Anda di halaman 1dari 12

Nama : Zahriyatul Khoiriyah

STASE KMB (Kelompok 17)

LOG BOOK
1 : Tergantung 2 : Marginal 3 : Dibantu 4 : Disupervisi 5 : Independen

No Tgl/Jam Kegiatan Rentang penilaian


1 2 3 4 5
1. 20/10/2020 1. Melakukan perawatan mulut pada
klien dengan penurunan kesadaran.
2. Melakukan persiapan pada pasien
yang akan dilakukan EEG.
3. Melakukan pemeriksaan GCS.
2. 20/20/2020 1. Melakukan pemeriksaan fungsi
syaraf kranial.
2. Melakukan pemeriksaan MMSE
(Mini Mental Stase Exam)
3. Melakukan pemeriksaan pupil

SOP RESUME TINDAKAN KEPERAWATAN


Melakukan perawatan mulut pada klien dengan penurunan kesadaran
Iindikasi Tindakan ini dilakukan pada pasien apatis, lumpuh, pada pasien yang
mendapatkan oksigenasi dan naso gastrik tube (NGT), pada pasien sesudah
operasi mulut atau yang patah tulang rahang dengan tujuan menjaga
kontinuitas bibir, lidah, dan mukosa mulut, mencegah infeksi dan
melembabkan membran mulut dan bibir.

Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi khusus pada tindakan ini namun perhatikan
perawatan mulut pada pasien penyakit diabetes mellitus yang dapat
beresiko stomatitis (penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi, radiasi,
dan intubasi selang naso gastrik). Selain itu luka pada gusi jika terlalu kuat
membersihkannya.

Prinsip tidakan Pada tindakan ini prinsipnya adalah bersih.

Prosedur Pesiapan alat yang digunakan dalam prosedur ini meliputi : larutan pencuci
mulut/larutan anti septic (betadine cair), tog spatel yang dibalut dengan satu
lapis kassa, handuk wajah atau bengkok, gelas yang berisi air dingin atau
hangat, handuk pengalas atau tisu. Sebelum melakukan kontak pada pasien
cuci tangan terlebih dahulu. Pada prosedur tindakan, langkah pertama yang
dilakukan yaitu jelaskan prosedur tindakan pada keluarga pasien jika ada,
beri salam pada pasien serta identifikasi pasien dengan benar. Tempatkan
handuk/pengalas diatas meja atau tempat tidur/peralatan. Setelah itu
memakai handscoon dan atur lingkungan sekitar pasien dan atur posisi
pasien. Letakkan handuk diatas dada atau wajah pasien dan dekatkam
bengkok disamping kepala pasien. Dengan hati-hati rengangkan gigi atas
dan bawah pasien dengan tog spatel secara tepat dan lembut, diantara molar
belakang, posisikan pasien rileks apabila memungkinkan. Bersihkan mulut
pasien dengan menggunakan tog spatel yang telah dibasahi air yang telah
dicampur dengan atiseptic, bersihkan permukaan gigi, gosok paltum mulut,
dan bibir. Bersihkan lidah tetapi hindari menyebabkan reflek muntah bila
ada, bersihkan aplikator bersih dengan airdan gosok mulut untuk mencuci.
Ulangi sesuai kebutuhan. Jelaskan kepada keluarga atau pasien bahwa
tidakan telah selesai, lalu kemudian lepaskan sarung tangan. Kembalikan
pasien pada posisi yang nyaman. Bersihkan dan rapikan kempali peralatan
pada tempatnya. Dokumentasikan prosedur dan keadaan pasien.

Referensi http://wir-nursing.blogspot.com/2012/03/perawatan-oral-hygiene-pada
pasien.html?m=1
http://kdmoralhygine.blogspot.com/2017/06/kebutuhan-dasar-manusia-
oral-hygiene.html?m=1

Melakukan persiapan pada pasien yang akan dilakukan EEG


Indikasi Tindakan keperawatan dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada aktivitas
listrik di otak pada pasien dengan epilepsi, cidera otak, peradangan otak,
tumor otak, stroke, dan juga pasien dimensia.

