Anda di halaman 1dari 2

Lupus merupakan penyakit autoimun kronis dimana terdapat kelainan sistem imun yang

menyebabkan peradangan pada beberapa organ dan sistem tubuh. Mekanisme sistem kekebalan
tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan tubuh sendiri dan organisme asing (misalnya
bakteri, virus) karena autoantibodi (antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri) diproduksi
tubuh dalam jumlah besar dan terjadi pengendapan kompleks imun (antibodi yang terikat pada
antigen) di dalam jaringan. SLE atau lupus menyerang perempuan kira-kira delapan kali lebih
sering daripada laki-laki.
Hubungan antara lupus dan patogenesis masih kontroversial, karena komponen
komplemen dan imunoglobulin, termasuk kompleks penghancur membran, dapat dijumpai kedua
kulit non-lesi dan lesi pada pasien lupus eritematosus sistemik. Patogenesis melibatkan gangguan
mendasar dalam pemeliharaan self-tolerance bersama aktivasi sel B. Hal ini dapat terjadi
sekunder terhadap beberapa faktor antara lain: efek herediter dalam pengaturan proliferasi sel B,
hiperaktivitas sel T helper, dan kerusakan pada fungsi sel T supresor.
Penyebab lupus dapat dikategorikan dalam 3 faktor yaitu: genetik, hormonal dan
lingkungan. Beberapa faktor lingkungan diduga berperan kuat mencetuskan lupus, diantaranya
adalah: infeksi, zat kimia, racun, rokok dan sinar matahari.
Dalam upaya melakukan preventif terhadap penyakit lupus perlu ditingkatkan pelayanan
kesehatan di Indonesia, baik oleh pemerintah maupun semua pihak yang terkait dengan
pelayanan kesehatan. Pasien juga harus diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, apa bahayanya
dan bagaimana gejalanya agar pasien bisa turut berperan aktif dalam upaya pencegahan penyakit
lupus.
Adapun jenis-jenis penyakit lupus antara lain: Lupus Eritematosis Diskoid (DLE), Lupus
Eritematosus Sistemik (SLE) dan Lupus Eritematosus yang disebabkan oleh obat.
Diagnosis SLE harus memenuhi 4 dari 11 gejala spesifik yang ditetapkan seperti Malar
Rash/Butterfly Rash, Discoid Rash, Fotosensitif, Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral
ulcers), Nyeri pada sendi-sendi, Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput
pembungkusnya terisi cairan, gangguan pada ginjal. Gangguan pada otak atau sistem saraf mulai
dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah
putih dan trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia. Tes ANA (Antinuclear
Antibody), sebagai pertanda aktifnya lupus bila ditemukan dalam darah pasien, dan gangguan
sistem kekebalan tubuh. Cara diagnosis Lupus atau SLE (Lupus Eritematosus Sistemik) dengan
Uji Imunologik.
Penatalaksanaan lupus dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat, sesuai
dengan berat ringannya gejala yang muncul. Lupus ringan, gejala tersebut cukup dikontrol oleh
analgesik dan mengurangi paparan sinar matahari dengan menggunakan tabir surya, dan
Hidroksikloroquin. Lupus sedang, terapi steroid biasanya sudah dibutuhkan, Hidroksikloroquin
sudah memadai sebagai tambahan steroid, tapi kadang obat imunosuppressan juga dibutuhkan
seperti: Azathioprine, dan Methotrexate. Lupus berat, steroid sangat dibutuhkan dalam tahap ini
dengan tambahan obat immunosupresan. Pengobatan tambahan yang digunakan untuk lupus
berat meliputi immunoglobulin intravena, plasma exchange, dan antibodi monoclonal (agen
biologi) terutama rituximab. Pada pengobatan Lupus digunakan dua kategori obat yaitu
Kortikosteroid dan Nonkortikosteroid.

Anda mungkin juga menyukai