(BRP)
NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
PENGANTAR
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah telah dimulai sejak tahun ajaran 2007/2008. Didalam buku Standar
Kompetensi Dokter Indonesia, 2012 (SKDI 2012) terdapat sejumlah keterampilan klinis yang
harus dikuasai oleh mahasiswa sebelum menjadi dokter dan lulusan dokter harus menguasai
keterampilan klinis tersebut untuk melaksanakan praktek dokternya yang akan berguna
nantinya dalam mendiagnosa maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan secara
keseluruhan.
Sebagian keterampilan klinik yang terdapat didalam buku SKDI 2012 telah dilatihkan
secara bertahap mulai dari semester I sampai dengan semester VI.
Pada modul Keterampilan Klinik pada semester VII ini lebih memfokuskan untuk dapat
melatihkan sebagian besar keterampilan klinik dalam buku SKDI 2012 , yang disusun
berdasarkan sistem organ dan akan melibatkan sebagian besar dosen bagian klinik dan
biomedik sesuai dengan keterampilan klinik yang dimunculkan terutama dengan tingkat
kemampuan 3 dan 4 .
Pelatihan ini sangat penting artinya sebagai persiapan mahasiswa Semester VII sebelum
memasuki masa Kepaniteraan klinik Senior atau Co Schap dan persiapan untuk ujian OSCE (
objective structured clinical examination ) setelah dokter nantinya yang harus lulus , sebelum
mendapatkan izin praktek klinik di Rumah Sakit atau saran kesehatan lainnya.
Tim Penyusun
2
I. Riwayat Sakit Kepala
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
b. Jelaskan bahwa Anda akan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk
mengungkapkan penyebab sakit kepalanya dan mintalah persetujuan pasien.
c. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
Riwayat
a. Anamnesa Identitas : Nama, Usia dan Pekerjaan
b. Anamnesa Penyakit
1. Keluhan yang ditemukan dan riwayat keluhan tersebut, buat pasien
mengungkapkan pikiran, permasalahn dan harapannya.
2. Secara spesifik tanyakan tentang (SOCRATES):
a. Site (lokasi) : minta pasien untuk menunjukkan lokasi nyeri?
b. Onset : kapan saja timbul nyeri, mendadak, terus menerus dan lain-
lain
c. Character (karakter) misal : tajam? Tumpul? seperti ditusuk-tusuk?
Seperti diikat tali yang kuat?
d. Associated factors (factor yang menyertai) :
• Nausea dan vomitus?
• Gangguan penglihatan, penglihatan ganda
• Fotofobia
• Demam, menggigil
• Penurunan berat badan
• Ruam
• Nyeri tekan pada kulit kepala
• Nyeri dan rasa kaku pada leher
• Mialgia
• Rinore, lakrimasi
• Perubahan satatus mental
• Gangguan neurologi (kelemahan, mati rasa, kesemutan
(parastesia).
e. Timing (saat terjadi) dan durasi (lama terjadinya)
3
f. Exacerbating and relieving factors (factor yang memberatkan dan
meredakannya) misalnya : stress, kelelahan mata, kafein, alcohol,
dehidrasi, lapar, batuk atau bersin.
g. Severity (beratnya ;intensitas) minta pasien untuk menilai rasa
nyerinya, atau nilai menggunakan skala nyeri (0-10).
d. Riwayat obat
1. Obat-obat yang diresepkan dokter. Pemakaian obat-obat NSAID, Opoid,
Calsium chanel blocker (CCB)
2. Obat yang dibeli bebas.
3. Narkoba.
4. Alergi obat.
e. Riwayat keluarga
1. Orang tua, saudara dan anak-anak
2. Tanyakan tentang riwayat migraine.
f. Riwayat sosial
1. Pekerjaan masa lalu dan sekarang
2. Keadaan rumah
3. Emosi, depresi (paling banyak menyebabkan sakit kepala)
4. Merokok
5. Penggunaan Alkohol.(paling banyak menyebabkan sakit kepala)
6. Makanan
2. Sesudah Prosedur
a. Pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.
b. Tanyakan kepada pasien apakah masih ada pertanyaan atau permasalahan lain.
c. Lakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan
kemungkinan sakit kepala.
