Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

KERATOKONJUNGTIVITIS VERNAL

Pembimbing:

dr. Amelia Hidayati, Sp. M

Oleh: Syifa Aulia Ahmad

2015730126

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT MATA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

RSIJ PONDOK KOPI

2019
BAB I
STATUS LAPORAN KASUS

1. Identifikasi
Nama : An. H
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Sekolah Dasar
Alamat : Jakarta Timur
Tanggal berobat : 7 Oktober 2019

2. Anamnesis (Autoanamnesis)

Keluhan Utama:
Mata kanan merah 1 minggu SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Os datang ke Poli Mata Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
dengan ayahnya dengan keluhan mata sebelah kanan merah dan terasa
gatal 1 minggu SMRS. Keluhan gatal dirasakan saat beraktivitas setelah
mandi dan saat bermain disekolah bersama teman-temannya.Os sudah
mengobati matanya dengan tetes insto tetapi tidak ada perubahan. Tidak
ada keluhan pada mata kiri. Disekitar lingkungan pasien tidak ada yang
memiliki keluhan yang sama.
Os tidak ada keluhan saat membaca tulisan di papan tulis maupun
di buku tulisnya. Keluhan tidak memberat dan rasa gatal tidak bertambah.
Keluhan mata berair disangkal dan tidak ada tahi mata berlebih. Keluhan
mata perih,silau disangkal. riwayat trauma (-), riwayat keluhan yang sama
sebelumnya (-) Penurunan visus (+), riwayat pemakaian kacamata (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Riwayat memakai kacamata (-)
 Riwayat diabetes melitus (-)
 Riwayat dengan keluhan yang sama (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluhan mata serupa (-)
 Riwayat katarak pada keluarga (-)
 Riwayat hipertensi (+) pada orang tua
 Riwayat diabetes melitus (-)

Riwayat Psikososial
 Os keseharian bersekolah
 Sering kali mengucek mata saat terasa gatal
 Mengaku sering terpapar debu matahari dan asap
 Makan di jaga dan terpantau
 dan tidur cukup

Riwayat Pengobatan
 Os menggunakan tetes mata insto tetapi tidak ada perbaikan

Riwayat Alergi
Tidak mempunyai alergi terhadap obat, makanan, dan cuaca.

3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Composmentis
Status Oftalmologi
OCULAR DEXTRA PEMERIKSAAN OCULAR SINISTRA

6/6,5 f VISUS 6/15

Ortoforia KEDUDUKAN BOLA Ortoforia


MATA

Baik ke segala arah PERGERAKAN BOLA Baik ke segala arah


MATA

Edema (-), PALPEBRA Edema (-),


SUPERIOR
Hiperemis (-), Hiperemis (-),

Ulkus (-) Ulkus (-),

Nyerti tekan (-) Nyeri tekan (-)

Ptosis (-) Ptosis(-)

Edema (-) PALPEBRA Edema(-)


INFERIOR
Hiperemis (-) Hiperemis(-)

Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Hiperemis (-), CONJUNGTIVA Hiperemis (-),


TARSALIS
Papil (+), (cobble stone) Papil (-),
SUPERIOR
Folikel (-) Folikel (-)

Massa(-) Massa(-)

Hiperemis (-), CONJUNGTIVA Hiperemis (-),


TARSALIS INFERIOR
Papil (-) Papil (-),

Folikel (-) Folikel (-)

Massa(-) Massa (-)

Injeksi Konjungtiva (+), CONJUNGTIVA Injeksi Konjungtiva (-),


BULBI
Injeksi Siliar (-) Injeksi Siliar (-)

Sekret(-) Sekret(-)

Anikterik, SKLERA Anikterik,

Injeksi episklera (-) Injeksi episklera (-)

Jenih, KORNEA Jenih,

Edema (-), Edema (-),

Infiltrat (-) Infiltrat (-)

Trantas dot(+)

Hipopion (-) KAMERA OKULI Hipopion (-)


ANTERIOR
Hifema (-) Hifema (-)

Dalam normal Dalam normal

Warna cokelat, IRIS Warna cokelat,

Sinekia anterior (-), Sinekia anterior (-),

Sinekia posterior (-) Sinekia posterior (-)


Bulat, PUPIL Bulat,

Isokor, Isokor,

Reflex cahaya (+) Reflex Cahaya (+)

jernih, LENSA jernih,

Shadow test (-) Shadow test(-)

