Anda di halaman 1dari 11

TARGET PENCAPAIAN MINGGU KE IV

HARI KE - 6

DISUSUN OLEH
Syahrullah La Hamente
14420191067

PRECEPTOR INSTITUSI
YUSRAH TAQIAH, S. Kep., Ns. M. Kes

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
MENILAI GLASGOW COMA SCALE (GCS)

Glasgow coma scale (GCS) merupakan skala yang penting untuk evaluasi

pengelolaan jangka pendek dan panjang penderita trauma. Tetapi penentuan skore

GCS harus dilakukan pada secondary survey, di lakukan di primay survey jika

petugas memadai dan cukup banyak. Manfaat dari penggunaan GSC bagi jangka

pendek adalah penentuan derajat keparahan cidera dan bagi jangka panjang adalah

memberikan prognosis kesembuhan penderita.

Glasgow coma scale (GCS)

Kategori Kriteria Tingkatan Nilai


Buka mata (E) Membuka mata tanpa stimulasi Spontan 4
Setelah rangsangan suara atau Respon terhadap 3
Respon
perintah suara
Motorik (M) Setelah rangsangan pada ujung Rangsangan 2

jari terhadap tekanan


Tidak membuka mata sama Tidak ada 1

sekali tanpa faktor penghalang


Tertutup oleh penghalang Tidak dapat dinilai NT
Respon Verbal Menyebutkan nama tempat dan Orientasi baik 5

tanggal
Orientasi tidak baik tapi Bingung 4

komunikasi jelas
Kata – kata jelas Kalimat 3
Mengerang Suara 2
Tidak ada suara jelas tanpa Tidak ada respon 1

faktor penganggu
Faktor penghalang komunikasi Tidak dapat dinilai NT
Rsepon Mematuhi dua perintah berbeda Menuruti perintah 6
Mengangkat kedua tangan Melokalisir 5
Morotik diatas clavicula pada rangsanagn

kepala dan leher


Gerakan melipat siku lengan Fleksi normal 4

dengan cepat namun gerakan

kurang normal
Gerakan melipat siku namun Fleksi tidak normal 3

gerakan tidak normal


Ekstensi siku lengan Ekstensi 2
Tidak ada gerakan lengan / Tidak ada 1

tungkai, tanpa factor gangguan


Paralisis atau factor penghambat Tidak dapat dinilai NT

lain
Total trauma 15

Nilai kesadaran :

1. Composmentis : 15 – 14

2. Apatis : 13 – 12

3. Delirium : 11 – 10

4. Somnolen : 9 – 7

5. Sonor : 6 – 5

6. Semo coma : 4

7. Coma : 3
MENILAI RESPON AVPU

Menilai kesadaran di awal penilaian dilakukan dengan cara cepat dan tepat, di

mana hal ini untuk segera melakukan rencana tindakan pertolongan bagi korban.

Cek kesadaran di awal penilaian hanya mengukur apakah korban sadar atau tidak.

Adapun penggunaan cek kesadaran dengan menggunakan AVPU.

A = Alert/ sadar

Pasien dikatakan alert / sadar apabila pasien dapat berorientasi terhadap

tempat, waktu dan orang.


V= verbal / Respon terhadap suara

Pasien berespon terhadap rangsangan suara (mengikuti perintah melalui

verbal)

P= Pain/Respon terhadap nyeri

Pasien hanya berespon terhadap rangsangan nyeri

U= Unresponsive/Tidak sadar

Pasien tidab berespon terhadap rangsangan nyeri

SOP PEMASANGAN BIDAI / GIPS

A. Pengertian

Memasang bidai memasang alat untuk immobilisasi (mempertahankan

kedudukan tulang)

B. Tujuan

1. Mencegah pergerakan tulang yang patah

2. Mencegah bertambahnya perlukaan ada patah tulang

3. Mengurangi rasa sakit


4. Mengistrahatkan daerah patah tulang

C. Indikasi

Patah tulang terbuka / tertutup

D. Prosedur tindakan

1. Baca do’a sebelum melakukan tindakan

2. Persiapkan alat :

a. Pelindung diri ( Masker, hanscune)

b. Bidai dnegan ukuran sesuai kebituhan

c. Kassa steril dan desin fektan

d. Verband / Mitella

3. Jelaskan tujuan prosedur pemasangan bidai kepada pasien dan

keluarganya

4. Atur posisi pasien sesuai kondisi luka / patah tulang

5. Gunakan masker dan hanscune

6. Angkat daerah yang akan dipasang bidai

7. Perawat 2 memeriksa PMS (Pulse,Motorik,dan Sensation) sebelum

melakukan pembidaian

a. Pulse: Mempalpasi denyut nadi pasien pada bagian distal dan

poksimal yang akan dibidai

b. Motoric : kaji kemampuan pergerakan dengan meminta pasien

menggarakan ekstremitas yang akan dibidai (Jika nyeri dicurigai

fraktur)
c. Semsation : palpasi permukaaan kulit pasien dan tanyakan kepada

pasien apakah sentuhan / palpasi dirasakan atau tidak

8. Pada fraktur terbuka atau fraktur dengan luka, luka terlebih dahulu

dirawat dan ditutup dengan kassa steril.

9. Perawat 2 meletakkan bidai melewati 2 persendian anggota gerak

10. Jumlah dan ukuran bidai yang dipakai disesuaikan dengan lokasi patah

tulang

11. Perawat 1 mempertahankana posisi, sementara perawat 2 mengikat

bidai. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar

12. Priksa kembali PMS (Pulse,Motorik,dan Sensation)

13. Catat respon dan tindakan yang telah dilakukan dalam catatan perawat

14. Berdo’a setelah melakukan tindakan

SOP PEMASANGAN KATETER URINE

1. Pengertian

Kateter adalah selang yang di gunakan untuk memasaukkan atau

mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter

melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan mengeluarkan

urine.

2. Tujuan
 Untuk mengeluarkan urine sehingga menghilangkan ketidakn

nyamanan karena distensi kandung kemih

 Mendapatkan urine steril untuk specimen

 Pengkajian residu urine

 Penatalaksanaan pasien yang menderita inkompeten kandung

kemih

 Mengatasi obstruksi aliran urine

 Mengatasi retensi perkemihan

3. Prosedure alat

 Alat

1) Bak instrumen steril berisi : Pinset anatomis ,kasa

2) Kom

3) Kateter sesuai ukuran

4) Sarung tangan steril

5) Sarung tangan bersih

6) Cairan antiseptic

7) Spuit 10cc atau 20cc berisi aquadest/nacl steril

8) Jelly atau pelumas

9) Urine bag

10) Plaster

11) Gunting verban atau plaster

12) Selimut

13) Tirai/sampiran
14) Perlak dan pengalas

15) Bengkok/nierbekken

16) Tempat specimen(jika perlu)

4. Langkah – langkah

Penatalaksanaan

1) Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien mengenai

prosedur, tujuan dan indikasi tindakan, meminta persetujuan pasien

dan keluarga.

2) Menyiapkan peralatan di samping pebderita, memasang perlak dan

penutup pinggang dan bagian tungkai atas pasien dengan selimut

lalu sisihkan selimut hingga yang terpajang hanya area perineal

3) Mengatur posisi pasien(pasien laki-laki kedua kaki di luruskan ke

bawah,pasien perempuan di atur dalam posisi litotomi)

4) Meletakkan nierbekken di antara paha pasien

5) Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom

6) Petugas mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih

7) Membesihkan genetalia dengan cairan antiseptic

8) Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong

plastik yang telah di sediakan

9) Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian

simpan di alas steril.jika pemasangan kateter di lakukan sendiri ,

maka siapkan jelly di dalam bak steril.jangan menyentuh area steril

10) Gunakan sarung tangan steril


11) Buka sebagian bungkusan dalam kateter,pegang kateter dan

berikan jelly pada ujung kateter (dengan meminta bantuan atau di

lakukan sendiri ) dengan tetap mempertahankan steril

12) Pada laki-laki posisikan penis tegak lurus 90% dengan tubuh

pasien

13) Pada wanita bukas labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk

dengan jari tengah tangan tidak dominan

14) Dengan menggunakan pingset atau tangan dominan, masukkan

kateter perlahan - lahan pada uretra hingga ujung kateter untuk

pasien pria dan ¾ selang kateter untuk wanita. Anjurkan pasien

untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan

15) Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti

sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi

dihentikan, jika perlu kaji ulang kondisi dan indikasi pemasangan

kateter pada pasien. Hindari mengeluarkan dan memasukkan

kembali kateter secara berulang – ulang jika diperlukan gunakan

kateter yang baru

16) Pastrikan niar bekken yang telah disiapkan berasa di ujung katetter

ugar urine tidak tumpah. Setelah urine mengalir, ambil specimen

urine bila diperlukan

17) Pastikan urine bag telah terkunci dan segera sambungkan kateter

dengan urine bag


18) Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NacL steril sesuai

volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai (10

– 20 mL) dengan menggunakan spoit steril.

19) Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon

kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urine

20) Bersihkan jelly yang tersisah pada kateter dengan kassa

21) Fiksasi kateter dengan plester pada pangkal paha

22) Menempatkan kantong urine bag dengan posisi lebih rendah dari

tempat tidur pasien

23) Lepaskan pengalas serta bereskan alat

24) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

25) dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai