ORBITA
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty L, M.Ked
(Oph), Sp.M (K)
01
ANAT
OMI
ORBITA DAN ADNEXA
Orbit Orbit adalah rongga berbentuk buah pir, yang batangnya
merupakan saluran optik
Atap
Orbita
Medial
Dinding
Lateral
Lantai
ATAP orbita
Atap terdiri dari dua tulang: sayap kecil sphenoid dan pelat orbital dari tulang frontal. Itu terletak di bawah fosa
kranial anterior dan sinus frontal. Cacat pada atap orbital dapat menyebabkan proptosis pulsatil karena transmisi
pulsasi cairan serebrospinal ke orbit.
DINDING LATERAL orbita
Dinding lateral juga terdiri dari dua tulang: sayap besar sphenoid dan zygomatik. Separuh bola
anterior rentan terhadap trauma lateral karena menonjol di luar margin orbital lateral.
DINDING MEDIAL orbita
Dinding medial terdiri dari empat tulang: rahang atas, lakrimal, etmoid dan sphenoid. Lamina papyracea,
yang merupakan bagian dari dinding medial, setipis kertas dan dilubangi oleh banyak foramina untuk saraf dan
pembuluh darah. Oleh karena itu, selulitis orbital sering kali terjadi akibat sinusitis etmoidalis.
LANTAI orbita
Lantai terdiri dari tiga tulang: zygomatic, maxillary dan palatine. Bagian posteromedial dari tulang rahang atas
relatif lemah. Lantai orbital juga membentuk atap sinus maksilaris sehingga karsinoma rahang atas yang
menyerang orbit dapat menggeser bola mata ke atas.
Otot motilitas bola mata
• Tumor mata bisa berasal dari semua jaringan, jaringan mata sendiri
(primer), di sekitar bola mata (sekunder), atau karena metastasis
dari sinus, otak, rongga hidung, atau penyebaran dari organ lain di
seluruh tubuh
• Menurut Brown, Charles H. (2015), kanker mata dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori dasar menurut lokasinya,
yaitu :
• tumor kelopak mata dan konjungtiva
• tumor intraokuler
• tumor orbita.
Klasifikasi tumor mata
• Tumor vascular
• hemangioma dan limfangioma
• Tumor jaringan
• fibroma, fibrokarsinoma, dan fibromatosis
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
Gejala Klinis (Ekstraokuler)
• Kelainan pada kelopak mata atau konjungtiva, seperti benjolan pada
kelopak mata dan konjungtiva, bulu mata yang rontok, area gelap yang
berpigmen, dan retraksi kelopak mata.
• Adanya peradangan pada lesi.
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
Gejala Klinis (Ekstraokuler)
• Penonjolan bola mata (proptosis).
• Adanya “corkscrew”, yaitu bentukan pelebaran pembuluh darah
episklera pada konjungtiva.
• Perubahan penampilan bola mata.
• Gatal atau nyeri pada lesi.
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
Gejala Klinis (Ekstraokuler)
● Salmon patch pada konjungtiva yang merupakan tanda adanya kelainan pembuluh
darah, sehingga muncul bercak-bercak berwarna pink
● Port wine stain pada kelopak mata karena adanya pelebaran pembuluh darah
(malformasi vaskuler kapiler).
● Strawberry Hemangioma merupakan bentuk lesi pada permukaan kulit yang
berwarna merah, menonjol, berbatas jelas seperti buah stroberi, dan seperti tanda
lahir yang terbentuk akibat kumpulan pembuluh darah kecil dan tertutup.
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
Gejala Klinis (INtraokuler)
• Gangguan penglihatan, misalnya: penglihatan kabur, penglihatan ganda
(diplopia), dan hilangnya sebagian atau seluruh penglihatan (visual loss);
perubahan posisi bola mata (juling/strabismus) atau mata yang bergerakgerak
sendiri (disorientasi visual);
• Perubahan bentuk, ukuran, dan warna pupil, misalnya mata kucing (auromatic
cat’s eye) pada retinoblastoma;
• Pembesaran bola mata;
• Mata merah yang tidak kunjung sembuh; dan
Juling Mata Kucing
• Nyeri pada mata.
