Anda di halaman 1dari 26

Manaj

emen

P
engelolaan
masalah
pelayanan
kesehatan
Modul Sistem
Kesehatan Nasional
Suryani Yuliyanti
FK UNISSULA
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester 7
Modul : Sistem kesehatan Nasional
LBM 2
Topik ketrampilan : Pengelolaan Masalah Pelayanan Kesehatan

A. SASARAN BELAJAR

A. Mampu mengintegrasikan konsep manajemen pelayanan kesehatan dalam mengelola


masalah dalam pelayanan kesehatan
B. Mampu mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan
C. Mampu memprioritaskan masalah yang ditemukan
D. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah kesehatan berdasarkan pendekatan
input, proses dan output
E. Mampu menganalisis penyebab masalah manajemen pelayanan kesehatan dalam
bentuk bagan fishbone
F. Mampu menyusun usulan Plan of Action sesuai penyebab masalah pelayanan
Kesehatan

B. RENCANA PEMBELAJARAN

Waktu praktikum 4 × 50 Menit (1 jam)


Pandua 1. Instruktur memandu mahasiswa melakukan pretest
n (10 menit)
Instrukt 2. Instruktur menjelaskan kepada mahasiswa
ur tentang materi praktikum(30 menit)
3. Instruktur mengoreksi hasil pre test mahasiswa
4. Instruktur mendampingi mahasiswa melakukan
manajemen pengelolaan pelayanan kesehatan
dengan simulasi kasus (40 Menit)

1
Waktu praktikum 4 × 50 Menit (1 jam)
5. Instruktur mendampingi mahasiswa menerapkan
siklus problem solving pada kasus (40 menit)
6. Instruktur mendampingi mahasiswa memaparkan
hasil diskusi, serta memberikan umpan balik (60
Menit)
7. Instruktur memberikan post test dan mengoreksi
(15 Menit)
8. Instruktur memberikan penilaian kepada mahasiswa
berdasarkan pre test, post test dan keaktifan
mahasiswa
di I-class(5 Menit)
Tugas Mahasiswa 1. Mahasiswa melakukan pretest (10 menit)
2. Mahasiswa mendengarkan penjelasan
instruktur tentang materi praktikum(30
menit)
3. Mahasiswa didampingi instruktur melakukan
manajemen pengelolaan pelayanan kesehatan
dengan simulasi kasus (40 Menit)
4. Mahasiswa didampingi instruktur menerapkan
siklus problem solving pada kasus (40 menit)
5. Mahasiswa memaparkan hasil diskusi, serta
mendengarkan umpan balik yang diberikan
instruktur (70 Menit)
6. Mahasiswa mengerjakan postest (5 Menit)

C. Dasar Teori

1. LATAR BELAKANG

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya kesehatan masyarakat
yang dalam pelaksanaannya dibutuhkan manajemen puskesmas yang dilakukan secara

2
terpadu dan berkesinambungan, untuk menghasilkan kinerja puskesmas yang efektif

3
dan efisien (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Ditinjau dari Sistem
Kesehatan Nasional puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama

2. DASAR TEORI

Konsekuensi logis dari ditetapkannya UU Otonomi Daerah Tahun 1999 adalah


berubahnya sistem pemerintahan di Indonesia dari bentuk terpusat (sentralisasi)
menjadi bentuk terdelegasikan (desentralisasi). Daerah kabupaten/Kota memiliki
kewenangan atas dasar desentralisasi luas, ini berarti kabupaten/kota memiliki
kewenangan yang besar dalam pembangunan daerahnya termasuk di bidang
kesehatan. Hal ini ditegaskan dengan Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang telah menetapkan bidang kesehatan merupakan
salah satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh Kabupaen/Kota.
Penyelenggaraan Kewenangan Wajib oleh Daerah adalah merupakan perwujudan
otonomi yang bertanggung jawab, yang pada intinya merupakan
pengakuan/pemberiaan hak dan kewenangan Daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah.

Besarnya keberagaman karakteristik daerah di Indonesia membuat setiap


pembangunan di setiap daerah berbeda-beda. Keberagaman ini juga mempengaruhi
pembangunan kesehatan di setiap daerah. Dikarenakan karakteristiknya yang berbeda,
permasalahan kesehatan di setiap daerah pun akan berbeda. Namun, walaupun begitu
tetap harus ada suatu standar pelayanan minimal kesehatan untuk daerah
kabupaten/kota. Untuk itu Pemerintah Pusat yang dalam hal ini adalah Departemen
Kesehatan dengan peran pengawasan dan pembuat kebijakannya, menyusun suatu
standar pelayanan minimal bidang kesehatan di suatu wilayah kabupaten/kota.

Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi Pemerintah dalam memberikan dan
mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan rakyat. Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan Kabupaten/Kota
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia sehingga mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan SPM bidang kesehatan. Sedangkan Puskesmas pada hakekatnya
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu,
4
terjangkau oleh masyarakat dan sebagai motor pembangunan kesehatan di daerah
kerjanya. Mutu pelayanan kesehatan dasar di puskesmas sampai saat ini dirasakan
belum memadai, faktor penyebabnya antara lain belum dipatuhinya standar
pelayanan, keterbatasan tenaga, perbekalan, pembiayaan dan kelemahan manajerial.
Mengingat kondisi tersebut, masing-masing daerah yang terkait dengan keterbatasan
sumber daya dan kapasitas institusi yang tidak merata, maka diperlukan pentahapan
pelaksanaannya dalam mencapai pelayanan minimal oleh masing-masing Daerah
sesuai dengan kondisi dan perkembangannya.

Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasian kewenangan


wajib bidang kesehatan di Kabupaten/Kota seiring dengan Lampiran Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri No.100/756/OTDA/tanggal 8 Juli 2002 tentang Konsep Dasar
Penentuan Kewajiban Wajib dan Standar Pelayanan Minimal, maka dalam rangka
memberikan panduan untuk melaksanakan pelayanan dasar dibidang kesehatan
kepada masyarakat di Daerah, telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota. Yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah
suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat
yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark). Pada SPM yang
dibuat tahun 2003 ini terdapat 26 jenis pelayanan kesehatan dengan 47 indikator
kinerja wajib dan 7 jenis pelayanan kesehatan tambahan.
Setelah dilakukan monitoring dan evaluasi, terdapat beberapa indikator yang tidak
relevan dan tidak sesuai lagi. Oleh karena itu, pada tahun 2008 Kepmenkes Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 direvisi dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota yang berisi 4 jenis pelayanan kesehatan dengan 18 indikator
kinerja, dengan petunjuk teknis sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Seiring dengan perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia,
serta komitmen global untuk mewujudkan Sustainable Development Goals(SDG’s),
pada tahun 2016 ditetapkan ketentuan SPM yang baru melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal

5
Bidang Kesehatan. Perbedaan antara SPM tahun 2008 dan 2016 adalah, jumlah
indikator yang ada pada SPM 2016 lebih sedikit, namun dalam penjelasan lanjut
indikator lebih lengkap dan lebih komprehensif dalam penilaian pelayanan kesehatan
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Kebijakan mengenai SPM mengalami perubahan dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal, sebagai
pelaksanaan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Dengan kebijakan ini SPM Bidang Kesehatan
mengalami perubahan yang cukup mendasar dari SPM sebelumnya sebagaimana
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 4 Tahun
2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar. Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Memuat 12 jenis pelayanan dasar yang harus dilakukan Pemerintah
Kabupaten/Kota, yaitu:
1) Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar pelayanan antenatal;
2) Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
3) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
4) Pelayanan Kesehatan Balita;
5) Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
6) Pelayanan kesehatan pada usia produktif;
7) Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;
8) Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
9) Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Mellitus;
10) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat;
11) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis (TB); dan
12) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV.

Pada SPM yang lalu pencapaian target-target SPM lebih merupakan kinerja program
kesehatan, maka pada SPM yang sekarang pencapaian target-target tersebut lebih
diarahkan kepada kinerja Pemerintah Daerah, menjadi penilaian kinerja daerah dalam
memberikan pelayanan dasar kepada Warga Negara. Selanjutnya sebagai bahan
Pemerintah Pusat dalam perumusan kebijakan nasional, pemberian insentif, disinsentif
dan sanksi administrasi Kepala Daerah. Butir capaian standar minimal pelayanan
kesehatan pada dasarnya masih sama dengan SPM tahun 2016, hanya saja
ditambahkan
6
pelayanan kesehatan masa krisis dan saat ada KLB.(Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2019).

Contoh pernyataan standar dalam SPM

3. Standar Pelayanan Minimal sebagai suatu “Sistem”

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan adalah merupakan ketentuan


mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar minimal bidang kesehatan yang merupakan

7
urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara. Sedangkan
sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen (subsistem) yang saling
terkait
/ tergantung satu sama lain dan bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Sistem dapat
dianggap sebagai suatu sistem tertutup atau sistem terbuka. Sistem terbuka sangat
dipengaruhi oleh suatu perubahan lingkungan dan harus beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Dalam konsep sistem, ada hubungan hirarkhi antara berbagai
subsistem yang lebih rendah dan suprasistem yang lebih tinggi. Dalam sistem
Kesehatan Propinsi, maka sistem Kesehatan Nasional merupakan suprasistem dan
sistem Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan subsistem. Sistem akan berfungsi
optimal bila sub sistemnya berfungsi sebagaimana seharusnya. Secara hubungan
dengan lingkungan, dimana suatu sistem harus berhadapan dengan lingkungan maka
system menerima berbagai masukan (input), kemudian berproses menghasilkan luaran
(output) serta hasil akhir adalah outcome (dampak).

Komponen Input terdiri dari berbagai faktor yang dikenal dengan sebutan 6M yaitu:
1. Man misalnya petugas yang berperan (medis/paramedis dan non medis/paramedis)
2. Money misalnya sumber-sumber pembiayaan kesehatan dari APBN, APBD,
maupun sumber lainnya
3. Material misalnya bahan dan obat serta persediaan lainnya
4. Method misalnya prosedur kerja/layanan kesehatan kepada masyarakat
5. Markets misalnya masyarakat dan penderita di wilayah Puskesmas
6. Machine misalnya perlengkapan dan peralatan kesehatan
7. Information Misalnya data yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
Komponen Proses terdiri dari:
1. Proses Perencanaan program kerja
2. Proses kinerja petugas medis/paramedis dan non medis/paramedis
3. Proses penggunaan Bahan dan obat serta penyediaan lainnya
4. Proses penggunaan prosedur kerja/layanan kesehatan masyarakat
5. Proses pelayanan penderita dan pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat
6. Proses penggunaan perlengkapan dan peralatankesehatan
7. Proses pendapatan dan pengeluaran penganggaran

Komponen Output yang dinilai adalah pencapaian Puskesmas, dan komponen


Outcome yang dinilai adalah pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah
8
Nasional

9
yang terinci dalam Rencana strategis Nasional tahun 2020–2024. Sedangkan penilaian
dampak membutuhkan indikator jangka panjang seperti yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Contoh Pernyataan Masalah berdasarkan komponen Input, proses dan output
Man Money Material Method Machine Market Informatio
n
Kekurangan Alat kurang Prosedur Tidak ada Pengetahuan Validitas data
tenaga Alat rusak yang peralatan sasaran kurang
tenaga Tidak ada digunakan penunjang kurang System
kesehatan dokumen kurang tepat Alat rusak informasi
kurang terlatih SOP kurang bermasalah
efektif Tidak ada data
P1 P2 P3
Tidak ada perencanaan Kesalahan memilih personal Tidak dilakukan pengawasan, penilaian dan
Perencanaan kurang baik Kendala dalam pelaksanaan evaluasi

D. PROSEDURAL
1. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Laptop (masing- masing mahasiswa membawa laptop)
b. Koneksi internet untuk pencarian data
c. LCD
d. layar
e. white board
f. lembar penilaian skill lab mahasiswa

1
2. Bahan
a. Spidol
b. Bacaan Pendukung
Renstra Bidang kesehatan tahun 2020-2024
Permenkes No 4 tahun 2019 tentang SPM bidang kesehatan

2. PROSEDUR SKILL LAB

1. Bagi kelompok skill lab menjadi 3 kelompok kecil terdiri dari kelompok
2. Bacalah peraturan kementerian kesehatan tentang Standar pelayanan minimal
bidang kesehatan yang terbaru
3. Lakukan Penentuan masalah yang didapatkan dari indikator yang belum
memenuhi target, sedangkan indikator yang telah mencapai target bukan
merupakan masalah. Dengan Menyusun table berikut
4.
N Indikator SPM targ Pencapaia interpretas
o et n i
1. cakupan ibu hamil yang diberi 90 % 55,57% Belum
90 tablet Fe pada bulan tercap
Januari sampai dengan bulan ai*
Mei 2010 adalah 55,75 %
2.

o Output masalah mengacu pada pencapaian indikator yang tidak memenuhi target
o Besar masalah mengacu pada apa yang akan terjadi apabila masalah tersebut tidak
terselesaikan
o lampirkan data pendukung yang berasal dari profil kesehatan dalam PPT anda

Indikator SPM berdasarkan Permenkes


5. Diskusikan dengan teman sekelompok dan pilih 1 masalah utama dengan tehnik
prioritas masalah metode Hanloon (lihat kembali skill modul Ilmu Kedokteran
Komunitas dan Kedokteran keluarga) atau MCUA

Teknik Prioritisasi Kegiatan Pemenuhan SPM


Penyusunan prioritas adalah sebuah proses untuk menentukan tingkat kepentingan suatu hal
(masalah atau alternatif pemecahan masalah) berdasarkan urutan. Masalah atau alternatif
pemecahan masalah dengan urutan pertama (ranking I) berarti hal tersebut sangat penting
untuk dilaksanakan.

Konsep penyusunan prioritas dilakukan dalam konteks pembagian sumber daya. Setiap
organisasi pasti menghadapi kondisi keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia,
anggaran, waktu, maupun sumber daya lain. Padahal masalah yang harus diselesaikan

1
organisasi pasti lebih dari satu. Agar proses alokasi sumber daya memiliki dasar
pertimbangan yang kuat, diperlukan prioritas. Masalah prioritas akan diprioritaskan pula pada
saat alokasi sumber daya.

Proses menyusun prioritas bisa dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik skoring dan non
skoring. Sesuai dengan namanya, dalam teknik skoring artinya dibutuhkan adanya skor-skor
tertentu untuk menjustifikasi nilai dari suatu masalah. Sedangkan dalam teknik non skoring
tidak mempergunakan angka, tetapi menggunakan argumen tertentu yang bersifat kualitatif.
Pada dasarnya kedua teknik proritas tersebut dapat digunakan untuk memprioritas gap
pencapaian SPM ini, tetapi karena beberapa pertimbangan, khususnya untuk mengurangi
kesan subjektif, maka direkomendasikan utuk menggunakan teknik skoring.

1. Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA)


Teknik skoring yang akan dibahas berikut ini dengan menggunakan salah satu metode
prioritas yang disebut dengan Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA). MCUA ini
merupakan salah satu teknik prioritas yang cukup lama namun masih populer digunakan
sampai saat ini karena pendekatannya praktis dan mudah.
MCUA adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk membantu tim dalam
mengambil keputusan atas beberapa alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu.
Kriteria dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi.
Berikut ini adalah langkah-langkah memprioritaskan masalah dengan teknik MCUA.

1. Inventarisir masalah
Data masalah yang dihadapi dalam sebuah lembar kerja.
2. Penentuan Kriteria
Berdasarkan daftar masalah tersebut, susunlah kriteria yang sesuai sebagai
menentukan prioritas. Bebarapa contoh kriteria yang dapat digunakan diantaranya:
besarnya masalah, urgensi, tingkat perhatian masyarakat (public concern), dukungan
kebijakan, kecepatan perkembangan masalah, dan sebagainya.
3. Penentuan bobot kriteria
Dari sederet kriteria yang telah disepakati, tentukan bobot untuk masing-masing
kriteria. Bobot menunjukan tingkat kepentingan suatu kriteria dalam proses prioritas.
Jumlah total bobot adalah 1 atau 100%.
4. Pemberian nilai (rating)
Lakukan penilaian terhadap masalah yang ada, satu demi satu, per dengan kriteria.
Rating dapat menggunakan angka 1 – 4. Angka 1 berarti rating untuk masalah
tersebut rendah,

1
angka 4 berarti rating untuk masalah tersebut sangat tinggi. Sebagai contoh, jika
urgensi dari masalah cakupan desa UCI mendapat angka 4 maknanya adalah masalah
cakupan desa UCI ini sangat urgen untuk segera diselesaikan.
5. Penentuan skor
Pemberian skor dilakukan dengan mengalikan bobot dan rating. Total skor diperoleh
dengan menjumlahkan skor dari seluruh kriteria.
6. Penentuan ranking
Sesuai hasil penjumlahan skor pada tiap masalah, akan didapat masalah dengan total
skor tertinggi sampai dengan terendah. Ranking diberikan sesuai dengan urutan total
skor tersebut. Masalah dengan total skor tertinggi adalah ranking I, demikian
seterusnya sampai dengan ranking terakhir.
Untuk mempermudah pelaksanaan prioritas dengan teknik MCUA, dibuat tabel
berikut ini.

Penentuan prioritas masalah dengan tehnik MCUA


Masalah A Masalah B Masalah C
N Kriteria Bobot Rating Bobot x Rating Bobot Rating Bobot
o Rating x x
Rating Rating
( (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1
)
1 Besarnya
masalah
2 Urgensi
3 Daya ungkit
.. ………dst
Total 1
Ranking

Keterangan:
Kolom : Diisi nomor urut
(1)
Kolom : Diisi kriteria yang akan digunakan untuk memperioritaskan masalah. Rumusan kriteria ini
(2) merupakan
hasil kesepakatan peserta diskusi
Kolom : Diisi bobot yang menunjukkan nilai kepentingan dari suatu variabel. Bobot merupakan hasil
(3)
kesepakatan. Total bobot adalah satu
Kolom : Diisi rating yang menunjukkan penilaian peserta diskusi terhadap kondisi dari suatu masalah ditinjau
(4)
dari kriteria tertentu. Dapat menggunakan angka 1 – 4
Kolom : Diisi skor hasil perkalian antara bobot dengan rating
(5)

6. Baca Kembali teori manajemen dengan pendekatan input proses dan output serta

1
peraturan kementerian kesehatan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM),
kemudian lakukan analisis akar penyebab masalah berdasarkan pendekatan sistem

1
mengenai faktor-faktor pendukung pencapaian SPM tersebut berdasarkan
pemikiran anda. Semua komponen yang berperan diidentifikasi, walau mungkin
bukan faktor yang menyebabkan masalah tersebut. Beri tanda apakah merupakan
masalah atau bukan. Gunakan metode FISH bone atau Problem Tree. Rekapitulasi
hasil penilaian Profil Kesehatan Puskesmas dengan format di bawah ini:
No Analisa sistem Uraian Apakah merupakan masalah?
Y Tid
a ak
Ct Input MAN • Jumlah dokter, bidan, √
h perawat dan kader yang
terlatih untuk melakukan ante
natal care sudah cukup
(analisis semua
komponen)
Proses Belum terjadwal Ante natal √
care di setiap posyandu
(analisis semua komponen)
1.
2.
3.
Dan seterusnya

7. Berdasarkan analisis penyebab masalah yang telah dilakukan, buatlah beberapa


alternatif Pemecahan masalah, lalu lakukan prioritas terhadap beberapa
pemecahan masalah yang anda temukan menggunakan tehnik CARL

TEHNIK PRIORITAS ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH MENGGUNAKAN


Capability, Acceptibility, Readiness, dan Leverage (CARL)
Kriteria yang sering digunakan dalam memprioritaskan program dan kegiatan adalah terkait
dengan kemampuan dan potensi yang ada untuk menjalankan program dan kegiatan tersebut.
Contoh metode yang cukup populer untuk ini adalah CARL. CARL adalah sebuah metode
prioritas yang menggunakan kriteria Capability, Acceptibility, Readiness, dan Leverage. Dari
kriteria yang digunakan dapat disimpulkan bahwa metode ini lebih mempertimbangkan
aspek pelaksana program.

Langkah pelaksanaan teknik CARL:


1. Tuliskan alternatif program dan kegiatan yang berhasil diidentifkasi dari proses
penyusunan alternatif
2. Sepakati rentang nilai yang digunakan untuk memberi skor masing-masing alternatif
program dan kegiatan.
Misalnya: menggunakan rentang angka 1–4, atau 1–5, atau 1–10, dan sepakati makna

1
masing-masing angka tersebut.
Misalnya:
1 : Tidak mampu/ tidak bisa diterima/ tidak siap/ tidak ada daya ungkit
2 : Kurang mampu/ kurang bisa diterima/ kurang siap/ daya ungkit
kecil 3: Mampu/ bisa diterima/ siap / ada daya ungkit
4 : Sangat mampu/ sangat bisa diterima/ Sangat siap/ Daya ungkit sangat besar
3. Berikan skor atau nilai untuk setiap alternatif program dan kegiatan berdasarkan kriteria
CARL (Capability atau kemampuan, Accesibility atau Kemudahan, Readiness atau
kesiapan, Leverage atau Daya Ungkit) Format tabel untuk melakukan prioritas dengan
teknik CARL adalah sebagai tabel di halaman berikut.

Proses di atas akan menghasilkan urutan prioritas program dan kegiatan untuk masing-
masing indikator SPM. Sesuai dengan kemampuan organisasi, diambil sejumlah prioritas
(misal ranking 1–5) per indikator untuk dimasukkan kedalam dokumen perencanaan yang
akan diajukan kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan alokasi anggaran.

Untuk menunjukkan keterkaitan antara program dan kegiatan prioritas tersebut dengan
kemampuan dan potensi daerah, dapat dilakukan dengan membuat tabel yang berisi skor
hasil analisis SWOT dan pagu indikatif kegiatan, seperti yang tercantum dalam lampiran II
A Kemenkes 317/MENKES/SK/V/2009.

KegiatanRutindanTerobosanPemenuhanSPM
Upaya pemenuhan 12 indikator SPM kesehatan bukanlah hal yang mudah. Diperlukan
serangkaian kegiatan yang terencana dengan baik agar seluruh pihak yang terlibat
mengetahui peran masing-masing, sehingga mampu berkontribusi secara maksimal. Proses
menyusun rancangan kegiatan untuk memenuhi target SPM membutuhkan proses berpikir
kreatif, dan tidak sekedar mengulang kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Jika
rancangan kegiatan yang dihasilkan sekedar mengulang kegiatan tahun sebelumnya, sudah
dapat diprediksi hasil akhir yang diperoleh kemungkinan tidak akan jauh berbeda dari hasil
tahun-tahun sebelumnya. Kecil kemungkinan akan terjadi peningkatan pencapaian SPM.

Beberapa kegiatan yang bersifat dasar, kemungkinan besar memang akan terus dilakukan
tiap tahun, dan ini disebut sebagai kegiatan rutin. Tetapi di luar kegiatan rutin tersebut
hendaknya

1
selalu dimunculkan ide-ide solutif baru, mengacu pada temuan proses analisis gap.

Di dalam petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di


Kabupaten/Kota, Kementerian Kesehatan telah memberikan acuan mengenai beberapa jenis
kegiatan yang harus dilakukan untuk mendukung pencapaian indikator SPM tertentu. Diluar
kegiatan rutin tersebut daerah dituntut untuk mengembangkan sendiri kegiatan inovatif,
dengan memperhatihan kapasitas dan potensi daerah setempat.

Format tabel untuk melakukan prioritas dengan teknik CARL

N Indikator Alternatif Program dan C A R L To Rangk


o SPM Kegiatan tal ing
(1 (2) ( ( ( ( ( (8) (9)
) 3 4 5 6 7
) ) ) ) )
1 Cakupan Pelatihan MPS
kunjungan In-house training
Ibu Hamil Mengusulkan pengadan alat bantu
K- 4 penyuluhan sesuai karakteristik
masyarakat
Memperbaiki perencanaan
program penyuluhan dari sisi
frekuensi dan sasarannya
Menyediakan sarana ambulan desa
Mendekatkan pelayanan ke
masyarakat, melalui kegiatan
puskesmas keliling yang dihadiri
oleh bidan.

2 Cakupan
komplikasi
kebidanan yang
ditangani

3 Cakupan

4
5
ds
t

Keterangan:
Kolom : Diisi nomor urut

1
(1)
Kolom : Diisi indikator SPM
(2)
Kolom : Diisi alternatif program dan kegiatan yang diperoleh dari proses
(3) penyusunan alternatif kegiatan yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya

1
Kolom : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian
(4) peserta mengenai kemampuan sumber daya manusia dalam menjalankan
program dan kegiatan yang tertulis di kolom (3)
Kolom : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan
(5) penilaian peserta mengenai penerimaan masyarakat terhadap program dan
kegiatan yang tertulis di kolom (3)
Kolom : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan penilaian
(6) peserta mengenai kesiapan sumber daya organisasi untuk
menjalankan program dan kegiatan yang tertulis di kolom (3)
Kolom : Diisi dengan nilai (sesuai rentang nilai yang disepakati) berdasarkan
(7) penilaian peserta mengenai daya ungkit program dan kegiatan yang tertulis
di kolom (3)
terhadap penyelesaian masalah yang lain
Kolom : Diisi hasil perkalian nilai pada kolom (4) x kolom (5) x kolom (6) x kolom (7)
(8)

8. Rencanakan POA untuk mengatasi masalah sesuai dengan akar penyebab masalah
yang telah anda temukan
9. Buat PPT disertai dengan printscreen sebagai bukti data profil kesehatan.
10. Presentasikan hasil yang anda peroleh pada skill lab hari kedua.

E. SKENARIO

Seorang Kepala Puskesmas di daerah perkotaan mendapatkan laporan capaian


standar pelayanan minimal di wilayah kerjana selama satu semester di tahun ini. Data
sebagai berikut:

N INDIKAT CAPAI
O OR AN
1. Pelayanan Kesehatan Ibu hamil 50%
2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin 80%
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir 70%
4. Pelayanan kesehatan balita 70%
5. Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar 60%
6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif 60%
7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut 50%
8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi 64%
9. Pelayanan kesehatan penderita diabetes 60%
10. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa 50%
11. Pelayanan kesehatan orang dg TB 42%
12. Pelayanan kesehatan orang dg resiko terinfeksi HIV 70%

F. EVALUASI
Evaluasi dilakukan berdasarkan form penilaian keaktifan dan penguasaan materi serta
kemampuan berargumentasi.

1
Check Lst Penilaian
Nil
N Aspek ketrampilan dan medis yang ai
o dilakukan 0 1 2

G. DAFTAR PUSTAKA

1. PERMENKES RI No. 741/MENKES/ PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan


Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota. Diunduh dari
https://setdaberaukab.files.wordpress.com/2013/09/spmkes.pdf pada tanggal 21
september 2015
2. USAID dan KINERJA Tata Kelola Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan Untuk Kabupaten/ Kota. Sesi Pembelajaran dari USAID dan
KINERJA di unduh dari http://www.kinerja.or.id/pdf/be104881-4c8e-426c-8c8d-
10311db2b144.pdf pada tanggal 21 September 2015 pk 13.00 WIB
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
2014: 1–24.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Permenkes No 4 tahun 2019
tentang Standar teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan. : 1–139.
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Permenkes No 43 tahun 2016
tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. : 1–79.

2
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Profil Kesehatan yang di analisis:

Kelompok SGD :

N Output masalah targ Pencapaia interpretasi


o et n
1
.

2
.

3
.

4
.

5
.

6
.

7
.

8
.

9
.

*lembar kerja dapat diperbanyak sendiri

2
Masalah utama :

Uraian alasan :

N Analisa Urai Apakah


o sistem an merupakan
masalah?
Y Tidak
a
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

*lembar kerja dapat diperbanyak sendiri

2
CONTOH FORMAT
PLAN OF ACTION (POA)

N Masal Jenis Lokas Metode Sasaran Tujuan Waktu Dan Tenag Penanggu Indikator
o. ah Kegiat i Pelaksana a a ng Keberhasil
an Kegiat an Pelaksa Jawab an
an na
Pelatih Dinas Kuliah, Dokter Meningkatk Septembe Pemater Meningkatn
1 kurangny an Kesehat Worksh Umum an r- Dink i dr Joko ya cakupan
a PONE an Kota op dan Puskesm Kompetensi Desember es : SpOG dan komplikasi
Kompete D Diskusi as Bidan penolong 2016 Panitia kebidanan
nsi dan Persalinan Hari WS yang
penolong PON jumat PONED ditangani
persalina EK Minggu 1 dan sebanyak
n untu dan ke 3 PONEK
k yang 99
Bida merupak %
n an
dan perwakil
dr an dari
Um puskesm
um as di
Kota A

2 dst

1
LANGKAHIDENTIFIKASIMASALAHDANPENYUSUNANPLAN OFACTION
Analisis situasi : penentuan masalah : target - capaia

Prioritas masalah --> MCUA

Masalah rangking 1

Analisis penyebab masalah dg pendekatan sistem ( input dan proses)

Dari penyebab masalah dirumuskan beberapa alternatif penyelesaian

Prioritas alternatif penyelesaian masalah dg tehnik C

Ditemukan 1 alternatif pemecahan masalah

Buat plan of action

Anda mungkin juga menyukai