JABATAN FUNGSIONAL
PEMBIMBING KESEHATAN KERJA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR
2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa upaya kesehatan
kerja bertujuan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerjanya. Pada implementasinya, upaya kesehatan kerja
mencakup tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.
Pada sesi ini akan dibahas mengenai tahapan pelaksanaan upaya kesehatan kerja yang
harus dilakukan oleh pembimbing kesehatan kerja. Tahap persiapan merupakan tahap awal
dalam upaya kesehatan kerja, berupa pengumpulan data terkait kesehatan kerja dan
penyusunan rencana upaya kesehatan kerja.
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan subpokok bahasan sebagai berikut:
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
yang sudah disampaikan. Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta dan atau
kelompok peserta selama proses pembelajaran. (10 menit)
Pokok Bahasan 1.
PENGENALAN ERGONOMI
a. Latar Belakang
Masyarakat pekerja adalah bagian dari komunitas yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Dengan meningkatnya status kesehatan masyarakat pekerja tentu akan mempengaruhi
kinerja dan produktivitas kerja mereka dalam bekerja, sehingga secara tidak langsung
akan berkontribusi atas pencapaian pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.
Selain sasaran seperti yang disebutkan diatas, maka telah dikembangkan juga program-
program kesehatan kerja yang bersifat terapan, seperti penerapan Program/kegiatan
ergonomi di tempat kerja khususnya penerapan program/kegiatan ergonomi di unit-unit
pelayanan kesehatan yang memiliki nilai strategis dalam hal upaya kesehatan kerja
misalnya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Data kajian ergonomik ILO menunjukkan bahwa di industri kecil didapatkan 60-80%
gangguan akibat faktor ergonomi, seperti sakit pinggang, kaku leher, serta keluhan
pada anggota gerak atas dan bawah. Penelitian Depkes pada berbagai penyakit
memperlihatkan adanya kelainan atau gangguan kesehatan para pekerja antara lain;
berupa perubahan bentuktulang punggung para perajin gerabah, myalgia dan nyeri
pinggul pada pekerja perempuan di tempat pemilihan tembakau dan lain-lainnya.
Penelitian yang lain oleh Tresnaningsih (2000) didapatkan bahwa dari 600 pekerja
pabrik tekstil di Jawa Barat yang diperiksa kesehatannya, maka sebanyak205 pekerja
(34%) mengeluh sakit pada anggota gerak bagian atas dan ditemukan sebanyak 132
pekerja (22%) menderita berbagai otot rangka lainnya.
Pada kajian profil pekerja yang dilakukan Depkes di 10 (sepuluh) propinsi tahun 2005
menunjukkan bahwa 40,5% pekerja mengeluh sakit, dan keluhan yang terbanyak adalah
gangguan otot rangka sebesar 16% dari pekerja yang disurvey. Selain itu, hasil lokakarya
tentang ergonomik pertengahan tahun 2006 di Bali teridentifikasi masalah-masalah
ergonomik, khususnya berkaitan dengan penerapan ergonomik di Puskesmas,
diantaranya adalah banyak kasus dengan keluhan muskuloskeletal, masih kurangnya
buku pedoman program, tenaga penyuluh dan informasi tentang ergonomi kerja.
Salah satu hal untuk mengatasi beberapa persoalan diatas adalah dibutuhkannya
pedoman/acuan/standard ergonomi kerja bagi petugas kesehatan di Puskesmas.
Manfaat :
1. Bagi Petugas Fasilitas Kesehatan :
Sebagai acuan untuk melaksanakan penerapan program/kegiatan ergonomi baik di
lingkungan di dalam fasilitas kesehatannya (Indoor) maupun di cakupan wilayah
kerjanya (Outdoor);
2. Bagi Pekerja:
▪ Status kesehatan meningkat;
▪ Kinerja dan produktivitas kerja meningkat;
3. Bagi tempat kerja :
▪ Meningkatnya citra/image tempat kerja;
▪ Terciptanya lingkungan tempat kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif dan
efisien.
c. Dasar-Dasar Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu tentang kemampuan, keterbatasan dan sifat manusia dalam
sistem kerjanya serta memanfaatkan pengetahuan ini untuk mendapatkan suatu sistem
kerja yang efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien. Bidang-bidang kajian ergonomi
meliputi interaksi beberapa elemen-elemen sistem kerja, sebagai berikut :
1. Elemen manusia
a. Antropometri:
llmu tentang dimensi tubuh manusia (ukuran-ukuran tubuh).
Contohnya: tinggi badan, berat badan, panjang lengan, panjang tungkai dan Iain-
lain.
b. Fisiologi/Faal kerja :
llmu tentang tubuh, lingkungan mikro dan metabolismenya untuk menghasilkan
energi kerja.
c. Biomekanika:
llmu tentang mekanika tubuh atau bagian tubuh dalam beraktivitas kerja
d. Psikososial kerja:
Mempelajari segi-segi kejiwaan manusia dalam bekerja, diantaranya kejenuhan,
beban kerja berlebihan, kerja bergilir, stress kerja, pemahaman cara kerja/proses
kerja, tuntutan pekerjaan yang terlalu tinggi, hubungan atasan dengan bawahan
dan antarrekan sekerja.
2. Elemen mesin/peralatan:
Mesin atau peralatan yang dipergunakan dalam proses kerja dan penunjang kerja,
diantaranya tangga, pintu, jendela, lantai, lemari, rak, meja, kursi, poster petunjuk,
kipas angin, lampu, speaker, toilet dan tempat sampah.
3. Elemen bahan:
Bahan baku dalam proses produksi, misalnya tanah liat, rotan, kulit dan kayu.
4. Elemen pekerjaan:
Jenis pekerjaan yang dilakukan:
• Memerlukan kerjafisik (manual material handling)
• Dengan berulang – ulang, cepat, dan dalam jangka waktu yang lama (repetitive
work)
• Dengan posisi statis, janggal, dan jangka waktu yang lama.
• Dengan menggunakan Visual Display Terminal (VDT)
Dalam interaksi elemen – elemen dalam sistem kerja ergonomi diatas, tanda panah tebal
ke arah faktor manusia, artinya dalam ergonomic menerapkan prinsip user centered
design yaitu sebuah sistem kerja atau lingkungan kerja yang menitikberatkan pada
manusia/penggunanya sehingga harus dirancang berdasarkan karakteristik fisik dan
mental penggunanya (manusia), sehingga demand harus lebih kecil daripada human
capacity.
• Demand : metabolic level, force, moment, beban, postur kerja, dll.
• Human Capacity : kekuatan, tissue tolerance, aerobic capacity, antropometri,
jangkauan, dll
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi adalah ilmu yang
mempelajari interaksi kompleks antara manusia, aspek fisik dan psikologis lingkungan
kerja (misalnya fasilitas, peralatan, dan mesin), pekerjaan, dan tata cara kerja. Bidang
ilmu yang erat kaitannya adalah human science (anatomi, fisiologi, dan psikologi) untuk
menyerasikan antara pekerjaan, sistem, produk, dan lingkungan kerja dengan kapasitas
dan keterbatasan fisik maupun mental manusia. Istilah ergonomi banyak digunakan di
beberapa negara Eropa. Sedangkan di Amerika, istilah human factor lebih banyak
digunakan. Pada perkembangannya, istilah human factor lebih banyak
mempertimbangkan faktor psikologis manusia (ergonomi kognitif).
Pokok Bahasan 2.
PENGENALAN PENGENDALIAN GANGGUAN ERGONOMI
1. Faktor Pekerjaan terdiri dari durasi, frekuensi, beban, urutan pekerjaan, prioritas
pekerjaan
2. Faktor Peralatan terdiri dari dimensi, bentuk, disain, dan penempatan dari fasilitas yang
digunakan untuk mendukung pekerjaan seperti monitor, CPU, keyboard, mouse, meja,
kursi, telepon, dokumen holder.
3. Faktor Lingkungan yang terdiri dari luas dan layout tempat kerja
4. Faktor Pekerja yang terdiri dari ukuran antropometri, postur dan keluhan yang
dirasakan oleh pekerja
5. Gerakan berulang (repetitive movement), yaitu menjalankan gerakan berulang pada
waktu melakukan pekerjaan.
6. Beban berat, yaitu beban fisik berlebihan yang diperiukan untuk melakukan pekerjaan,
seperti menarik, memikul, mendorong dan sebagainya). Semakin banyak daya yang harus
dikeluarkan, semakin berat beban bagi tubuh.
7. Postur yang kaku, yaitu sikap tubuh yang janggal dalam melakukan pekerjaan
8. Beban statis, yaitu diam lama dalam satu posisi sehingga menyebabkan kontraksi otot
9. Kondisi-kondisi yang dapat menciderai tubuh manusia misalnya tekanan langsung (tubuh
tertekan pada suatu permukaan atau tepian).
10. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh.
11. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).
12. Organisasi kerja yang tidak sesuai termasuk istirahat dan pengaturan waktu kerja yang
tidak cukup, kerja yang monoton, beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dalam satu
waktu sehingga melebihi beban kerja, prosedur kerja yang tidak standar dan cara kerja
yang tidak aman.
13. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai, misalnya tata letak lingkungan kerja yang tidak
aman dan nyaman, anatomi tubuh yang tidak serasi dengan desain pekerjaan
Dampak ketidakergonomisan dalam bekerja antara lain munculnya gejala ataupun gangguan
pada otot dan tulang, dikenal dengan istilah Musculosceletal Disorders (MSDs). Beberapa
gangguan yang termasuk MSDs adalah sebagai berikut:
1. Sakit pada tulang punggung bawah (Low back pain)
2. Hernia Nucleus Pulposus
3. Carpal Tunnel Syndrome
4. Shoulder disorders
5. Kelelahan - Kaku/Tegang (Fatigue – Strain)
6. Kaku pada leher (Neck stiff)
7. Myalgia, dll
Pokok Bahasan 3.
FASILITASI PENGKAJIAN HAMBATAN PELAKSANAAN PROGRAM ERGONOMI
b. Identifikasi Masalah
Langkah awal dalam penerapan ergonomik adalah identifikasi masalah. Identifikasi
masalah dimulai dari fasilitas kesehatan. Petugas fasilitas kesehatan menganalisis angka
kesakitan, misalnya membedakan mana gangguan otot rangka (MSDs) atau penyakit
karena akibat kerja. Gangguan otot rangka bisa disebabkan oleh masalah ergonomi.
Dengan demikian, dari data kesakitan yang ada dapat diketahui pemetaan masalah.
Langkah berikutnya yang dapat dilakukan dalam mengenali masalah ergonomi adalah
dengan melihat lingkungan psikososial dan lingkungan kerja.
Pada perinsipnya untuk mengetahui masalah ergonomi, perlu diketahui tiga hal:
1. Data umum tenaga kerja
a. Kesehatan fisik
b. Keadaan mental
c. Kemampuan jasmani, yaitu tentang dimensi antropometri dan pemanfaatan
tenaga otot.
2. Data lingkungan
Yaitu semua hal yang ada di tempat kerja, di luar tenaga kerja dan peralatan kerja.
Lingkungan kerja harus memberi ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota
anggota badan sehingga dapat bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat
duduk dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa hingga memungkinkan proses
kerja berjalan dengan efisien dan efektif. Iklim tempat kerja diatur supaya nyaman,
sesuai dengan sifat pekerjaan, ventilasi alamiah. Penerangan harus mendapatkan
perhatian juga, supaya nyaman. Untuk al&san teknis harus diciptakan satu kondisi
dan situasi dimana pekerja dapat melakukan tugasnya dengan nyaman dan leluasa.
3. Data pekerjaan
a. Jam kerja, siklus kerja, lama kerja, dan waktu istirahat
b. Kerja bergilir (shift work) dan pola pengaturannya.
c. Posisi sewaktu kerja
4. Data Peralatan/Bahan Kerja
Mesin atau peralatan yang dipergunakan dalam proses kerja dan penunjang kerja,
diantaranya tangga, pintu, jendela, lantai, lemari, rak, meja, kursi, poster petunjuk,
kipas angin, lampu, speaker, toilet dan tempat sampah.Dan bahan baku dalam proses
produksi, misalnya tanah liat, rotan, kulit dan kayu.
Untuk mengidentifikasi masalah dalam ergonomi perlu dilakukan hal sebagai berikut:
1. Mengamati tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun
psikologik
2. Mengamati cara kerja manusia dalam berinteraksi dengan peralatan dan bahan kerja
3. Mengamati aktifitas pekerjaannya
4. Mengamati lingkungan kerja
Pokok Bahasan 4.
Pokok Bahasan 5.
PENYUSUNAN REKOMENDASI KEPADA PENGUSAHA/PEMBERI KERJA/PENGURUS DALAM
PROGRAM ERGONOMI
2. Beban berat
Bermacam-macam cara dalam
mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan,punggung,
dsbnya. Beban yang terlalu berat
dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot, dan
persendian akibat gerakan yang
berlebihan.
Dalam hal mengangkat beban, beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang
ditetapkan ILO sebagai berikut:
▪ Laki-laki dewasa : 25 kg
▪ Wanita dewasa : 15-20 kg
▪ Laki-laki (16-18 th) : 15-20 kg
▪ Wanita (16-18 th) : 12-15 kg
Untuk mengangkat beban perlu diperhatikan cara mengangkat yang benar dengan
didasarkan pada prinsip :
▪ Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung
▪ Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum dengan
memanfaatkan berat badan.
▪ Posisi kaki yang benar
▪ Punggung kuat dan kekar
▪ Posisi lengan dekat dengan tubuh
▪ Mengangkat dengan benar
▪ Menggunakan berat badan
3. Postur Kaku
4. Beban statis
Merancang cara kerja untuk menghindari terlalu lama bertahan pada satu postur,
memberi kesempatan untuk mengubah posisi
tangga 29 cm. Secara umum formula tadi dapat disederhanakan dengan 2 x tinggi +
kedalaman = 63 cm
Pokok Bahasan 6.
Penyampaian Rekomendasi kepada Pengusaha / Pemberi Kerja / Pengurus dalam
Program Ergonomi
VII. REFERENSI
VIII. LAMPIRAN
A. Lembar Kasus