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49. Perbesaran Bola Mata
Diagnosis &
Pemeriksaan
1. Anamnesis;
2. Pemeriksaan fisik (mata dan orbita)
3. Pemeriksaan Penunjang
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
04
DIAGNOSIS &
PEME RIKSAAN
1. Anamnesis;
2. Pemeriksaan fisik (mata dan orbita)
3. Pemeriksaan Penunjang
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
anamnesis
• Identitas pasien
• Keluhan utama :
- Keluhan gangguan penglihatan
- Apakah gangguan tersebut terjadi saat melihat jauh atau dekat
- Onset mendadak atau gradual (bertahap)
- Kabur di seluruh lapang pandang atau hanya Sebagian
- Defek lapang pandang apakah letaknya sentral atau perifer
- Diplopia horisontal atau vertical; kedua mata atau salah satu mata
- Apakah persisten bila salah satu mata ditutup.
• Riwayat penyakit terdahulu.
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
ANAMNESIS
• Bergantung pada jenis dan stadiumnya
• Adanya inflamasi yang aktif dengan gejala yang tak tampak, seperti :
1. Nyeri (ocular pain);
2. Sakit kepala atau pusing;
3. Gatal pada lesi;
4. Rasa tidak nyaman pada kelopak mata konjungtiva (Retrobulbar discomfort);
5. Penglihatan kabur; dan
6. Visualisasi ganda (diplopia).
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
Pemeriksaan fisik (mata)
1. pemeriksaan visual (visus/visual acuity);
- Snellen Chart - Visual Field
2. pemeriksaan daerah kelopak mata, konjungtiva, kornea, iris, pupil;
- Slit Lamp
3. pemeriksaan daerah fundus; serta
- Pemeriksaan daerah segmen posterior dilakukan dengan menggunakan fundoskopi
4. pemeriksaan otot ekstraokuler.
- Six/nine cardinal of gaze
Pemeriksaan Pemeriksaan
Slit Lamp Visual Field Nine cardinal of gaze
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
Pemeriksaan fisik (orbita)
Pemeriksaan Proptosis : Eksoftalmometer
● Penonjolan mata normal : 12-20 mm
● Penonjolan mata > 20 mm : Proptosis
Palpasi Tumor :
● Lokasi
● Konsistensi
Eksoftalmometer Eksoftalmometer
● Permukaan Naugle Hertel
● Mobile
● Batas Inspeksi : Ocular Motility Test
● Nyeri Auskultasi : Adanya pulsasi (bruit) tanda dari fistula arteri-vena
● Ukuran atau defek dari atap orbita
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
05
PEMERIKSAAN
1. Radiologi NJANG
PENU
2. Patologi
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
- Foto X-ray
- Ultrasonografi (USG)
- Ultrasound Biomicroscope (UBM)
- Computerize Tomography Scan (CT-Scan)
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
- Optical Coherence Tomography (OCT)
- Angiografi
- In Vivo Reflectance Confocal Microscopy (IVCM)
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
Pemeriksaan penunjang
2. Patologi
- Pemeriksaan Laboratorium (Tes Darah Lengkap).
- Histopatologi: Sampel jaringan/biopsi
* Biopsi jepit untuk tumor di kulit atau mukosa,
* Biopsi insisi pada jaringan tumor padat yang telah diekstraksi
* Biopsi eksisi untuk tumor kecil permukaan
* Biopsi aspirasi jarum (Fine needle aspiration biopsy (FNAB))
* Biopsi kerok pada tumor permukaan
- Sitologi: Pewarnaan HE/PAS
- Teknik Imunohistokimia
- Teknik Biologi Molekuler: PCR, DNA sequencing
Soebagjo, H., D. 2019, ‘Onkologi Mata’, Airlangga University Press, pp. 33-49.
