Anda di halaman 1dari 17

JOURNAL READING

A Prospective Cohort Study Of Meat And Fish Consumption


And Endrometriosis Risk
Pembimbing:
dr. Helmina Sp.OG
Disusun Oleh :
Zaki Ahmad Hakiqi 2015730137

Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
LATAR BELAKANG

Endometriosis adalah kondisi ginekologis yang jinak, terkait dengan hormon estrogen, dengan prevalensi ~ 10%
pada wanita usia reproduksi. Ditandai dengan adanya jaringan endometrium di luar rahim, menyebabkan
peradangan dan menyebabkan pembentukan bekas luka dan adhesi. Pasien endometriosis mengalami berbagai
gejala termasuk nyeri panggul kronis dan infertilitas. Meskipun sebagai penyebab utama rawat inap ginekologi
ketiga di AS, etiologinya tidak sepenuhnya dipahami.
LATAR BELAKANG

Sebuah studi kasus-kontrol Italia melaporkan bahwa wanita dengan


endometriosis memiliki kebiasaan konsumsi daging merah dan ham lebih
tinggi dan asupan ikan lebih rendah daripada wanita tanpa endometriosis .

Sebaliknya, sebuah studi kasus-kontrol yang berbasis di Washington


melaporkan tidak ada hubungan antara asupan daging merah atau
diagnosis seafood dan endometriosis.
Tujuan

Untuk menentukan apakah asupan daging merah, unggas,


ikan, dan makanan laut yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko
endometriosis yang dikonfirmasi secara laparoskopi.
METODE PENELITIAN

• Subjek :Dengan 81.908 partisipan yang diikuti dari 1991 – 2013


• Diet dinilai menggunakan FFQ (Food Frequency Questionnaire) setiap 4 tahun
• Cox Proportional hazard digunakan untuk menghitung RR (Rate Ratio) dan 95 CI
(Confidence Interval)
Tahun 1989, 116.429 perawat
METODE PENELITIAN
perempuan yang berusia 26-42

90% merespon sekitar 97.807

Eksklusi yang asupan kalori yang


tidak masuk akal (<800 atau > 4200
kkal/hari) .

Tersisa 81.908 peserta


HASIL

1. Memiliki kecenderungan
Lebih berat atau obesitas
2. Menjadi perokok
3. Memiliki total asupan kalori
yang lebih besar
 Wanita yang mengonsumsi
> 2 porsi/hari memiliki risiko
56% lebih
 Wanita yang mengonsumsi
> 2 porsi/hari daging merah yang
tidak di olah memiliki risiko 56%
lebih
 Wanita yang mengonsumsi
> 2 porsi/hari daging merah yang
di olah memiliki risiko 20%
 Wanita yang mengonsumsi
> 5 porsi/minggu daging unggas
yang tidak di olah memiliki risiko
14% lebih dari pada <1
porsi/bulan
 Konsumsi daging ikan, kerang ,
atau pun telur yang lebih sering
tidak ada peningkatan
terjadinya endometriosis
HASIL

Analisis substitusi
menunjukkan bahwa
mengonsumsi
1. ikan,
2. kerang, atau
3. telur
dari pada daging merah
dikaitkan dengan risiko
endometriosis yang lebih
rendah (Gambar 1).
 Hubungan antara daging merah
dan asupan daging merah non-
olahan dan risiko endometriosis
adalah yang paling kuat di
antara wanita yang belum
melaporkan infertilitas

 Konsumsi daging merah yang


tidak di proses >2 porsi/hari 58%
lebih tinggi dibandingkan <1
porsi/minggu

 Pada yang dilaporkan infertil


1,21 pada >2 porsi/hari
 Risiko relatif (RR) dan interval
kepercayaan 95% (CI) untuk
endometriosis yang
dikonfirmasikan secara
laparoskopi berdasarkan asupan
daging merah yang disesuaikan
dengan nutrisi yang
terkonsentrasi pada daging
merah
KESIMPULAN

Analisis prospektif ini menunjukkan bahwa konsumsi daging merah mungkin merupakan faktor
risiko penting yang dapat dimodifikasi untuk endometriosis, terutama di antara wanita dengan
endometriosis yang tidak melaporkan infertilitas dan dengan demikian lebih cenderung mengalami
gejala nyeri.
KOMENTAR

1. kami mengamati bahwa daging merah, baik yang diproses maupun yang tidak diproses,
dikaitkan dengan peningkatan risiko endometriosis yang dikonfirmasi secara
laparoskopi.

2. Hasil kami menunjukkan bahwa asupan daging merah yang lebih tinggi meningkatkan
risiko diagnosis endometriosis dengan cara pemberian dosis.

3. Endometriosis dapat dipengaruhi oleh lemak hewani yang ada dalam daging, yang
didukung oleh hubungan positif yang sebelumnya diamati antara asam palmitat dan
risiko endometriosis, dan bukti bahwa pengurangan konsumsi lemak menyebabkan
penurunan estrogen endogen.

Anda mungkin juga menyukai