Anda di halaman 1dari 23

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN

(BRP)

SISTEM RESPIRASI

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020

i
PENGANTAR
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Fakultas Kedokteran Universitas
Baiturrahmah telah dimulai sejak tahun ajaran 2007/2008. Didalam buku Standar Kompetensi Dokter
Indonesia, 2012 (SKDI 2012) terdapat sejumlah keterampilan klinis yang harus dikuasai oleh
mahasiswa sebelum menjadi dokter dan lulusan dokter harus menguasai keterampilan klinis tersebut
untuk melaksanakan praktek dokternya yang akan berguna nantinya dalam mendiagnosa maupun
menyelesaikan suatu masalah kesehatan secara keseluruhan.

Keterampilan tersebut perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter secara


berkisenambungan hingga akhir pendidikan dokter.

Untuk tujuan tersebut di FK-Universitas Baiturrahmah akan dilaksanankan modul yang disebut
“MODUL KETERAMPILAN KLINIK “.

Sebagian keterampilan klinik yang terdapat didalam buku SKDI 2012 telah dilatihkan secara
bertahap mulai dari semester I sampai dengan semester VI.

Pada modul Keterampilan Klinik pada semester VII ini lebih memfokuskan untuk dapat
melatihkan sebagian besar keterampilan klinik dalam buku SKDI 2012 , yang disusun berdasarkan
sistem organ dan akan melibatkan sebagian besar dosen bagian klinik dan biomedik sesuai dengan
keterampilan klinik yang dimunculkan terutama dengan tingkat kemampuan 3 dan 4 .

Dalam pelatihannya dapat menggunakan teman sendiri, pasien simulasi, manikin, atau alat
peraga lainnya sehingga menguasai dasar teori, konsep dan prosedur baku klinik.

Pelatihan ini sangat penting artinya sebagai persiapan mahasiswa Semester VII sebelum
memasuki masa Kepaniteraan klinik Senior atau Co Schap dan persiapan untuk ujian OSCE ( objective
structured clinical examination ) setelah dokter nantinya yang harus lulus , sebelum mendapatkan
izin praktek klinik di Rumah Sakit atau saran kesehatan lainnya.

Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi kemajuan Pendidikan Kedokteran di Fakultas


Kedokteran Universitas Baiturrahmah pada khususnya dan pendidikan Kedokteran di Indonesia pada
umumnya serta dapat dipergunakan oleh para dosen dan mahasiswa sebagai pedoman untuk
pelaksanaan proses praktek klinik di Skills Lab.

Padang, 31 Agustus 2020

Tim Penyusun

2
ANAMNESIS RESPIRASI

1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
b. Jelaskan bahwa Anda sebagau dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan untuk
mengungkapkan penyebab sesak napas yang dialami.
c. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman; kalau tidak buat pasien merasa nyaman.

a. Anamnesa Umum
a. Nama
b. Usia
c. Pekerjaan

b. Keluhan yang disampaikan


a. Tanyakan tentang sifat sesaknya, gunakan jawaban yang jawabannya terbuka.
b. Buat pasien untuk mengungkapkan pikiran dan permasalahannya.

c. Riwayat keluhan yang disampaikan


Tanyakan tentang :
1. Mula timbul, durasi dan variabilitas.
2. Factor yang mencetuskan dan meredakan.
3. Intensitas :
a. Toleransi terhadap olahraga, contoh : “seberapa jauh anda dapat berjalan
baru merasakan timbulnya gejala? Seberapa jauh anda berjalan sebelum
timbul sesak napas?”
b. Gangguan tidur “Apakah anda merasa sesak ketika tidur? Berapa bantal
yang anda gunakan?”
c. Nocturnal Paroksismal Dypsnoe “Apakah Anda terbangun tengah malam
karena sesak”.
4. Gejala lain yang menyertai (mengi/whezzing, batuk, sputum, hemoptisis,
demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, letargi, nyeri dada,
pusing, oedema pretibia)
5. Akibatnya pada kehidupan sehari-hari.
6. Serangan sebelumnya.

3
7. Riwayat merokok dan konsumsi alcohol

d. Riwayat medis masa lalu


1. Penyakit yang sekarang, pada masa lalu dan masa kanak-kanak. Tanyakan
secaara khusus tentang atopi (asma/eczema/rhinitis), emboli paru/ DVT,
pneumonia, bronchitis dan tuberculosis.
2. Investigasi sebelumnya (misalnya bronkoskopi, pemeriksaan sinar X)
3. Tindakan pembedahan?

e. Riwayat obat
1. Obat atau medikasi yang diresepkan dokter (khususnya preparat bronkodilator,
NSAID, β-bloker, ACE-Inhibitor, Amiodaron dan steroid)
2. Obat yang dibeli bebas dari took obat.
3. Narkoba
4. Alergi obat.

f. Riwayat Keluarga
Orang tua, saudara kandung, dan anak-anak. Fokuskan perhatian khususnya pada
penyakit pernafasanseperti atopi, tuberculosis, asma dan emfisema.

g. Riwayat Sosial
1. Perjalanan jarak jauh
2. Kontak dengan pasien tuberkulosa
3. Pajanan dengan asbes yang berlangsung lama.
4. Pajana dengan allergen seperti debu, pengecatan, pengelasan, pengecatan
(dengan cat semprot)
5. Kontak dengan hewan, seperti anjing, kucing, dan burung.

2. Sesudah Mendapatkan Riwayat Pasien


a. Tanyakan kepada pasien apakah ada sesuatu yang ingin ditambahkan atau peranyaan
yang lupa Anda tanyakan.
b. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
c. Rangkumkan semua hasil temuan Anda dan sampaikan diagnosis banding.

4
d. Nyatakan bahwa Anda akan memeriksa pasien dan melakukan sejumlah
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis yang Anda buat.

Keadaaan yang paling sering menyebabkan sesak napas :


1. Asma 5. Emboli Paru
2. PPOK/ COPD 6. Kanker Paru
3. Pneumonia 7. Gagal Jantung
4. Tuberculosis 8. Serangan Panik
Tabel : Kondisi yang paling sering menyebabkan sesak napas

Keluhan yang paling sering muncul pada kelainan Dada dan


Paru :
1. Batuk kering 6. Nyeri dinding dada
2. Batuk berdahak 7. Nyeri mediastinum
3. Batuk darah 8. Sesak napas
4. Sakit dada 9. Napas berbunyi
5. Nyeri pleura
Tabel : keluhan yang paling sering muncul pada kelainan dada dan paru.

5
PEMERIKSAAN RESPIRASI

1. Sebelum dimulai
a. Perkanalkan diri.
b. Jelaskan pemeriksaan dan minta persetujuan untuk melakukannya.
c. Atur posisi pasien 45 derajat dan minta pasien membuka pakaian.
d. Pastikan pasien nyaman.

2. Pemeriksaan
Inspeksi
a. Menentukan Lokasi pada dinding dada
a. Garis Midsternal : garis vertical yang melalui pertengahan sternum.
b. Garis midklavikula : garis vertical yang melalui pertengahan klavikula.
c. Garis aksilaris anterior : garis vertical yang melalui lipatan aksila anterior.
d. Garis midaksilaris : garis vertical yang lelalui puncak aksilla.
e. Garis aksilaris posterior : garis aksilaris yang melalui lipatan aksilaris posterior.
f. Garis skapularis : garis vertical yang melalui angulus inferior scapula.
g. Garis vertebrae : garis aksilaris yang melalui procecus spinalis vertebrae

Gambar : Dinding dada Anterior Gambar : Dinding dada Posterior

6
b. Inspeksi Umum
1. Dari ujung ranjang periksa, lakukan observasi untuk mengamati keadaan umum
pasien (usia, status kesehatan, status gizi dan tanda-tanda yang nampak lainnya).
Secara khusus, perhatikan apakah pasien tampak sesak, sianotik, duduk untuk
dapat bernapas, bunyi napas terdengar, bunyi napas tambahan?
2. Perhatikan :
a. Pola Pernapasan
Penilaian pada pola pernapasan meliputi :
• Frequensi (rate) dihitung dalam 1 menit
• Irama (rhythm), regular atau tidak teratur.
• Kedalaman (depth), apakah pasien bernapas secara normal, dangkal, atau
dalam
• Usaha bernapas (effort of beathing) ditandai dengan pengunaan otot
pernapasan tambahan waktu bernapas (M. Sternokleidomastoideus, M.
Skalenus, M. Trapezius) dan dapat juga dilihat apakah ada retraksi
pernapasan pada daerah supraklavikula, suprasternal, intercosta, subcosta
dan lain-lain.

Beberapa Pola pernapasan :


1. Tachypnea 5. Ataksik (Biot)
2. Hyperpnea, hyperventilation 6. Obstructive Breathing
3. Bradypnea 7. Cheyne Stokes
4. Sighing Respiration
Tabel : Pola Pernapasan

b. Bentuk Thoraks
Kelainan Bentuk Tulang
Kelainan bentuk dada
Belakang
a. Barrel chest (dada tong) a. Kifosis
b. Funnel chest = pectus excavatum b. Skoliosis
= dada cerobong. c. Kifoskoliosis
c. Pigeon Chest = Pectus carinatum d. gibbus
= dada burung=chicken breast
Tabel : bentuk Thoraks

7
Deformitas pada thoraks dapat juga didapat (acquired) misalnya karena
kecelakaan, trauma tumpul, trauma tajam dan lain-lain.

c. Pergerakan dinding dada


1. Simetris atau Asimetris : Dalam keadaan berbaring dan bernapas biasa.
Pemeriksa berdiri di daerah telapak kaki pasien
lalu perhatikan pergerakan arcus costarum
untuk menilai semetris atau tidak. Pada pasien
yang gemuk, berperut besar dan tidak bisa
berbaring dapat dilihat pergerakan tulang
klavikulanya.
2. Posisi Paksa/ Terbatas : Karena adanya suatu kelainan penderita merasa
tidak nyaman dengan posisi normal, maka
pasien akan menyesuaikan diri dalam posisi
paksa/ terbatas. Misalnya pada pasien radang
pleuritis akut maka pasien akan berbaring kesisi
yang sakit untuk mengurangi sesak.
d. Lain-lain : perhatikan apakah ada benjolan, sikatrik, bekas operasi, spider
nevi, posisi trakea.

c. Inspeksi dan Pemeriksaan Tangan


1. Mintalah pada pasien untuk menunjukan kedua belah ujung jarinya dan lakukan
pemeriksaan untuk menilai suhu serta warnanya. Sianosis perifer ditandai
dengan warna ujung tangan biru.
2. Cari “clubbing finger”

8
Gambar : Clubbing, ketika bagian dorsum jari dari tangan satu dengan tangan
yang lain ditempelkan, maka akan berbentuk sebuah celah wajik pada dasar
kuku (nailbeds), pada clubbing celah ini menghilang dan membentuk sudut
distal.

3. Lakukan pemeriksaan untuk menilai denyut nadi A. Radialis dan tentukan


frequensi, irama serta karakternya. Apakah terdapat denyut nadi yang meloncat-
loncat akibat retensio karbondioxida.
4. Lakukan test untuk asteriksis yaitu ‘flapping tremor’ yang kasar akibat retensio
karbon dioksida, dengan meminta pasien untuk merentangkan kedua lengannya
sementara pergelangan tangan berada dalam keadaan dorsofleksi dan telapak
tangan menghadap ke depan. Pertahankan selama ± 30 detik.

d. Inspeksi dan Pemeriksaan Kepala dan Leher


1. Inspeksi conjungtiva dan sclera untuk melihat apakah ada tanda-tanda anemia.
2. Inspeksi mulut untuk menilai sianosis sentral.
3. Lakukan pemeriksaan untuk menilai tekanan vena jungularis (JVP) dan bentuk
denyut vena jungularis. Kenaikan JVP menandakankan suatu gagal jantung
kanan.
4. Lakukan pemeriksaan limfonodi untuk menilai semua limfonodi cervical,
supraklavikula, infraclavicular dan axilla.

Palpasi

1. Pemeriksaan Limfonodi.
Pembesaran kelenjar limfe pada daerah supraklavikula, submandibula dan axilla
menandakan suatu proses kelainan didaerah paru.

2. Trakea dan Mediastinum


Posisi mediastinum dapat ditentukan dengan pemeriksaan trakea dan apeks jantug.
Pergeseran mediastinum dapat menyebabkan deviasi trakea. Lakukan juga palpasi
pada apeks jantung.

9
Gambar : Palpasi trakea dan pergeseran mediastinum
3. Dinding dada
Lakukan palpasi didaerah dada anterior untuk mengetahui kelainan pada dinding
dada, misalnya tumor, nyeri tekan pada dinding dada, krepitasi akibat emfisema
subkutis, trauma, dan lain-lain.

Gambar : Posisi tangan ketika palpasi dinding dada

4. Vocal fremitus
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan pada dinding
dada, kemudian pasien diminta untuk meyebutkan angka 77 dan 99, rasakan dengan
teliti getaran yang ditimbulkan apakah sama kiri dan kanan.

10
Gambar : Lokasi tempat pemeriksaan vocal fremitus

5. Expansi dada
Untuk menilai expansi dinding dada dilakukan pemeriksaan dengan meletakkan
kedua telapak tangan dan ibu jari secara simetris pada masing-masing tepi iga,
sedangkan jari-jari lain menjulur sepanjang sisi lateral lengkung iga. Pada saat
pasien menarik napas maka kedua ibu jari akan terangkat dengan simetris.
Berkurangnya expansi dada akan menyebabkan gerakan kedua ibu jari tidak simetris
dan memberikan petunjuk adanya kelainan pada daerah tersebut.

Perkusi
Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan pada dinding dada dengan sedikit
jari-jari mengembang. Jari tengah tangan kiri yang akan diperkusi ditekan ke dinding
dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan diperkusi. Kemudian diketuk dengan
menggunakan jari tengah tangan kanan.

11
Gambar : Posisi tangan ketika melakukan perkusi dan lokasi untuk melakukan
perkusi dan auskultasi pada paru depan
Beberapa tipe bunyi yang ditemukan
a. Sonor (resonant) : terdapat pada paru yang normal.
b. Hipersonor : terdapat pada paru yang udaranya lebih banyak seperti
pada emfisema paru, pneumothoraks, kavitas yang besar.
c. Redup (dull) : karena adanya bagian yang padat dan sedikit udara,
seperti pada infitrat paru, efusi pleura yang sedang.
d. Pekak (flat/ stony dull) : karena adanya jaringan yang padat yang tidak
mengandung udara, sepeti tumor paru, efusi pleura yang massif.

Auskultasi

Auskultasi meliputi suara napas pokok, pemeriksaan suara napas tambahan dan jika
didapatkan kelainan dilakukan pemeriksaan untuk mendengarkan suara ucapan atau
bisikan.

12
Gambar : Lokasi auskultasi dada posterior

Suara napas pokok yang normal

a. Vesikuler : suara napas yang lembut dengan frekuensi rendah.


b. Bronkovesikuler : suara napas pokok dengan intersitas dan frekuensi sedang.
c. Bronchial : suara napas pokok yang keras dan berfrekuensi tinggi.
d. Trackeal : suara napas yang keras dan kasar.
e. Amforik : suara napas yang bila didapatkan kavitas yang besar yang
letaknya perifer dan berhubungan dengan bronkus. Terdengar seperti tiupan dalam
botol kosong.

Suara napas tambahan

a. Ronki basah (crackles atau rales) : terdengar saat inspirasi, akibat udara melewati
cairan dalam bronkus.
b. Ronki kering : suaranya terjadi karena mengalir melalui suara napas yang
menyempit, misalnya akibat adanya secret yang kental.
c. Wheezing : ronki kering yang frequensinya tinggi dan panjang yang terjadi karena
spasme/penyempitan bronkus.
d. Gesekan pleura (pleural friction rub) : karena pleura parietal dan visceral saling
bergesekan satu sama lain akibat radang. Terddengan pada akhir inspirasi dan awal
ekpirasi

13
e. Hipocrates succession : suara cairan rongga dada yang terdengar
ketika pasien digoyang-goyangkan.
f. Pneumotoraks click : bunyi yang bersifat ritmik dan sinkron dengan
saat kontraksi jantung, terjadi bila adanya udara diantara kedia lapisan pleura yang
menyelimuti jantung.

3. Sesudah Pemeriksaan
1. Tutupi tubuh pasien dengan kain penutup tubuh dan pastikan pasien dalam keadaan
nyaman.
2. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
3. Rangkum semua hasil temuan Anda dan sampaikan diagnosis banding.

14
KETERANGAN TENTANG ALAT INHALER

1. Sebelum dimulai
a. Memperkenalkan diri kepada pasien
b. Mengecek pemahaman pasien tentang penyakit asma
c. Menjelaskan kepada pasien bahwa alat inhaler tersebut akan memberikan preparat
bronkodilator dalam bentuk aerosol untuk dihirup oleh pasien. Obat ini akan
meredakan dengan cepat dan efisien kondisi bronkospasme. Pasien dapat
menghisap sampai 2 kali hirupan dari inhaler sebagaimana diperlukan dan
pengunaan inhaler dapat dilakukan 4 kali sehari. Kemungkinan efek samping yang
timbul dari pemakaian alat bronkodilator frequensi jantung cepat, gemetaran dan
sakit kepala.
d. Tanyakan kepada pasien apakah ada pertanyaan lain.

2. Instruksi cara menggunakan inhaler


Demonstrasikan dan minta pasien untuk :
a. Mengocok inhaler sebelum digunakan.
b. Melepas tutup dari bagian mulut inhaler.
c. Memegang inhaler dengan telunjuk dan ibu jari tangan.
d. Menempatkan dalam posisi tegak sekitar 3 – 5 cm didepan mulut.
e. Hembus napas seluruhnya.
f. Menarik napas dalam dengan sekaligus mengaktifkan inhaler.
g. Menutup mulut dan menahan napas selama 10 detik kemudian menghembuskannya
keluar.
h. Dapat diulangi setelah beberapa menit bila gajala sesak belum cukup berkurang.
i. Mengecek pemahaman pasien dan pasien diminta melakukannya sendiri.
j. Menanyakan kepada pasien apakah masih ada pertanyaan atau permasalahan
lainnya.

Jika pasien mengalami kesulitan untuk menarik napas yang terkoordinasi dengan
aktivasi inhaler, mungkin dia dapat ditolong dengan menggunakan tambahan
“aerochamber inhaler spacer”

15
PEMBERIAN OBAT LEWAT NEBULIZER

Alat nebulizer akan mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi bentuk kabut/ uap yang
halus agar dapat dihirup lewat bagian mulut atau masker wajah. Obat yang digunakan dalam
nebulizer meliputi preparat bronkodilator, kortikosteroid dan antibiotic (misalnya kolistin)

1. Sebelum mulai
a. Memperkenalkan diri kepada pasien
b. Menjelaskan perlunya nebulizer serta prosedur yang terlibat dan memastikan bahwa
pasien menyetujuinya.
c. Menjelaskan obat yang terdapat pada nebulizer yaitu paling sering salbutamol dan
efek sampingnya.
d. Mendapatkan persetujuan dari pasien.

Persiapan alat
- Alat Nebulizer (Kompresor udara dan selang, Sungkup nebulizer)
- Obat atau larutan obat (misalnya salbutamol 2,5 mg dalam botol/vial)
- Pengencer (misalnya NaCl 0,9 %) jika diperlukan.

Gambar : Susunan alat nebulizer


Prosedur
a. Mengecek nama obat, dosis pemberian dan tanggal kadaluarsa obat pada botolnya.
b. Mintalah seorang sejawat untuk memastikan nama obat, dosis pemberian dan
tanggal kadaluarsa obat pada botolnya.
c. Tempatkan kompresor pada daerah yang rata dan sambungkan ke listrik.
d. Basuhlah kedua tangan Anda
e. Buka botol larutan dengan memutar tutupnya.

16
f. Lepaskan bagian sungkup nebulizer dan letakkan larutan obat didalamnya.
g. Pasang kembali tutupnya dan hubungkan bagian mulut atau masker wajah dengan
sungkup ini.
h. Hubungkan selang dari kompresor udara dengan bagian dasar sungkup nebulizer.
i. Hidupkan kompresor udara dan pastikan bahwa kabut sudah dihasilkan.
j. Minta pasien untuk duduk tegak.
k. Minta pasien untuk bernapas dalam dengan perlahan-lahan, dan usahakan menahan
selama 2-3 detik sebelum menghembuskannya keluar.
l. Teruskan sampai obatnya habis (kira-kira 10 menit)
m. Matikan kompresor
n. Minta pasien untuk menarik napas beberapa kali dan kemudian membatukkan
keluar dahakknya.
o. Minta pasien untuk berkumur dengan air.
p. Basuh kedua tangan Anda

2. Sesudah prosedur
a. Bersihkan alatnya dan lakukan disinfeksi
b. Tanda tangani kartu obat dan mencatat pengencer yang digunakan dan tanggal,
waktu serta dosis pemberian obat pada rekam medis pasien.
c. Tanyakan kepada pasien apakah masih ada pertanyaan atau permasalahan lainnya.
d. Pastikan pasien merasa nyaman.

17
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
ANAMNESIS

Skor

No. Aspek Keterampilan yang Dinilai


0 1 2

Sebelum dimulai
1 Perkenalkan diri kepada pasien.
2 Jelaskan bahwa Anda akan menyakan sejumlah pertanyaan.
Pastikan pasien dalan keadaan nyaman atau buat pasien dalam
3
keadaan nyaman.
Berbicara dengan lafal yang jelas dengan menggunakan
4
bahasa verbal, non verbal yang mudah dipahami
Anamnesis Identitas (Nama, Usia, Pekerjaan, Agama, Suku dan
5
Status Perkawinan)
Anamnesa Penyakit
6 - Menanyakan keluhan utama (misalnya batuk)
7 - Menggali riwayat penyakit sekarang (RPS), tanyakan :
8 ✓ Onset dan lamanya keluhan batuk
9 ✓ Sifat dari batuk (kering atau produktif)
✓ Jika batuk produktif, apakah warna lendir dan apakah
10
disertai darah?
✓ Faktor-faktor yang memperingan atau memperberat
11
keluhan batuk
12 ✓ Keluhan lain yang menyertai batuk
13 ✓ Sudah berobat atau belum
- Riwayat penyakit dahulu (RPD) :
✓ Apakah pernah menderita batuk sebelumnya? Jika pernah
batuk, apakah sudah pernah berobat? Apakah nama obat
14
yang digunakan sebelumnya? Adakah riwayat pengobatan
spesifik 6 bulan?
✓ Tanyakan penyakit lain yang pernah diderita
- Riwayat alergi :
15 ✓ Apakah pernah mengalami reaksi alergi terhadap
makanan, obat-obatan dan lingkungan tertentu?
- Mengenal riwayat psikososial :
✓ Tanyakan kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan/
16 berpengaruh dengan keluhan sekarang. Misalnya riwayat
merokok, riwayat pekerjaan, alergi akan binatang
peliharaan dll
- Riwayat penyakit dalam keluarga :
✓ Apakah ada anggota keluarga yang menderita
17
penyakit/keluhan yang sama, bila ada ditanyakan
kedekatannya dengan yang menderita
- Melakukan anamnesis sistim lain dengan menanyakan fungsi
18
fisiologis sistim, dan bila ada gangguan lanjutkan anamnesis

18
berdasarkan keluhan tersebut
Mengakhiri Anamnesis
Mengakhiri wawancara dengan baik dan memberi ringkasan,
19
ucapkan terima kasih
Mencatat hasil anamnesis dengan jelas dan sistematis, dan
memberikan Diagnosis Kerja (Working Diagnosis) dan
20
Diagnosis Banding (Differential Diagnosis) serta anjuran
pemeriksaan penunjang.
JUMLAH SKOR

Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
40

19
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN THORAK DAN PARU

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Sebelum dimulai
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada
1
pasien.
2 Menginformasikan tujuan dan meminta izin pemeriksaan
3 Mempersiapkan alat : stetoskop, jam, alat tulis
Persiapan pasien
Mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan,
4
termasuk meminta pasien membuka bajunya.
Pemeriksaan
5 Mencuci tangan
6 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
Melakukan pemeriksaan inspeksi :
Melakukan inspeksi dari depan dan dari belakang toraks,
7
dalam keadaan statis maupun dinamis.
Mampu membedakan bentuk normal dan abnormal rongga
8
toraks
9 Mampu melihat gangguan pergerakan dinding toraks.
Melakukan pemeriksaan palpasi :
10 Mampu merasakan adanya deviasi trakea
Mampu merasakan perbandingan gerakan nafas kanan dan
11
kiri pasien.
Mampu merasakan adanya massa atau nyeri tekan di
12
dinding toraks.
Mampu membandingkan fremitus taktil kiri dan kanan
13
pasien.
Melakukan pemeriksaan perkusi :
14 Mampu menentukan puncak paru.
Mampu melakukan pemeriksaan perkusi dari atas ke
15 bawah secara sistematis untuk menilai adanya konsolidasi,
cairan atau udara dalam rongga toraks.
Mampu melakukan perkusi untuk mengetahui batas paru-
16
hepar.
Melakukan auskultasi :
Mampu melakukan pemeriksaan auskultasi secara
17
sistematis.

20
Mampu mendengarkan suara nafas saat inspirasi dan
18
ekspirasi.
19 Mampu membedakan suara nafas normal dan abnormal.
20 Mampu mengenal bunyi tambahan pada auskultasi paru.
21 Mencuci tangan
22 Rangkum hasil
JUMLAH SKOR

Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
42

21
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMBERIAN OBAT NEBULIZER

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2

Sebelum dimulai
1 Perkenalkan diri kepada pasien.
Menjelaskan perlunya nebulizer serta prosedur yang terlibat dan
2 memastikan bahwa pasien menyetujuinya.
Menjelaskan obat yang terdapat pada nebulizer yaitu paling sering
3 salbutamol dan efek sampingnya.
4 Mendapatkan persetujuan dari pasien.
Persiapan Alat
a. Alat Nebulizer (kompresor udara dan selang, sungkup nebulizer)
b. Obat atau larutan obat (misalnya salbutamol 2,5 mg dalam botol/vial)
c. Pengencer (misalnya NaCl 0,9 %) jika diperlukan.
Prosedur
- Mengecek nama obat, dosis pemberian dan tanggal kadaluarsa obat
5
pada botolnya.
- Tempatkan kompresor pada daerah yang rata dan sambungkan ke
6
listrik
7 - Basuhlah kedua tangan Anda
8 - Buka botol larutan dengan memutar tutupnya
- Lepaskan bagian sungkup nebulizer dan letakkan larutan obat
9
didalamnya
- Pasang kembali tutupnya dan hubungkan bagian mulut atau masker
10
wajah dengan sungkup ini.
- Hubungkan selang dari kompresor udara dengan bagian dasar
11
sungkup nebulizer.
- Hidupkan kompresor udara dan pastikan bahwa kabut sudah
12
dihasilkan
13 - Minta pasien untuk duduk tegak.
- Minta pasien untuk bernapas dalam dengan perlahan-lahan, dan
14 usahakan menahan selama 2-3 detik sebelum menghembuskannya
keluar
15 - Teruskan sampai obatnya habis (kira-kira 10 menit)
16 - Matikan kompresor
- Minta pasien untuk menarik napas beberapa kali dan kemudian
17
membatukkan keluar dahakknya.
18 - Minta pasien untuk berkumur dengan air.
19 - Basuh kedua tangan Anda
Sesudah prosedur
Bersihkan alatnya dan lakukan disinfeksi, dan catat setiap tindakan serta
20 pastikan pasien nyaman
JUMLAH SKOR

22
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
40

23

Anda mungkin juga menyukai