ANOMALI REFRAKSI
Pembimbing:
2015730126
2019
BAB I
STATUS LAPORAN KASUS
1. Identifikasi
Nama : An. R
Umur : 13 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Sekolah Dasar
Alamat : Jakarta Timur
Tanggal berobat : 18 Oktober 2019
2. Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan Utama:
Mata kanan dan kiri buram sejak 1 bulan SMRS.
Riwayat Psikososial
Os keseharian bersekolah
Sering kali membaca dan main handphone sambil tiduran
Main handphone dalam waktu yang lama
Makan di jaga dan terpantau (suka makan sayur-sayuran hijau)
dan tidur cukup
Riwayat Pengobatan
Os belum memberikan obat apapun
Riwayat Alergi
Tidak mempunyai alergi terhadap obat, makanan, dan cuaca.
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Composmentis
Status Oftalmologi
OCULAR DEXTRA PEMERIKSAAN OCULAR SINISTRA
Massa(-) Massa(-)
Hiperemis (-), CONJUNGTIVA Hiperemis (-),
TARSALIS INFERIOR
Papil (-) Papil (-),
Sekret(-) Sekret(-)
Isokor, Isokor,
4 Resume
Os datang ke Poli Mata Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
dengan ibunya dengan keluhan mata kanan dan kiri terasa buram sejak 1
bulan SMRS. Keluhan mata buram dirasakan saat sedang belajar di
sekolah, dan pasien tidak mampu membaca tulisan di papan tulis dengan
jelas. Keluhan buram sudah sering dirasakan pasien sebelumnya, namun
diabaikan olehnya. Keluhan mata buram tidak disertai adanya mata merah
dan gatal. Pasien mengaku sesekali matanya berair apabila pasien terlalu
lama bermain handphone. Pasien mengaku tidak ada kesulitan dalam
membaca tulisan dekat, seperti membaca buku. Pasien menyangkal adanya
riwayat trauma sebelumnya, dan juga menyangkal penggunaan kontak
lensa.
Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan VOD 1/60 dan VOS
6/20f. Pemeriksaan pergerakan bola mata dalam batas normal. Tidak ada
riwayat pemakaian kacamata sebelumnya.
5 Diagnosis
Anomali Refraksi (Miopia sedang dengan Astigmatisme) atau Compound
Myopic Astigmatism
6 Penunjang
Pemeriksaan Plasido Test
7 Penatalaksanaan
Edukasi ; untuk tidak membaca buku dan main handphone sambil tiduran
atau dalam cahaya yang kurang. Mengurangi durasi main handphone
Terapi non-medikamentosa ; Kacamata selalu dipakai, kecuali mandi dan
tidur
Pemakaian kacamata
Spheris Cylindris Axis Add
OD - 4.00 - 1.00 180 -
OS - 1.50 - 0.50 180 -
8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KELAINAN REFRAKSI
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya
bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda selalu melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea.¹¹
Gambar 2.2 Pembiasaan cahaya pada mata normal dan mata dengan kelainan
refraksi
Ametropia
Dalam Bahasa Yunani ametros berarti tidak sebanding atau tidak
seimbang, sedang ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud dengan ametropia
adalah suatu keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak
seimbang. Hal ini akan terjadi akibat kelainan kekuatan pembiasan sinar media
penglihatan atau kelainan bentuk bola mata.¹²
a. Ametropia aksial
Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih
pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang retina.
Pada myopia aksial focus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih
panjang dan pada hipermetropia aksial focus bayangan terletak dibelakang
retina.¹
b. Ametropia refraktif
Ametropia akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya
bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila
daya bias kurang maka bayangan benda akan terletak di belakang retina
(hipermetropia refraktif).¹
Epidemiologi
Prevalensi miopia di dunia masih tinggi. Di Amerika Serikat, berdasarkan
data yang dikumpulkan oleh National Health and Nutrition Examination Survey
pada tahun 1999-2004, dari 7.401 orang berumur 12-54 tahun didapatkan
prevalensi miopia sebanyak 41,6%.³
Asia merupakan daerah yang memiliki prevalensi miopia yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan Amerika. Hasil survei yang dilakukan di Taiwan pada
tahun 2000 mendapatkan prevalensi miopia pada siswa sekolah menengah ke atas
sebesar 84%. Di Singapura, kira-kira lebih dari 80% populasi dewasa menderita
miopia. Terdapat insidens miopia yang tinggi pada tenaga profesional dan murid
sekolah, biasanya termasuk dalam miopia rendah yang disebabkan oleh faktor
lingkungan, misalnya membaca terlalu lama dan pekerjaan dengan penglihatan
jarak dekat.¹
Etiologi
Miopia disebabkan karena terlalu kuat pembiasan sinar di dalam mata
untuk panjangnya bola mata yang diakibatkan oleh: kornea terlalu cembung; lensa
mempunyai kecembungan yang kuat sehingga bayangan dibiaskan kuat; dan bola
mata terlalu panjang.¹⁰
Klasifikasi¹
Dikenal beberapa bentuk miopia seperti :
a) Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga
pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau myopia indeks,
myopia yang terjadi akibat pembiasan nedia penglihatan kornea dan lensa
terlalu kuat.
b) Miopia aksial : akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang abnormal.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :
Miopia ringan : dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri
Miopa sedang : dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri
Miopia berat/ tinggi : dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri
Sedangkan menurut perjalanan penyakitnya, miopia dikenal dalam bentuk:
a. Kacamata
Koreksi miopia dengan kacamata dapat dilakukan dengan menggunakan
lensa konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa
cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias
terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini
dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa
cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata,
dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina.⁴
Gambar: 2.3 Koreksi Miopia dengan lensa Konkaf
b. Lensa kontak
Lensa kontak yang biasanya digunakan ada 2 jenis yaitu, lensa
kontak keras yang terbuat dari bahan plastik polymethacrylate (PMMA)
dan lensa kontak lunak terbuat dari bermacam-macam plastik hydrogen
hydroxymethylmethacrylate (HEMA). Lensa kontak keras secara spesifik
diindikasikan untuk koreksi astigmatisma ireguler, sedangkan lensa kontak
lunak digunakan untuk mengobati gangguan permukaan kornea.²
Salah satu indikasi penggunaan lensa kontak adalah untuk koreksi
miopia tinggi, dimana lensa ini menghasilkan kualitas bayangan lebih baik
dari kacamata. Namun komplikasi dari penggunaan lensa kontak dapat
mengakibatkan iritasi kornea, pembentukan pembuluh darah kornea atau
melengkungkan permukaan kornea. Oleh karena itu, harus dilakukan
pemeriksaan berkala pada pemakai lensa kontak.²
Komplikasi bedah refraktif laser kornea, antara lain hasil refraksi yang
diluar dugaan, refraksi yang fluktuatif, astigmatisme irreguler, regresi, masalah-
masalah pada epitel, flap, dan pertautan, kekeruhan stroma, ektasia kornea, dan
infeksi. Bedah refraksi laser kornea terdahulu menimbulkan keulitan-kesulitan
tertentu saat menetukan kekuatan lensa intraokular pada bedah katarak.3
Komplikasi
a. Ablasio retina
b. Strabismus esotropia
c. Ambliopia
ASTIGMATISME
Definisi³
Terminologi astigmatisme berasal dari bahasa Yunani yang bermaksud
tanpa satu titik. Kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang masuk ke
dalam mata, pada keadaan tanpa akomodasi, dibiaskan pada lebih dari satu titik
focus. Hal ini terjadi karena adanya kelainan kelengkungan permukaan kornea.
Pada keadan ini pembiasan dari berbagai meridian tidak sama.
Epidemiologi
Astigmatisme merupakan kelainan refraksi yang sering terjadi. 5% dari
pasien yang memakai kaca mata mempunyai kelainan astigmatisme. Sebanyak 3%
dari populasi mempunyai kelainan astigmatisme yang melebihi 3.00 D. Di
Indonesia, diperkirakan sebanyak 40 juta populasinya mempunyai kelainan
astigmatisme. Tidak ada perbedaan frekuensi terjadinya astigmatisme pada lelaki
dan perempuan. Prevalensi astigmatisme meningkat dengan usia.
Etiologi
Penyebab dari astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea atau lensa,
kelainan posisi lensa dan kelainan indeks refraksi lensa. Kelainan bentuk kornea
sebagian besar bersifat kongenital, yang tersering adalah kurvatura vertikal lebih
besar dari horisontal. Pada saat lahir bentuk kornea umumnya sferis. Astigmat
baru timbul 68% pada saat anak berusia 4 tahun dan 95% pada usia 7 tahun.
Dengan bertambahnya usia dapat hilang dengan sendirinya atau berubah
sebaliknya kurvatura horisontal lebih besar dari vertikal. Kelainan yang didapat
misalnya pada berbagai penyakit kornea seperti ulkus kornea, trauma pada kornea
bahkan trauma bedah pada operasi katarak. Kelainan posisi lensa misalnya
subluksasi yang menyebabkan efek decentering. Sedangkan kelainan indeksi
refraksi lensa dapat merupakan hal yang fisiologis di mana terdapat sedikit
perbedaan indeksi refraksi pada beberapa bagian lensa, namun hal ini dapat makin
berat jika kemudia didapatkan katarak.²
Klasifikasi
Ada banyak tipe astigmatisme, tergantung dari kondisi optik.¹
1. Simple hyperopic astigmatism – Satu meridian prinsipal adalah emetropik;
yang satu lagi hiperopik
1. Ilyas S.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke – 4. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2013
3. Eva, Paul Riordan dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17.
Jakarta: EGC