Anda di halaman 1dari 22

Kelainan

Refraksi
Pembimbing:
dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph),
Sp.M(K)
Definisi
• Di seluruh dunia, kelainan refraksi adalah salah satu gangguan
fungsi penglihatan yang paling sering terjadi.
• Kelainan refraksi adalah gangguan pada mata yang
penglihatannya kabur.
• Pembiasan atau refraksi adalah pembelokan cahaya saat
melewati satu benda ke benda lainnya. Kita dapat melihat
ketika cahaya dibiaskan saat melewati kornea dan lensa,
kemudiannya difokuskan ke retina. Retina menerjemahkan
cahaya menjadi sinyal yang dikirim ke otak melalui saraf optik.
• Kelainan refraksi dapat terjadi pada orang dewasa maupun
anak-anak. Oleh karena itu, pentingnya untuk deteksi sedini
mungkin untuk menghindari komplikasi lebih lanjut pada anak.
Gejala Klinis
• Pandangan kabur
• Penglihatan ganda
• Silau atau lingkaran di sekitar cahaya terang
• Mata memicing untuk memperjelas penglihatan
• Nyeri kepala
• Ketegangan mata → mata mudah lelah
• Pandangan buram pada malam hari
Ametropia (Kelainan Refraksi)

Ametropia dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat memberikan bayangan sinar
sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina. Pada keadaan ini bayangan pada selaput jala tidak
sempurna terbentuk.
• Ametropia aksial: terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih pendek sehingga
bayangan benda difokuskan di depan ataudi belakang retina.
• Ametropia refraktif: kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata
Patofisiologi
• Kekuatan refraksi mata sebagian besar ditentukan oleh 3
variabel: kekuatan kornea, kekuatan lensa, dan panjang
mata.
• Pada emmetropia, 3 komponen ini bergabung sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi gangguan refraksi
• Mata dengan kelainan refraksi dapat memiliki kelainan pada
satu atau lebih variabel di atas, atau semua variabel dapat
berada dalam kisaran normal tetapi tidak berkorelasi
dengan benar, sehingga terjadi kelainan refraksi. Misalnya,
mata dengan panjang aksial di kisaran atas normal mungkin
rabun jika variabel kornea juga dalam kisaran normal yang
lebih rendah.
• Pada mata emmetropia, garis cahaya sejajar dengan sumbu optik dan
dibatasi oleh pupil berfokus pada titik di retina (yaitu, Secondary Focal
Point mata emmetropik ada di retina).
• “Far Point” pada emmetropia (didefinisikan sebagai titik konjugasi ke
retina dalam keadaan nonakomodasi) adalah optical infinity.
• Untuk koreksi penuh miopia dan hiperopia, lensa korektif yang
ditempatkan di depan mata harus memiliki titik fokus sekunder yang
bertepatan dengan far point mata sehingga sistem optik yang baru
dibuat memfokuskan sinar paralel ke retina.

Schematic diagrams of emmetropia, myopia, and


hyperopia. (A) In emmetropia, the far point is at
infinity, and the secondary focal point (F 2 ) is at the
retina. (B and C) In myopia, the far point is in front
of the eye and the secondary focal point, F 2 , is in
the vitreous. (D) In hyperopia (bottom) , the
secondary focal point, F 2 , is located behind the eye.
Jenis-Jenis Kelainan Refraksi

Jenis kelainan dasar refraksi :


• Miopi (rabun jauh)
• Hipermetropi (rabun dekat)
• Astigmatisma (silindris)
Myopia
• Miopia (near-sightedness) adalah jenis kelainan refraksi di mana
benda yang dekat terlihat jelas, sedangkan benda yang jauh terlihat
kabur pada mata tidak berakomodasi. Dalam kasus miopi, cahaya
difokuskan di depan retina.
• Mata myopia pada dasarnya memiliki terlalu banyak plus power untuk
ukurannya. Myope memiliki far point yang tetap. Misalnya, seseorang
dengan miopia 1.00-diopter dapat melihat suatu objek dengan jelas
jika jaraknya 3 kaki (1 m) dari mata.
Myopia
Klasifikasi Myopia

1. Bedasarkan kausa: Myopia Refraktif Myopia Aksial

2. Derajat beratnya:
 Ringan: < (-1) - (-3) dioptri
 Sedang: -3 – (-6) dioptri
 Berat: > -6 dioptri

3. Perjalanan myopia
 Stasioner: menetap setelah dewasa
 Progresif: bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata
 Maligna/degenerative: berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan
Tatalaksana Myopia
• Nonbedah
 Kacamata
Koreksi kacamata dengan lensa sferis negative
(minus/lensa cekung/konkav) terkecil yang
memberikan tajam pengelihatan maksimal
 Lensa kontak
Spherical concave: soft lens, hard lens, ortho-K

• Bedah
 Laser Vision Correction:
PRK (Photorefractive keratectomy)
LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
SMILE (SMall Incision Lenticule Extraction)
 Refractive surgery:
Clear lens exchange
Phakic IOL (intra ocular lens)
Hipermetropia
• Mata hiperopik (far-sighted) adalah mata yang kekurangan daya bias
sehingga sinar cahaya dari benda yang jauh mencapai fokus pada suatu
titik di belakang retina sehubungan dengan mata yang tidak
berakomodasi.
• Akibatnya, gambar yang jatuh pada retina menjadi kabur dan dapat
difokuskan hanya dengan akomodasi atau dengan menempatkan lensa
plus, atau cembung, di depan mata. Lensa cembung memberi daya
konvergen yang tidak dimiliki mata.
• Dari sudut pandang praktis, penyebab hiperopia tidak terlalu penting.
Yang penting adalah apakah sistem akomodatif mata dapat
memberikan kekuatan plus tambahan untuk memperbaiki kesalahan
hiperopik.
• Orang berusia muda biasanya tidak terganggu oleh hyperopia karena
jangkauan akomodasi yang sangat baik.
Hipermetropia dapat disebabkan :
• Hipermetropia sumbu aksial: sumbu
anteroposterior pendek.
• Hipermetropia kurvatur: kelengkungan
kornea atau lensa kurang sehingga
bayangan difokuskan di belakang retina
• Hipermetropia refraktif: terdapat indeks
bias yang kurang pada sistem optik mata.

Derajat Hipermetropia
• Ringan: ≤ +2D
• Sedang: +2D - +5D
• Berat: > +5D
Tatalaksana hypermetropia sama dengan myopia, hanya saja
lensa yang digunakan adalah lensa sferis positif/konveks
Astigmatism
• Astigmatisme adalah kondisi dimana cahaya tidak direfraksikan ke
satu titik melainkan kedua titik focus yang saling tegak lurus akibat
perbedaan meridien kurvatura kornea ataupun lensa.
• Astigmatisme terjadi ketika kornea, lensa, atau bentuk bola dunia
memiliki bentuk torik. Massa besar di kelopak mata (seperti
chalazions atau hemangioma) dapat menekan kornea dan
menyebabkan kesalahan refraksi astigmatik.
• Derajat Astigmatisma:
 Ringan: ≤ 1D
 Sedang: 1D - 3D
 Berat: >3D
Tipe Astigmatisme
Astigmatisme Reguler:
A. Simple hyperopic astigmatism: Berkas sinar vertikal difokuskan
pada retina; sinar horizontal difokuskan di belakang retina.
B. Simple myopic astigmatism: Berkas sinar vertikal difokuskan pada
retina; sinar horizontal difokuskan di depan retina.
C. Compound hyperopic astigmatism: Kedua titik fokus berada di
belakang retina.
D. Compound myopic astigmatism: Kedua titik fokus terletak di
depan retina.
E. Mixed astigmatism: Sinar vertikal fokus di belakang retina; fokus
sinar horizontal di depan retina.

Astigmatisme Irregular:
Jika kornea telah rusak karena trauma, peradangan, jaringan parut,
atau anomaly lain sehingga bentuk geometris tidak ada, kondisi ini
biasanya tidak dapat sepenuhnya diperbaiki oleh silinder.
Classification and effect of astigmatism
depending on the axis alignment of the
corrective minus cylinder (or of the more
anterior focal line) – illustrated using a
standardized reading text (Radner chart).
The photographs are intended to depict the
visual impression; this always depends on which
of the focal lines lies closer to the retina.
a) Original situation (left: distant vision, right:
Radner near reading test);
b) With-the-rule astigmatism: the more
anterior focal line is almost horizontal; this
is then also true for the axis of the
corrective minus cylinder: 0°–30° or 150°–
180° (Figure 3).
c) Against-the-rule astigmatism: the more
anterior focal line is almost vertical; this is
then also true for the axis of the corrective
minus cylinder: 60°–120° (Figure 3).
d) Oblique astigmatism: the axis of the
corrective minus cylinder is oblique: 30°–
60° or 120°–150°.
Diagnosis Astigmatism
1. Anamnesis: keluhan pasien

2. Pemeriksaan:
 Tajam pengelihatan (UCVA)
 Subjektif: Refraksi subjektif (BCVA)
 Objektif: Retinoskopi
 Keratometri
 Topografi kornea
Tatalaksana Astigmatism
• Nonbedah
 Kacamata: koreksi kacamata dengan lensa silindris atau
sferosilindris
 Lensa kontak (toric soft lens/RGP)

• Bedah
 Limbal relaxing incision
 Laser vision correction: LASIK, SMILE
 Refractive surgery: Clear lens exchange, Phakic IOL (intra
ocular lens)
Daftar Pustaka
Schiefer U, Kraus C, et al., 2016, ‘Refractive errors: Epidemiology, Effects and Treatment
Options’, Dtsch Arztebl Int., vol. 113(41): 693–702.

Stein HA, Stein RM, Freeman MI, 2018, 'Refractive errors and how to correct them' in The
Ophthalmic Assistant, 10th edn, Elsevier Inc, China, pp. 175-198.

Gulati S, Poothullil AM, Azar DT, 2020, Terminology, Classification, and History of
Refractive Surgery' in Refractive Surgery, 3rd edn, Elsevier Inc, China, pp. 2-21.

Yulianti SR, Ilyas HS, Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-4, Badan Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai