Anda di halaman 1dari 50

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN

(BRP)

NEUROLOGI

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
PENGANTAR
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah telah dimulai sejak tahun ajaran 2007/2008. Didalam buku Standar
Kompetensi Dokter Indonesia, 2012 (SKDI 2012) terdapat sejumlah keterampilan klinis yang
harus dikuasai oleh mahasiswa sebelum menjadi dokter dan lulusan dokter harus menguasai
keterampilan klinis tersebut untuk melaksanakan praktek dokternya yang akan berguna
nantinya dalam mendiagnosa maupun menyelesaikan suatu masalah kesehatan secara
keseluruhan.

Keterampilan tersebut perlu dilatihkan sejak awal pendidikan dokter secara


berkisenambungan hingga akhir pendidikan dokter. Untuk tujuan tersebut di FK-Universitas
Baiturrahmah akan dilaksanankan modul yang disebut “MODUL KETERAMPILAN KLINIK “.

Sebagian keterampilan klinik yang terdapat didalam buku SKDI 2012 telah dilatihkan
secara bertahap mulai dari semester I sampai dengan semester VI.

Pada modul Keterampilan Klinik pada semester VII ini lebih memfokuskan untuk dapat
melatihkan sebagian besar keterampilan klinik dalam buku SKDI 2012 , yang disusun
berdasarkan sistem organ dan akan melibatkan sebagian besar dosen bagian klinik dan
biomedik sesuai dengan keterampilan klinik yang dimunculkan terutama dengan tingkat
kemampuan 3 dan 4 .

Pelatihan ini sangat penting artinya sebagai persiapan mahasiswa Semester VII sebelum
memasuki masa Kepaniteraan klinik Senior atau Co Schap dan persiapan untuk ujian OSCE (
objective structured clinical examination ) setelah dokter nantinya yang harus lulus , sebelum
mendapatkan izin praktek klinik di Rumah Sakit atau saran kesehatan lainnya.

Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi kemajuan Pendidikan Kedokteran di


Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah pada khususnya dan pendidikan Kedokteran di
Indonesia pada umumnya serta dapat dipergunakan oleh para dosen dan mahasiswa
sebagai pedoman untuk pelaksanaan proses praktek klinik di Skills Lab.

Padang, 31 Agustus 2020

Tim Penyusun

2
I. Riwayat Sakit Kepala
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
b. Jelaskan bahwa Anda akan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk
mengungkapkan penyebab sakit kepalanya dan mintalah persetujuan pasien.
c. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.

Riwayat
a. Anamnesa Identitas : Nama, Usia dan Pekerjaan

b. Anamnesa Penyakit
1. Keluhan yang ditemukan dan riwayat keluhan tersebut, buat pasien
mengungkapkan pikiran, permasalahn dan harapannya.
2. Secara spesifik tanyakan tentang (SOCRATES):
a. Site (lokasi) : minta pasien untuk menunjukkan lokasi nyeri?
b. Onset : kapan saja timbul nyeri, mendadak, terus menerus dan lain-
lain
c. Character (karakter) misal : tajam? Tumpul? seperti ditusuk-tusuk?
Seperti diikat tali yang kuat?
d. Associated factors (factor yang menyertai) :
• Nausea dan vomitus?
• Gangguan penglihatan, penglihatan ganda
• Fotofobia
• Demam, menggigil
• Penurunan berat badan
• Ruam
• Nyeri tekan pada kulit kepala
• Nyeri dan rasa kaku pada leher
• Mialgia
• Rinore, lakrimasi
• Perubahan satatus mental
• Gangguan neurologi (kelemahan, mati rasa, kesemutan
(parastesia).
e. Timing (saat terjadi) dan durasi (lama terjadinya)

3
f. Exacerbating and relieving factors (factor yang memberatkan dan
meredakannya) misalnya : stress, kelelahan mata, kafein, alcohol,
dehidrasi, lapar, batuk atau bersin.
g. Severity (beratnya ;intensitas) minta pasien untuk menilai rasa
nyerinya, atau nilai menggunakan skala nyeri (0-10).

c. Riwayat Medis masa lalu


1. Sakit kepala sekarang, masa lalu dan masa anak-anak?
2. Tanyakan tentang riwayat migraine, hipertensi, penyakit kardiovaskular
dan travel sickness (sakit dalam perjalanan)
3. Riwayat pembedahan

d. Riwayat obat
1. Obat-obat yang diresepkan dokter. Pemakaian obat-obat NSAID, Opoid,
Calsium chanel blocker (CCB)
2. Obat yang dibeli bebas.
3. Narkoba.
4. Alergi obat.

e. Riwayat keluarga
1. Orang tua, saudara dan anak-anak
2. Tanyakan tentang riwayat migraine.

f. Riwayat sosial
1. Pekerjaan masa lalu dan sekarang
2. Keadaan rumah
3. Emosi, depresi (paling banyak menyebabkan sakit kepala)
4. Merokok
5. Penggunaan Alkohol.(paling banyak menyebabkan sakit kepala)
6. Makanan

2. Sesudah Prosedur
a. Pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.
b. Tanyakan kepada pasien apakah masih ada pertanyaan atau permasalahan lain.
c. Lakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan
kemungkinan sakit kepala.

4
Keluhan-keluhan yang mungkin dijumpai pada system saraf :
1. Nyeri kepala 8. Kesadaran
2. Muntah 9. Riwayat pingsan
3. Vertigo 10. Gangguan motorik
4. Gangguan penglihatan 11. Gangguan sensibilitas
5. Gangguan pendengaran 12. Gangguan saraf otonom
6. Gangguan fungsi luhur 13. Gangguan bicara dan status
7. Tremor dan gerakan yang mental
involunter
Tabel : keluhan-keluhan yang mungkin dijumpai

5
II. Riwayat Kolaps “Funny Turns”
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
b. Jelaskan bahwa Anda akan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk
mengungkapkan penyebab kolaps yang dialaminya dan mintalah persetujuan
pasien.
c. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman

Riwayat
a. Anamnesa Identitas : Nama, Usia dan Pekerjaan

b. Anamnesa Penyakit
1. Gunakan lah pertanyaan yang terbuka dan buatlah pasien
mengungkapkan pikiran, permasalahan serta harapannya.
2. Tanyakan tentang :
a. Apakah pasien ingat ketika dirinya terjatuh?
b. Suasana ketika terjatuh :
• Baru bangkit dari tempat tidur? (hipotensi postural)
• Emosional yang hebat? (sinkop vasovagal)
• Batuk atau mengejan? (sinkop situsional)
• Memutar atau mengekstensi lehernya? (sinkop sinus karotis)
• Olahraga? (aritmia)
• Palpitas, nyeri dada atau sesak napas? (aritmia)
c. Setiap penurunan kesadaran dan lamanya.
d. Gejala prodormal seperti aura, perubahan emosional, perasaan aneh
dalam usus, sensasi dejavu?
e. Menggertakkan gigi, mulut berbuih, menggigit lidah, inkontinensia?
f. Sakit kepala atau bingung, amnesia ketika pulih kembali.
g. Episode sebelumnya?

c. Riwayat Medis masa lalu


1. Sakit pada masa sekarang, masa lalu dan masa anak-anak?
2. Tanyakan tentang riwayat epilepsy, hipertensi, penyakit jantung, stroke,
diabetes (neuropati), spondilosis servikal dan atritis.
3. Riwayat pembedahan

6
d. Riwayat obat
1. Obat-obat yang diresepkan dokter. Pemakaian obat-obat antipsikotik,
antidepresan trisiklik, antihipertensi, insulin.
2. Obat yang dibeli bebas.
3. Narkoba.
4. Alergi obat.

e. Riwayat keluarga
1. Orang tua, saudara dan anak-anak
2. Tanyakan tentang riwayat epilepsy dan penyakit jantung.

f. Riwayat sosial
1. Pekerjaan masa lalu dan sekarang
2. Keadaan rumah atau keharmonisan rumah tangga.
3. Emosi, depresi.
4. Merokok
5. Penggunaan Alkohol.