4
Keluhan-keluhan yang mungkin dijumpai pada system saraf :
1. Nyeri kepala 8. Kesadaran
2. Muntah 9. Riwayat pingsan
3. Vertigo 10. Gangguan motorik
4. Gangguan penglihatan 11. Gangguan sensibilitas
5. Gangguan pendengaran 12. Gangguan saraf otonom
6. Gangguan fungsi luhur 13. Gangguan bicara dan status
7. Tremor dan gerakan yang mental
involunter
Tabel : keluhan-keluhan yang mungkin dijumpai
5
II. Riwayat Kolaps “Funny Turns”
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
b. Jelaskan bahwa Anda akan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk
mengungkapkan penyebab kolaps yang dialaminya dan mintalah persetujuan
pasien.
c. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman
Riwayat
a. Anamnesa Identitas : Nama, Usia dan Pekerjaan
b. Anamnesa Penyakit
1. Gunakan lah pertanyaan yang terbuka dan buatlah pasien
mengungkapkan pikiran, permasalahan serta harapannya.
2. Tanyakan tentang :
a. Apakah pasien ingat ketika dirinya terjatuh?
b. Suasana ketika terjatuh :
• Baru bangkit dari tempat tidur? (hipotensi postural)
• Emosional yang hebat? (sinkop vasovagal)
• Batuk atau mengejan? (sinkop situsional)
• Memutar atau mengekstensi lehernya? (sinkop sinus karotis)
• Olahraga? (aritmia)
• Palpitas, nyeri dada atau sesak napas? (aritmia)
c. Setiap penurunan kesadaran dan lamanya.
d. Gejala prodormal seperti aura, perubahan emosional, perasaan aneh
dalam usus, sensasi dejavu?
e. Menggertakkan gigi, mulut berbuih, menggigit lidah, inkontinensia?
f. Sakit kepala atau bingung, amnesia ketika pulih kembali.
g. Episode sebelumnya?
6
d. Riwayat obat
1. Obat-obat yang diresepkan dokter. Pemakaian obat-obat antipsikotik,
antidepresan trisiklik, antihipertensi, insulin.
2. Obat yang dibeli bebas.
3. Narkoba.
4. Alergi obat.
e. Riwayat keluarga
1. Orang tua, saudara dan anak-anak
2. Tanyakan tentang riwayat epilepsy dan penyakit jantung.
f. Riwayat sosial
1. Pekerjaan masa lalu dan sekarang
2. Keadaan rumah atau keharmonisan rumah tangga.
3. Emosi, depresi.
4. Merokok
5. Penggunaan Alkohol.
2. Sesudah Prosedur
a. Pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.
b. Tanyakan kepada pasien apakah masih ada pertanyaan atau permasalahan lain.
c. Rangkum semua hasil dan sampaikan diagnosis banding.
d. Lakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis
yang Anda buat.
7
III. Pemeriksaan Nervus Kranialis
1. Sebelum Dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan dan minta persetujuan pasien untuk pelaksanaannya.
c. Buat pasien nyaman.
Pemeriksaan
a. Nervus Olfaktorius (CN I)/ Sensorik Khusus (menghidu)
1. Periksa lubang hidung (apakah ada sumbatan atau kelainan setempat,
misalnya ingus atau polip)
2. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan menutup lubang hidung
yang lainnya dengan tangan.
3. Gunakanlah zat yang dikenal sehari-hari, misalnya : kopi, teh, tembakau,
jeruk dan lain-lain.
8
f. Jika penderita mulai melihat jari-jari pemeriksa, penderita harus
memberitahu dan bandingkan dengan pemeriksa dan apakah
pemeriksa telah melihatnya.
g. Bila ada gangguan visual field (kampus penglihatan) maka
pemeriksa akan melihat terlebih dahulu.
h. Gerakan jari tangan harus dilakukan dari semua jurusan dan masing-
masing mata harus diperiksa.
9
e. Jangan menggerakkan bola mata tapi boleh mengedipkan kelopak
mata.
f. Kemudian fokuskan mata anda pada lensa oftalmoskop (sesuaikan
bila pasien menderita kelainan refraksi)
g. Bila tampak pembuluh darah ikuti sampai bertemu dengan papil.
h. Perhatikan warna papil dan adanya lekuk fisiologis
i. Identifikasi pembuluh darah arteri yang tempaknya lebih tipis dan
lebih terang ketimbang pembuluh vena yang tebal dan gelap.
j. Perhatikan adanya pulsasi vena ditempat vena melekuk pada
penggiran mangkok fisiologis. Ikuti arteri sejauh mungkin.
k. Cari macula : daerah yang lebih gelap dan avaskuler.
l. Nilailah :
• Nilai papil normal?