BASAL
CELL
CARCINO
MA
Basal Cell CARCINOMA
• Umumnya tidak fatal, tetapi jika tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama, fungsi dan
• Faktor resiko: berkulit putih, sering terpapar radiasi ultraviolet, paparan arsenik melalui
• Manifestasi klinis: ulserasi, permukaan agak kasar, indurasi, batas tidak teratur, serta terdapat
destruksi pada batas kelopak, tidak nyeri tekan, bisa timbul epifora & penuruan visus.
Basal Cell CARCINOMA
Terdapat 4 jenis variasi:
• Nodular merupakan bentuk yang sering dijumpai, nodul pearly, meninggi, batas tegas, rolled
edges, telangiektaksis, dan ulkus sentral.
• Nodul Ulseratif memiliki ulserasi sentral dengan bagian tepi seperti mutiara, telangiektasis
pada tepi lateral atas.
• Morpheaform (fibrosing) bersifat agresif, nodul batas tegas dan meninggi, dan batas tumor
terkadang sulit ditentukan.
• Pigmentation berbentuk nodul, mikronodul, multifokal, atau superfisial yang memiliki warna
bervariasi dari cokelat gelap atau hitam.
Nodular
Nodular
ulseratif
Morpheaform Pigmentation
SQUAMOUS
CELL
CARCINOMA
Squamous Cell CARCINOMA
• Tumor ganas kulit non melanotik dari pertumbuhan palpebra sel skuamosa epidermis.
• Dominan mengenai ras kaukasia dan sering terjadi pada laki-laki (75%).
• Etiologi belum diketahui, namun diduga terjadi maturasi abnormal epitel konjungtiva akibat
kombinasi beberapa faktor resiko seperti paparan sinar ultraviolet berlebihan, HPV tipe 16 dan
l8.
• Sering terjadi pada lower eyelid, bersifat agresif, pertumbuhan cepat, tidak ada vaskularisasi
• Gejala klinis: sensasi benda asing, iritasi, kemerahan, atau pertumbuhan pada permukaan mata
(nodul) yang cepat, hiperkeratosis, diawali dengan lesi eritematosus, dan bersifat bersisik.
Squamous Cell CARCINOMA
• Tipe nodular mempunyai ciri nodul hiperkeratotik dijumpai erosi, crusting dan fissures.
• Tipe plaque mempunyai ciri kasar, bersisik, eritematosus, hiperkeratotik tumbuh pada pre-
• Tipe ulcerating berwarna dasar merah, batas tegas, indurated, everted borders.
Diagnosis pasti Pemeriksaan histologi pewarnaan HE lapisan epidermis sel squamous well
Prognosis Malam
Squamous CELL CARCINOMA
LACRIMAL
GLAND
NEOPLASIA
Lacrimal Gland Neoplasia
Adenoid cystic carcinoma merupakan tumor malignan yang paling banyak terjadi pada
glandula lakrimalis.
Gejala klinis: rasa nyeri dikarenakan invasi dari perineural dan destruksi tulang, serta tumbuh
sangat cepat (<1 tahun). Encapsulated tumor bisa sampai orbita posterior.
Adenoma Pleomorphic merupakan tumor jinak epitel yang sering muncul pada sistem lakrimal
dan biasanya menyerang laki-laki usia 40-50 tahun.
Penyakit ini berkembang secara unilateral, tanpa nyeri, terdapat proptosis axial, down ward
displacement, dan berupa benjolan di superotemporal.
Terapi eksisi biopsy komplit, radioterapi maupun kemoterapi yang diikuti eksenterasi.