2. Sesudah Prosedur
a. Pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.
b. Tanyakan kepada pasien apakah masih ada pertanyaan atau permasalahan lain.
c. Rangkum semua hasil dan sampaikan diagnosis banding.
d. Lakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis
yang Anda buat.

Keadaan yang mungkin dijumpai pada system saraf :


1. Tension Headache 8. Vertigo
2. Migraine 9. Bell palsy
3. Cluster headache 10. Meniere disease
4. TIA 11. Pendarahan subarachnoid
5. Infark Cerebral 12. Meningitis
6. Lesi intracranial 13. Kejang demam
7. Neuralgia trigeminal 14. Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Tabel : penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai

7
III. Pemeriksaan Nervus Kranialis

Spesifikasi : lakukan pemeriksaan nervus kranialis (Cranial Nerve/CN) tertentu, I-V-,


VII-XII.

1. Sebelum Dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan dan minta persetujuan pasien untuk pelaksanaannya.
c. Buat pasien nyaman.

Pemeriksaan
a. Nervus Olfaktorius (CN I)/ Sensorik Khusus (menghidu)
1. Periksa lubang hidung (apakah ada sumbatan atau kelainan setempat,
misalnya ingus atau polip)
2. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan menutup lubang hidung
yang lainnya dengan tangan.
3. Gunakanlah zat yang dikenal sehari-hari, misalnya : kopi, teh, tembakau,
jeruk dan lain-lain.

b. Nervus Optikus (CN II)/ Sensorik Khusus (melihat)


1. Lakukan pengujian ketajaman visus dengan ‘Snellen Chart’ yang
diletakkan pada jarak 6 atau 3 meter.
2. Lakukan pengujian penglihatan dekat dengan meminta pasien untuk
membaca berbagai tipe tes (atau halaman sebuah buku)
3. Lakukan pengujian menggunakan ‘Ishihara Chart’ untuk menilai secara
spesifik buta warna.
4. Pemeriksaan Konfrontasi :
a. Pemeriksa disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa
dengan jarak kira-kira 1 meter.
b. Jika hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri penderita harus
ditutup, sedangkan mata pemeriksa harus menutup mata kanannya.
c. Kemudian penderita disuruh melihat terus (memfiksasi matanya)
pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke
mata kanan penderita.
d. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya dibidang
pertengahan antara pemeriksa dengan penderita.
e. Gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam.

8
f. Jika penderita mulai melihat jari-jari pemeriksa, penderita harus
memberitahu dan bandingkan dengan pemeriksa dan apakah
pemeriksa telah melihatnya.
g. Bila ada gangguan visual field (kampus penglihatan) maka
pemeriksa akan melihat terlebih dahulu.
h. Gerakan jari tangan harus dilakukan dari semua jurusan dan masing-
masing mata harus diperiksa.

Gambar : gangguan lapangan pandang pada lesi diberbagai tempat


5. Pemeriksaan Oftalmoskopik
a. Sebaiknya dilakukan dikamar gelap.
b. Untuk memeriksa mata kanan penderita, pemeriksa menggunakan
mata kanan dan oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan
demikian juga sebaliknya.
c. Semakin dekat mata pada oftalmoskop semakin luas daerah fundus
yang terlihat.
d. Pasien disuruh melihat kedepan pada benda yang jauh terletak
didepan.

9
e. Jangan menggerakkan bola mata tapi boleh mengedipkan kelopak
mata.
f. Kemudian fokuskan mata anda pada lensa oftalmoskop (sesuaikan
bila pasien menderita kelainan refraksi)
g. Bila tampak pembuluh darah ikuti sampai bertemu dengan papil.
h. Perhatikan warna papil dan adanya lekuk fisiologis
i. Identifikasi pembuluh darah arteri yang tempaknya lebih tipis dan
lebih terang ketimbang pembuluh vena yang tebal dan gelap.
j. Perhatikan adanya pulsasi vena ditempat vena melekuk pada
penggiran mangkok fisiologis. Ikuti arteri sejauh mungkin.
k. Cari macula : daerah yang lebih gelap dan avaskuler.
l. Nilailah :
• Nilai papil normal?
• Atrofi optic (primer atau sekunder)?
• Sembab papil?
• Perhatikan bagaimana macula dan retina?
• Perdarahan?
• Kongesti vena?

Pelajari gambaran retina, macula (bola mata),

c. Nervus Oculomotorius, Troklearis dan Abdusen (CN III, IV dan VI)


1. Lakukan inspeksi pada kedua bola mata dengan memperhatikan ukuran
atau besar kedua pupil serta kesimetrisannya, ptosis, strabismus,
eksoftalmus, dan enoftalmus.
2. Pengujian refleks cahaya pupil langsung dan refleks tidak langsung atau
konsensual. Dekatkan sumber cahaya pada mata kirinya dan periksalah
konstriksi pupil mata kiri. Sekali lagi dekatkan cahaya pada mata kiri
pasien, tetapi periksalah konstriksi mata kanan (refleks konsensual).
Ulangi juga pada mata yang lainnya. Refleks pupil positif atau Normal :
Vasokontriksi Pupil
3. Refleks akomodasi. Minta pasien mengikuti gerakan jari tangan anda
yang mendekati hidungnya. Refleks akomodasi positif atau Normal :
Vasokontriksi Pupil.

10
4. Kedudukan (posisi) bola mata. Perhatikan kedudukan bola mata, apakah
mata menonjol (eksoftalmus), atau seolah-olah masuk kedalam
(enoftalmus).
5. Periksa gerakan bola mata. Mintalah pasien untuk menjaga agar
kepalanya tidak bergerak sementara matanya mengikuti gerakan jari
tangan anda. Gerakkanlah kearah lateral, medial, atas, bawah atau
gerakan miring atas-lateral, bawah-medial, atas-medial dan bawah-lateral
dan perhatikan gerakan bola mata apakah lancer, dan mulus atau kaku.
Tanyakan juga apakah ada diplopia (penglihatan ganda).

Gambar : Nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata


6. Nistagmus adalah gerakan bola mata yang involunter dan ritmik. Pasien
disuruh melirik terus kesatu arah (misalnya kekanan, kiri, atas atau
bawah) selama jangka waktu 5 – 6 detik. Nistagmus akan terlihat dalam
jangka waktu terebut. Bila dijumpai, nilai jenis gerakan, bidang
gerakannya, frekuensinya, amplitudonya, arah gerakannya, derajatanya
(derajat I, II dan III), lamanya.
7. Nistagmus vestibular : nistagmus yang disertai dengan vertigo (karena
kerusakan labirin)

Mata jangan terlalu jauh dilirikkan karena akan menimbulkan nistagmus


pada orang normal (end position nystagmus)

d. Nervus Trigeminus (CN V)


1. Bagian sensorik
a. Gunakanlah kassa, jarum atau kapas.
b. Nilailah rasa raba, nyeri dan suhu pada daerah yang dipersarafi ke
tiga cabang nervus trigeminus dengan sentuhan yang ringan.

11
c. Nilai juga refleks kornea dengan menggunakan kapas, beri sentuhan
ringan pada kornea mata.

Gambar : Cabang N. Trigeminus

2. Bagian motorik
a. Pasien disuruh merapatkan giginya dan raba m. masseter dan m.
temporalis, nilai : besarnya, tonus serta konturnya.
b. Pasien disuruh menggerakkan rahang bawahnya kekiri dan kekanan
(untuk menilai m. pterigoideus lateralis), nilai : parese
c. Jaw Refleks : minta pasien membuka sedikit mulutnya, lalu letakkan
jari pemeriksa melintang pada dagu pasien. Setelah itu diketuk
dengan palu refleks secara ringan. Nilai Refleks Normal/ meninggi?

e. Nervus Fasialis (CN VII)


1. Fungsi Sensorik (Pengecapan)
a. Lakukan pemeriksaan tes pengecapan pada pada lidah bagian 2/3
anterior lidah (bagian depan)
b. Gunakanlah bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam (dilakukan
secara bergiliran dan ada waktu istirahat setiap penggunaan zat
baru).
c. Bila bubuk sudah ditaruh, pasien dilarang menarik lidahnya kedalam
mulut.

12
Gambar : Cabang N. Fasialis
2. Fungsi Motorik
• Lakukan tes otot-otot ekspresi wajah dengan meminta pasien :
a. Mengangkat alis dan mengerutkan dahi
b. Memejamkan mata
c. Memperlihatkan giginya (menunjukkan gigi geligi),
mencucurkan bibir atau bersiul, dan mengelembungkan kedua
pipi.
• Mengetok nervus VII (gejala Chvostek)
a. Ketoklah bagian depan telinga.

Gambar : Tanda Chvoscek pada hipocalcemia berat


f. Nervus Auditorius/ Nervus Vestibulo-kokhlearis (CN VIII)
1. Pemeriksaan saraf koklearis
a. Test Rinne

13
b. Test Weber
c. Test Schwabach

Rinne Webber Schwabach Diagnosa


Tidak ada Sama dengan
+ Normal
lateralisasi pemeriksa
Tuli Konduktif
Lateralisasi
- Memanjang (SHL = Sensory Hearing
ketelinga sakit
Loss)
Tuli Saraf (SNHL =
Lateralisasi
+ Memendek Sensory Neural Hearing
ketelinga sehat
Loss)

2. Pemeriksaan saraf Vestibularis


a. Lakukan Manuver Nylen-Barany atau maneuver Hallpike
1. Tujuan : membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada
penderita dengan gangguan vestibular.
2. Pasien disuruh duduk ditempat-tidur pemeriksa.
3. Kemudian rebahkan pasien sampai kepalanya bergantung
dipinggir dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah garis
horizontal, dengan mata tetap terbuka.
4. Setelah itu kepala dimiringkan kekiri.
5. Ulangi tes dengan kepala ditolehkan lurus dan kemudian
kekanan.
6. Perhatikan kapan nistagmus mulai muncul, berapa lama, serta
jenis nistagmus.
7. Tanyakan juga vertigo yang biasa dialaminya apakah sama
dengan tes ini rasanya.
Lesi Perifer Lesi Sentral
Vertigo Berat Ringan
Masa Laten Ya Tidak
Jadi capek/ lelah Ya Tidak
Habituasi Ya Tidak
Tabel : ciri – Nistagmus Posisional

14
Gambar : Test Posisi pada penderita vertigo

b. Tes Kalori
1. Kepala pasien diangkat kebelakang (menengadah) kira-kira 60
derajat.
2. Tabung suntik berukuran 20 cc dan jarum ukuran 15 yang
ujungnya tumpul atau dilindungi karet, diisi dengan air bersuhu
30 derajat (kira-kira 7 derajat dibawah suhu badan)
3. Air disemprotkan keliang telinga dengan kecepatan 1 cc per
detik.
4. Dengan demikian gendang telinga akan tersiram kira-kira 20
detik.
5. Amati bola mata pasien apakah ada nistagmus
6. Catat arah gerakan, frekuensinya dan lamanya nistagmus.
7. Setelah istirahat 5 menit periksa telinga yang lainnya.
8. Apabila pada pasien tidak dijumpai nistagmus injeksikan 5 ml
air es kedalam liang telinga.
9. Apabila masih tidak muncul nistagmus injeksikan 20 ml air es
ke linag telinga pasien selama 30 detik.

15
10. Apabila tidak juga menimbulkan nistagmus dapat dianggap
labirin tidak berfungsi.

c. Test untuk menilai keseimbangan


1. Test Romberg
a. Pasien berdiri dangan kaki yang satu didepan kaki yang
lain; tumit kaki yang satu berda didepan jari-jari kaki yang
lainnya.
b. Lengan dilipat pada dada dan mata ditutup.
c. N : orang normal mampu berdiri dengan sikap Romberg
selama 30 detik atau lebih.
2. Test melangkah ditempat (stepping test)
a. Pasien disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup
sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan
biasa.
b. Pasien harus berusaha tetap ditempat dan tidak beranjak
dari tempatnya.
c. Abnormal : pasien beranjak lebih dari 1 meter dari tempat
semula, atau badan berputar lebih dari 30 derajat.

d. Test Salah Tunjuk (Past Pointing)


1. Pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya
menyentuh telunjuk pemeriksa.
2. Kemudian pasien disuruh menuup mata dan mengangkat
lengannya tinggi-tinggi (sampai vertical) dan kemudian kembali
keposisi semula.
3. Abnormal : salah satu telunjuk deviasi.

g. Nervus Glosofaringeus (CN IX) dan Nervus Vagus (CN X)


1. Perhatikan kualitas suara, mintalah pasien menyebutkan ‘aaaaaaaa’ dan
nilailah suara serak (disfonia), tidak ada sama sekali (afonia), tidak
mampu mengucapkan kata-kata dengan baik (disatria).
2. Mintalah pasien untuk makan makanan padat, lunak dan menelan air,
apakah ada salah telan (tersedak=disfagia)
3. Mintalah pasien membuka mulut, perhatikan palatum molle dan faring.
Nilailah : sikap paltum molle, arkus faring, uvula ketika istirahat
bagaimana pula bila bergerak.

16
4. Refleks faring : waktu pasien membuka mulut, tekan-enteng dinding
faring atau pangkal lidah dengan tongue-spatle. N : faring terangkat dan
lidah tertarik. Kalau terlalu keras menekan dapat menimbulkan refleks
muntah.

h. Nervus Aksesorius (CN XI)


1. Pemeriksaan Otot Sterno-Kleidomasoideus
a. Suruh pasien menoleh misalnya kekanan.
b. Gerakan ini ditahan dengan tangan pemeriksa yang ditempatkan
didagu.
c. Bandingkan kekuatan otot kiri dan kanan

Gambar : Pemeriksaan Nervus XI

2. Pemeriksaan Otot Trapezius


a. Tempatkan tangan pemeriksa diatas bahu pasien.
b. Kemudian pasien disuruh mengangkat bahu.
c. Bandingkan kekuatan otot bahu kiri dan kanan.

i. Nervus Hipoglosus (CN XII)


1. Carilah tanda-tanda atrofi pada lidah, kesamaan bagian kiri-kanan,
besarnya lidah.
2. Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya keluar dan carilah deviasi
kesisi lesi, tremor dab gerakan yang tidak terkendali pada lidah.
3. Nilai tenaga lidah dengan meminta pasien menggerakkan lidahnya ke
segala jurusan dan perhaikan kekuatan gerakannya.

17
2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Pastikan bahwa pasien nyaman.
c. Mintalah sejumlah pemeriksaan lanjutan seperti CT-Scan atau MRI.
d. Rangkum semua hasil temuan Anda dan sampaikan diagnosis banding.

18
IV. Pemeriksaan Sistem Motorik Extremitas
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.

Pemeriksaan
a. Inspeksi
1. Sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak dan berjalan.
2. Bentuk : perhatikan adanya deformitas.
3. Ukuran : perhatikan panjang bagian tubuh sebelah kiri dan kanan apakah
sama; perhatikan bentuk (isi), kontur (bentuk) otot, atrofi atau hipertropi.
Perhatikan besarnya otot apakah, bandingkan bila ada atropi ukurlah
kelilingnya.
4. Gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan : tremor, khorea,
distonia, balismus, spasme, Tik (tic), fasikulasi dan miokloni.

b. Palpasi
Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot ini dipalpasi untuk
menentukan konsistensi serta adanya nyeri tekan. Dengan palpasi nilai tonus
otot, terutama bila ada hipotoni.

c. Pemeriksaan Gerakan Pasif


1. Pasien disuruh mengistirahatkan gerakannya.
2. Bagian ekstremitas digerakkan pada persendiannya oleh pemeriksa.
3. Mula-mula cepat, kemudian lambat, lebih lambat dan seterusnya.
4. Nilai tahanannya kuat atau hilang timbul, atau lemah.

d. Pemeriksaan Gerakan Aktif


Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan
pemeriksa menahan gerakan ini. Pemeriksaan tenaga otot dinyatakan dengan
menggunakan angka dari 0-5 (0 = lumpuh sama sekali, 5 = normal).
0 Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot; lumpuh total.
1 Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan
persendian.
2 Didapatkan gerakan tapi tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi)

19
3 Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat (gravitasi)
4 Dapat melawan gaya berat (gravitasi), pasien juga dapat melawan
tahanan yang diberikan pemeriksa.
5 Tidak ada kelumpuhan (normal)

1. Kepala
a. Perhatikan sikap kepala, dan perhatikan apakah ada tahanan.
b. Lakukan gerakan aktif dengan menyuruh pasien menggerakkan
kepalanya ke depan, belakang, kiri dan kanan serta malakukan
gerakan rotasi dan nilai tenaganya.

2. Anggota Gerak Atas


a. Perhatikan apakah ada atropi otot tenar, hipotenar dan otot instrinsik
tangan.
b. Periksalah gerakan jari bagaimana tenaga fleksi, ekstensi, abduksi
dan adduksi, tenaga menggenggam, gerakan pergelangan, gerakan
pronasi, supinasi, fleksi dan ekstensi sendi siku, ekstensi sendi bahu,
rotasi sendi bahu, serta gerakan keatas, bawah, depan dan
kebelakang.
c. Periksalah otot pektoralis mayor, otot latimus dorsi, otot seratus
magnus, otot deltoid, otot biseps dan otot triseps.
d. Pemeriksaan otot opponent digiti kuinti (C7, C8, T1 saraf ulnaris).
Jari-jari diekstensikan, kemudian kelingking digerakkan menuju
dasar ibu jari.

Gambar : Pemeriksaan (C7, C8, T1 saraf ulnaris).


e. Pemeriksaan otot aduktor policis (C8, T1 saraf ulnaris). Sepotong
kertas dijepit diantara ibu jari dan jari telunjuk setelah itu ditarik.

20
Gambar : Pemeriksaan (C8, T1 saraf ulnaris)
f. Pemeriksaan otot interosei palmaris (C8, T1 saraf ulnaris). Telapak
tangan ditaruh diatas meja. Telunjuk, jari manis dan kelingking
berada dalam posisi abduksi dan di adduksikan kegaris tengah
sambil diberi tahanan oleh pemeriksa.

(A) (B)
Gambar : (A) (B) Pemeriksaan (C8, T1 saraf ulnaris)
g. Pemeriksaan otot interosei dorsalis (C8, T1 saraf ulnaris). Telapak
tangan ditaruh diatas meja. Telunjuk dan jari manis di abduksikan
sambil diberi tahanan oleh pemeriksa.
h. Pemeriksaan Abduksi ibu jari (1) arah palmar, (2) arah radial.

21
(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan (C7, C8, T1 saraf radialis, saraf
medianus) (B) Pemeriksaan (C7, C8 saraf radialis)
i. Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7, C8 saraf radialais). Jari
diekstensikan pada persendian metakarpo-palang sambil diberi
tahanan.
j. Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian atas (C5-C8, saraf
pektoralis lateral dan medialis). Lengan atas pasien berada dalam
posisi horizontal dan dari depan diadduksi sambil diberi tahanan.
k. Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian bawah (C5-C8, T1 saraf
pektoralis lateralis dan medialis). Lengan yang berada dalam posisi
depan dan dibawah garis horizontal di adduksi sambil diberi
tahanan.

(B) (B)
Gambar : (A)Pemeriksaa (C5-C8), (B) Pemeriksaan (C5-C8, T1
saraf pektoralis lateral dan medialis).

22
l. Pemeriksaan otot latimus dorsi (C5-C8, saraf subscapularis) lengan
dirantangkan kesamping, kemudian lengan di adduksikan dari posisi
horizontal dan lateral, lalu gerakkan kebawah sambil ditahan.
m. Pemeriksaan otot seratus anterior (C5-C7, saraf torakalis) pasien
disuruh mendorong dengan lengan yang direntangkan.

(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan (C5-C8, saraf subscapularis) (B)
Pemeriksaan (C5-C7, saraf torakalis)
n. Pemeriksaan otot deltoid (C5-C7 saraf aksilaris), pasien disuruh
menggangkat lengannya yang diluruskan kesamping sampai bidang
horizontal.