• Atrofi optic (primer atau sekunder)?
• Sembab papil?
• Perhatikan bagaimana macula dan retina?
• Perdarahan?
• Kongesti vena?
10
4. Kedudukan (posisi) bola mata. Perhatikan kedudukan bola mata, apakah
mata menonjol (eksoftalmus), atau seolah-olah masuk kedalam
(enoftalmus).
5. Periksa gerakan bola mata. Mintalah pasien untuk menjaga agar
kepalanya tidak bergerak sementara matanya mengikuti gerakan jari
tangan anda. Gerakkanlah kearah lateral, medial, atas, bawah atau
gerakan miring atas-lateral, bawah-medial, atas-medial dan bawah-lateral
dan perhatikan gerakan bola mata apakah lancer, dan mulus atau kaku.
Tanyakan juga apakah ada diplopia (penglihatan ganda).
11
c. Nilai juga refleks kornea dengan menggunakan kapas, beri sentuhan
ringan pada kornea mata.
2. Bagian motorik
a. Pasien disuruh merapatkan giginya dan raba m. masseter dan m.
temporalis, nilai : besarnya, tonus serta konturnya.
b. Pasien disuruh menggerakkan rahang bawahnya kekiri dan kekanan
(untuk menilai m. pterigoideus lateralis), nilai : parese
c. Jaw Refleks : minta pasien membuka sedikit mulutnya, lalu letakkan
jari pemeriksa melintang pada dagu pasien. Setelah itu diketuk
dengan palu refleks secara ringan. Nilai Refleks Normal/ meninggi?
12
Gambar : Cabang N. Fasialis
2. Fungsi Motorik
• Lakukan tes otot-otot ekspresi wajah dengan meminta pasien :
a. Mengangkat alis dan mengerutkan dahi
b. Memejamkan mata
c. Memperlihatkan giginya (menunjukkan gigi geligi),
mencucurkan bibir atau bersiul, dan mengelembungkan kedua
pipi.
• Mengetok nervus VII (gejala Chvostek)
a. Ketoklah bagian depan telinga.
13
b. Test Weber
c. Test Schwabach
14
Gambar : Test Posisi pada penderita vertigo
b. Tes Kalori
1. Kepala pasien diangkat kebelakang (menengadah) kira-kira 60
derajat.
2. Tabung suntik berukuran 20 cc dan jarum ukuran 15 yang
ujungnya tumpul atau dilindungi karet, diisi dengan air bersuhu
30 derajat (kira-kira 7 derajat dibawah suhu badan)
3. Air disemprotkan keliang telinga dengan kecepatan 1 cc per
detik.
4. Dengan demikian gendang telinga akan tersiram kira-kira 20
detik.
5. Amati bola mata pasien apakah ada nistagmus
6. Catat arah gerakan, frekuensinya dan lamanya nistagmus.
7. Setelah istirahat 5 menit periksa telinga yang lainnya.
8. Apabila pada pasien tidak dijumpai nistagmus injeksikan 5 ml
air es kedalam liang telinga.
9. Apabila masih tidak muncul nistagmus injeksikan 20 ml air es
ke linag telinga pasien selama 30 detik.
15
10. Apabila tidak juga menimbulkan nistagmus dapat dianggap
labirin tidak berfungsi.
16
4. Refleks faring : waktu pasien membuka mulut, tekan-enteng dinding
faring atau pangkal lidah dengan tongue-spatle. N : faring terangkat dan
lidah tertarik. Kalau terlalu keras menekan dapat menimbulkan refleks
muntah.
17
2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Pastikan bahwa pasien nyaman.
c. Mintalah sejumlah pemeriksaan lanjutan seperti CT-Scan atau MRI.
d. Rangkum semua hasil temuan Anda dan sampaikan diagnosis banding.
18
IV. Pemeriksaan Sistem Motorik Extremitas
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.
Pemeriksaan
a. Inspeksi
1. Sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak dan berjalan.
2. Bentuk : perhatikan adanya deformitas.
3. Ukuran : perhatikan panjang bagian tubuh sebelah kiri dan kanan apakah
sama; perhatikan bentuk (isi), kontur (bentuk) otot, atrofi atau hipertropi.
Perhatikan besarnya otot apakah, bandingkan bila ada atropi ukurlah
kelilingnya.
4. Gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan : tremor, khorea,
distonia, balismus, spasme, Tik (tic), fasikulasi dan miokloni.
b. Palpasi
Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot ini dipalpasi untuk
menentukan konsistensi serta adanya nyeri tekan. Dengan palpasi nilai tonus
otot, terutama bila ada hipotoni.
19
3 Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat (gravitasi)
4 Dapat melawan gaya berat (gravitasi), pasien juga dapat melawan
tahanan yang diberikan pemeriksa.
5 Tidak ada kelumpuhan (normal)
1. Kepala
a. Perhatikan sikap kepala, dan perhatikan apakah ada tahanan.
b. Lakukan gerakan aktif dengan menyuruh pasien menggerakkan
kepalanya ke depan, belakang, kiri dan kanan serta malakukan
gerakan rotasi dan nilai tenaganya.
20
Gambar : Pemeriksaan (C8, T1 saraf ulnaris)
f. Pemeriksaan otot interosei palmaris (C8, T1 saraf ulnaris). Telapak
tangan ditaruh diatas meja. Telunjuk, jari manis dan kelingking
berada dalam posisi abduksi dan di adduksikan kegaris tengah
sambil diberi tahanan oleh pemeriksa.
(A) (B)
Gambar : (A) (B) Pemeriksaan (C8, T1 saraf ulnaris)
g. Pemeriksaan otot interosei dorsalis (C8, T1 saraf ulnaris). Telapak
tangan ditaruh diatas meja. Telunjuk dan jari manis di abduksikan
sambil diberi tahanan oleh pemeriksa.
h. Pemeriksaan Abduksi ibu jari (1) arah palmar, (2) arah radial.
21
(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan (C7, C8, T1 saraf radialis, saraf
medianus) (B) Pemeriksaan (C7, C8 saraf radialis)
i. Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7, C8 saraf radialais). Jari
diekstensikan pada persendian metakarpo-palang sambil diberi
tahanan.
j. Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian atas (C5-C8, saraf
pektoralis lateral dan medialis). Lengan atas pasien berada dalam
posisi horizontal dan dari depan diadduksi sambil diberi tahanan.
k. Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian bawah (C5-C8, T1 saraf
pektoralis lateralis dan medialis). Lengan yang berada dalam posisi
depan dan dibawah garis horizontal di adduksi sambil diberi
tahanan.
(B) (B)
Gambar : (A)Pemeriksaa (C5-C8), (B) Pemeriksaan (C5-C8, T1
saraf pektoralis lateral dan medialis).
22
l. Pemeriksaan otot latimus dorsi (C5-C8, saraf subscapularis) lengan
dirantangkan kesamping, kemudian lengan di adduksikan dari posisi
horizontal dan lateral, lalu gerakkan kebawah sambil ditahan.
m. Pemeriksaan otot seratus anterior (C5-C7, saraf torakalis) pasien
disuruh mendorong dengan lengan yang direntangkan.
(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan (C5-C8, saraf subscapularis) (B)
Pemeriksaan (C5-C7, saraf torakalis)
n. Pemeriksaan otot deltoid (C5-C7 saraf aksilaris), pasien disuruh
menggangkat lengannya yang diluruskan kesamping sampai bidang
horizontal.
23
(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan (C5, C6 saraf muskulokutaneus), (B)
Pemeriksaan (C6-C8, saraf radialis)
1. Penyakit Parkinson
2. Lesi cerebellum
3. Lesi Nervus Ulnaris, Medianus dan Radialis
4. Radikulopati yang mengenai satu radiks saraf
5. Hemiplegia/ hemiparesis
6. Miopati.
24
3. Badan
a. Erektor Spina
1. Pasien dalam posisi berdiri
2. Suruh pasien mengambil suatu barang yang diletakkan dilantai.
3. Pada penderita kelemahan M. erktor Spina pasien akan sukar
berdiri dan pasien akan melakukan dengan bantuan tangannnya.
b. Otot Dinding Perut
1. Pasien yang sedang berbaring disuruh mengangkat kepalanya
dan perhatikan peranjakan dari pusar. Pusar beranjak kearah
otot yang sehat.
2. Suruh pasien batuk. Apakah ada otot yang keluar?
3. Suruh pasien duduk dari sikap berbaring tanpa mendapatkan
bantuan dari tangannya.
