Anda di halaman 1dari 48

TARGET PENCAPAIAN MINGGU KE IV HARI KE V

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MENGHITUNG MAP

DISUSUN OLEH
SYAHRULLAH LA HAMENTE
144 2019 1067

PRECEPTOR INSTITUSI
YUSRAH TAQIAH, S. Kep., Ns. M. Kes

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGHITUNG MAP

Dalam dunia kesehatan, tekanan darah sistolik seseorang merupakan


tekanan darah dalam arteri saat jantung berdenyut, sementara tekanan darah
diastolik merupakan tekanan darah selama jeda "istirahat" di antara denyutan
jantung. Walaupun keduanya penting, dan berdiri sendiri, ukuran tersebut juga
penting untuk mengetahui tekanan darah "rata-rata" untuk kegunaan tertentu
(seperti menentukan seberapa bagus aliran darah mencapai organ). Nilai ini,
yang disebut dengan tekanan darah arteri rerata atau mean arterial
pressure (MAP) dapat dihitung dengan mudah menggunakan persamaan MAP
= (2(DBP) + SBP)/3, dengan DBP = diastolic pressure atau tekanan darah
diastolik, dan SBP = systolic pressure atau tekanan darah sistolik.
Menggunakan Rumus MAP.
Untuk dapat menghitung tekanan darah arteri rerata (MAP), Anda perlu
mengetahui tekanan darah diastolik dan sistolik. Jika Anda belum mengetahui
keduanya, maka ukurlah tekanan darah Anda untuk mengetahuinya. Walaupun
ada beragam cara pengukuran tekanan darah yang canggih, yang Anda
perlukan untuk mendapatkan hasil yang cukup akurat hanyalah tensimeter
manual dan stetoskop. Perlu diingat, tekanan darah yang terukur saat Anda
mendengar suara denyut yang pertama adalah tekanan darah sistolik, dan
tekanan darah yang terukur saat suara denyut menghilang adalah tekanan
darah diastolic.
Gunakan rumus MAP = (2(DBP) + SBP)/3. Setelah Anda mengetahui
tekanan darah diastolik dan sistolik Anda, menghitung MAP mudah dilakukan.
Kalikan saja tekanan diastolik Anda dengan 2, tambahkan dengan tekanan
sistolik Anda, dan bagi jumlahnya dengan 3. Perhitungan ini pada dasarnya
sama dengan rumus untuk mencari nilai rata-rata (mean) dari beberapa angka.
MAP dinyatakan dalam satuan mm Hg (atau "milimeter raksa"), suatu ukuran
tekanan standar:
1. Ingatlah bahwa tekanan diastolik harus dikali dua karena sistem jantung
menghabiskan sekitar dua per tiga waktunya untuk "beristirahat" dalam fase
diastol
2. Sebagai contohnya, katakanlah Anda melakukan pengukuran tekanan
darah dan mengetahui tekanan diastolik 87 dan sistolik 120. Selanjutnya,
masukkanlah kedua nilai tersebut ke dalam persamaan, dan selesaikan
seperti ini: MAP = (2(87) + 120)/3 = (294)/3 = 98 mm Hg.
Pilihan lainnya, gunakanlah rumus MAP = 1/3(SBP – DBP) + DBP. Cara
lain untuk mendapatkan nilai MAP adalah menggunakan rumus sederhana ini.
Kurangi tekanan sistolik dengan tekanan diastolik, bagi tiga, dan tambahkan
tekanan diastolik Anda. Hasil yang Anda peroleh seharusnya sama persis
dengan yang Anda peroleh menggunakan rumus sebelumnya.
Menggunakan contoh tekanan darah yang sama seperti di atas, kita dapat
menyelesaikan persamaan ini sebagai berikut: MAP = 1/3(120 – 87) + 87 =
1/3(33) + 87 = 11 + 87 = 98 mm Hg.
Untuk memperkirakan MAP, gunakanlah rumus MAP approx = CO ×
SVR. Dalam kondisi medis, rumus ini adalah cara lain untuk memperkirakan
MAP. Rumus tersebut menggunakan variabel output jantung atau cardiac
output (CO; yang dinyatakan dalam L/min) dan resistensi vaskular sistemik
atau systemic vascular resistance (SVR; yang dinyatakan dalam mm HG ×
min/L) terkadang digunakan untuk memperkirakan MAP seseorang. Walaupun
hasil yang diperoleh dari rumus ini tidak selalu 100% akurat, nilai ini biasanya
cocok digunakan sebagai nilai perkiraan yang mendekati. Ingatlah bahwa CO
dan SVR biasanya hanya diukur menggunakan peralatan khusus dalam
perawatan medis (walaupun keduanya dapat diketahui menggunakan cara
yang lebih sederhana).
Pada wanita, output jantung normal adalah sekitar 5 L/min. Jika kita
mengasumsikan SVR sebesar 20 mm HG × min/L (pada batas atas rentang
nilai normal), MAP wanita tersebut adalah sekitar 5 × 20 = 100 mm Hg.
Memahami Nilai MAP Anda
Ketahui rentang nilai MAP yang "normal". Sama seperti tekanan darah
sistolik dan diastolik, ada rentang nilai MAP tertentu yang secara umum
dianggap "normal" atau "sehat". Walaupun beberapa orang sehat memiliki nilai
MAP di luar rentang tersebut, nilai ini sering kali menandakan adanya ancaman
kondisi kardiovaskular yang berpotensi membahayakan. Secara umum, nilai
MAP antara 70-110 mm Hg dianggap normal.
Kondisi medis tertentu yang dapat mempengaruhi MAP.Penting untuk
dipahami bahwa beberapa kondisi medis dan obat-obatan tertentu dapat
mengubah nilai MAP yang dianggap "normal" atau "sehat". Dalam kasus ini,
dokter mungkin perlu mengawasi MAP Anda untuk memastikan nilainya tidak
keluar terlalu jauh dari rentang yang masih dapat diterima untuk mencegah
masalah serius. Di bawah ini adalah beberapa macam pasien yang nilai MAP-
nya harus dikendalikan dengan ketat. Jika Anda tidak mengetahui pasti kondisi
atau obat mana yang dapat mengubah rentang MAP yang dapat diterima pada
diri Anda, bicarakanlah dengan dokter segera: 
1. Pasien yang mengalami cedera kepala
2. Pasien yang menderita aneurysm tertentu
3. Pasien yang mengalami septic shock dan menggunakan obat
vasopresor
4. Pasien yang menggunakan obat infus vasodilator (GTN)
Tekanan darah normal secara umum adalah di bawah 80 mm Hg
untuk tekanan diastolik dan di bawah 120 mm Hg untuk tekanan sistolik. Jika
tidak satu pun tekanan darah Anda yang lebih besar dari nilai normal ini,
Anda mungkin tidak perlu khawatir. Beragam kondisi kesehatan, baik yang
serius maupun tidak, dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang. Jika
salah satu kondisi ini Anda alami, cobalah menunggu hingga mereda terlebih
dahulu, lalu coba kembali.[8]
1. Merasa cemas atau stres
2. Baru saja makan
3. Baru selesai berolahraga
4. Merokok, minum alkohol, atau obat-obatan
TARGET PENCAPAIAN MINGGU KE IV HARI KE V
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
OBAT-OBAT, CAIRAN DAN ALAT YANG TERSEDIA DI ICU, OK & UGD
Sesuai Permenkes (Gambar Dan Fungsinya)

DISUSUN OLEH
SYAHRULLAH LA HAMENTE
144 2019 1067

PRECEPTOR INSTITUSI
YUSRAH TAQIAH, S. Kep., Ns. M. Kes

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
OBAT-OBAT, CAIRAN DAN ALAT YANG TERSEDIA DI ICU, OK & UGD
Sesuai Permenkes (Gambar Dan Fungsinya)

A. OBAT-OBAT DI RUANG ICU, OK & IGD


1. ASPIRIN (ASAM SALISILAT)
Golongan obat : Analgesik
Indikasi:
 Bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesifik misalnya nyeri
kepal, neuralgia, mialgia. Aspirin juga digunakan untuk mencegah
thrombus koroner dann thrombus vena-dalam berdasarkan efek
penghambatan agregasi thrombosis. Pada infark miokard akut
nampaknya aspirin bermanfaat untuk mencegah kambuhnya miokard
infark yang fatal. Pada penderita TIA penggunaan aspirin jangka
panjang juga bermanfaat untuk mengurangi kekambuhan TIA, stroke
karena penyumbatan dan kematian akibat gangguan pembuluh
darah.
2. DOBUTAMIN (DOBUTAMINE HYDROCHLORIDE)
Golongan obat : Inotropik
Indikasi
 Penatalaksanaan jangka pendek gagal jantung akibat depresi
kontraktilitas karena penyakit jantung organic atau prosedur
pembedahan.
3. DOPAMIN (DOPAMINE HYDROCHLORIDE)
Golongan obat : Inotropik
Nama Dagang : Dopac, Dopamin Giulini, Dopamin HCl, Dopamin
Hydrochloride, Injection, Dopamine, Indop, Cetadop
Indikasi :
 Syok kardiogenik pada infark miokard atau bedah jantung.
4. EPINEPRIN
Golongan Obat : Vasopressor
Indikasi :
 Indikasi: pada asystole, fibrilasi ventrikel, PEA (Pulseless Electrical
Activity) dan EMD (Electro Mechanical Dissociation).

5. FUROSEMID (DIURETIK KUAT)


Golongan Obat : Diuretik
Indikasi :
 Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak.
6. HEPARIN
Golongan Obat : Antitrombolitik
Indikasi :
 Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara
parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperukan efek yang
cepat, misalnya untuk emboli paru-paru dan thrombosis vena dalam,
oklusi arteri akut atau infark miokard akut. Obat ini juga digunakan
untuk profilaksis tromboemboli vena selama operasi dan untuk
mempertahankan sirkulasi ekstrakorporal selama operasi jantung
terbuka. Heparin juga aman untuk wanita hamil.
7. HIDRALAZIN
Golongan obat : Antihipertensi
Indikasi :
 Hidralazin oral biasanya ditambahkan sebagai obat ke-3 kepada
diuretik dan ᵝ-bloker. Retensi cairan dapat dihambat dengan diuretik
sedangkan refleks takikardi terhadap vasodilatasi dapat dihambat
oleh ᵝ-bloker. Karena tidak menimbulkan sedasi atau hipotensi
ortostatik, hidralazin dapat ditambahkan sebagai obat ke-2 kepada
diuretik untuk penderita usia lanjut yang tidak dapat mentoleransi
efek samping penghambatan adrenergik. Pada mereka ini, reflek
bororeseptor sering kali kurang sensitif sehingga biasanya tidak
terjadi takikardi dengan hidralazin tanpa ᵝ-bloker. Hidralazin oral kini
jarang digunakan karena AH yang baru sekarang ini umunya sangat
efektif dan aman. Hidralazin IV digunakan untuk hipertensi darurat,
terutama glomerulonefritis akut atau eklamsia.
8. METHYLDOPA
Golongan : Antihipertensi
Indikasi :
 Methil dopa digunakan untuk hipertensi sedang sampai berat.
9. NITRROGLISERIN
Golongan obat : Anti Angina
Indikasi
a. Angina Pektoris
Karena nitrat organik menurunkan kebutuhan dan meningkatkan
suplai oksigen miokard, maka obat ini efektif untuk angina yang
disebabkan oleh aterosklerosis coroner maupun vasospasme
koroner.
b. Gagal Jantung Kongestif
c. Infark Jantung
Kegunaan vasodilator dalam penggunaan infark jantung adalah untuk
mengurangi luas infark dan untuk mempertahankan jaringan miokard
yang masih hidup dengan cara mengurangi kebutuhan otot jantung.
10.  PAVULON
Golongan obat : Relaksan
 Indikasi :relaksasi otot rangka
11. LIDOKAIN
Golongan obat : Anastesik
 Indikasi
Lidokain sering digunakan dengan cara suntikan untuk
anestesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia epidural ataupun
anestesia kaudal, dan secara setempat untuk anestesia selaput
lendir. Pada anestesia infiltrasi biasanya digunakan larutan 0,25-0,5%
dengan atau tanpa adrenalin. Tanpa adrenalin dosis total tidak boleh
melebihi 200 mg/24 jam, dengan adrenalin tidak boleh melebihi 500
mg/24 jam.
12. TEOFILIN
Golongan obat : Antiasma
Indikasi :
 Untuk mengatasi bronkospasme. Turunan xantin (teofilin) juga
dipakai untuk mengobati emfisema pulmoner, gagal jantung
kongestif, asma bronkial atau kardial, status asmatikus, pola napas
Cheyne-stroke dan bronchitis.
JENIS-JENIS CAIRAN DIRUANG ICU, OK DAN IGD

1. Infus
Infus adalah perawatan medis yang dilakukan dengan
memberikan cairan dan obat langsung melalui pembuluh darah. Jenis
cairan infus yang diberikan dapat berfungsi sebagai cairan
pemeliharaan atau pun cairan resusitasi saat pasien kritis.
Cairan infus untuk perawatan medis biasanya terdiri dari air yang
mengandung elektrolit, gula, atau obat-obatan tertentu tergantung pada
kondisi pasien. Ada beberapa kondisi yang membuat seseorang
membutuhkan cairan infus, termasuk:
a. Mengalami kekurangan cairan tubuh (dehidrasi) akibat sakit atau
melakukan aktivitas secara berlebihan.
b. Pengobatan yang disebabkan oleh infeksi menggunakan antibiotik
c. Mengendalikan rasa nyeri menggunakan jenis obat-obatan tertentu
d. Pengobatan kemoterapi
Berbagai jenis cairan infus beserta manfaatnya
Cairan infus yang umum digunakan terbagi menjadi dua jenis,
yaitu cairan infus kristaloid dan koloid.
1. Cairan infus kristaloid
Kristaloid adalah jenis cairan infus yang paling banyak
digunakan dalam perawatan medis. Cairan kristaloid mengandung
natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat, dan magnesium
klorida.
Cairan kristaloid memiliki partikel-partikel kecil yang mudah
berpindah dari aliran darah ke dalam sel-sel dan jaringan tubuh.
Jenis cairan infus ini biasanya digunakan untuk
mengembalikan keseimbangan elektrolit, menyeimbangkan pH,
menghidrasi tubuh yang kekurangan cairan, hingga sebagai cairan
resusitasi untuk menyelamatkan nyawa. Cairan infus kristaloid
memiliki berbagai jenis, di antaranya:
 Cairan infus saline
Cairan saline adalah jenis cairan infus kristaloid yang paling banyak
digunakan dalam perawatan medis. Cairan saline ada yang
mengandung natrium klorida 0.9 persen dan natrium klorida 0.45
persen yang larut dalam air. Jenis cairan saline dengan natrium
klorida 0.9% bertujuan untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang akibat muntah, diare, perdarahan, asidosis metabolik, dan
syok. Selain itu, cairan saline juga berfungsi mengembalikan
keseimbangan elektrolit, dan sebagai cairan resusitasi. Bagi pasien
dengan gangguan jantung dan penyakit ginjal tidak disarankan
menggunakan cairan infus saline 0.9% persen. Pasalnya
kandungan natrium di dalamnya dapat menyebabkan retensi cairan
atau volume cairan berlebih. Sementara, cairan saline natrium
klorida 0.45 persen diberikan bagi pasien dengan kondisi
hipernatremia (gangguan elektrolit) dan ketoasidosis diabetik.
Cairan saline natrium klorida 0,45 persen bisa
menyebabkan kelebihan cairan pada paru-paru (edema paru) dan
penurunan kadar elektrolit.
 Cairan infus ringer  laktat
Ringer laktat adalah jenis cairan infus kristaloid yang mengandung
natrium klorida, magnesium klorida, kalsium klorida, natrium laktat,
dan air.
Selain bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit,
infus ringer laktat juga diberikan untuk menggantikan cairan tubuh
yang hilang saat mengalami luka, cedera, atau kondisi lain yang
menyebabkan Anda kehilangan darah dengan cepat.
Infus ringer laktat tidak disarankan digunakan bagi orang yang
memiliki pH tubuh lebih dari 7.5, memiliki penyakit hati yang tidak
dapat melakukan metabolisme lakta, dan kondisi asidosis laktat
 Dextrose
Dextrose adalah jenis cairan infus yang hanya mengandung gula.
Biasanya, dextrose diberikan melalui infus bersamaan dengan jenis
obat lainnya guna meningkatkan kadar gula darah pada seseorang
yang mengalami hipoglikemia  (gula darah rendah). Cairan infus
dextrose juga dapat diberikan pada penderita hiperkalemia atau
kondisi di mana kadar kalium dalam tubuh tinggi. Dextrose tidak
dapat diberikan pada orang dengan kondisi medis tertentu. Ini
karena dextrose dapat berisiko meningkatkan kadar gula darah
serta penumpukan cairan di dalam paru-paru.
2. Cairan infus koloid
Selain kristaloid, jenis cairan infus lainnya adalah koloid.
Cairan koloid memiliki molekul yang lebih berat sehingga akan
berada di dalam pembuluh darah dalam waktu yang lama sebelum
menyebar ke area tubuh. Cairan koloid diberikan pada pasien yang
menderita sakit kritis, pasien bedah, pasien yang membutuhkan
transfusi darah, serta pasien yang melakukan terapi penyakit ginjal
baik menggunakan mesin dialisis atau tidak.
Ada pun koloid memiliki tiga jenis cairan lainnya, yaitu:
 Albumin
Cairan infus albumin biasanya diberikan bagi pasien yang
mengalami kehilangan banyak darah akibat kecelakaan, luka
bakar yang parah, dan kondisi lainnya. Albumin juga diberikan
bagi pasien yang memiliki kadar albumin rendah akibat
melakukan tindakan pembedahan dan dialisis atau mengalami
infeksi perut, gagal ginjal, pankreatitis , operasi bypass jantung,
serta gangguan pada ovarium yang disebabkan oleh obat
kesuburan.
 Dextran
Dextran adalah jenis cairan koloid yang mengandung polimer
glukosa. Dextran dapat digunakan untuk memulihkan kondisi
kehilangan darah setelah operasi dan gejala hipovolemia akibat
dehidrasi, serta mencegah terjadinya tromboemboli setelah
operasi.

 Gelatin
Gelatin adalah jenis cairan koloid yang mengandung protein
hewani. Jenis cairan ini diberikan apabila pasien kehilangan
banyak darah hingga gejala hipovolemia berangsur membaik.
Efek samping cairan infus
Semua obat tentunya dapat menyebabkan efek samping. Hubungi dokter
Anda atau minta bantuan medis jika Anda menemukan efek samping yang
mengganggu atau tidak hilang seperti berikut:
a. Iritasi pada titik suntik
b. Bengkak pada titik suntik
c. Nyeri pada area bekas suntik
Cairan infus tidak boleh diberikan secara sembarangan. Penggunaannya
pun harus berada di  bawah pengawasan dokter. Maka dari itu, pemilihan
jenis cairan infus perlu disesuaikan dengan kondisi pasien dan
pertimbangan dokter Anda

ALAT-ALAT DI RUANG ICU,OK,IGD

1. Tensimeter

Tensimeter merupakan nama alat medis di rumah sakit yang sangat familiar di


telinga kita. Fungsi alat ini pun saya rasa kebanyakan dari anda mengetahuinya.
Tensimeter merupakan satu alat kesehatan yang berfungsi untuk mengukur
tekanan darah. Ada dua jenis tensimeter yang umum kita jumpai di pasaran
yaitu tensimeter manual dan tensimeter digital. Anda juga boleh memiliki
tensimeter dirumah untuk memudahkan anda mengontrol kondisi tekanan darah
anda.

2. Termometer

Alat yang satu ini saya yakin anda juga sudah mengetahuinya secara pasti.
Termometer merupakan alat pengukur suhu. Ada berbagai macam jenis
termometer berdasarkan fungsinya. Yang digunakan dalam dunia medis adalah
termometer badan, yang berfungsi untuk mengukur suhu tubuh pasien ketika
mengalami demam. Termometer juga memiliki jenis digital dan manual (raksa).
3. Stetoskop

Stetoskop merupakan senjata dokter pertama kali. Stetoskop seingkali menjadi


identitas dan simbol kesehatan. Stetoskop berfungsi untuk melakukan
pemeriksaan akustik (suara) yang ada di dalam tubuh manusia seperti tarikan
napas, detak jantung, pergerakan usus dan lambung dan pemeriksaan lainnya.
4. Alat Suntik (suntikan)

Dalam dunia medis alat ini sering


disebut dengan syringe, namun kebanyakan orang menyebut alat medis ini
dengan nama suntikan atau alat suntik. Alat ini sangat familiar dan saya yakin
semua orang mengetahuinya. Alat ini juga sering disebut dengan istilah spet
atau spuit. Fungsi alat ini adalah untuk memasukkan cairan obat ke dalam tubuh
manusia langsung ke pembuluh darahnya.

5. Alat Infus (Infus Set)

Hampir sama seperti alat suntik, infus set atau alat infus juga berfungsi untuk
memasukkan cairan obat atau fitamin dan juga elektrolit ke dalam tubuh pasien
melalui pembuluh vena. Dari 50 daftar alat medis dan fungsinya yang akan kita
bahas pada kesempatan kali ini, infus set merupakan alat beberapa diantara alat
medis yang termasuk alat habis pakai. Artinya hanya sekali saja digunakan
setelah itu kemudian dibuang.
6. Kursi Roda

Kursi Roda berfungsi sebagai alat bantu jalan bagi orang yang kesulitan berjalan
baik dalam kondisi sakit, patah tulang kaki, atau memang cacat bawaan.
Berdasarkan sistemnya kursi roda juma memiliki varian berupa kursi roda
elektrik dan manual. Sedangkan dari jenisnya ada cukup banyak jenis dan
macamnya seperti kursi roda standar, kursi roda untuk cerebral palsy, kursi roda
trafeling dan lain sebagainya.

7. Kruk (Alat Bantu Jalan)

Kruk juga termasuk alat bantu jalan yang biasanya digunakan sepasang.
Bertumpu di ketiak dan dipegang dengan dua tangan di bagian tengahnya
berfungsi untuk menopang satu kaki yang belum bisa seimbang dalam berjalan.
Karena itu alat ini juga sering disebut dengan naman kruk ketiak.
8. Tongkat Bantu Jalan

Alat ini hampir persis seperti tongkat, hanya saja terdapat pegangan di bagian
ujung atas, dan terkadang juga memiliki kaki di bagian bawah, tiga kaki atau
empat kaki. Tujuannya adalah untuk mempermudah dan memperkokoh
tumpuan bagi penggunanya. Tongkat jalan merupakan alat medis yang
berfungsi sebagai alat bantu bagi orang yang membutuhkan seperti lansia,
orang dalam masa pemulihan, dan juga pada kondisi — kondisi tertentu.

9. Bed Pasien (Ranjang Pasien)

Bed atau dalam bahasa Indonesia berarti tempat tidur atau ranjang pasien
adalah satu alat atau instrumen medis yang berupa tempat untuk beristirahat
pasien. Fungsinya untuk betres atau tidur pasien yang menjalani rawat inap di
rumah sakit atau klinik. Berdasarkan sistem mekanisasinya bed pasien juga
terdapat dua jenis, manual dan elektrik. Dari jenisnya biasanya ada satu crank, 2
crank atau juga 3 crank.
10. Bedside Cabinet (Almari Pasien)
Bedside cabinet merupakan alat medis yang tergolong Hospital Furniture. Alat
ini berupa almari pasien dengan ukuran yang cukup mini. Kalau anda
perhatikan, almari ini biasanya berada persis di sebelah ranjang pasien. Bedside
cabinet atau almari pasien ini berfungsi untuk menyimpan perlengkapan pasien
seperti palaian, peralatan mandi, makanan dan juga obat.

11. Mesin Anestesi (Anesthesia Machine)

Mesin Anestesi adalah satu alat penghilang kesadaran pada saat proses


pembedahan. Alat ini merupakan gabungan dari beberapa alat medis yang
terpadu sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam proses pembiusan dan
kontrol kesadaran pasien pada saat menjalani operasi.
12. Nebulizer

Nebulizer sebenarnya bukan alat bantu,alat ini berfungsi untuk mengubah obat
cair menjadi uap yang langsung dihirup oleh penderita gangguan penapasan
sehingga obat langsung masuk ke paru- paru. Dengan demikian proses reaksi
obat berlangsung cepat.

13. Tabung Oksigen

Tabung Oksigen adalah simpanan persediaan Oksigen di rumah sakit yang


berfungsi untuk bantuan Oksigenasi pada pasien yang membutuhkan suply
oksigen dalam kondisi darurat. Pemberian Oksigen dari tabung haruslah melalui
regulator dan selang oksigen agar aliran oksigen bisa terkontrol dengan baik.
14. Regulator Oksigen

Sebagaimana umumnya regulator, alat ini juga berfungsi untuk meregulasikan


atau mengatur laju aliran oksigen dari tabung ke hidung pasien.
15. Defibrillator
Defibrillator merupakan alat yang berfungsi untuk mengembalikan irama jantung
yang tidak normal karena satu faktor. Orang yang tenggelam, shock karena
kecelakaan, dan karena serangan jantung biasanya mengalami gangguan irama
jantung. Defibrillator bekerja dengan memberikan stimulus energi listrik dengan
kadar tertentu untuk mengejutkan jantung sehingga kembali pada irama yang
normal.
16. ECG (Electrocardiograph)

ECG atau EKG merupakan alat medis yang masih berhubungan dengan
jantung. Fungsi alat medis yang satu ini yaitu untuk merekam kelistrikan otot
jantung guna menganalisa ada atau tidaknya gangguan irama jantung pada
pasien. ECG terdiri dari beberapa elektroda yang ditempelkan ke dada pasien
untuk mengambil atau merekam aktifitas otot jantung dalam bentuk tegangan
listrik.
17. ESU (Electrosurgical Unit)
Istilah lain untuk alat ini yaitu Electrocauter atau Electrosurgery. Yaitu sebuah
alat elektronik yang dilengkapi dengan alat pemotong elektronik dengan
kekuatan listrik. Alat ini berfungsi untuk melakukan pembedahan pada bagian
tubuh pasien. Tujuannya adalah untuk mengurangi keluarnya darah yang akan
mengganggu jalannya proses operasi.

18. Pasien Monitor

Alat ini berfungsi untuk memantau kondisi kesehatan pasien secara realtime
yang bisa diamati dari layar monitor. Parameter yang bisa diamati dari dalam
alat ini adalah irama jantung, tekanan darah, suhu tubuh, kadar oksigen dalam
darah dan yang lainnya.
19. Hematology Analyzer
Hematology Analyzer merupakan satu alat medis yang sangat penting di rumah
sakit dan klinik. Fungsi alat ini adalah untuk menganalisa sel-sel darah meliputi
jumlah dan kondisinya. Hematology Analyzer berperan sebagai alat diagnostik
yang memiliki fungsi khusus sebagai analyzer untuk menganalisa jumlah sel —
sel darah manusia guna menentukan penyakit apa yang kemungkinan diderita
oleh pasien. Alat ini berada di laboratorium medis sebuah rumah sakit atau
klinik.

20. Chemistry Analyzer (Photometer)

Selain Hematology ada juga Chemistry Analyzer atau disebut juga dengan
istilah Photometer yang diambil dari prinsip kerja alat tersebut. Alat ini berfungsi
untuk menganalisa zat — zat kimia yang ada dalam darah seperti kadar
glukosa, kolesterol, asam urat, enzim liver dan lain sebagainya. Sample yang
digunakan dalam pemerikisaan adalah serum darah, bukanlah darah murni
sebagaimana alat Hematology Analyzer.
21. EEG (Electroencepalograph)

Sebenarnya alat ini mirip — mirip dengan ECG, hanya saja alat ini digunakan
untuk bagian kepala. EEG atau Electoencephalograph merupakan satu alat
medis yang berfungsi untuk merekam aktifitas kelistrikan otak manusia. EEG
menggunakan prinsip emisi dan transmisi ultrasound pada kisaran frekuensi 2
hingga 15 MHz. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kondisi saraf yang ada di kepala pasien. Sejauh ini pemeriksaan
EEG tidak menimbulkan efek samping karena cukup aman menggunakan
gelombang suara ultra.

22. Lampu Operasi

Ada beberapa alat medis yang berwujud lampu diantaranya Lampu Operasi.
Lampu sebagaimana kita ketahui adalah satu instrumen yang berfungsi untuk
memberikan penerangan. Sama halnya dengan lampu operasi, fungsi dasarnya
adalah memberikan penerangan di dalam ruang operasi pada saat tim dokter
sedang melakukan tindakan operasi pada pasien. Namun lampu ini didesain
dengan sedemikian rupa sehingga cahaya lampu tidak silau di mata.
23. Lampu Periksa

Memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai alat penerangan pada saat
pemeriksaan fisik pasien. Biasanya lampu ini dari jenis halogen atau LED yang
tidak panas. Jadi fungsinya hanya sebagai penerangan saja pada saat
pemeriksaan fisik sehingga kondisinya lebih jelas.
24. Lampu Terapi Inframerah

Lampu yang bisa memancarkan gelombang infra merah ini berfungsi sebagai
alat terapi. Infra merah berbeda dengan cahaya yang keluar dari lampu periksa
atau operasi sekalipun. Infra merah memiliki energi yang lebih tinggi sehingga
ketika anda terkena radiasinya tubuh kita akan terasa hangat. Sensasi hangat
inilah yang direspon yaman oleh tubuh kita dan memberikan efek memperlancar
peredaran darah.
26. Autoclave
Diantara sekian banyak jenis alat medis, ada yang berfungsi sebagai alat
sterilisasi. Autoclave merupakan satu alat sterilisasi (sterilisator) yang
menggunakan uap panas bertekanan. Autoclave terbuat dari stainless steel
yang dilengkapi dengan elemen pemanas didalamnya. Uap panas dalam
tekanan tinggi di dalam autoclave telah terbukti efektive mampu membunuh
mikro organisme hingga ke sporanya.
27. Dry Heat Sterilisator

Masih dalam kategori alat — alat medis yang berfungsi sebagai alat sterilisasi.
Dry Heat Sterilisator atau sering dikenal dengan istilah sterilisator kering, yaitu
alat sterilisasi yang bekerja dengan radiasi inframerah temperatur tinggi.
Dinamakan sterilisator kering karena tidak melibatkan zat cair dalam proses
sterilisasinya. Alat ini cocok digunakan untuk mensterilisasi alat — alat medis
yang terbuat dari logam yang tidak tajam atau peralatan medis dari kaca dan
kramik.

28. UV Sterilisator
Alat ini khusus untuk mensterilisasi ruangan yang ada di rumah sakit seperti
ruang ICU, Kamar Operasi, Ruangan NICU dan lain sebagainya. Alat sterilisasi
ruangan ini menggunacan sinar UV (Ultraviolet) yang cukup berbahaya untuk
mata manusia. Proses sterilisasi ruangan dengan lampu UV dilakukan
menggunakan remot yang bisa kita nyalakan dari luar. Atau bisa juga
menggunakan timer.
29. Ambubag (Pulmonary Resuscitator)

Dalam istilah medisnya alat ini dikenal dengan nama Pulmonary Resuscitator,
namun dalam istilah lain juga dikenal dengan istilah ambubag. Bagi anda yang
belum tahu bisa melihat dari penampakan gambar diatas. Fungsi alat ini yaitu
untuk napas buatan bagi pasien dalam kondisi kritis pasca kecelakaan misalnya,
atau kondisi tertentu yang membutuhkan pernapasan kontinue sebelum ada alat
ventilator.
30. Ventilator

Alat yang satu ini lebih kompleks lagi karena sangat penting bagi yang
membutuhkan. Ventilator adalah sebuah alat medis yang berfungsi
menggantikan sebagian atau seluruh kerja paru — paru. Lebih dari ambubag,
karena ventilator bekerja secara otomatis memberikan dukungan ventilasi untuk
mempertahankan fungsi pernapasan pasien.
31. Hearing Aid (Alat Bantu Pendengaran)
Sekarang ada juga alat medis yang berfungsi sebagai alat bantu pendengaran.
Alat ini biasanya dikenal dengan istilah Hearing Aid atau alat bantu dengar.
Fungsi alat ini jelas yaitu sebagai alat bantu mendengar bagi orang yang
kemampuan mendengarnya sudah terganggu. Hearing Aid memiliki bebrapa
jenis yang biasa dijual dipasaran yaitu BTE, ITE, ITC. Alat bantu dengar ini bisa
disesuaikan dengan level gangguan pendengaran yang diderita.
32. Oxygen Concentrator

Oxygen Concentrator namanya. Alat ini berfungsi untuk mensuplay oksigen


yang bisa langsung digunakan untuk bantuan oksigenasi. Berbeda dengan
tabung oksigen, Oxygen Concentrator adalah mesin yang bisa menghasilkan
oksigen dengan cara mengambil udara disekitar kemudian
mengkonsentrasikannya menjadi oksigen murni. Tingkat kemurniannya bisa
mencapai 95%. Alat ini cocok digunakan untuk terapi oksigen pada saat
pemulihan penyakit.

33. Syringe Pump


Nama alat medis di rumah sakit selanjutnya yaitu Syringe Pump. Mungkin anda
masih ingat di bagian awal kita sudah pernah nama alat medis yang satu ini.
Hanya saja sedikit berbeda, kalau diatas kita sudah bahas syringe disposable.
Kalau yang ini Syring Pump. Syrine pump adalah sebuah pompa elektronik
digital yang berfungsi untuk mengatur laju keluarnya cairan dari alat suntik
manual sehingga volume dan waktunya bisa diseting sesuai dengan kebutuhan
atau resep dari dokter.
34. Infus Pump

Infus Pump juga merupakan satu alat pompa elektronik yang mengatur laju
aliran cairan infus dari alat infus manual. Infus Pump dan Syringe Pump sama —
sama dilengkapi dengan sensor mekanik dan elektronik, serta diatur juga
dengan mikro komputer digital sehingga pengaturannya cukup mudah dan
akurat. Alat medis semacam ini biasanya digunakan di ruang ICU untuk kondisi
— kondisi tertentu.

35. Puls Oxymeter


Alat ini biasanya digunakan untuk pasien yang membutuhkan pantauan
terhadap kadar oksigen di dalam darahnya.Aalat ini berfungsi untuk mengukur
kadar oksigen dalam darah atau yang sering dikenal dengan istilah saturasi
oksigen. Oxymeter biasanya digunakan pada jari pasien (dijepitkan) pada jari
pasien. Pada layar alat ini akan terlihat kadar oksigen darah dalam bentuk
prosentase.
36. Syringe Distroyer

Alat ini masih berhubungan erat dengan disposable syringe. Walaupun alat ini
tidak sepenuhnya langsung berfungsi dalam pengobatan atau perawatan
penyakit. Namun alat ini penting untuk digunakan di rumah sakit. Syringe
Distroyer adalah alat atau mesin yang berfungsi untuk menghancurkan jarum
suntik setelah digunakan untuk menyuntik pasien. Mengapa alat seperti ini
dibutuhkan, hal ini sebagai managemen limbah rumah sakit agar tidak
menimbulkan infeksi bagi lingkungan.
37. Benang Operasi

Benang Operasi, mungkin kita tidak terlalu asing dengan alat medis yang satu
ini. Bagi anda yang laki — laki kebanyakan pernah melihat benda ini. Benang
Operasi adalah alat medis yang berfungsi untuk menjahit bagian tubuh yang
terbuka lebar. Dalam kasus — kasus tertentu dimana luka terlalu lebar, maka
perlu direkatkan dengan benang operasi agar cepat menyatu dan tidak
mengurangi resiko infeksi.
38. Desinfectan

Desinfectan berfungsi untuk membersihkan tangan dan juga membersihkan alat


— alat medis dari kotoran fisik sebelum masuk dalam alat sterilisator.
39. Reagen

Reagen adalah senyawa yang berfungsi untuk mereaksikan darah sebelum


masuk ke dalam alat uji. Reagen ada banyak sekali jenisnya, masing-masing
parameter ukur memiliki jenis reagen masing-masing.
40. Kapas & Kasa Pembalut

Kasa dan kapas termasuk alat medis yang sangat banyak kebutuhannya. Setiap
kali dokter melakukan suntikan membutuhkan kapas, perban luka membutuhkan
kasa, membasuh luka membutuhkan kapas. Dan berbagai macam fungsi
lainnya.
41. Elektroda

Data tersebut diperoleh dengan cara menempelkan elektroda di tubuh pasien,


untuk dihubungkan ke monitor dengan kabel. Parameter di monitor bisa
bervariasi, tergantung jenis yang diinginkan rumah sakit.
42. Meja Operasi

Satu instrument atau peralatan medis yang wajib ada di ruang operasi yaitu
meja operasi (operating table). Meja ini berfungsi untuk membaringkan pasien
yang akan menjalani proses operasi. Meja operasi didesain secara khusus
yang memungkinkan kemudahan pergerakan dan perubahan posisi pasien
seperti miring, ketinggian, vertikal horizontal danlain sebagainya.
Meja Operasi secara umum bisa kita kategorikan dalam dua jenis yaitu meja
operasi manual dan meja operasi elektrik. Kedua jenis ini didasarkan pada
sistem kerja hidraulik yang berfugnsi untuk perubahan posisi dan ketinggian
dari meja tersebut. Intinya, meja operasi merupakan satu alat medis yang harus
ada di dalam ruang operasi.
44. Mesin Anestesi
Mesin Anestesi GE CS2
Alat ini berfungsi untuk melakukan pembiusan. Yaitu proses menghilangkan
kesadaran pasien sebelum dilakukan pembedahan oleh dokter bedah. Proses
pembiusan dengan mesin ini juga harus dilakukan oleh dokter spesialis
Anestesi yang berpengalaman sehingga prosesnya dapat berlangsung dengan
lancar.
45. Ventilator

Ventilator umumnya digunakan di dalam ruang operasi juga di dalam ruang icu.


Fungsi alat ini yaitu untuk menggantikan seluruh atau sebagian fungsi paru –
paru. Yaitu untuk mengalirkan ventilasi mekanik ke dalam paru – paru. Alat ini
digunakan pada pasien dengan kondisi fisik yang sangat lemah sehingga harus
dibantu pernapasannya menggunakan alat ini.
46. Suction Pump

Suction Pump atau Suction Aspirator merupakan alat yang digunakan untuk


menghisap lendir atau darah dari tubuh pasien pada saat proses operasi
berlangsung. Alat ini dilengkapi dengan pompa vakum dan juga wadah yang
digunakan untuk menampung cairan yang dihisap dari tubuh pasien. Alat
Suction ini juga terdapat beberapa macam jenis biasanya digunakan
berdasarkan daya hisapnya. Untuk ruang operasi biasanya terdapat smua jenis
agar dapat disesuaikan dengan kondisinya.
1. Macam Ruang Operasi
Ruang Operasi dapat terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan ukuran
dan skalanya yaitu ruang operasi minor, ruang operasi umum dan ruang
operasi mayor. Ketiga ruang tersebut memiliki standar peralatan masing –
masing.
 Peralatan Utama Ruang Operasi Minor
 Meja Operasi
 Lampu Opersai Tunggal
 Mesin Anestesi
 Peralatan Bedah
 Film Viewer
 Instrument Trolley
 Tmpat Sampah Klinis
 Tempat linen kotor
 Almari obat dan peralatan lainnya
 Alat – Alat Utama Ruang Operasi Umum
 1 set Meja Operasi
 1 Set lampu operasi yang terdiri dari dua lampu (lampu utama dan lampu
satelit)
 2 set peralatan pendant
 1 unit Mesin Anestesi
 Film Viewer
 Instrument Trolley
 Tempat sampah klinis
 Tempat linen kotor
 Alat lainnya
 Peralatan Utama di Ruang Operasi Mayor
 1 Unit Meja Operasi Khusus
 1 Unit Lampu Operasi Khusus
 1 Ceiling pendant untuk gas medis dan outlet listsrik
 1 Ceiling pendant untuk monitor dan mesin anestesi
 Serta peralatan lain secara umum
Itulah beberapa contoh peralatan medis yang harus disediakan di ruangan
operasi rumah sakit dan klinik. Terlebih lagi berdasarkan Undang – Undang No.
44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 10 (2) menyebutkan bahwa
persyaratan minimal bangunan rumah sakit setidaknya harus memiliki ruang
operasi.

ALAT – ALAT BEDAH


1. Pisau Bedah (Scalpel)
Scalpel merupakan instrument untuk memotong jaringan. Mata pisau
yang  tajam  memungkinkan untuk dilakukannya pemisahan jaringan
dengan trauma sekecil mungkin terhadap jaringan sekitarnya. Scalpel terdiri
atas 2 bagian, yaitu gagang dan mata pisau. Pada pisau model lama mata
pisau dang gagang bersatu, sedangkan pada model baru mata pisau dapat
dilepas dan diganti dengan yang baru.

Scapel Handle

2. Gunting
Gunting merupakan instrumen yang digunakan untuk memotong jaringan,
benang dan balutan luka. Gunting yang lurus digunakan untuk pekerjaan
pada bagian permukaan, sedangkan yang melengkung digunakan untuk
bagian dalam luka. Pada umumnya yang digunakan untuk memotong
adalah bagian distal dari mata gunting, untuk menghindari rusaknya struktur
vital makan gunting tidak boleh ditutup kecuali bila ujung mata guntingnya
dapat di lihat dengan jelas.
 Bandage scissors digunakan untuk menggunting perban, atau
gaas/kassa.
 Surgical scissors,gunting yang digunakan dalam pembedahan 
 UNTUK KEPERLUAN OBSTETRIK :
a. Umbillical cord scissorors,digunakan untuk memotong tali pusar bayi.

Umbillical cord scissorors


b. Episiotomy scissors, untuk obstetrik, digunakan untuk memotong vulva
(alat kelamin wanita) saat melahirkan, untuk mencegah robeknya
dinding perineum, yaitu antara anus dan bagian bawah vagina.

Episiotomy scissors

c. Forceps
Suatu alat yang terdiri dari 2 keping yang saling berhadapan , yagn
dapat dikontrol dapat dijepitkan dan dilepaskan, oleh pegangan atau
tekanan langsung pada keping – keping tersebut.
1. Pinset
 Pinset anatomi, ada yagn lurus, ada yang bengkok.kedua
belah ujungnya bergaris – garis horizontal.
 Pinset operasi :ujung keduanya bergigi, untuk menjepit pada
saat operasi. Sering disebut chirurgische
d. Klem ( Clamp)
Alat ini digunakan terutama untuk memegang jaringan dan
memungkinkan untuk melakukan traksi. Permukaan yang berhadapan
dari tiap kepala forceps berfariasi tergantung dari tujuan yang spesifik.
Semuanya mempunyai lubang untuk jari dan sistem pengunci.
- Klem arteri 
Memiliki dua bentuk yaitu lurus dan belok. Penggunaanya adalah untuk
melakukan hemostasis, penting untuk menghentikan pendarahan
selama operasi. Klem ini digunakan untuk jaringan yang tipis dan lunak.
Selain itu juga dibagi atas atraumatik dan traumatik.  

Klem arteri
 Towel clamp (doek clamp)
Towel clamp  merupakan clamp pemegang dengan ujungnya yang
runcing untuk menahan tepi handuk/ doek pada tempatnya. Berguna
untuk menjepit kain operasi juga untuk memegang tulang coste ketika
dilakukan traksi eksternal pada dinding dada. 
e. TANG
  Koorntang/Dressing forceps, digunakan untuk menjepit, atau
mengangkat alat – alat bedah dari dalam bak instrumen.

Kogel tang : menjepit & mengangkat organ/jaringan tubuh juga benda benda
asing dalam tubuh termasuk Paku
Suture Forcespsi, di gunakan untuk menjepit luka yang terbuka

TARGET PENCAPAIAN MINGGU KE IV


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
STANDAR OBAT DAN ALAT TROLY EMERGEENCY
(gambar dan fungsinya)
DISUSUN OLEH
SYAHRULLAH LA HAMENTE
144 2019 1067

PRECEPTOR INSTITUSI
YUSRAH TAQIAH, S. Kep., Ns. M. Kes

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN DISASTER NURSING


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020

STANDAR OBAT DAN ALAT TROLY EMERGEENCY


(gambar dan fungsinya)
       Perbekalan farmasi emergency disimpan di troli emergency yang
terkunci dengan menggunakan kunci plastik yang bernomor seri
berurutan. Troli emergency di bagi atas troli emergency pediatrik dan
dewasa. Kunci troli emergency dipegang oleh perawat penanggung jawab
pada shift tersebut.Unit yang menyimpan troli emergency adalah:
1. Keperawatan
2. Unit khusus: IGD, ICU, HD, Kamar Bedah, Kamar bayi dan VK,
Radiologi, Fisioterapi
3. Poli rawat jalan
Jenis dan jumlah obat obat emergensi yang disimpan di dalam
troli sesuai dengan daftar yang telah ditetapkan.
a. Daftar perbekalan farmasi yang disimpan di luar troli emergency:
Oxygen Supply

Defibrilator dengan monitor

Stetoskop

- Lembar informasi khusus obat emergency


- Kartu pengendali stok
b. Daftar perbekalan farmasi yang disimpan di dalam troli emergency
1. Rak 1: obat obatan
- Adrenalin              : 5 ampul

- Aminofilin            : 5 ampul

- Dexamethasone    : 10 ampul

- Furosemide inj      : 3 ampul

- Ca Gluconas         : 5 ampul


- Atropin Sulfat inj  : 5 ampul

- Lidocain inj           : 5 ampul

- Asam traneksamat 500 inj  : 3 ampul


- Ketorolac inj                       : 3 ampul

- Tramadol inj                       : 3 ampul

2. Rak 2: Alat bantu perrnafasan, (spesifikasi ukuran terlampir)


-  Orofaringeal airways
-   Nasofaringeal airways

-   ETT

-   Masker oksigen

-   Suction Catheter

-   Suction Tube
-   Nasal Cannula

3. Rak 3: Sirkulasi: IV supplies (spesifikasi ukuran terlampir)


-   Jarum
-   Dispo Syringe
-   Threeway catheter
-   Two way catheter
-   Sterlie water vial
-   IV cannula
-   Alkohol swab
4. Rak 4: IV solution and tubing
-  NaCL 0.9% 500 ml     : 5

-  D5% 500 ml                : 3


-  RL 500 ml                   : 5

- Transfusi set                 : 3

- Infus set                        : 10
- IV catheter                    : 10

5. Rak 5 Crdiac, Chest Procedure (spesifikasi ukuran terlampir)


-  ECG Elektroda

-  Sarung tangan steril


-  Cardiac needle

-  Chest tube

 Kontrol stok perbekalan di troli emergensi dilakukan setiap


sebulan sekali dilakukan oleh tenaga teknik kefarmasian atau
apoteker meliputi jumlah, jenis, kondisi fisik dan tanggal
kadaluarsa.
 Setiap kali setelah obat dan alkes dalam troli emergensi
digunakan harus segera diisi kembali oleh perawat dengan cara
permintaan ke depo farmasi rawat inap.
 Petugas yang melakukan control troly emergensi digunakan harus
mencatat setiap pengeluaran kunci troli emergensi sesuai nomor
urutnya.
 Troli emergensi digunakan hanya untuk keadaan emergensi saja
meliputi (kondisi pasien sangat membutuhkan obat dan apabila
obat tidak segera diberi akan membahayakan kondisi pasien).
 Isi dari troli emergensi bias ditambah atau dikurangi sesuai
dengan kebutuhan ruangan masing masing.
 Peralatan yang ada di troli emergensi merupakan tanggung jawab
Kepala Instalasi Rawat Inap, sedangkan barang habis pakai
(seperti obat-obatan, spuit, dll) merupakan tanggung jawab
farmasi. Isi dan peletakan barang-barang dalam troli emergensi
harus diketahui oleh perawat di Bangsal Anggrek dan Unit
Stroke.Setelah barang dilengkapi, troli emergensi dikunci dengan
kunci yang disposable.

Anda mungkin juga menyukai