Gambar : Pemeriksaan (C5, C6 saraf aksilaris)


o. Pemeriksaan Biseps (C5, C6 saraf muskulokutaneus), lengan pasien
yang supinasi disuruh fleksikan pada persendian siku lengan bawah
dengan member tahanan.
p. Pemeriksaan Triseps (C6-C8, saraf radialis)lengan bawah pasien
yang sudah difleksikan terhadap siku disuruh ekstensikan sambil
diberi tahanan.

23
(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan (C5, C6 saraf muskulokutaneus), (B)
Pemeriksaan (C6-C8, saraf radialis)

Tabel : Radiks saraf yang penting pada ekstremitas atas-kekuatan otot


Keadaan yang paling besar kemungkinan dalam pemeriksaan motorik
ekstremitas atas.

1. Penyakit Parkinson
2. Lesi cerebellum
3. Lesi Nervus Ulnaris, Medianus dan Radialis
4. Radikulopati yang mengenai satu radiks saraf
5. Hemiplegia/ hemiparesis
6. Miopati.

24
3. Badan
a. Erektor Spina
1. Pasien dalam posisi berdiri
2. Suruh pasien mengambil suatu barang yang diletakkan dilantai.
3. Pada penderita kelemahan M. erktor Spina pasien akan sukar
berdiri dan pasien akan melakukan dengan bantuan tangannnya.
b. Otot Dinding Perut
1. Pasien yang sedang berbaring disuruh mengangkat kepalanya
dan perhatikan peranjakan dari pusar. Pusar beranjak kearah
otot yang sehat.
2. Suruh pasien batuk. Apakah ada otot yang keluar?
3. Suruh pasien duduk dari sikap berbaring tanpa mendapatkan
bantuan dari tangannya.

4. Anggota Gerak Bawah


a. Periksa gerakan persendian jari-jari, pergelangan kaki, lutut, paha.
b. Pemeriksaan kuadrisep Femoris (L2-L4, saraf femoralis). Lutut
(tungkai bawah) diekstensikan sambil pemeriksa memberi tahanan.
c. Pemeriksaan Otot iliopsoas (L1-L3, saraf femoralis), pasien
berbaring terlentang sambil lutut difleksikan. Paha yang terfleksi ini
difleksikan lebih jauh sambil diberi tahanan oleh pemeriksa.

(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan L2-L4, saraf femoralis (B) Pemeriksaan L1-L3
saraf femoralis.
d. Pemeriksaan Otot adduktor (L2-L4, saraf obturatorius) pasien berdiri
pada sisinya dan lutut diekstensikan, kemudian ekstremitas bawah di
adduksikan sambil tungkai atas diberi tahanan.

25
e. Pemeriksaan Otot abductor, (L4, L5, S1, S2 saraf siatika) tungkai
diabduksikan melawan tahanan pemeriksa.
f. Pemeriksaan Fleksor tungkai bawah. Pasien tengkurap. Tungkai
bawah difleksikan sambil diberi tahanan oleh pemeriksa.

(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan L2-L4 saraf obturatorius. (B) Pemeriksaan (L4,
L5, S1, S2 saraf siatika)
g. Pemeriksaan otot gastroknemius (L5, S1, S2 saraf tibialis), pasien
tengkurap kemudian disuruh memfleksikan kakinya sambil diberi
tahanan oleh pemeriksa.

(A) (B)
Gambar : (A) Pemeriksaan L5, S1, S2 saraf tibialis (B) Pemeriksaan S1, S2
saraf tibialis
h. Pemeriksaan otot fleksor digitorum longus (S1, S2 saraf tibialis).
Jari-jari kaki diplantar fleksikan sambil diberi tahanan oleh
pemeriksa.

26
Tabel : Radiks saraf yang penting pada ekstremitas bawah-kekuatan otot
Keadaan yang paling besar kemungkinan dalam pemeriksaan motorik
ekstremitas bawah.

1. Lesi Kauda Equina


2. Mononeuropati
3. Polineuropati
4. Radikulopati yang mengenai satu radiks saraf tunggal
5. Hemiplegia/ hemiparesis
6. Miopati.

2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
c. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
d. Mintalah pemeriksaan penunjang lain seperti CT-Scan, MRI, EEG dan lainnya
jika diperlukan.
e. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.

27
V. Pemeriksaan Gaya Berjalan, Koordinasi dan Fungsi serebelum
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.

• Pemeriksaan Gaya berjalan (gait)


a. Inspeksi :
1. Inspeksi pasien dalam posisi duduk dengan memperhatikan setiap
abnormalitas postur, minta pasien untuk berdiri dan pastikan pasien
dapat berdiri tanpa goyah diatas kedua belah kakinya.
2. Mintalah pasien untuk berjalan keujung ruangan dan kemudian
berbalik, perhatikan cara berjalan dan ayunan kedua lengan.
b. Tes tumit-jari kaki (heel to toe)
Mintalah pasien untuk berjalan seperti `orang yang sedang meniti diatas
sepotong kayu/pohon`. Ataksia pada gaya berjalan dengan dasar langkah
yang sempit menunjukkan adanya lesi serebelum atau vestibular.
c. Tes Romberg
1. Pasien berdiri dangan kaki yang satu didepan kaki yang lain; tumit
kaki yang satu berda didepan jari-jari kaki yang lainnya.
2. Lengan dilipat pada dada dan mata ditutup.
3. N : orang normal mampu berdiri dengan sikap Romberg selama 30
detik atau lebih.
4. Ab : tubuh tampak bergoyang dan akan kehilangan keseimbangan,
menunjukkan adanya penyakit pada kolumna posterior

• Pemeriksaan Koordinasi Gerak


Gangguan Koordinasi Gerakan (Ataksia) (berkurangnya kerja sama otot);
Disdiado-kokinesia (ketidakmampuan melakukan gerakan berlawanan
berturut-turut); Gangguan Sikap (pada lesi serebelum unilateral didapatkan
deviasi kepala dan badan ke sisi lesi dan terdapat pula salah tunjuk (past
pointing); Fenomena Rebound (tidak mampu menghentikan gerakan tepat
pada waktunya); Disgrafia (Makrografia) (jika pasien menulis terlihat huruf
besar-besar dan kadang makin lama makin besar); Astenia (lekas lelah dan
bergerak lamban walaupun tidak ada parese, demikian juga dengan kontraksi
dan relaksasi); Atonia (tidak ada gerakan otot)

28
• Pemeriksaan Koordinasi Gerak pada gangguan Cerebelum:
a. Tes gerakan disdiado-kokinesia
a. Mintalah pasien merentangkan kedua lengannya ke depan.
Kemudian mintalah pasien men-supinasi – pronasi lengan bawahnya
(tangannya) secara bergantian dan cepat.

Gambar : Tes gerakan disdiado-kokinesia


b. Mintalah pasien meletakkan tangannya pada paha, lalu suruhlah
pasien melakukan supinasi-pronasi (telapak tangan-punggung
tangan) berturut-turut.

b. Tes telunjuk-hidung (finger to nose)


a. Mintalah pasien menunjuk telunjuk pemeriksa.
b. Kemudian menunjuk hidungnya berulang-ulang (telunjuk
pemeriksa-hidung).

Gambar : Tes telunjuk-hidung

c. Tes jari-jari
a. Pasien disuruh merentangkan tangannya kesamping sambil menutup
mata.
b. Kemudian suruh pasien mempertemukan jari-jarinya di tengah
depan.

29
d. Tes tumit-tibia (heel to shin)
a. Pasien berbaring dengan kedua tungkai diluruskan.
b. Kemudian pasien disuruh menempatkan tumit pada lutut kaki yang
lain.
c. Kemudian pasien disuruh meluncurkan kakinya kebawah sampai ibu
jari kaki.

Gambar : Tes tumit-lutut


e. Tes rebound
a. Pasien disuruh meluruskan lengannya.
b. Kemudian suruhlah pasien menarik tangannya kea rah bahu atau
hidungnya sambil pemeriksa member tahanan.
c. Setelah itu lepaskan tahanan secara mendadak.
d. Gerakan fleksi yang tidak segera berhenti dan tangan mungkin akan
memukul bahu atau muka pasien.

Gambar : Tes rebound


2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
c. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
d. Mintalah pemeriksaan penunjang lain seperti CT-Scan, MRI, EEG dan lainnya
jika diperlukan.
e. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.

30
VI. Pemeriksaan Sistem Sensorik Extremitas Atas
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.
d. Mintalah pasien menutup mata selama pemeriksaan.

Gambar : Distribusi dermatome exstremitas atas

Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Rasa Raba
1. Gunakan sepotong kapas, kertas atau kain yang ujungnya diusahakan
sekecil mungkin.
2. Kemudian sentuhkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian
distal ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome dan bandingkan kedua sisinya.

b. Pemeriksaan Rasa Nyeri


1. Gunakanlah jarum atau peniti.

31
2. Kemudian tusukkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian distal
ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome saraf dan bandingkan kedua sisinya.

c. Pemeriksaan Rasa Suhu


1. Gunakanlah tabung reaksi yang diisi es dengan suhu 10-200C untuk rasa
dingin dan rasa panas dengan air panas dengan suhu 40-500C. suhu yang
kurang dari 50C dan yang lebih tinggi 500C akan menimbulkan rasa nyeri.
2. Kemudian letakkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian distal
ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome saraf dan bandingkan kedua sisinya.

d. Pemeriksaan Rasa Gerak-Rasa Sikap


1. Menggerakkan jari-jari secara pasif.
2. Gerakkan bagian dari ekstremitas pasien (misalnya jari kaki, hanya 1 jari
kaki. Usahakan agar jari-jari kaki pasien tidak bersentuhan dengan jari-
jari lain ketika diperiksa), lalu pasien disuruh mengatakan pada posisi apa
ekstremitasnya digerakkan. Waktu menggerakkan posisi tangan
pemeriksa harus pada posisi lateral jari kaki.
3. Apakah pasien mengetahui gerakan tersebut?

e. Pemeriksaan Rasa Diskriminasi


1. Tes untuk mengetahui apakah ditusuk dengan 2 jarum atau 1 jarum pada
waktu yang bersamaan.
2. Gunakanlah jangka weber, 2 jarum atau 2 peniti.
3. Lalu letakkanlah 2 jarum pada waktu bersamaan.
4. Lalu tanyakan apakah pasien merasakan 2 jarum atau 1 jarum?
5. Nilai jarak terkecil yang masih dapat dirasakan pasien sebagai 2 tusukan.
6. Bandingkan bagian badan yang simetris.

f. Pemeriksaan Stereognosia
1. Gunakanlah benda-benda yang biasa dalam aktifitas sehari-hari seperti
kunci, gelas, uang logam atau jam tangan dan diperiksa hanya pada
tangan.
2. Kemudian tempatkan benda tersebut kedalam tangan pasien.

32
3. Jika pasien tidak mampu menyebutkan benda tersebut, mintalah pasien
untuk melukiskan ukuran, bentuk dan menyebutkan materi dasar benda
tersebut.
4. Jika tangan pasien lumpuh pemeriksa menolong pasien untuk memegang
atau menggeggam benda tersebut.

g. Pemeriksaan Grafestesia
1. Gunakanlah pensil atau benda halus tumpul lainnya.
2. Lalu tuliskan angka atau huruf pada kulit pasien.
3. Kemudian pasien disuruh menyebutkan angka atau huruf tersebut.

2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
b. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
c. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
d. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.

33
VII. Pemeriksaan Sistem Sensorik Extremitas Bawah
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien, minta pasien untuk menjulurkan kedua tungkainya
d. Tanyakan pada pasien apakah dia sekarang ini mengalami rasa nyeri.
e. Pastikan pasien tidak sedang mengalami penyakit atritis, gout atau gangguan
nyeri pada kaki atau sendi.

Gambar : Distribusi dermatome tungkai

Pemeriksaan
Lakukan inspeksi kedua tungkai apakah ada atrofi otot, fasikulasi, sikatrik,
kesimetrisan kedua tungkai, bentuk tungkai, bekas operasi dan setiap tanda-tanda
yang terlihat lainnya.
a. Pemeriksaan Rasa Raba

34
1. Gunakan sepotong kapas, kertas atau kain yang ujungnya diusahakan
sekecil mungkin.
2. Kemudian sentuhkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian distal
ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome dan bandingkan kedua sisinya.

b. Pemeriksaan Rasa Nyeri


1. Gunakanlah jarum atau peniti.
2. Kemudian tusukkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian distal
ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome saraf dan bandingkan kedua sisinya.
4. Jika terdapat gangguan atau perbedaan fungsi sensibilitas, gambarkan
lokasi daerah yang terganggu itu dalam bentuk peta.

c. Pemeriksaan Rasa Suhu


1. Gunakanlah tabung reaksi yang diisi es dengan suhu 10-200C untuk rasa
dingin dan rasa panas dengan air panas dengan suhu 40-500C. suhu yang
kurang dari 50C dan yang lebih tinggi 500C akan menimbulkan rasa nyeri.
2. Kemudian letakkan pada setiap dermatome saraf mulai dari bagian distal
ke proksimal.
3. Periksalah seluruh dermatome saraf dan bandingkan kedua sisinya.

d. Pemeriksaan Rasa Gerak-Rasa Sikap (Proprioseptif)


1. Menggerakkan jari-jari secara pasif.
2. Gerakkan bagian dari ekstremitas pasien (misalnya jari kaki, hanya 1 jari
kaki. Usahakan agar jari-jari kaki pasien tidak bersentuhan dengan jari-jari
lain ketika diperiksa), lalu pasien disuruh mengatakan pada posisi apa
ekstremitasnya digerakkan. Waktu menggerakkan posisi tangan pemeriksa
harus pada posisi lateral jari kaki.
3. Apakah pasien mengetahui gerakan tersebut?

e. Pemeriksaan Rasa Diskriminasi


1. Tes untuk mengetahui apakah ditusuk dengan 2 jarum atau 1 jarum pada
waktu yang bersamaan.
2. Gunakanlah jangka weber, 2 jarum atau 2 peniti.
3. Lalu letakkanlah 2 jarum pada waktu bersamaan.
4. Lalu tanyakan apakah pasien merasakan 2 jarum atau 1 jarum?

35
5. Nilai jarak terkecil yang masih dapat dirasakan pasien sebagai 2 tusukan.
6. Bandingkan bagian badan yang simetris.

2. Sesudah Pemeriksaan
e. Ucapkan terima kasih kepada pasien.
f. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
g. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
h. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.

36
VIII. Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Refleks Patologis
1. Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan Minta ijin untuk
pelaksanaannya.
c. Aturlah posisi pasien duduk atau tidur dan minta untuk membuka pakaian dan
menaikkan celana (untuk pemeriksaan refleks motorik bawah).
d. Tanyakan kepada pasien apakah ada keluhan seperti mengalami rasa nyeri.

Peralatan
1. Refleks Hammer
2. Senter

Prosedure
a. Pemeriksaan Refleks Pupil
1. Suruh pasien menghadap lurus kedepan.
2. Lalu sinari salah satu mata pasien dengan senter.
3. Perhatikan dan catat apa yang terjadi pada kedua pupil.

b. Pemeriksaan Refleks Biseps (N. Musculocutaneus/ C 5-6)


1. Siapkan refleks hammer.
2. Lengan pasien yang akan diperiksa diposisikan sedikit fleksi pada sendi
siku.
3. Ibu jari pemeriksa diletakkan pada tendo M. biseps Brachii.
4. Gerakan mengetuk palu refleks mengikuti gerak searah fleksi pergelangan
tangan kanan pemeriksa dan ketuklah pada ibu jari pemeriksa.
5. Respon Normal : fleksi lengan pada sendi siku.

c. Pemeriksaan Refleks Triseps (N. Radialis/ C 6-7)


1. Siapkan refleks hammers
2. Posisi tidur : Lengan pasien yang akan diperiksa disilangkan ke dada
pasien dengan sudut 900 dan lengan atasnya dipegang dengan tangan kiri
pemeriksa.
3. Posisi duduk : Lengan pasien dibiarkan menjulur kebawah lalu lengan
pasien dibuat sedikit fleksi terhadap siku dan lengan bawah pasien
dipegang dengan tangan kiri pemeriksa.
4. Cari dan tentukan tendi M. triseps Brachii, ketuklah tendon tersebut.

37
5. Respons Positif : ekstensi lengan pada sendi siku.

d. Pemeriksaan Refleks Brakioradialis atau Supinator refleks. (N. Radialis/


C 6-7)
1. Siapkan refleks hammer
2. Lengan pasien dibiarkan menjulur kebawah
3. Carilah tendon Brakioradialis, lalu ibu jari pemeriksa diletakkan pada
tendon brakioradialis.
4. Ketuklah palu refleks diatas ibu jari pemeriksa.
5. Respons positif : sedikit ekstensi pergelangan tangan atau sedikit fleksi
siku.

Gambar : (A) Refleks Biseps, (B) Refleks Brakioradialis atau Supinator, (C)
Refleks Triseps

e. Pemeriksaan Refleks Patella/ Lutut (N. Femoralis/ L 2-3-4)


1. Siapkan refleks hammer
2. Tempatkan pasien dalam posisi tidur dengan posisi tungkai yang akan
diperiksa disilangkan pada 1/3 distal tibia tungkai kontralateral. Tentukan
letak tendo patella (berada dibawah patella).
3. Atau pasien didudukan dengan posisi kaki menggantung kebawah tanpa
telapak kaki menyentuh lantai.
4. Ketuklah tendo patella.

38
5. Respons positif : bila terjadi ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut akibat
kontraksi M. quadrisep femoris.

f. Pemeriksaan Refleks Achiles (N. Tibialis/ L 5 dan S 1-2)


1. Siapkan refleks hammer
2. Tempatkan pasien dalam posisi tidur dengan posisi tungkai yang akan
diperiksa disilangkan pada 1/3 distal tibia tungkai kontralateral dan tangan
pemeriksa memegang M. Gastrocnemeus dengan tangan kiri.
3. Atau pasien berlutut diatas sebuah meja atau kursi yang nyaman sehingga
membuat tendo tersebut relaksasi penuh.
4. Ketuklah tendon achiles.
5. Respons Positif : gerakan plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki
akibat kontraksi M Gastrcnemeus.

Gambar : (A) refleks patella, (B) refleks achiles

g. Pemeriksaan Refleks Babinski (Refleks Patologi/ L 5 – S 2)


1. Tanda Babinski
a. Siapkanlah refleks hammer.
b. Tempatkan pasien pada posisi tidur atau duduk.
c. Gunakanlah bagian belakang dari refleks hammer.
d. Goreslah telapak kaki dilateral (maleolus lateralis) dari bawah ke atas.
e. Respon positif : dorsofleksi ibu jari dan abduksi ke lateral empat jari
lain.

39
2. Refleks Chaddock
a. Siapkanlah refleks hammer.
b. Tempatkan pasien pada posisi tidur atau duduk.
c. Gunakanlah bagian belakang dari refleks hammer.
d. Goreslah bagian bawah (maleolus medialis) dari bawah ke atas.
e. Respon positif : tanda Babinski

3. Refleks Oppehheim
a. Tempatkan pasien pada posisi tidur atau duduk.
b. Menggunakan tangan pemeriksa dengan cara menggores dengan dua
sendi interfalang jari tengah dan jari telunjuk tangan pemeriksa
disepanjang os tibia atau cruris.
c. Respon positif : tanda Babinski

4. Refleks Gordon
a. Tempatkan pasien dalam posisi nyaman.
b. Remaslah M. Gastronemeus (betis) dengan keras.
c. Respon positif ; tanda Babinski.

Gambar : respons babinski. Respons normal terhadap penggoresan telapak kaki


adalah plantar semua jari kaki. Kanan, respons babinski terdiri dari dari dorsofleksi
ibu jari kaki dan plantar fleksi semua jari kaki lainnya. Refleks Plantar

2. Sesudah Pemeriksaan
a. Ucapkan terima kasih kepada pasien.

40
b. Pastikan pasien dalam keadaan nyaman.
c. Minta izin untuk pemeriksaan neurologi yang lain.
d. Rangkum hasil temuan dan berikan diagnosis banding.

41
IX. Penilaian Tingkat Kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)

Penilaian terhadap rangsang dan memberikan nilai pada respons tersebut. Tanggapan atau
respon yang harus diperhatikan adalah : Respon mata, Respon Verbal (bicara), Respon
Motorik.

a. Respons Mata Nilai


a. Membuka mata spontan 4
b. Mebuka mata terhadap bicara (suruh pasien membuka
mata) 3
c. Membuka mata terhadap rangsangan nyeri (tekan
supraorbita atau kuku jari) 2
d. Tidak ada reaksi (dengan rangsangan nyeri) 1

b. Respons Verbal (bicara)


a. Baik dan tak ada orientasi (dapat menjawab kalimat yang
baik dan tahu dimana, waktu, hari dan bulan) 5
b. Bicara kacau (“Confused”) (dapat bicara dalam kalimat,
namun ada disorientasi waktu dan tempat) 4
c. Bicara tidak tepat (dapat mengucapkan kata-kata, namun
tidak berupa kalimat dan tidak tepat) 3
d. Mengerang (Hanya suara mengerang) 2
e. Tidak ada jawaban 1

c. Respons Motorik (gerakan)


a. Menurut perintah 6
b. Mengetahui lokasi nyeri (dengan menekan kuku atau
supraorbita, bila pasien menarik tangan atau menepis
tangan pemeriksa ketika menekan spraorbita berarti
pasien dapat melokalisasi nyeri) 5
c. Reaksi menghindar 4
d. Reaksi Fleksi (dekortikasi) 3
e. Reaksi Ekstensi (deserebrasi) diikuti dengan reaksi
spastic pergelangan tangan. 2
f. Tidak ada reaksi 1

Interpretasi

42
GCS 15 Nilai Normal, Paien sadar penuh Composmentis
GCS 14 - 12 Somnolen, dapat dibangunkan, memberi jawaban verbal dan
menangkis rangsangan nyeri.
GCS 11 – 9 Stupor, masih dapat dibangunkan dengan rangsangan kuat,
jawaban verbal sulit diperoleh dan gerakan motorik untuk
menangkis rangsangan masih baik
GCS 8 – 4 Koma-ringan, sama sekali tidak bisa dibangunkan (refleks
kornea, pupil masih baik), tidak ada respon terhadap rangsangan
verbal, gerakan timbul sebagai respon terhadap nyeri, reaksi
terhadap rangsangan nyeri tidak terorganisir.
GCS 3 Nilai terendah, koma dalam atau komplit. Tidak ada gerakan
spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsangan
nyeri.

43
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
ANAMNESA NEUROLOGI

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2

Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri pada pasien.
1
b. Memastikan bahwa pasien dalam posisi nyaman.
c. Anamnesis Identitas pasien
2 Tanyakan Keluhan Utama
RPS
a. Site
b. Onset
c. Character
3
d. Associated factors
e. Timing
f. Exacerbating and relieving facor
g. Severity
5 RPO
6 RPD
7 Riwayat social dan lingkungan
8 Riwayat keluarga
Menyimpulkan hasil dan menyatakan persiapan
9
pemeriksaan selanjutnya
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak
diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
18

44
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2

Sebelum dimulai
a. Perkenalkan diri kepada pasien
1 b. Jelaskan pemeriksaan dan minta persetujuan pasien
untuk pelaksanaannya.
c. Buat pasien nyaman.
2 Mencuci tangan
Pemeriksaan
3 Nervus Olfaktorius (CN I)/
4 Nervus Optikus (CN II)/
Nervus Oculomotorius, Troklearis dan Abdusen (CN
5
III, IV dan VI
Nervus Trigeminus (CN V)
6 Bagian sensorik
Bagian motorik
Nervus Fasialis (CN VII)
7 Fungsi Sensorik
Fungsi Motorik
Nervus Auditorius/ Nervus Vestibulo-kokhlearis
(CN VIII)
a. Pemeriksaan saraf koklearis
8
1) Tes rinne
2) Tes weber
3) Schwabach
b. Pemeriksaan saraf Vestibularis
1) Lakukan Manuver Nylen-Barany atau
maneuver Hallpike
9
2) Tes Kalori
3) Test untuk menilai keseimbangan
4) Test Salah Tunjuk (Past Pointing)
10 Nervus Glosofaringeus (CN IX)
11 Nervus Vagus (CN X)
12 Nervus Aksesorius (CN XI)
13 Nervus Hipoglosus (CN XII)
14 Cuci tangan, Ucapkan terima kasih, rangkum hasil
JUMLAH SKOR

45
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
28

46
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK EKSTREMITAS

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2

Persiapan pasien
a. Perkenalkan diri kepada pasien.
b. Jelaskan pemeriksaan dan minta persetujuan pasien
1
untuk pelaksanaannya.Buat pasien nyaman.
c. Atur posisi
Persiapan dan pemeriksaan
2 Mencuci tangan
3 Inspeksi
4 Palpasi
5 Pemeriksaan Gerakan Pasif
6 Pemeriksaan Gerakan Aktif
7 Kepala
8 Anggota Gerak Atas
Badan
9 Erektor Spina
Otot Dinding Perut
10 Anggota Gerak Bawah
11 Selesai pemeriksaan Cuci tangan
12 Rangkum hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
24

47
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN GAYA BERJALAN, KOORDINASI DAN FUNGSI
SEREBELUM

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2

Persiapan pasien
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan
1
Minta ijin untuk pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.
Persiapan
2 Mencuci tangan
Pemeriksaan Gaya berjalan (Gait)
3 Inspeksi
4 Tes tumit-jari kaki (heel to toe)
5 Tes Romberg
Pemeriksaan Koordinasi Gerak pada gangguan
Cerebelum
6 Tes gerakan disdiado-kokinesia
7 Tes telunjuk-hidung (finger to nose)
8 Tes jari-jari
9 Tes tumit-tibia (heel to shin)
10 Tes rebound
11 Selesai pemeriksaan Cuci tangan
12 Rangkum hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa =
24
𝑥100 %

48
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK EKSTREMITAS

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2

Persiapan pasien
a. Perkenalkan diri kepada pasien
b. Jelaskan pemeriksaan yang akan Anda lakukan dan
1 Minta ijin untuk pelaksanaannya.
c. Atur posisi pasien.
d. Mintalah pasien menutup mata selama pemeriksaan.
Persiapan dan pemeriksaan
2 Mencuci tangan
3 Pemeriksaan Rasa Raba
4 Pemeriksaan Rasa Nyeri
5 Pemeriksaan Rasa Suhu
6 Pemeriksaan Rasa Gerak-Rasa Sikap
7 Pemeriksaan Rasa Diskriminasi
8 Pemeriksaan Stereognosia
9 Pemeriksaan Grafestesia
10 Selesai pemeriksaan Cuci tangan
11 Rangkum hasil pemeriksaan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
22

49
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS DAN REFLEKS PATOLOGIS

Skor
No. Aspek Keterampilan yang Dinilai
0 1 2

Persiapan pasien
a.Perkenalkan diri kepada pasien
b.Jelaskan pemeriksaan dan Minta ijin
1 c.Aturlah posisi
d.Tanyakan apakah ada keluhan seperti mengalami rasa
nyeri.
Persiapan
2 Peralatan
3 Mencuci tangan
Pemeriksaan Reflek Fisiologi
3 Refleks Pupil
4 Refleks Biseps
5 Refleks Triseps
6 Refleks Brakioradialis
7 Refleks Patella
8 Refleks Achiles
Pemeriksaan Refleks Patologis
9 Tanda babinski
10 Refleks Chaddock
11 Refleks Oppehheim
12 Refleks Gordon
13 Selesai pemeriksaan Cuci tangan
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan
dalam skenario yang sedang dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = 𝑥100 %
26

50

Anda mungkin juga menyukai