(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan L2-L4, saraf femoralis (B) Pemeriksaan L1-L3
saraf femoralis.
d. Pemeriksaan Otot adduktor (L2-L4, saraf obturatorius) pasien berdiri
pada sisinya dan lutut diekstensikan, kemudian ekstremitas bawah di
adduksikan sambil tungkai atas diberi tahanan.
25
e. Pemeriksaan Otot abductor, (L4, L5, S1, S2 saraf siatika) tungkai
diabduksikan melawan tahanan pemeriksa.
f. Pemeriksaan Fleksor tungkai bawah. Pasien tengkurap. Tungkai
bawah difleksikan sambil diberi tahanan oleh pemeriksa.
(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan L2-L4 saraf obturatorius. (B) Pemeriksaan (L4,
L5, S1, S2 saraf siatika)
g. Pemeriksaan otot gastroknemius (L5, S1, S2 saraf tibialis), pasien
tengkurap kemudian disuruh memfleksikan kakinya sambil diberi
tahanan oleh pemeriksa.
(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan L5, S1, S2 saraf tibialis (B) Pemeriksaan S1, S2
saraf tibialis
h. Pemeriksaan otot fleksor digitorum longus (S1, S2 saraf tibialis).
Jari-jari kaki diplantar fleksikan sambil diberi tahanan oleh
pemeriksa.
26
Tabel : Radiks saraf yang penting pada ekstremitas bawah-kekuatan otot
Keadaan yang paling besar kemungkinan dalam pemeriksaan motorik
ekstremitas bawah.
2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
c. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
d. Mintalah pemeriksaan penunjang lain seperti CT-Scan, MRI, EEG dan lainnya
jika diperlukan.
e. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.
27
V. Pemeriksaan Gaya Berjalan, Koordinasi dan Fungsi serebelum
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.
28
• Pemeriksaan Koordinasi Gerak pada gangguan Cerebelum:
a. Tes gerakan disdiado-kokinesia
a. Mintalah pasien merentangkan kedua lengannya ke depan.
Kemudian mintalah pasien men-supinasi – pronasi lengan bawahnya
(tangannya) secara bergantian dan cepat.
c. Tes jari-jari
a. Pasien disuruh merentangkan tangannya kesamping sambil menutup
mata.
b. Kemudian suruh pasien mempertemukan jari-jarinya di tengah
depan.
29
d. Tes tumit-tibia (heel to shin)
a. Pasien berbaring dengan kedua tungkai diluruskan.
b. Kemudian pasien disuruh menempatkan tumit pada lutut kaki yang
lain.
c. Kemudian pasien disuruh meluncurkan kakinya kebawah sampai ibu
jari kaki.
30
VI. Pemeriksaan Sistem Sensorik Extremitas Atas
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.
d. Mintalah pasien menutup mata selama pemeriksaan.
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Rasa Raba
1. Gunakan sepotong kapas, kertas atau kain yang ujungnya diusahakan
sekecil mungkin.
2. Kemudian sentuhkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian
distal ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome dan bandingkan kedua sisinya.
31
2. Kemudian tusukkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian distal
ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome saraf dan bandingkan kedua sisinya.
f. Pemeriksaan Stereognosia
1. Gunakanlah benda-benda yang biasa dalam aktifitas sehari-hari seperti
kunci, gelas, uang logam atau jam tangan dan diperiksa hanya pada
tangan.
2. Kemudian tempatkan benda tersebut kedalam tangan pasien.
32
3. Jika pasien tidak mampu menyebutkan benda tersebut, mintalah pasien
untuk melukiskan ukuran, bentuk dan menyebutkan materi dasar benda
tersebut.
4. Jika tangan pasien lumpuh pemeriksa menolong pasien untuk memegang
atau menggeggam benda tersebut.
g. Pemeriksaan Grafestesia
1. Gunakanlah pensil atau benda halus tumpul lainnya.
2. Lalu tuliskan angka atau huruf pada kulit pasien.
3. Kemudian pasien disuruh menyebutkan angka atau huruf tersebut.
2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
c. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
d. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.
33
VII. Pemeriksaan Sistem Sensorik Extremitas Bawah
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien, minta pasien untuk menjulurkan kedua tungkainya
d. Tanyakan pada pasien apakah dia sekarang ini mengalami rasa nyeri.
e. Pastikan pasien tidak sedang mengalami penyakit atritis, gout atau gangguan
nyeri pada kaki atau sendi.
Pemeriksaan
Lakukan inspeksi kedua tungkai apakah ada atrofi otot, fasikulasi, sikatrik,
kesimetrisan kedua tungkai, bentuk tungkai, bekas operasi dan setiap tanda-tanda
yang terlihat lainnya.
a. Pemeriksaan Rasa Raba
34
1. Gunakan sepotong kapas, kertas atau kain yang ujungnya diusahakan
sekecil mungkin.
2. Kemudian sentuhkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian distal
ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome dan bandingkan kedua sisinya.
35
5. Nilai jarak terkecil yang masih dapat dirasakan pasien sebagai 2 tusukan.
6. Bandingkan bagian badan yang simetris.
2. Sesudah Pemeriksaan
e. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
f. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
g. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
h. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.
36
VIII. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Refleks Patologis
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Aturlah posisi pasien duduk atau tidur dan minta untuk membuka pakaian dan
menaikkan celana (untuk pemeriksaan refleks motorik bawah).
d. Tanyakan kepada pasien apakah ada keluhan seperti mengalami rasa nyeri.
Peralatan
1. Refleks Hammer
2. Senter
Prosedure
a. Pemeriksaan Refleks Pupil
1. Suruh pasien menghadap lurus kedepan.
2. Lalu sinari salah satu mata pasien dengan senter.
3. Perhatikan dan catat apa yang terjadi pada kedua pupil.
37
5. Respons Positif : ekstensi lengan pada sendi siku.
Gambar : (A) Refleks Biseps, (B) Refleks Brakioradialis atau Supinator, (C)
Refleks Triseps
38
5. Respons positif : bila terjadi ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut akibat
kontraksi M. quadrisep femoris.
39
2. Refleks Chaddock
a. Siapkanlah refleks hammer.
b. Tempatkan pasien pada posisi tidur atau duduk.
c. Gunakanlah bagian belakang dari refleks hammer.
d. Goreslah bagian bawah (maleolus medialis) dari bawah ke atas.
e. Respon positif : tanda Babinski
3. Refleks Oppehheim
a. Tempatkan pasien pada posisi tidur atau duduk.
b. Menggunakan tangan pemeriksa dengan cara menggores dengan dua
sendi interfalang jari tengah dan jari telunjuk tangan pemeriksa
disepanjang os tibia atau cruris.
c. Respon positif : tanda Babinski
4. Refleks Gordon
a. Tempatkan pasien dalam posisi nyaman.
b. Remaslah M. Gastronemeus (betis) dengan keras.
c. Respon positif ; tanda Babinski.
2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
40
b. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
c. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
d. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.
41
IX. Penilaian Tingkat Kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
Penilaian terhadap rangsang dan memberikan nilai pada respons tersebut. Tanggapan atau
respon yang harus diperhatikan adalah : Respon mata, Respon Verbal (bicara), Respon
Motorik.
Interpretasi
42
GCS 15 Nilai Normal, Paien sadar penuh Composmentis
GCS 14 - 12 Somnolen, dapat dibangunkan, memberi jawaban verbal dan
menangkis rangsangan nyeri.
GCS 11 – 9 Stupor, masih dapat dibangunkan dengan rangsangan kuat,
jawaban verbal sulit diperoleh dan gerakan motorik untuk
menangkis rangsangan masih baik
GCS 8 – 4 Koma-ringan, sama sekali tidak bisa dibangunkan (refleks
kornea, pupil masih baik), tidak ada respon terhadap rangsangan
verbal, gerakan timbul sebagai respon terhadap nyeri, reaksi
terhadap rangsangan nyeri tidak terorganisir.
GCS 3 Nilai terendah, koma dalam atau komplit. Tidak ada gerakan
spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsangan
nyeri.
43
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
ANAMNESA NEUROLOGI
Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
1
b. Memastikan bahwa pasien dalam posisi nyaman.
c. Anamnesis Identitas pasien
2 Tanyakan Keluhan Utama
RPS
a. Site
b. Onset
c. Character
3
d. Associated factors
e. Timing
f. Exacerbating and relieving facor
g. Severity
5 RPO
6 RPD
7 Riwayat social dan lingkungan
8 Riwayat keluarga
Menyimpulkan hasil dan menyatakan persiapan
9
pemeriksaan selanjutnya
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak
diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
18
44
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS
Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
1 b. Jelaskan pemeriksaan dan minta persetujuan pasien
untuk pelaksanaannya.
c. Buat pasien nyaman.