Kontraindikasi Elektroensefalografi tergolong aman dan tidak menimbulkan rasa sakit.


Pasien mungkin hanya merasa sedikit lelah setelah pemeriksaan. Selain itu,
pasien merasa sedikit pusing atau kesemutan selama beberapa menit ketika
diminta untuk menarik napas dalam selama pemeriksaan. Beberapa pasien
juga mengalami ruam ringan di lokasi pemasangan elektroda.
Pasien dengan epilepsi mungkin mengalami kejang selama pemeriksan,
namun kondisi pasien akan diawasi ketat sehingga penanganan dapat
segera dilakukan.

Prinsip Prinsip dari tindakan ini adalah bersih

Prosedur Elektroensefalografi dilakukan dengan menggunakan beberapa elektroda


yang dipasang pada kulit kepala. Sebelum dilakukan prosedur
electroencephalography/EEG, pasien diberikan edukasi sebagai berikut:
1. Mencuci rambut di malam hari sebelum melakukan prosedur EEG,
dan dilarang menggunakan produk rambut, seperti spray atau gel,
di hari pelaksanaan EEG.
2. Menghentikan mengonsumsi obat yang dapat mengganggu hasil
pemeriksaan EEG, yaitu obat-obatan jenis psikotropika. Misalnya
chlorpromazine dapat meningkatkan gelombang lambat dan
menurunkan aktivitas alpha, sedangkan haloperidol dapat
meningkatkan gelombang alpha.
3. Tidak minum minuman mengandung kafein yang dapat
mengganggu tidur. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa waktu
paruh kafein sekitar 3-10 jam, maka sebaiknya tidak minum kafein
24 jam sebelum dilakukan pemeriksaan EEG
4. Sebaiknya tidur lebih sedikit dari biasanya pada malam sebelum
pemeriksaan, hal ini bertujuan agar saat EEG pasien dapat tertidur.
5. Tidak perlu persiapan puasa. Tetap makan dalam porsi kecil
sebelum test, sebab gula darah rendah dapat mempengaruhi hasil
EEG.

Referensi https://www.alomedika.com/tindakan-medis/neurologi/eeg/teknik

https://www.sehatq.com/tindakan-medis/elektroensefalografi-eeg

Pemeriksaan GCS
Indikasi Glasgow Coma Scale dipakai untuk menilai tingkat kesadaran sesorang dalam
memberikan pertolongan darurat medis.

Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi yang serius pada pemeriksaan sistem motorik, kecuali
bila pasien menolak pemeriksaan, antara lain seperti keadaan patah tulang, sprain,
strain, dan pasien dengan gangguan kesadaran.

Prinsip Prinsip pada tindakan ini adalah bersih

Prosedur Dalam pemriksaan GCS pasien posisikan berbaring di atas tempat tidur. Nilai
status pasien, adakah kelainan gawat yang harus ditangani terlebih dahulu/tidak.
Lalu periksa kesadaran pasien dengan GCS, yang meliputi:
1. EYE
✓ Skor 4: Pada saat didatangi, pasien spontan membuka mata dan memandang
pemeriksa
✓ Skor 3: Pasien membuka mata saat namanya dipanggil atau diperintahkan
untuk membuka mata
✓ Skor 2: Pasien membuka mata saat dirangsang nyeri/cubitan
✓ Skor 1 : Pasien tidak membuka mata dengan pemberian rangsang apapun.
2. VERBAL
✓ Skor 5: Pasien berbicara secara normal dan dapat menjawab pertanyaan
dengan benar (pasien menyadari bahwa ia ada di rumah sakit, menyebutkan
namanya, alamatnya, dll)
✓ Skor 4: Pasien dapat berbicara normal tapi tampak bingung, pasien tidak
tahu secara pasti apa yang telah terjadi pada dirinya, dan memberikan
jawaban yang salah saat ditanya.
✓ Skor 3: Pasien mengucapkan kata “jangan/stop” saat diberi rangsang nyeri,
tapi tidak bisa menyelesaikan seluruh kalimat, dan tidak bisa menjawab
seluruh pertanyaan
✓ Skor 2: Pasien tidak bisa menjawab pertanyaan sama sekali, dan hanya
mengeluarkan suara yang tidak membentuk kata (bergumam)
✓ Skor 1: Pasien tidak mengeluarkan suara walau diberi rangsang nyeri
(cubitan)
3. MOTORIC
✓ Skor 6: Pasien dapat mengikuti perintah, misalkan “Tunjukkan pada saya 2
jari!”
✓ Skor 5: Pasien tidak dapat menuruti perintah, tapi saat diberi rangsang nyeri
(penekanan ujung jari/penekanan strenum dengan jari-jari tangan terkepal)
pasien dapat melokalisir nyeri
✓ Skor 4: Pasien berusaha menolak rangsang nyeri
✓ Skor 3: Saat diberi rangsang nyeri, kedua tangan pasien menggenggam dan
di kedua sisi tubuh di bagian atas sternum (posisi dekortikasi)
✓ Skor 2: Saat diberi rangsang nyeri, pasien meletakkan kedua tangannya
secara lurus dan kaku di kedua sisi tubuh (posisi deserebrasi)
✓ Skor 1: Pasien tidak bergerak walaupun diberi rangsang nyeri.
Kriteria : kesadaran baik/normal : GCS 15
Koma : GCS < 7
Referensi https://www.alomedika.com/tindakan-medis/neurologi/pemeriksaan-sistem-
motorik/kontraindikasi
http://fk.unsoed.ac.id/wpcontent/uploads/modul%20labskill/modul%20ganjil%20II/
Ganjil%20II%20-%20Pemeriksaasn%20GCS%20dan%20PCS.pdf

Pemeriksaan fungsi syaraf kranial


Indikasi Gangguan fungsi pada salah satu atau beberapa saraf kranialis
mengindikasikan adanya lesi yang terlokalisasi di otak, misalnya karena
tumor ataupun perdarahan. Disfungsi saraf kranialis juga dapat
mengindikasikan terjadinya gangguan yang lebih luas pada otak,
misalnya adalah peninggian tekanan intrakranial, meningitis atau infeksi
generalisata. Dengan demikian, pemeriksaan fungsi saraf kranial
berfungsi memberikan informasi yang dapat membantu menegakkan
diagnosis dan letak terjadinya gangguan.

Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi yang serius pada pemeriksaan fungsi syaraf
cranial namun pemeriksaan nervus kranialis pada pasien melibatkan
berbagai macam pemeriksaan. Perlu diingat bahwa tidak semua
pemeriksaan tersebut perlu dilakukan secara simultan pada pasien tetapi
disesuaikan dengan kondisi pasien berdasarkan hasil anamnesis yang
telah dilakukan saat persiapan.

Prinsip Prinsip yang digunakan pada tindakan ini yaitu bersih.

Prosedur Tahap yang pertama yaitu tahap persiapan peralatan yang diperlukan
untuk melakukan pemeriksaan nervus kranialis meliputi : Bahan dengan
bau yang kuat seperti jeruk, kopi, vanilla, Papan snellen (Snellen chart)
atau papan E (E chart), Senter atau pen light, Kartu Ishihara, Funduskopi
atau oftalmoskop, Palu refleks (hammer reflex), Pilinan kapas, Garpu tala,
Depressor lidah (tongue depressor), Larutan gula, Larutan garam. Lalu
Lakukan anamnesis secara sistemik dan tanyakan apakah pasien ada
keluhan khusus. Lakukan pemeriksaan fisik secara umum seperti
pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas dan suhu.
Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dengan bahasa yang
dimengerti pasien. Siapkan ruangan pemeriksaan dengan pencahayaan
yang cukup terang. Lakukan pemeriksaan nervous berdasarkan hasil
anamnesis yang telah dilakukan saat persiapan.
1. Nervus Olfaktori (N. I) :
Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
Cara Pemeriksaan: pasien memejamkan mata, disuruh membedakan
bau yang dirasakan (kopi, teh,dll).
2. Nervus Optikus (N. II)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
Cara Pemeriksaan: Dengan snelend card, dan periksa lapang pandang.
3. Nervus Okulomotoris (N. III), nervus trokhlearis (N. IV), dan nervus
Abdusen (N. VI) secara bersama.
Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas,
kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler.
Cara Pemeriksaan: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva,
refleks pupil dan inspeksi kelopak mata
4. Nervus Trochlearis (N. IV)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
Cara Pemeriksaan: Sama seperti nervus III.
5. Nervus Trigeminus (N. V)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan
gigi, refleks korenea dan refleks kedip
Cara Pemeriksaan: menggerakan rahang kesemua sisi, pasien
memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi.
menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
6. Nervus Abdusen (N. VI)
Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral
Cara pemeriksaan: sama seperti nervus III
7. Nervus Fasialis (N. VII)
Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah
Cara pemeriksaan: senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup
kelopak mata dengan tahanan, menjulurkan lidah untuk membedakan
gula dan garam
8. Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan
Cara pemeriksaan: test webber dan rinne.
9. Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
Cara pemeriksaan: membedakan rasa manis dan asam.
10. Nervus Vagus (N. X)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan.
Cara pemeriksaan: menyentuh faring posterior, pasien menelan
saliva, disuruh mengucap ah…
11. Nervus Asesoris (N. XI)
Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu
Cara pemeriksaan: suruh pasien untuk menggerakan bahu dan
lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut.
12. Nervus Hipoglosus
Fungsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah
Cara pemeriksaan: pasien disuruh menjulurkan lidah dan
menggerakan dari sisi ke sisi.
Catat semua hasil pemeriksaan di rekam medik. Follow up yang
dilakukan tergantung dari hasil pemeriksaan yang didapat.
Pemeriksa dapat melanjutkan pemeriksaan dengan melakukan
serangkaian pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan darah
lengkap, EKG, foto thorax, CT scan atau MRI.
Referensi https://gustinerz.com/12-nervus-kranial-fungsi-cara-pemeriksaannya/

https://www.alomedika.com/+tindakan-medis/neurologi/pemeriksaan-nervus-
kranialis/teknik

Melakukan pemeriksaan menggunakan MMSE (Mini Mental Stase Exam)


Indikasi Indikasi penggunaan mini mental state examination (MMSE) adalah
pada pasien-pasien dengan kecurigaan dementia yang menggambarkan
sekelompok gangguan akibat proses neurodegeneratif, ditandai oleh
penurunan fungsi kognitif dan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang terjadi secara progresif. MMSE juga digunakan untuk
melakukan follow up klinis.

Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi khusus dalam melakukan mini mental state
examination (MMSE). Pemeriksaan ini secara umum aman dan tidak
menimbulkan risiko gangguan fisik.

Prinsip Teknik penggunaan mini mental state examination (MMSE) adalah


dengan wawancara langsung dengan pasien. Pasien akan ditanya dan
diminta mengikuti instruksi pemeriksa. Prinsip dalam tidakan ini yaitu
bersih.

Prosedur MMSE menacakup 11 item penilaian yang digunakan untuk menilai


atensi dan orientas memori, registrasi, recall, kalkulasi, kemampuan
bahasa, dan kemampuan untuk menggambar poligon kompleks. Tidak
ada persiapan alat khusus dalam tindakan ini, pemeriksa hanya
melakukan wawancara secara prosedural. Langkah pertama yaitu beri
salam sebelum melakukan tindakan wawancara. Lalu kemudian ajukan
pertanyaan-pertanyaan yang pada pasien yang meliputi :

1. Orientasi
- Untuk orientasi waktu, tanyakan tanggal hari ini. Minta pasien
menyebutkan hari, tanggal, bulan, tahun, dan musim. Berikan skor 1
untuk jawaban yang benar. (Skor maksimal 5).
- Untuk orientasi tempat, tanyakan mengenai tempat pasien berada
saat ini (negara, provinsi, kota atau kabupaten, rumah sakit, serta
ruang atau lantai). Berikan skor 1 untuk setiap jawaban benar. (Skor
maksimal adalah 5).

2. Registrasi
Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa akan menyebutkan 3
buah benda dan minta pasien untuk mengingatnya. Kemudian
sebutkan 3 nama benda pelan-pelan dengan jarak 1 detik. Skor
ditentukan berdasarkan jumlah benda yang bisa disebutkan pada
percobaan pertama. Ulangi tahap ini sampai 6 kali, nilai apakah
pasien bisa menyebutkan ke tiga nama benda. Beri skor 1 untuk
setiap nama benda yang benar.

3. Atensi dan Kalkulasi


Minta pasien untuk melakukan pengurangan mulai dari 100
dikurangi 7, dan seterusnya sampai 5 kali operasi pengurangan.
Skor sesuai dengan jumlah jawaban yang benar.
Bila pasien tidak mampu berhitung, minta pasien mengeja dari
belakang kata yang terdiri dari 5 huruf. Misalnya RUMAH, dieja
menjadi H-A-M-U-R. Skor sesuai dengan jumlah huruf yang
ditempatkan secara benar.
4. Recall
Minta pasien mengulang kembali nama 3 benda yang disebutkan
pada saat pemeriksaan registrasi.
5. Bahasa
Minta pasien untuk menyebutkan dua nama benda yang
ditunjukkan, misalnya pensil dan arloji. Berikan skor sesuai dengan
jawaban yang benar.
6. Pengulangan
Minta pasien untuk mengulangi kalimat “tanpa kalau dan atau
tetapi”. Berikan skor 1 bila pasien mampu mengulangi kalimat
dengan benar.
7. Perintah Tiga Langkah
Berikan secarik kertas pada pasien, kemudian katakan, “Ambil
kertas ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakkan di lantai”.
Berikan skor 1 untuk setiap tahapan yang benar.
8. Membaca
Siapkan selembar kertas yang tertulis perintah dalam huruf besar
“ANGKAT TANGAN KIRI ANDA”. Minta pasien untuk
membaca perintah dan melakukannya. Berikan skor 1 bila pasien
mampu melakukan perintah dengan benar.
9. Menulis
Berikan selembar kertas kosong dan alat tulis, kemudian minta
pasien untuk menulis sebuah kalimat. Berikan skor 1 bila kalimat
yang ditulis mengandung subjek dan predikat.
10. Meniru Gambar Segilima
Tunjukan gambar dua buah segilima yang saling berpotongan,
kemudian minta pasien untuk menyalinnya. Skor 1 diberikan bila
pasien bisa menggambar 2 segilima dengan benar dan keduanya
saling berpotongan.
Skoring dihitung berdasarkan jawaban yang sebenarnya dari
pasien. Setiap item pemeriksaan ditanyakan maksimal 3 kali. Bila
pasien tidak merespon setelah 3 kali ditanyakan, berikan nilai nol.
Bila pasien memberikan jawaban yang salah, maka berikan nilai nol
dan pertanyaan tidak perlu diulang. Rentang skor MMSE adalah 0
– 30.
1. Skor kurang dari 24 mengindikasikan adanya hendaya
kognitif, misalnya ada delirium, amnesia, atau dementia.
2. Skor 21-23 menunjukkan adanya hendaya kognitif ringan.
3. Skor antara 17-23 juga disebut sebagai probable dementia,
4. Skor < 17 disebut sebagai definitif dementia.
Referensi https://www.alomedika.com/tindakan-medis/psikiatri/mini-mental-
state-examination/kontraindikasi

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/psikiatri/mini-mental-
state-examination/indikasihttps://www.alomedika.com/tindakan-
medis/psikiatri/mini-mental-state-examination/teknik

.
Pemeriksaan Pupil

Indikasi Indikasi pemeriksaan pupil adalah sebagai bagian dari pemeriksaan fisik umum
dan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan pupil dapat membantu memberikan
gambaran sebagai berikut :
1. Fungsi sistem saraf pusat / otak
2. Kondisi saraf optik
3. Kondisi mata, termasuk pemeriksaan retina
4. Serta dapat membantu memberikan gambaran klinis pasien
Kelainan pupil dapat melibatkan salah satu (unilateral) atau kedua mata
(bilateral). Kelainan dapat berupa kelainan posisi pupil yang tidak di tengah,
bentuk yang ireguler, gangguan terhadap refleks cahaya, serta ukuran pupil
yang berbeda pada kedua mata (anisokoria)

Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi khusus pada pemeriksaan pupil, karena pemeriksaan
pupil merupakan salah satu pemeriksaan yang penting dilakukan. Pada pasien
dengan photophobia, perlu dilakukan informed consent terlebih dahulu karena
mungkin akan menyebabkan rasa tidak nyaman pada mata. Untuk pemeriksaan
mata dengan pelebaran pupil terdapat beberapa kontraindikasi yang harus
diperhatikan saat memberikan obat mydriatics, antara lain :
1. Pemeriksaan mata menunjukkan kamera okuli anterior yang dangkal karena
takut mempresipitasi terjadinya glaukoma sudut tertutup. Pasien dengan
dugaan glaukoma sudut tertutup memiliki gejala mata merah dan berair,
disertai nyeri kepala hebat di daerah mata yang terkena glaukoma, mual dan
muntah, dan pandangan menjadi kabur.
2. Hipersensitivitas terhadap midriatikum
3. Pasien yang sedang diobservasi dan dimonitor perubahan pupilnya
(misalnya pasien dengan trauma kepala). Pemeriksaan dengan pelebaran
pupil dikontraindikasikan sampai prosedur tersebut diperbolehkan kembali
oleh dokter neurologis atau bedah saraf.

Prinsip Prinsip pemeriksaanya yaitu bersih

Prosedur (1) Mempersilahkan pasien masuk ke dalam ruangan Memberi salam/


memperkenalkan diri dengan cara yang sopan. (2) Atur posisi duduk pasien. (3)
Tanyakan identitas pasien (4)Tanyakan keluhan utama (5) Tanyakan lebih detil
hal yang berhubungan dengan keluhan utama misal :
- Keluhan penglihatan kabur : satu/kedua mata, apakah sangat/sedikit kabur,
penglihatan buram/tertutup, penglihatan sentral atau perifer yang kabur (
apakah semua lapangan penglihatan atau sebagian saja), disertai rasa
silau/tidak.
- Keluhan mata merah : satu/kedua mata, didahului trauma/tidak,
didahului/disertai penglihatan kabur
- Keluhan penglihatan ganda : apakah pada satu mata atau pada saat melihat
dengan dua mata, apakah disertai pusing
(6) Tanyakan deskripsi keluhan utama : lamanya, onset (tiba-tiba/ perlahan),
perlangsungannya (konstan/ memberat), aktivitas saat keluhan timbul, kondisi
yang memperberat/meringankan keluhan, apakah ada upaya pengobatan
sebelumnya, atau apakah keluhan ini pertama kali timbul atau sudah berulang.
(7) Tanyakan kelainan mata yang lainnya: mata merah, air mata berlebih,
kotoran mata berlebih, silau, penglihatan menurun, nyeri, rasa mengganjal, rasa
berpasir, serta gejala penyerta bila ada. (8) Tanyakan kelainan mata yang
pernah diderita, termasuk riwayat tindakan/operasi mata. (9) Tanyakan riwayat
penyakit yang lain, termasuk penyakit sistemik dan pengobatan yang didapat.
(10) Tanyakan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga/ lingkungan (11)
Catatlah hasil anamnesis. (12) Konfirmasi ulang hasil anamnesis dan berikan
kesempatan pasien untuk bertanya

Referensi https://www.alomedika.com/tindakan-
medis/mata/pemeriksaanpupil/kontraindikasi
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/manual-csl-
Indra-Khusus-Mata-2016.pdf

Anda mungkin juga menyukai