Anda di halaman 1dari 44

Foto Polos Thorax

Pembimbing :
dr. M. Amar Latief, Sp. Rad

Disusun Oleh :
Gena Yustina Farika 113170029
Nirma Farhani Viara Rizqi 113170055
Dicky Taufik Ramadhan 114170015
Dita Putri 114170016

Radiologi Department of RSUD WALED


Faculty of Medicine Swadaya Gunung Jati University 2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pemeriksaan radiologi foto thoraks merupakan pemeriksaan yang sangat


penting. Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen saat ini dapat
dianggap tidak lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan
dengan pasti sebelum dilakukan pemeriksaan radiologik. Selain
itu,berbagai kelainan dini dalam paru juga sudah dapat dilihat dengan jelas
pada foto roentgen sebelum timbul gejala-gejala klinis
Tujuan
1. Mengetahui jenis jenis foto thorax
2. Mengetahui indikasi foto thorax
3. Mengetahui posisi foto thorax
4. Mampu menjelaskan fungsi masing-masing posisi
foto thorax
5. Menilai kelayakan foto thorax
6. Mampu membaca foto thorax pada kondisi normal
7. Mengetahui kelainan yang mungkin di dapatkan pada
foto thorax

Manfaat
1. Mengetahui indikasi untuk dilakukannya foto thorak
2. Menentukan posisi apa yang di perlukan untuk melihat
adanya suatu penyakit
3. Mampu menginterpretasikan foto thorax yang normal
Tinjauan Pustaka
Macam – macam Cara Pemeriksaan
A. Fluroscopy thorax

Adalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus


sinar roentgen dan suatu tabir yang bersifat fluoresensi bila
terkena sinar tersebut. Fluoroskopi terutama diperlukan untuk
menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem tubuh seperti
dinamika alat- alat peredaran darah, misalnya jantung dan
pembuluh darah besar; serta pernapasan berupa pergerakan
diafragma dan aerasi paru-paru

B. Roentgenography

Adalah pembuatan foto roentgen toraks, yang biasanya dibuat


dengan arah postero-anterior (PA) dan lateral bila perlu.
Dengan tekanan listrik yang di gunakan antara 60-90kV;
semakin tinggi semakin baik,
BRONCHOGRAPHY

Adalah pemeriksaan percabangan bronkus, biasanya dilakukan baik


dengan fluoroskopi maupun roentgenografi dengan cara mengisi
saluran bronkial dengan suatu bahan kontras yang bersifat opaque
(menghasilkan bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut
biasanya mengandung jodium (lipiodol, dionosil, dsb).

TOMOGRAPHY

Istilah lainnya : Planigrafi , Laminagrafi , atau Stratigrafi.Dengan


istilah ini dimaksudkan pemeriksaan terhadap 1 lapisan jaringan
dengan mengaburkan lapisan-lapisan lain di atas dan dibawahnya.
Cara pemeriksaan ini juga berguna untuk mempertegas persangkaan
akan adanya suatu kavitas, misalnya pada tuberculosis.
COMPUTERIZED TOMOGRAPHY (CT SCAN)

Yaitu Tomography transversal, dengan X-ray dan komputer.


Pemeriksaan ini terutama untuk daerah mediastinum.

ARTERIOGRAPHY

Mengisi kontras pada pembuluh darah pulmonale, sehingga dapat


diketahui vaskularisasi pada mediastinum atau pada paru.
ANGIOCARDIOGRAPHY
Adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan
pembuluh- pembuluh darah besar dengan sinar roentgen (fluoroskopi
atau roentgenografi), dengan menggunakan suatu bahan kontras
radioopaque, misalnya Hypaque 50%, dimasukkan kedalam salah
satu ruang jantung melalui kateter secara intravena

PNEUMOGRAFI RETROPERITONEAL
Pneumografi retroperitoneal digunakan untuk memeriksa
mediastinum, setelah di isi udara yang dimasukkan secara
retroperitoneal melalui suntikan ke dalam spatium presacrale, kira
kira ½ jam sebelum foto rontgen di buat.
FOTO FLUOROGRAFI

Pemeriksaan dengan membuat foto biasa pada bayangan tabir


rontgen pada film-film kecil. Untuk menghemat ongkos dan
digunakan untuk pemeriksaan massal secara rutin.
Indikasi dilakukan Foto Thorax
1. Infeksi traktus respiratorius bawah, misalnya : TBC paru, bronkitis,
pneumonia
2. Batuk kronis
3. Batuk darah
4. Trauma dada
5. Tumor
6. Nyeri dada
7. Metastase neoplasma
8. Penyakit paru akibat kerja
9. Aspirasi benda asing
POSISI PADA FOTO THORAX
Posisi PA (Postero Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan di depan


dada, siku ditarik kedepan supaya
scapula tidak menutupi parenkim paru.
Posisi AP (Antero Posterior)

Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien


yang tidak kooperatif. Film diletakkan
dibawah punggung, biasanya scapula
menutupi parenkim paru.Jantung juga terlihat
lebih besar dari posisi PA.
Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat


setelah posisi PA diperiksa.
Buatlah proyeksi lateral kiri
kecuali semua tanda dan gejala
klinis terdapat di sebelah kanan,
maka dibuat proyeksi lateral
kanan,berarti sebelah kanan
terletak pada Film. Foto juga
dibuat dalam posisi berdiri.
Posisi lain

Top lordotik (apical lordotik)

arah sinar dari AP tapi bersudut


50-600 dari arah bawah, untuk
melihat sarang-sarang dari apeks
(puncak paru) yang pada foto PA
tersembunyi di bawah clavicula
dan costa I. Dilakukan untuk
memeriksa TB, biasanya jenis
minimal lesion.

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan


kemungkinan adanya kelainan pada daerah apex
kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya
dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada
kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.
Posisi lain

Foto posisi oblique


dapat menunjukkan area
retrocardia, sudut posterior
ruang costophrenicus dan
dinding dada.

Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal


pembengkakan lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang
tidak bisa diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin
diperiksa. Bahkan dengan foto oblique yang bagus pun, fraktur iga
bisa tidak terlihat.
Posisi lain

Posisi Ekspirasi

Adalah foto toraks PA atau AP


yang diambil pada waktu penderita
dalam keadaan ekspirasi penuh.
Hanya dibuat bila foto rutin gagal
menunjukkan adanya
pneumothorax yang diduga secara
klinis atau suatu benda asing yang
terinhalasi.
Posisi lain

Foto lateral decubitus

dapat menunjukkan adanya


cairan dalam pleura, misalnya
untuk membedakan gambaran
efusi subpulmoner (efusi yang
hanya mengisi ruang
costophrenicus) dengan
gambaran diagframa yang
terlalu tinggi.

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila


klinis diduga ada cairan bebas dalam cavum pleura
tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral Penderita
berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film
diletakkan di mukadada penderita dan diberikan sinar
dari belakang arah horizontal.
Posisi lain

Foto posisi berbaring (recumbency)

untuk melihat letak dan sifat-sifat cairan


dalam cavitas, rongga pleura atau sela
pleura interlobaris. Sinar diarahkan dari
samping, bisa dari kiri atau kanan. Jadi
seperti foto lateral, hanya saja pasien
dalam posisi tidur
Kriteria Kelayakan Foto
Faktor Kondisi

Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X selama di kamar roentgen (tempat
expose), faktor kondisi meliputi hal-hal berikut yang biasa dinyatakan dengan
menyebut satuannya
1. Waktu/lama exposure millisecond (ms)
2. Arus listrik tabung mili Ampere (mA)
3. Tegangan tabung kilovolt (kV)

Ketiga hal di atas akan menentukan kondisi foto apakah


1. Cukup / normal
2. Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar samar)
3. Lebih : bila foto thorax terlihat sangat hitam
Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja di buat, tergantung
bagian mana yang ingin di perikasa. Yaitu:

1. Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto 2. Kondisi kosta (kondisi keras/tulang) foto
dengan kV rendah dengan kV tinggi
Inilah kondisi yang standar pada foto Cara mengetahui apakah suatu pulmo
thorax, sehingga gambaran parenkim kondisinya keras atau tidak:
dan corakan paru dapat terlihat
Inspirasi Cukup

Cara mengetahui cukup tidaknya inspirasi adalah:


1. Foto dengan inspirasi cukup:
a. Diafragma setinggi Vth X (dalam keadaan expirasi diafragma setinggi
Vth VII-VIII)
b. Kosta VI anterior memotong dome diafragma
2. Foto dengan inspirasi kurang
a. Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat
menyebabkan salah interpretasi
b. Corakan bronkovesikuler meningkat sehingga dapat terjadi salah
interpretasi
Cara membedakan foto thorax proyeksi PA dan AP adalah sebagai
berikut:

1. Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara pada


foto
2. PA scapula terletak di luar bayangan thorax
3. Pada foto AP klavikula terlihat lebih tegak di bandingkan foto PA
4. Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas
5. Pada foto AP gambaran vertebra biasanya terlihat lebih jelas
6. Untuk foto AP label terletak sebelah kiri foto sementara pada foto PA
label biasanya terletak di sebelah kanan foto
Posisi Sesuai