2 Mencuci tangan
Pemeriksaan
3 Nervus Olfaktorius (CN I)/
4 Nervus Optikus (CN II)/
Nervus Oculomotorius, Troklearis dan Abdusen (CN
5
III, IV dan VI
Nervus Trigeminus (CN V)
6 Bagian sensorik
Bagian motorik
Nervus Fasialis (CN VII)
7 Fungsi Sensorik
Fungsi Motorik
Nervus Auditorius/ Nervus Vestibulo-kokhlearis
(CN VIII)
a. Pemeriksaan saraf koklearis
8
1) Tes rinne
2) Tes weber
3) Schwabach
b. Pemeriksaan saraf Vestibularis
1) Lakukan Manuver Nylen-Barany atau
maneuver Hallpike
9
2) Tes Kalori
3) Test untuk menilai keseimbangan
4) Test Salah Tunjuk (Past Pointing)
10 Nervus Glosofaringeus (CN IX)
11 Nervus Vagus (CN X)
12 Nervus Aksesorius (CN XI)
13 Nervus Hipoglosus (CN XII)
14 Cuci tangan, Ucapkan terima kasih, rangkum hasil
JUMLAH SKOR
45
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
28
46
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK EKSTREMITAS
Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Persiapan pasien
a. Perkenalkan diri kepada pasien.
b. Jelaskan pemeriksaan dan minta persetujuan pasien
1
untuk pelaksanaannya.Buat pasien nyaman.
c. Atur posisi
Persiapan dan pemeriksaan
2 Mencuci tangan
3 Inspeksi
4 Palpasi
5 Pemeriksaan Gerakan Pasif
6 Pemeriksaan Gerakan Aktif
7 Kepala
8 Anggota Gerak Atas
Badan
9 Erektor Spina
Otot Dinding Perut
10 Anggota Gerak Bawah
11 Selesai pemeriksaan Cuci tangan
12 Rangkum hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
24
47
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN GAYA BERJALAN, KOORDINASI DAN FUNGSI
SEREBELUM
Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Persiapan pasien
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan
1
Minta ijin untuk pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.
Persiapan
2 Mencuci tangan
Pemeriksaan Gaya berjalan (Gait)
3 Inspeksi
4 Tes tumit-jari kaki (heel to toe)
5 Tes Romberg
Pemeriksaan Koordinasi Gerak pada gangguan
Cerebelum
6 Tes gerakan disdiado-kokinesia
7 Tes telunjuk-hidung (finger to nose)
8 Tes jari-jari
9 Tes tumit-tibia (heel to shin)
10 Tes rebound
11 Selesai pemeriksaan Cuci tangan
12 Rangkum hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa =
24
𝑥100 %
48
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK EKSTREMITAS
Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Persiapan pasien
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan
1 Minta ijin untuk pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.
d. Mintalah pasien menutup mata selama pemeriksaan.
Persiapan dan pemeriksaan
2 Mencuci tangan
3 Pemeriksaan Rasa Raba
4 Pemeriksaan Rasa Nyeri
5 Pemeriksaan Rasa Suhu
6 Pemeriksaan Rasa Gerak-Rasa Sikap
7 Pemeriksaan Rasa Diskriminasi
8 Pemeriksaan Stereognosia
9 Pemeriksaan Grafestesia
10 Selesai pemeriksaan Cuci tangan
11 Rangkum hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
22
49
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN REFLEKS PATOLOGIS
Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2
Persiapan pasien
a.Perkenalkan diri kepada pasien
b.Jelaskan pemeriksaan dan Minta ijin
1 c.Aturlah posisi
d.Tanyakan apakah ada keluhan seperti mengalami rasa
nyeri.
Persiapan
2 Peralatan
3 Mencuci tangan
Pemeriksaan Reflek Fisiologi
3 Refleks Pupil
4 Refleks Biseps
5 Refleks Triseps
6 Refleks Brakioradialis
7 Refleks Patella
8 Refleks Achiles
Pemeriksaan Refleks Patologis
9 Tanda babinski
10 Refleks Chaddock
11 Refleks Oppehheim
12 Refleks Gordon
13 Selesai pemeriksaan Cuci tangan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
26
50