Lacrimal Gland Neoplasia
Lesi inflamasi
KISTA DERMOID
• Tumor jinak yang dapat muncul di superfisial, subkutaneus maupun deep orbital
• Massa bulat atau oval terletak di bawah kulit. Konsistensi kenyal, mudah digerakkan dari
kulit
• Dinding: stratified squamous keratinizing epithelium, juga ditemukan folikel rambut dan
glandula sebasea. Isinya: cairan minyak kecoklatan dengan kristal kolesterol
• Tatalaksana : eksisi total
Neff AG, Chahal HS, Carter KD. Benign Eyelid Lesions. In: Ophthalmology. Fifth Edition. Elsevier Inc: 2019. p. 1293-1303.e1
xANTHELASMA
• the most common cutaneous xanthoma, typically occurring in middle-aged and older
adults as soft, yellow plaques on the medial aspect of the eyelids
• Microscopic : foamy, lipid-laden histiocytes (xanthoma cells) clustered around blood
vessels and adnexal structures within the superficial dermis
• Treatment: surgical excision, carbon dioxide laser ablation, and topical trichloroacetic
acid
Neff AG, Chahal HS, Carter KD. Benign Eyelid Lesions. In: Ophthalmology. Fifth Edition. Elsevier Inc: 2019. p. 1293-1303.e1
PAPILOMA
• Sering ditemukan di margo palpebra dan limbus
• Manifestasi klinis :
• tampak massa tumor seperti bunga kol dan biasanya bertangkai
• Tumor ini bisa tumbuh besar, sehingga seperti menyerupai keganasan
• Bertendensi untuk berulang kambuh diduga ada kaitannya dengan infeksi
virus
• Tatalaksana: eksisi total
RHABDOMYOSARCOMA
• Penyakit orbita malignan primer terbanyak pada usia anak-anak
(usia 5-7 tahun)
• Manifestasi klinis :
• Unilateral
• Proptosis mendadak dan progresif
Diikuti :
• edema kelopak mata
• Ptosis
• Tidak nyeri
• teraba massa di kuadran superior nasal eyelid (terkadang konjungtiva)
• Kemosis
• mata terlihat juling
• terdapat riwayat trauma orbita yang terlambat dilakukan diagnosa
ataupun terapi.
Lubis, R. and Pramono, B., 2019. Tumor Orbital dan Adneksa. The Journal of Medical School (JMS), 52(3), pp.139-146.
RHABDOMYOSARCOMA
• Pada pemeriksaan histopatolog:
• dijumpai sel neoplastik yang cenderung berdiferensiasi ke
sel-sel otot
• terdapat band actin myosin dalam sitoplasma.
• Pada pemeriksaan CT scan atau MRI :
• tampak irregular well sircumscribed mass of uniform density
dan circumscribe orbital tumor
• Tatalaksana :
• eksisi total
• Kemoterapi
• Radioterapi
• eksenterasi pada kasus yang berulang
• Prognosa pada penyakit ini ialah bonam
Lubis, R. and Pramono, B., 2019. Tumor Orbital dan Adneksa. The Journal of Medical School (JMS), 52(3), pp.139-146.
CAVERNOUS HEMANGIOMA
• Hemangioma merupakan pertumbuhan hemartomatous yang terdiri dari
sel-sel endotel kapiler yang berproliferasi.
• Hemangioma ditemukan pada fase awal pertumbuhan aktif pada bayi
dengan periode selanjutnya berupa regresi dan involusi.
• Manifestasi klinis :
• tampak beberapa hari sesudah lahir, dan makin membesar pada
usia 6-12 bulan
• terlihat strawberry nevus
• Ukuran dan dalam bervariasi, ada yang superfisial berwarna merah
terang dan ada yang subkutan berwarna kebirubiruan
• Involusi spontan ditandai memucatnya warna di daerah sentral, lesi
menjadi kurang tegang, dan lebih mendatar
• mengenai area superonasal, dan medial upper eyelid
Lubis, R. and Pramono, B., 2019. Tumor Orbital dan Adneksa. The Journal of Medical School (JMS), 52(3), pp.139-146.
CAVERNOUS HEMANGIOMA
• Tatalaksana :
• Injeksi lokal steroid, radioterapi, dan kemoterapi
• Prognosis : akan membaik dalam jangka waktu kurang
lebih 4 tahun
Lubis, R. and Pramono, B., 2019. Tumor Orbital dan Adneksa. The Journal of Medical School (JMS), 52(3), pp.139-146.
Meningioma
● Meningioma orbita primer berkembang dari araknoid
selubung nervus optikus.
● Tumor ini cenderung menyebabkan defek visual pada
tahap awalnya.
● Computed Topography scan dapat membedakan
meningioma nervus optikus dengan glioma nervus
optikus.
● Meningioma orbita primer meluas ke bagian luar dari
duramater menuju jaringan lunak orbita. Meningioma
nervus optikus lebih bersifat agresif dan letal pada anak-
anak dibanding dewasa.
● Kebanyakan kasus meningioma nervus optikus terjadi
pada wanita usia 30-40 tahun. Tanda sering dijumpai
proptosis, eyelid edema dan kemosis, aksial proptosis,
hilang tajam penglihatan unilateral, optalmoplegia.
Lubis, R. and Pramono, B., 2019. Tumor Orbital dan Adneksa. The Journal of Medical School (JMS), 52(3), pp.139-146.
Augsburger JJ, Correa ZM, Berry JL. Malignant Intraocular Neoplasms. In: Ophthalmology. Fifth Edition. Elsevier Inc: 2019. p. 795-814.e2
RETINOBLASTOMA
Augsburger JJ, Correa ZM, Berry JL. Malignant Intraocular Neoplasms. In: Ophthalmology. Fifth Edition. Elsevier Inc: 2019. p. 795-814.e2
MELANOMA KOROID
• Tumor primer intraokular ganas yang sering ditemui dan jenis tumor kedua dari tipe
melanoma maligna yang paling sering dalam tubuh, 6 kasus per 1 juta populasi
• Faktor predisposisi : orang dengan iris yang lebih terang, paparan sinar matahari, riwayat
keluarga dengan melanoma uvea, nevus uvea, kongenital melanositosis okuler, sindrom
nevus displasia, dan xeroderma pigmentosum
• Gejala: penglihatan kabur, parasentral skotoma, kehilangan visus yang progresif, nyeri hebat
akibat invasi nervus siliaris posterior, peningkatan TIO
• Hasil USG:
reflektivitas rendah ke sedang, ekskavasi dari jaringan uvea, bayangan jaringan lunak,
vaskularisasi internal, dan adanya zona akustik pelan yang disebut hollowing acoustic
• Tatalaksana: kemoterapi, enukleasi, dan radioterapi
Lubis, R. and Pramono, B., 2019. Tumor Orbital dan Adneksa. The Journal of Medical School (JMS), 52(3), pp.139-146.
NEUROFIBROMATOSIS
• Merupakan pertumbuhan dari sel Schwann dan sel lainnya mengelilingi dan menyokong
saraf saraf tepi
• NFM tipe 1 dikenal sebagai penyakit Von Recklingshausen, memiliki insiden 1:3000. disebabkan
mutasi kromosom 17q11.2.
• NFM tipe 2 "MISME syndrome" Schwannomatosis insiden 1:40.000.
disebabkan mutasi kromosom 22q12.2.
• Neurofibroma fleksiform palpebra biasanya monolateral, sering mengenai kelopak mata
bagian atas, dan muncul setelah usia 2 tahun
• Manifestasi okular lain pada NF1 meliputi neurofibroma konjungtiva dikarakteristikkan
dengan hipertrofi saraf kornea intrastroma yang disebut “lignes grise”
Lubis, R. and Pramono, B., 2019. Tumor Orbital dan Adneksa. The Journal of Medical School (JMS), 52(3), pp.139-146.
NEUROFIBROMATOSIS
• Hamartoma iris pada NF1 disebut sebagai nodul Lisch biasanya tampak sebelum usia 2 tahun
• Nodul Lisch tampak sebagai reddish brown spots di bagian bawah iris mata dan akibat
proliferasi melanosit dan fibroblas
• Tatalaksana NF1 mencakup bedah, kemoterapi, dan radiasi. Pada NFII dilakukan dengan cara
pengangkatan tumor secara parsial, dan terapi radiasi
Lubis, R. and Pramono, B., 2019. Tumor Orbital dan Adneksa. The Journal of Medical School (JMS), 52(3), pp.139-146.
TERIMAKA
SIH
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
RS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021