Supine
Erect
Udara magenblase bergerak ke
Di bawah hemidiagframa sinistra
bawah (corpus gaster) sehingga
terdapat gambaran udara dalam
jarak udara magenblase dengan
fundus gaster akibat aerofagia.
diagframa 3cm. jadi biasanya pada
Udara ini samar samar karena
posisi supine udara magenblase
bercampur dengan makanan
tidak terlihat
Simetris

Cara mengetahui kesimetrisan foto:

Jarak antara sendi sternoklavikularis dekstra dan sinistra terhadap


garis median adalah sama. Jika jarak antara kanan dan kiri berbeda
berarti foto tidak simetris
Foto thorax tidak boleh terpotong
CARA MEMBACA FOTO THORAX

Foto thorax dapat di baca dari luar ke dalam, atas ke bawah, cor ke pulmo,dll.
tapi sebelum itu kita harus mengkonfirmasi criteria pembacaan foto dan hal dasar
seperti:

1. Menentukan umur, jenis kelamin, dan riwayat pasien


2. Mengidentifikasi proyeksi dan teknik yang digunakan: AP, PA, lateral,
portable, atau standard distance
3. Mengidentifikasi posisi pasien: Upright, supine, decubitus, lordosis
4. Melihat cara bernapas pasien Adequate, hipoinflasi, hiperinflasi
Berikutnya dapat di pakai berbagai cara seperti, cara urutan dari luar ke dalam:

1. Soft tissue: nilai ketebalannya, adanya swelling atau tidak


2. Tulang: cari ada tidaknya diskontinuitas, lesi litik dan sklerotik
3. Pleura, ada tidaknya cairan atau udara di cavum pleura, nilai sinus
costophrenicus, sinus cardiophrenicus
4. Pulmo (parenkim paru, corakan bronkovesikuler, keadaan hilus)
5. Jantung, hitung CTR
6. Diagframa
Cara sistematis untuk membaca foto thorax, sebagai berikut :

1. Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu inspirasi
penuh. Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa menimbulkan keraguan
karena bisa menyerupai suatu penyakit misal kongesti paru, kardiomegali
atau mediastinum yang lebar. Kesampingkan bayangan-bayangan yang
terjadi karena rambut, pakaian atau lesi kulit.

2. Cek apakah Exposure sudah benar ( bila sudah diperoleh densitas yang
benar, maka jari yang diletakkan di belakang “daerah yang hitam” pada foto
tepat dapat terlihat). Foto yang pucat karena “underexposed” harus
diinterpretasikan dengan hati-hati, gambaran paru bisa memberi kesan
adanya edema paru atau konsolidasi. Foto yang hitam karena “overexposed”
bisa memberi kesan adanya emfisema.
3. Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula,dll) Normal.
4. Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculus-musculus seperti
pectoralis mayor, trapezius dan sternocleidomastoideus. Pada wanita dapat
terlihat mammae serta nipplenya.
5. Cek apakah posisi diafragma normal ; diafragma kanan biasanya 2,5 cm
lebih tinggi daripada kiri. Normalnya pertengahan costae 6 depan memotong
pada pertengahan hemidiafragma kanan.
6. Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.
7. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa abnormal,
dan carilah trachea.
8. Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar. Diameter
jantung pada orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari separuh lebar
dada. Atau dapat menentukan CTR (Cardio Thoracalis Ratio).
9. Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru
dimana tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh
limfe. Hilus kiri normal lebih tinggi daripada hilus kanan.
Mengidentifikasi abnormalitas yang jelas dan umum:

1. Ukuran jantung, besar atau normal


2. Bentuk jantung, pembesaran rongga yang spesifik
3. Contour/garis di bagian atas medistinal
4. Memeriksa aliran udara, penyimpangan trachea
5. Kesimetrisan paru-paru
a. Adakah pergeseran kearah mediastinal
b. Posisi hilus
6. Infiltrasi, massa, atau nodule paru-paru
7. Vaskularisasi paru-paru
a. Meningkat, menurun, atau normal
b. Lebih sedikit, lebih besar daripada bagian atas
8. Efusi pleura, ketumpulan sudut costophrenicus
9. Fracture atau lesion pada tulang rusuk, clavicula, dan spina
10. Mengecek posisi pembuluh.
Kelainan Radiologi Thorax

Pada Jantung :
Kesalahan teknis saat pengambilan
foto cardiomegali
1. Apex cordis tergeser kebawah
sehingga mirip suatu penyakit, misal kiri pada pembesaran ventrikel
: kiri
1. Sendi sternoclavicula sama 2. Apex cordis terangkat lepas dari
jauhnya dari garis tengah diafragma pada pembesaran
2. Diafragma letak tinggi ventrikel kanan
3. Corakan meningkat pada kedua
lobus bawah Pada Mediastinum :
4. Diameter jantung bertambah
massa mediastinum
Pada Pulmo

Oedema paru
Bayangan dengan garis tidak Pemadatan paru, seperti : TBC paru,
tegas Pneumonia
Terdapat suatu bronkogram Terlihat pemadatan berbercak
udara – bercak dengan bayangan
Tanda “silhouette” yaitu berbatas tidak jelas
hilangnya visualisasi bentuk Terlihat kavitasi (pembentukan
diafragma atau mediastinum abses)
berdekatan
Kolaps paru / ateletaksis
Terdapat bayangan lobus yang
kolaps
Ditemukan tanda “silhouette”
Pergeseran struktur untuk Massa paru, misal : abses paru, kista
mengisi ruangan yang hydatid
normalnya ditempati lobus Ditemukan lesi uang logam
yang kolaps (coin lesion) / nodulus
Pada kolaps keseluruhan paru : Terdapat bayangan sferis
keseluruhan hemithorax
tampak opaque dan ada
pergeseran hebat pada
mediastinum dan trachea
Bayangan kecil tersebar luas
Bayangan cincin 1 cm bersifat
diagnostic bagi bronkiektasis Bayangan garis
Kalsifikasi paru yang kecil Biasanya tidak lebih tebal dari
tersebar luas dapat timbul garis pensil, yang terpenting
setelah infeksi paru oleh TB adalah garis septal, dapat
Area pemadatan kecil berbatas terlihat pada limfangitis Ca
tidak jelas menunjukkan
adanya bronkiolitis
Sarkoidosis
Terlihat limfadenopati hilus dan
Fibrosis paru
paratrachealis
Bayangan retikulonodularis
Bayangan kabur pada basis
pada paru
paru yang menyebabkan
kurang jelasnya garis bentuk
pembuluh darah,kemudian
terlihat nodulus berbatas tak
jelas dengan garis penghubung.
Volume paru menurun, sering
jelas, dan translusensi sirkular
Neoplasma terlihat memberikan pola yang
Bayangan bulat dengan tepi tak dikenal sebagai “paru sarang
teratur berlobulasi dan tepi tawon”, kemudian jantung dan
terinfiltrasi arteria pulmonalis membesar
Terdapat kavitasi dengan massa karena semakin parahnya
hipertensi pulmonalis.
Pada Pleura

Efusi Pleura
Fibrosis Pleura
Terlihat cairan mengelilingi
Penampilannya serupa dengan
paru, lebih tinggi di lateral
cairan pleura, tetapi selalu
daripada medial, juga dapat
lebih kecil daripada bayangan
berjalan ke dalam fissura
asli. Sudut costophrenicus
terutama ke ujung bawah
tetap terobliterasi.
fissura obliqua
Pneumothorax
Garis pleura yang membentuk
Kalsifikasi Pleura tepi paru yang terpisah dari
Plak kalsium tak teratur, dapat dinding dada, mediastinum
terlihat dengan atau tanpa atau diafragma oleh udara
disertai penebalan pleura Tak adanya bayangan
pembuluh darah diluar garis
ini.
Pada Diafragma

Paralisis Diafragma
Akibat kelainan nervus Eventrasi Diafragma
phrenicus, misal invasi oleh Merupakan keadaan kongenital, yang
karsinoma bronchus diafragmanya tanpa otot dan menjadi
Ditandai oleh elevasi 1 lembaran membranosa tipis.
hemidiaphragma
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Pemeriksaan foto thorax sangat penting sebagai pemeriksaan penunjang yang
dapat menegakkan diagnose.
2. Terdapat sembilan jenis cara pemeriksaan radiology thorax.
3. Indikasi pemeriksaan adalah gejala yang di akibatkan kelainan anatomi organ-
organ thorax.
4. Terdapat dua posisi yang umum dilakukan, yaitu PA dan lateral tetapi terdapat
juga posisi lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik.
5. Sebelum membaca foto sebaiknya kita menganalisa kelayakan dari foto
tersebut.
6. Membaca foto thorax bermacam-macam cara tetapi sebaiknya dilakukan
secara sistematis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit


FKUI; 2005.
2. Malueka, Rusdy Gazali. RADIOLOGI DIAGNOSTIK. Yogyakarta:
Pustaka Cendikia Press; 2008.
3. Yueniwati Y. Prosedur Pemeriksaan Radiologi. Malang: UB Press; 2014.
4. http://www.lookfordiagnosis.com/mesh_info.php?term=bronchography&lang
=1. di access tanggal 13 agustus 2010
5. Moeller. Torsten B,et all. Pocket Atlas of Radiographic Anatomy second
ed.Stuttgart. New York; 2000.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai