PREEKLAMPSI BERAT
Disusun oleh:
Nurlita Fauziyyah Basri 114170052
Pembimbing :
dr. Deni Wirhana Suryono, Sp.OG
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1..................................................................................................................1
LAPORAN KASUS...........................................................................................1
1.2 Anamnesis………………………………………………………….....1
1.4 Resume…..............................................................................................4
1.7 Penatalaksanaan………………………………………………………6
1.8 Prognosis…………………………………………………………..….7
BAB II.................................................................................................................8
2.1 Hipertensi Dalam Kehamilan............................................................8
2.2 Preeklampsia.....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas laporan kasus ini dengan judul “Preeklampsi Berat“. Tugas laporan kasus
ini diajukan untuk memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled
Kabupaten Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak menemukan
kesulitan. Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya laporan kasus ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Deni Wirhana Suryono,Sp.OG, selaku
Ketua SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Waled Kab.
Cirebon
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus ini.
Akhir kata semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pihak-pihak yang membutuhkan umumnya.
Penulis
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Haid tidak berhenti selama 1 bulan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 12-6-2019 dengan keluhan
gangguan haid yang lama, haid ini sudah berlangsung 1bulan dengan darah
yang keluar banyak. Awalnya pasien merasakan gangguan haid sejak 6bulan
yang lalu. Dalam sebulan haid sebanyak 2 kali. Setiap haid lamanya 10-15
hari. Setiap hari ganti pembalut + 4 sampai 5 kali, sakit perut saat haid.
Riwayat keputihan tidak ada.
Pasien juga mengeluhsering nyeri perut hilang timbul sejak 6bulan yang
lalu pada perut bagian tengah dan bawah tanpa ada pencetus, keluhan
disertai adanya benjolan diperut bagian bawah yag awalnya kecil tetapi
semakin hari semakin membesar.
2
Riwayat Keluarga
- Riwayat yang sama disangkal
- Riwayat DM (-)
- Riwayat HT (-)
- Riwayat Asma (-)
- Riwayat penyakit ginjal (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat persalinan
- Thorak
Paru – Paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), ekspansi dada normal, fremitus
taktil dalam batas normal
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
4
2.4 RESUME
Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 12-6-2019 dengan
keluhan gangguan haid yang lama, haid ini sudah berlangsung 1 bulan
dengan darah yang keluar banyak. Awalnya pasien merasakan gangguan
haid sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan haid sebanyak 2 kali. Setiap
haid lamanya 10-15 hari. Setiap hari ganti pembalut + 4 sampai 5 kali, sakit
perut saat haid. Riwayat keputihan tidak ada.
Pasien juga mengeluh sering nyeri perut hilang timbul sejak 6 bulan
5
yang lalu pada perut bagian tengah dan bawah tanpa ada pencetus, keluhan
disertai adanya benjolan diperut bagian bawah yag awalnya kecil tetapi
semakin hari semakin membesar.
Gangguan BAK berupa BAK sering, sedikit-sedikit, nyeri saat/
sebelum/ sesudah BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB
tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit
sedang,kesadaran comomentis,conjungtiva tidak anemis,TD : 110/70
o
mmHg,Frekunsi Nadi : 84x/menit,nafas : 20x/menit,suhu 36,6 C, Pada
pemeriksaan abdomen tampak luka tertutup verban dengan tidak ada
rembasan darah ataupun pus.
- USG
1.8 Prognosis
Quo ad Vitam: Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Malam
Qua ad Sanationam : Ad Bonam
8
TINJAUAN PUSTAKA
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan di uterus.
Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas. Neoplasma jinak ini
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Dalam kepustakaan,
mioma uteri dikenal juga dengan istilah fibromioma, leimioma atau pun fibroid
(Prawirohardjo, 2014).
Lokasi tumor ini berada di bawah mukosa uterus (endometrium) dan menonjol
bertangkai menjadi polip, kemudian keluar dari uterus dan masuk ke dalam vagina
untuk mioma ini jenis ini adalah mioma intraepitalial, biasanya multipel. Apabila
masih kecil, tidak mengubah bentuk uterus, tapi apabila besar, akan menyebabkan
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga
Etiologi pasti belum diketahui sampai saat ini. Namun, mioma uteri diyakini
sebagai tumor jinak yang bergantung pada esterogen. Dewasa ini, banyak bukti yang
2.3.1. Esterogen
menyatakan bahwa reseptor esterogen alfa dan beta terdapat pada mioma uteri dan
pada kasus mioma uteri dibandingkan dengan miometrium normal. Hal ini terjadi
mempunyai daya ikat reseptor yang lebih besar dibandingkan estradiol, yang
10
2.3.2. Progesteron
Reseptor progesteron yang didapati pada mioma uteri yaitu reseptor progesteron A
pada mioma uteri dan jaringan miometrium normal. Sifat yang berlawanan dengan
esterogen menyebabkan kadar progesteron tidak meningkat pada mioma uteri jika
pada mioma uteri, yang berpotensi menumbuhkan mioma uteri baik selama siklus
progesteron dan estrogen pada sel otot mioma yang dikultur. Ternyata didapatkan
hasil bahwa sel yang dikultur dengan media progesteron dan estrogen lebih aktif
Kadar serum progesteron tidak meningkat pada wanita mioma uteri. Kecuali jika
mendapat pemasukan dari luar tubuh, dimana pengaruh progesteron terbatas pada
(Cunninghum, 2010).
11
faktor pertumbuhan lainnya pada mioma uteri untuk memulai dan merangsang
sementara progesteron meningkatkan EGF-R secara sinergis pada sel mioma uteri.
mempunyai kontribusi dalam peningkatan potensi mitogenik sel mioma uteri dan
like growth factor-I basic fibroblast growth factor, dan prolaktin belum dapat
Beberapa faktor risiko seorang wanita mengalami mioma uteri antara lain
2.4.1. Umur
Umur memainkan peranan yang signifikan dalam deteksi mioma uteri. Kejadian
mioma uteri mengalami peningkatan pada wanita mendekati usia perimenopause dan
bahwa insiden mioma uteri pada wanita dengan kelompokusia 25 sampai 29 tahun
12
adalah 4,3 per 1000, pada rentang usia 30 sampai 34 tahun adalah 9,0 per 1000, pada
kelompok usia 35 sampai 39 tahun adalah 14,7 per 1000, dan pada kelompok usia 40
sampai 44 tahun adalah 22,5 per 1000. Dengan demikian, pada wanita kelompok usia
Mioma uteri sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya
mempunyai satu anak. Hal ini disebabkan karena sekresi estrogen wanita hamil
sifatnya sangat berbeda dari sekresi oleh ovarium pada wanita yang tidak hamil yaitu
hampir seluruhya estriol, suatu estrogen yang relatif lemah daripada estriol yang
dihasilkan oleh ovarium. Hal ini berbeda dengan wanita yang tidak pernah hamil atau
melahirkan, estrogen yang ada di tubuhnya adalah murni estrogen yang dihasilkan
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat
badan (BB) dengan tinggi badan (TB). IMT dapat menjadi indikator atau
2009).
Mioma uteri juga sering terjadi pada wanita yang kelebihan Indeks Massa Tubuh.
Peningkatan IMT berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
dimana hal ini dapat meningkatkan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.
dialami oleh keluarga yang dapat diturunkan secara genetik. Faktor ini pertama kali
dilaporkan oleh Winkler dan Hoffman tahun 1983. Mereka menyatakan bahwa ada
peningkatan sebesar 4,2 kali lipat pada penderita mioma uteri yang mempunyai
penilaian pada 638 perempuan yang mengalami mioma uteri. Hasinya didapati bahwa
pasien yang memiliki riwayat keluarga lebih berisiko 2,5 kali (Cunninghum, 2010).
dikatakan normal apabila siklusnya antara 24-35 hari, lamanya 2-8 hari dan
menstruasi juga memiliki efek pada risiko mioma uteri. Perempuan kulit putih yang
mengalami menstruasi berat dan durasi siklus lebih panjang dari 6 hari memiliki
peningkatan risiko mioma uteri yang signifikan sebesr 1,4. Pola menstruasi yang
lebih dari biasanya akan mengakibatkan paparan estrogen lebih lama yang akan
Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri, yaitu: Degenerasi
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
Torsi (putaran tangkai) adalah sarang mioma yang bertangkai yang mengalami
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan
hingga perdarahan berupa metroargia atau menoragia disertai leukore dan gangguan
melihat penyempitan pada tuba. Alat ini sering digunakan untuk mengevaluasi
kesuburan pada pasien yang memiliki peningkatan risiko mengalami mioma uteri.
Mioma uteri dapat dideteksi oleh HSG jika terletak pada kavum uteri. Alat ini
juga memiliki tingkat false positif yang tinggi, misalnya suatu mioma
sampai endometrium. Hal ini terjadi karena alat hanya mampu membedakan
sesungguhnya.
optimal untuk evaluasi uterus yang memiliki mioma karena alat ini tidak dapat
(Cunninghum, 2010).
ini kurang invasif, tetapi tidak dapat memberikan gambaran mioma yang
gambaran dengan resolusi lebih tinggi, informasi lokasi mioma, bahkan dengan
ukuran 4-5 mm. Akan tetapi, pemeriksaan ini mengalami penurunan sensivitas
16
dalam mendeteksi mioma subserosa yang bertangkai atau yang terletak di sebelah
atas abdomen karena mioma tersebut di luar lapangan pandang dari pemeriksaan
lokasi, ukuran, rasio, jaringan ikat terhadap jaringan otot polos, dan derajat
gambaran kistik, hipoekoik, atau daerah yang dipenuhi cairan bersama dengan
adanyamassa yang besar, berbatas tegas, ekogenik, dan melingkar di dalam uterus
2.6.3. Histeroskopi
danbatas yang jelas dari mioma bertangkai dan polip. Pemeriksaan ini juga dapat
meliputi visualisasi langsung, tindakan terapi yang terus menerus dan komplikasi
tetapi tidak dapat menghentikan menorrhagia akibat mioma uteri. Obat ini tidak
uterus. Biasanya dilakukan pada mioma uteri multipel dan memiliki gejala yang
berat. Ada beberapa kriteria preoperatif yang harus dipenuhi, yaitu ukuran uterus
kurang atau sama dengan ukuran usia 16 minggu, mobilisasi uterus yang bagus,
2.7.5. Histerektomi
total terhadap pasien mioma uteri. Ada beberapa jenis histerektomi yang sering
2009).
18
DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph & Martin L. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.
Jakarta. EGC
Prawihardjo