4 Resume
Os datang ke Poli Mata Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
dengan ayahnya dengan keluhan mata sebelah kanan merah dan terasa
gatal 1 minggu SMRS. Keluhan gatal dirasakan saat beraktivitas setelah
mandi dan saat bermain disekolah bersama teman-temannya.Os sudah
mengobati matanya dengan tetes insto tetapi tidak ada perubahan. Tidak
ada keluhan pada mata kiri. Disekitar lingkungan pasien tidak ada yang
memiliki keluhan yang sama.
Os tidak ada keluhan saat membaca tulisan di papan tulis maupun
di buku tulisnya. Keluhan tidak memberat dan rasa gatal tidak bertambah.
Keluhan mata berair disangkal dan tidak ada tahi mata berlebih. Keluhan
mata perih,silau disangkal. riwayat trauma (-), riwayat keluhan yang sama
sebelumnya (-) Penurunan visus (+), riwayat pemakaian kacamata (-).
Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan VOD 6/6,5 f VOS 6/15.
Pada mata kanan terdapat konjungtiva bulbi hiperemi, papil besar/cobble
stone di konjungtiva tarsal superior dan injeksi konjungtiva. Pada kornea
ditemukan trantas dot yaitu degenerasi epitel kornea pada limbus dan tidak
ada riwayat pemakaian kacamata sebelumnya.

5 Diagnosis
Keratokonjungtivitis Vernal
6 Penunjang
 Kultur spesimen kerokan kulit ; mengetahui etiologik dari penyakit

7 Penatalaksanaan
 Edukasi ; untuk tidak melakukan penggarukan atau mengucek mata yang
terasa gatal untuk menghindari kerusakan struktur okuli, menghindari
sinar matahari langsung.
 Terapi non-medikamentosa ; kompres dingin sebagai vasokontriktor
 Terapi medikamentosa ; antihistamin celestamin, salep antibiotic topical,
obat tetes mata cendo xytrol (antiinflamasi & antibiotic). Antibiotik
diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.

8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi
Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi
hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat
rekuren. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi
yang lebih serius dimana penyebabnya tidak diketahui. Kondisi
paling sering terjadi pada anak laki-laki, khususnya yang berumur
kurang dari 10 tahun yang memiliki eksema, asma, atau alergi
musiman. Konjungtivitis vernal biasanya kambuh setiap musim
semi dan hilang pada musim gugur dan musim dingin. Banyak anak
tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda.

b. Epidemiologi
Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat
sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit
ini lebih sering terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani,
Israel, dan sebagian Amerika Selatan) daripada iklim dingin (seperti
Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman).6
Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik
(turunan). Kami menemukan bahwa 65% pasien kami yang
menderita konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak
keluarga setingkat yang memiliki penyakit turunan (misalnya asma,
demam rumput, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir
hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya
ditemukan pada pasien itu sendiri. Dalam koleksi kami, 19 dari 39
pasien memiliki satu atau lebih dari empat penyakit turunan utama
c. Etiologi
Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I
yang mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan
riwayat keluarga yang kuat alergi. Mengenai pasien usia muda 3-25
tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai
pada usia dibawah 10 tahun.Faktor pencetus adalah paparan sinar
matahari.

d. Klasifikasi

Terdapat dua bentuk utama konjngtivitis vernalis (yang


dapat berjalan bersamaan), yaitu :

1. Bentuk palpebra  terutama mengenai konjungtiva tarsal


superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble
Stone ) yang diliputi sekret yang mukoid. Konjungtiva
tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan kornea
lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar ini
tampak sebagai tonjolan besegi banyak dengan permukaan
yang rata dan dengan kapiler di tengahnya.

2. Bentuk Limbal  hipertrofi papil pada limbus superior


yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin,
dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel
kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea,
terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.(1)
e. Patogenesis dan Patofisiologi
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya
radang interstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas
tipe I. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemi dan vasodilatasi difus,
yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi
jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak
terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan
deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran
cobblestone.
Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih
susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau.
Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe
disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva
tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik
Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat
vasodilatasi dan hipertofi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat
yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran
distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas
stem cells.
Tahap awall konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase
prehipertrofi. Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan
neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis
sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta
pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan
dengan infiltrasi stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel
mast.
Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear lerta limfosit
makrofag. Sel mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar
dan terletak superficial. Dalam hal ini hampir 80% sel mast dalam
kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna dalam
membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis.
Keberadaan eosinofil dan basofil, khususnya dalam konjungtiva sudah
cukup menandai adanya abnormalitas jaringan.
Fase vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi
kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih
mencolok, serta reduksi sel radang secara keseluruhan. Deposisi
kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan
terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada
pemeriksaan klinis. Hiperplasi jaringan ikat meluas ke atas membentuk
giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Horner-
Trantas dot’s yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri dari
eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel
PMN dan limfosit.

f. Faktor Resiko
a. Umur 5 – 25 tahun
b. Laki-laki
c. Memiliki riwayat keluarga alergi

g. Manifestasi Klinis
a. Gatal
b. Mata kemerahan
c. Biasanya rekuren pada musim panas
d. Inflamasi bilateral
e. Follikel, papil dan cobblestone pada konjungtiva tarsal superior
f. Trantas dots pada area limbal
g. Fotofobia
h. Lakrimasi
h. Komplikasi
Dapat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial
sentral atau parasentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan
jaringan sikatriks yang ringan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan
penglihatan menurun. Kadang-kadang didapatkan panus, yang tidak
menutupi seluruh permukaan kornea. Perjalanan penyakitnya sangat
menahun dan berulang, sering menimbulkan kekambuhan terutama di
musim panas

i. Tatalaksana

Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh


sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala
hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka
panjang.

Opsi perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya


symptom yang muncul dan durasinya. Opsi perawatan konjungtivitis
vernalis yaitu:

1. Tindakan Umum

Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang


membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi
hasil anamnesis. Beberapa tindakan tersebut antara lain:

- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan


tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat
merangsang pembebasan mekanis dari mediator-mediator
sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi
yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya
glaukoma sekunder dan katarak.

- Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;


- Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga
membawa serbuksari;

- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk


mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka.
Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena lensa
kontak akan membantu retensi allergen;

- Kompres dingin di daerah mata;

- Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci


mata juga berfungsi protektif karena membantu menghalau
allergen;

- Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering


juga disebut sebagai climato-therapy.

2. Terapi topikal

- Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan


irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%–
20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas
eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10%
lebih dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan
alkalin seperti 1-2% sodium karbonat monohidrat dapat
membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun
tidak efektif sepenuhnya.

- dekongestan

- antihistamin

- NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)

- Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan


steroid topikal prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari
selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi
dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien
tersebut. Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi
antibiotik steroid terbukti sangat efektif.

- Antihistamin

- antibakteri

- Siklosporin

- Stabilisator sel mast seperti Sodium kromolin 4% dan


Lodoksamid 0,l%.

3. Terapi Sistemik

- Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid


sistemik seperti prednisolone asetat, prednisolone fosfat,
atau deksamethason fosfat 2–3 tablet 4 kali sehari selama
1–2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan
dengan pemakaian preparat steroid adalah “gunakan dosis
serendah mungkin dan sesingkat mungkin”.

- Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat


dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena
kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami
pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat
memberikan kontrol yang memadai pada kasus yang ringan
atau memungkinkan reduksi dosis.

4. Tindakan Bedah

Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada


papil raksasa konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan
mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak
efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke – 4. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2013

2. Budiono,Sjamsu. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga


University Press Hal:1-24

3. Biswell R., Vaughan D.G., Asbury T., 2011, General Ophtalmology Ed. 18. p.
174 – 167. Table
4. Kanski JJ. 2007. Clinical Ophthalmology 8th edition . Edinburg: Elsevier
Publishers. Ltd. p. 121 – 120.
5. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum.
Edisi Empat belas. KDT. Jakarta. 2006.
6. American Academy of Ophthalmology staff.External disease and
cornea.Section 8. San Francisco. LEO: 2011.p.359
7. Joshua Zuckeman, B.Sc.,M.D. C.M., F.A.C.S.: “Diagnostic Examination of the
Eye”, Philadelphia * Montreal. Lippincott. Second edition. 1964.p.62. Table
2.Differential Diagnosis of Trachoma, Folicular Conjunctivitis, dan Vernal
Catsrrh.
8. Peyman-Sanders-Goldberg.:”Principles and Practice of
Opthalmology”.Philadelphia*London*Toronto. W.B. Saunders. 1980. P.317.
9. Sims, J., 2012. Scleritis: Presentations, Disease Associations and Management.
Postgraduate Medical Journal, 88(1046), pp.713–8. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22977282 [Accessed May 27, 2014]. (Sims,
2012)
10. Ehlers JP, et al . The Wills eye manual. 6th edition. Philadelphia: Wolters
Kluwer-Lippincot Williams & Wilkins. 2012.p. 134 -110

Anda mungkin juga menyukai