat penelitian dan diperiksa menggunakan Snellen Chart dan dengan
Trial Lens serta diberikan kuesioner didapatkan hasil terdapat hubungan pada jenis
kelamin, riwayat orang tua, posisi membaca tidur, serta posisi membaca dengan
duduk tidak tegap, melakukan kegiatan outdoor, aktivitas olahraga dengan kejadian
variabel, didapatkan riwayat pada orang tua yang menggunakan kacamata dan juga
D. Menurut penelitian Loyra, Anakotta, dan Soumea tahun 2017 dengan judul
penelitian Gambaran Kelainan Refraksi Pada Siswa SMA Negeri Siwalima Ambon
Tahun 2017, penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan tehnik
random sampling berjumlah 86 siswa didapatkan hasill bahwa terdapat 34 siswa atau
sebanyak 39,5% mengalami miopia dengan jumlah terbanyak terjadi pada siswa
Klasifikasi
Aktivitas : Kelainan Refraksi :
1. Aktivitas
1. Miopia
membaca Kelainan Refraksi
2. Hipermetropia
2. Aktivitas 3. Astigmatisma
menonton Fungsi mata yang mengalami
televisi (Chuck et al,
keterbatasan dan dapat
3. Aktivitas 2018).
penggunaan dimanifestasikan sebagai
smartphone dan penurunan ketajaman visual,
laptop/komputer mengalamikesulitan dalam
4. Aktivitas di luar
mempersepsikan visual, atau
ruangan
(Arsa, 2018) kombinasi dari semuanya.
(Defriva, Ibrahim, & Rosita, Dampak :
- Gangguan
2019).
penglihatan
- Mengalami
keterlambatan
dalam stimulasi
kognitif, seperti
proses membaca,
pemahaman
materi, dan
kreativitas.
(Tanuwidjaja &
Respati, 2019)