Anda di halaman 1dari 18

MODUL PELATIHAN DASAR

JABATAN FUNGSIONAL
PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

MATERI INTI 2.f (MI-2.f)


PELAKSANAAN UPAYA KESEHATAN KERJA
(Pembimbingan Ergonomi)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR
2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

MATERI INTI – MI 2.f


PEMBIMBINGAN ERGONOMI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa upaya kesehatan
kerja bertujuan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerjanya. Pada implementasinya, upaya kesehatan kerja
mencakup tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.

Pada sesi ini akan dibahas mengenai tahapan pelaksanaan upaya kesehatan kerja yang
harus dilakukan oleh pembimbing kesehatan kerja. Tahap persiapan merupakan tahap awal
dalam upaya kesehatan kerja, berupa pengumpulan data terkait kesehatan kerja dan
penyusunan rencana upaya kesehatan kerja.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pembimbingan ergonomi.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar ergonomi
2. Menjelaskan tentang Pengendalian gangguan ergonomi
3. Memfasilitasi pengkajian hambatan pelaksanaan program ergonomi
4. Melakukan pencatatan hambatan pelaksanaan program ergonomi
5. Menyusun rekomendasi kepada pengusaha /pemberi kerja/pengurus dalam program
ergonomi
6. Menyampaikan rekomendasi kepada pengusaha/pemberi kerja/pengurus dalam
program ergonomi

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan subpokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Pengenalan Ergonomi

Pokok Bahasan 2. Pengenalan Pengendalian Gangguan Ergonomi

Pokok Bahasan 3. Fasilitasi Pengkajian Hambatan Pelaksanaan Program Ergonomi

1 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Pokok Bahasan 4. Pencatatan Hambatan Pelaksanaan Program Ergonomi

Pokok Bahasan 5. Penyusunan Rekomendasi kepada Pengusaha / Pemberi Kerja /


Pengurus dalam Program Ergonomi

Pokok Bahasan 6. Penyampaian Rekomendasi kepada Pengusaha / Pemberi Kerja /


Pengurus dalam Program Ergonomi

IV. BAHAN BELAJAR


• Lembar Rapid Upper Limit Assessment (RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA),
Nordic Body Map

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2.Penyampaian Materi (125 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran dan pokok bahasan. (5
menit)
b. Fasilitator menjelaskan isi materi pembelajaran dan sekaligus memfasilitasi diskusi/tanya
jawab. (35 menit)
c. Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok dan memberikan serta
menjelaskan lembar tugas berupa Lembar Rapid Upper Limit Assessment (RULA), Rapid
Entire Body Assessment (REBA), Nordic Body Map. (25 menit)
d. Fasilitator memfasilitasi presentasi hasil tugas kelompok dan sekaligus diskusi/tanya
jawab. (50 menit)
e. Sebelum sesi diskusi ditutup, fasilitator melakukan refleksi dengan menanyakan kepada
peserta apakah masih ada yang akan didiskusikan untuk memenuhi harapan

2 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

yang sudah disampaikan. Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta dan atau
kelompok peserta selama proses pembelajaran. (10 menit)

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (5 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi
yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.

3 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

VI. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.
PENGENALAN ERGONOMI

a. Latar Belakang
Masyarakat pekerja adalah bagian dari komunitas yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Dengan meningkatnya status kesehatan masyarakat pekerja tentu akan mempengaruhi
kinerja dan produktivitas kerja mereka dalam bekerja, sehingga secara tidak langsung
akan berkontribusi atas pencapaian pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.

Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mencoba untuk,


merencanakan serta mengimplementasikan program kesehatan kerja, yang intinya
membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Program kesehatan kerja
yang telah dikembangkan ditujukan terhadap sarana kesehatan, industri kecil dan
menengah maupun terhadap pekerja beserta lingkungan kerja pada waktu bekerja.

Selain sasaran seperti yang disebutkan diatas, maka telah dikembangkan juga program-
program kesehatan kerja yang bersifat terapan, seperti penerapan Program/kegiatan
ergonomi di tempat kerja khususnya penerapan program/kegiatan ergonomi di unit-unit
pelayanan kesehatan yang memiliki nilai strategis dalam hal upaya kesehatan kerja
misalnya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Data kajian ergonomik ILO menunjukkan bahwa di industri kecil didapatkan 60-80%
gangguan akibat faktor ergonomi, seperti sakit pinggang, kaku leher, serta keluhan
pada anggota gerak atas dan bawah. Penelitian Depkes pada berbagai penyakit
memperlihatkan adanya kelainan atau gangguan kesehatan para pekerja antara lain;
berupa perubahan bentuktulang punggung para perajin gerabah, myalgia dan nyeri
pinggul pada pekerja perempuan di tempat pemilihan tembakau dan lain-lainnya.
Penelitian yang lain oleh Tresnaningsih (2000) didapatkan bahwa dari 600 pekerja
pabrik tekstil di Jawa Barat yang diperiksa kesehatannya, maka sebanyak205 pekerja
(34%) mengeluh sakit pada anggota gerak bagian atas dan ditemukan sebanyak 132
pekerja (22%) menderita berbagai otot rangka lainnya.

Hasil kajian yang dilakukan Depkes di 8 (delapan) propinsi tahun 2004


menunjukkan75,8% perajin batu bata mengalami gangguan otot rangka (sendi tulang
belakang); 41 % perajin kulit dan petani kelapa sawit, 22% nelayan mengalami gangguan
visus akibat tidak terlindung pajanan sinar UV; 23,2% perajin batu onix mengalami
dermatitis kontak/alergi; 80% nelayan, 79% penambang emas dan perajin onix, 56%
perajin alas kaki mengalami anemia.

4 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Pada kajian profil pekerja yang dilakukan Depkes di 10 (sepuluh) propinsi tahun 2005
menunjukkan bahwa 40,5% pekerja mengeluh sakit, dan keluhan yang terbanyak adalah
gangguan otot rangka sebesar 16% dari pekerja yang disurvey. Selain itu, hasil lokakarya
tentang ergonomik pertengahan tahun 2006 di Bali teridentifikasi masalah-masalah
ergonomik, khususnya berkaitan dengan penerapan ergonomik di Puskesmas,
diantaranya adalah banyak kasus dengan keluhan muskuloskeletal, masih kurangnya
buku pedoman program, tenaga penyuluh dan informasi tentang ergonomi kerja.

Salah satu hal untuk mengatasi beberapa persoalan diatas adalah dibutuhkannya
pedoman/acuan/standard ergonomi kerja bagi petugas kesehatan di Puskesmas.

b. Tujuan dan Manfaat Ergonomi


Tujuan :
Tujuan ergonomi adalah tercapainya keserasian antara pekerja dengan pekerjaannya
dan sebaliknya sehingga terhindar dari penyakit akibat kerja dan atau kecelakaan akibat
kerja serta menciptakan kenyamanan dalam bekerja.

Manfaat :
1. Bagi Petugas Fasilitas Kesehatan :
Sebagai acuan untuk melaksanakan penerapan program/kegiatan ergonomi baik di
lingkungan di dalam fasilitas kesehatannya (Indoor) maupun di cakupan wilayah
kerjanya (Outdoor);
2. Bagi Pekerja:
▪ Status kesehatan meningkat;
▪ Kinerja dan produktivitas kerja meningkat;
3. Bagi tempat kerja :
▪ Meningkatnya citra/image tempat kerja;
▪ Terciptanya lingkungan tempat kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif dan
efisien.

c. Dasar-Dasar Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu tentang kemampuan, keterbatasan dan sifat manusia dalam
sistem kerjanya serta memanfaatkan pengetahuan ini untuk mendapatkan suatu sistem
kerja yang efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien. Bidang-bidang kajian ergonomi
meliputi interaksi beberapa elemen-elemen sistem kerja, sebagai berikut :
1. Elemen manusia
a. Antropometri:
llmu tentang dimensi tubuh manusia (ukuran-ukuran tubuh).
Contohnya: tinggi badan, berat badan, panjang lengan, panjang tungkai dan Iain-
lain.

5 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

b. Fisiologi/Faal kerja :
llmu tentang tubuh, lingkungan mikro dan metabolismenya untuk menghasilkan
energi kerja.
c. Biomekanika:
llmu tentang mekanika tubuh atau bagian tubuh dalam beraktivitas kerja
d. Psikososial kerja:
Mempelajari segi-segi kejiwaan manusia dalam bekerja, diantaranya kejenuhan,
beban kerja berlebihan, kerja bergilir, stress kerja, pemahaman cara kerja/proses
kerja, tuntutan pekerjaan yang terlalu tinggi, hubungan atasan dengan bawahan
dan antarrekan sekerja.

2. Elemen mesin/peralatan:
Mesin atau peralatan yang dipergunakan dalam proses kerja dan penunjang kerja,
diantaranya tangga, pintu, jendela, lantai, lemari, rak, meja, kursi, poster petunjuk,
kipas angin, lampu, speaker, toilet dan tempat sampah.

3. Elemen bahan:
Bahan baku dalam proses produksi, misalnya tanah liat, rotan, kulit dan kayu.

4. Elemen pekerjaan:
Jenis pekerjaan yang dilakukan:
• Memerlukan kerjafisik (manual material handling)
• Dengan berulang – ulang, cepat, dan dalam jangka waktu yang lama (repetitive
work)
• Dengan posisi statis, janggal, dan jangka waktu yang lama.
• Dengan menggunakan Visual Display Terminal (VDT)

5. Elemen lingkungan kerja:


Diantaranya mengenai perancangan tempat kerja, pengaruh lingkungan kerja
terhadap pekerjaan, misalnya suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, getaran,
tekanan udara, bau-bauan dan warna. Contoh beberapa pertanyaan berkaitan
dengan elemen-elemen ergonomi kerja di atas, antara lain :
▪ Apakah aspek fasilitas/mesin/peralatan yang sudah ada sudah sesuai dengan para
penggunanya?
▪ Apakah tata letak ruangan sudah memperhitungan fungsi antar ruang?
▪ Apakah penerangan, ventilasi dan suhu ruang sudah mencukupi?
▪ Apakah ruang kerja perlu wewangian?
▪ Apakah papan petunjuk mudah dimengerti?
▪ Apakah lantai licin?
▪ Dan Iain-Iain

6 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

DEMAND < HUMAN CAPACITY

Dalam interaksi elemen – elemen dalam sistem kerja ergonomi diatas, tanda panah tebal
ke arah faktor manusia, artinya dalam ergonomic menerapkan prinsip user centered
design yaitu sebuah sistem kerja atau lingkungan kerja yang menitikberatkan pada
manusia/penggunanya sehingga harus dirancang berdasarkan karakteristik fisik dan
mental penggunanya (manusia), sehingga demand harus lebih kecil daripada human
capacity.
• Demand : metabolic level, force, moment, beban, postur kerja, dll.
• Human Capacity : kekuatan, tissue tolerance, aerobic capacity, antropometri,
jangkauan, dll

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi adalah ilmu yang
mempelajari interaksi kompleks antara manusia, aspek fisik dan psikologis lingkungan
kerja (misalnya fasilitas, peralatan, dan mesin), pekerjaan, dan tata cara kerja. Bidang
ilmu yang erat kaitannya adalah human science (anatomi, fisiologi, dan psikologi) untuk
menyerasikan antara pekerjaan, sistem, produk, dan lingkungan kerja dengan kapasitas
dan keterbatasan fisik maupun mental manusia. Istilah ergonomi banyak digunakan di
beberapa negara Eropa. Sedangkan di Amerika, istilah human factor lebih banyak
digunakan. Pada perkembangannya, istilah human factor lebih banyak
mempertimbangkan faktor psikologis manusia (ergonomi kognitif).

7 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Pokok Bahasan 2.
PENGENALAN PENGENDALIAN GANGGUAN ERGONOMI

Penerapan ergonomi berprinsip bahwa semua aktivitas pekerjaan dapat menyebabkan


pekerja mengalami tekanan (stress) fisik dan mental. Ergonomi mengupayakan agar
tekanan ini masih dalam batas toleransi, hasil kinerja memuaskan, dan kesehatan dan
kesejahteraan pekerja dapat meningkat. Jika tekanan yang dialami pekerja berlebihan, hal-
hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti kesalahan (error), kecelakaan, cidera, atau
penurunan kesehatan fisik dan mental. Cidera dan penyakit yang terkait ergonomi
bervariasi, mulai dari kelelahan mata, sakit kepala, sampai gangguan otot rangka
(musculoskeletal disorder).

Beberapa faktor risiko ergonomi kerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor Pekerjaan terdiri dari durasi, frekuensi, beban, urutan pekerjaan, prioritas
pekerjaan
2. Faktor Peralatan terdiri dari dimensi, bentuk, disain, dan penempatan dari fasilitas yang
digunakan untuk mendukung pekerjaan seperti monitor, CPU, keyboard, mouse, meja,
kursi, telepon, dokumen holder.
3. Faktor Lingkungan yang terdiri dari luas dan layout tempat kerja
4. Faktor Pekerja yang terdiri dari ukuran antropometri, postur dan keluhan yang
dirasakan oleh pekerja
5. Gerakan berulang (repetitive movement), yaitu menjalankan gerakan berulang pada
waktu melakukan pekerjaan.
6. Beban berat, yaitu beban fisik berlebihan yang diperiukan untuk melakukan pekerjaan,
seperti menarik, memikul, mendorong dan sebagainya). Semakin banyak daya yang harus
dikeluarkan, semakin berat beban bagi tubuh.
7. Postur yang kaku, yaitu sikap tubuh yang janggal dalam melakukan pekerjaan
8. Beban statis, yaitu diam lama dalam satu posisi sehingga menyebabkan kontraksi otot
9. Kondisi-kondisi yang dapat menciderai tubuh manusia misalnya tekanan langsung (tubuh
tertekan pada suatu permukaan atau tepian).
10. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh.
11. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).
12. Organisasi kerja yang tidak sesuai termasuk istirahat dan pengaturan waktu kerja yang
tidak cukup, kerja yang monoton, beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dalam satu
waktu sehingga melebihi beban kerja, prosedur kerja yang tidak standar dan cara kerja
yang tidak aman.
13. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai, misalnya tata letak lingkungan kerja yang tidak
aman dan nyaman, anatomi tubuh yang tidak serasi dengan desain pekerjaan

8 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Adapun gejala akibat masalah ergonomi, antara lain:

1. Gangguan otot rangka akibat kerja (Work-relatedMusculoskeletal Disorders) atau penyakit


sehubungan dengan alat gerak seperti gangguan gerak/kaku otot, gangguan pada
persendian, jaringan otot, syaraf atau pembuluh darah dan nyeri punggung bawah (low
back pain).
2. Keluhan mata lelah akibat penerangan yang kurang, silau dan terlalu lama di depan VDT
(Video Display Terminal).

Dampak dari Ketidakergonomisan dalam Bekerja

Dampak ketidakergonomisan dalam bekerja antara lain munculnya gejala ataupun gangguan
pada otot dan tulang, dikenal dengan istilah Musculosceletal Disorders (MSDs). Beberapa
gangguan yang termasuk MSDs adalah sebagai berikut:
1. Sakit pada tulang punggung bawah (Low back pain)
2. Hernia Nucleus Pulposus
3. Carpal Tunnel Syndrome
4. Shoulder disorders
5. Kelelahan - Kaku/Tegang (Fatigue – Strain)
6. Kaku pada leher (Neck stiff)
7. Myalgia, dll

Pokok Bahasan 3.
FASILITASI PENGKAJIAN HAMBATAN PELAKSANAAN PROGRAM ERGONOMI

a. Pendekatan Penerapan Ergonomi Kerja


Penerapan ergonomi kerja dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan sangat efektif dan
efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka
sejak proses pemilihan dan alih tehnologi, prinsip ergonomi sudah seyogyanya
dimanfaatkan bersama sama dengan kajian lain yang juga diperlukan, seperti kajian
teknis, ekonomi, sosial budaya,hemat energi dan pelestarian lingkungan.
2. Pendekatan Korektif
Pendekatan dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung.
Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan/modifikasi dari proses yang sedang/sudah
berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja dan dalam
pelaksanaannya hams melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang
sedang berlangsung.

9 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

b. Identifikasi Masalah
Langkah awal dalam penerapan ergonomik adalah identifikasi masalah. Identifikasi
masalah dimulai dari fasilitas kesehatan. Petugas fasilitas kesehatan menganalisis angka
kesakitan, misalnya membedakan mana gangguan otot rangka (MSDs) atau penyakit
karena akibat kerja. Gangguan otot rangka bisa disebabkan oleh masalah ergonomi.
Dengan demikian, dari data kesakitan yang ada dapat diketahui pemetaan masalah.
Langkah berikutnya yang dapat dilakukan dalam mengenali masalah ergonomi adalah
dengan melihat lingkungan psikososial dan lingkungan kerja.
Pada perinsipnya untuk mengetahui masalah ergonomi, perlu diketahui tiga hal:
1. Data umum tenaga kerja
a. Kesehatan fisik
b. Keadaan mental
c. Kemampuan jasmani, yaitu tentang dimensi antropometri dan pemanfaatan
tenaga otot.
2. Data lingkungan
Yaitu semua hal yang ada di tempat kerja, di luar tenaga kerja dan peralatan kerja.
Lingkungan kerja harus memberi ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota
anggota badan sehingga dapat bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat
duduk dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa hingga memungkinkan proses
kerja berjalan dengan efisien dan efektif. Iklim tempat kerja diatur supaya nyaman,
sesuai dengan sifat pekerjaan, ventilasi alamiah. Penerangan harus mendapatkan
perhatian juga, supaya nyaman. Untuk al&san teknis harus diciptakan satu kondisi
dan situasi dimana pekerja dapat melakukan tugasnya dengan nyaman dan leluasa.
3. Data pekerjaan
a. Jam kerja, siklus kerja, lama kerja, dan waktu istirahat
b. Kerja bergilir (shift work) dan pola pengaturannya.
c. Posisi sewaktu kerja
4. Data Peralatan/Bahan Kerja
Mesin atau peralatan yang dipergunakan dalam proses kerja dan penunjang kerja,
diantaranya tangga, pintu, jendela, lantai, lemari, rak, meja, kursi, poster petunjuk,
kipas angin, lampu, speaker, toilet dan tempat sampah.Dan bahan baku dalam proses
produksi, misalnya tanah liat, rotan, kulit dan kayu.

Untuk mengidentifikasi masalah dalam ergonomi perlu dilakukan hal sebagai berikut:
1. Mengamati tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun
psikologik
2. Mengamati cara kerja manusia dalam berinteraksi dengan peralatan dan bahan kerja
3. Mengamati aktifitas pekerjaannya
4. Mengamati lingkungan kerja

Pokok Bahasan 4.

10 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

PENCATATAN HAMBATAN PELAKSANAAN PROGRAM ERGONOMI

Evaluasi Program/Kegiatan Ergonomi Kerja


Evaluasi program ergonomi dapat dilakukan dengan komponen input, proses dan output
atau terhadap kegiatan ergonomi (telaah dokumen dan survei langsung), pada pekerja dan
lingkungan kerja.
Evaluasi dapat untuk menilai efektifitas suatu intervensi yang diberikan guna memperbaiki
program ergonomi. Beberapa indikator untuk mengevaluasi pengaruh intervensi program
ergonomi adalah:
▪ Berkurangnya keluhan-keluhan otot rangka (muskuloskeletal) pada para pekerja
▪ Meningkatnya kemampuan produksi yang dihasilkan persatuan waktu
▪ Meningkatnya perbaikan sikap kerja dan lingkungan kerja sehingga pekerja lebih aman dan
nyaman
▪ Penurunan angka absensi
Penilaian terhadap faktor risiko ergonomi untuk evaluasi program atau kegiatan dapat
dilakukan dengan survei ergonomi dan survei pencatatan medis.

Pokok Bahasan 5.
PENYUSUNAN REKOMENDASI KEPADA PENGUSAHA/PEMBERI KERJA/PENGURUS DALAM
PROGRAM ERGONOMI

Rekomendasi dalam ergonomi tetap mengikuti hierakhi pengendalian yaitu:


1. Pengendalian teknik
▪ Modifikasi mesin dan peralatan
▪ Modifikasi meja dan kursi kerja sesuai dengan antropometri pengguna
▪ Identifikasi risiko ergonomi
2. Pengendalian secara administrasi
▪ SOP yang sesuai – bahasa, singkat, teknis
▪ Instruksi kerja yang jelas
▪ Istirahat singkat
▪ Rotasi kerja
3. Pengendalian pada pekerja
▪ Pelatihan
▪ Peregangan
▪ Alat pelindung diri
▪ Sabuk pelindung pinggang
▪ Sarung tangan
▪ Dll

Rekomendasi atau penanggulangan faktor risiko ergonomi :

11 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

1. Gerakan berulang (repetitive movement)


Merancang kembali cara kerja untuk mengurangi jumlah pengulangan gerakan atau
meningkatkan waktu jeda antara ulangan atau menggilirnya dengan pekerjaan lain.
Kategori pekerjaan repetitive jika satu siklusnya dilakukan dalam waktu 10 – 30 detik.
Oleh karena itu, pengulangan gerakan agar tidak repetitive dalam satu siklus
gerakan/pekerjaan sebaiknya minimal 1 menit. Dan jeda untuk waktu istirahat lebih baik
setiap 2 jam sekali dengan beristirahat selama + 15 menit.

2. Beban berat
Bermacam-macam cara dalam
mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan,punggung,
dsbnya. Beban yang terlalu berat
dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot, dan
persendian akibat gerakan yang
berlebihan.

Penanggulangan dilakukan dengan cara


mengurangi gaya yang diperlukan untuk
melakukan kerja, merancang kembali
cara kerja, menambah jumlah pekerja
pada pekerjaan tersebut,
menggunakan peralatan mekanik.

Dalam hal mengangkat beban, beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang
ditetapkan ILO sebagai berikut:
▪ Laki-laki dewasa : 25 kg
▪ Wanita dewasa : 15-20 kg
▪ Laki-laki (16-18 th) : 15-20 kg
▪ Wanita (16-18 th) : 12-15 kg

Untuk mengangkat beban perlu diperhatikan cara mengangkat yang benar dengan
didasarkan pada prinsip :
▪ Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung
▪ Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum dengan
memanfaatkan berat badan.
▪ Posisi kaki yang benar
▪ Punggung kuat dan kekar
▪ Posisi lengan dekat dengan tubuh
▪ Mengangkat dengan benar
▪ Menggunakan berat badan
3. Postur Kaku

12 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Merancang cara kerja dan peralatan yang dipakai hingga posturtubuh


selama kerja lebih alami atau netral. Posisi kerja terdiri dari posisi
dudukdan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan
posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki (lihat gambar di samping).

4. Beban statis
Merancang cara kerja untuk menghindari terlalu lama bertahan pada satu postur,
memberi kesempatan untuk mengubah posisi

5. Kondisi-kondisi yang dapat menciderai tubuh manusia


Memperbaiki peralatan yang ada untuk menghilangkan tekanan atau memberikan
bantalan

6. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh


Menyerasikan postur tubuh waktu bekerja dengan peralatan kerja

7. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin)


Lindungi badan dan kontrol temperatur

8. Organisasi kerja yang tidak sesuai


Beban kerja yang layak, istirahat yang cukup, pekerjaan yang bervariasi, otonomi
individu, selain itu pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara:
▪ Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
▪ Frekuensi pergerakan diminimalisasi
▪ Jarak mengangkat beban dikurangi
▪ Dalam membawa beban, bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
▪ Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

9. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai


▪ Tata letak alat kerja yang aman dan nyaman, display harus jelas terlihat pada waktu
melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara intemasional lebih
banyak digunakan daripada kata-kata.
▪ Salah satu contoh risiko potensial ergonomi di tempat kerja dan penanggulangannya
adalah dalam perencanaan tangga. Menaiki anak tangga merupakan aktivitas fisik
yang berisiko. Untuk menaiki tangga diperlukan sejumlah energi.
Risiko potensialnya diantaranya kelelahan, kecelakaann kerja seperti terpeleset dan
terjatuh. Kebutuhan energi akan paling efisien bila sudut kemiringaan anak tangga
antara 25 - 30 derajat dengan ukuran tinggi anak tangga 17 cm dan kedalaman anak

13 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

tangga 29 cm. Secara umum formula tadi dapat disederhanakan dengan 2 x tinggi +
kedalaman = 63 cm

10. Proses Kerja


Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan
sesuai dengan ukuran antropometrinya. Harus dibedakan ukuran antropometri barat
dan timur. Contoh dalam proses kerja adalah mengangkat/menggotong pasien. Risiko
potensial diantaranya akut (cidera punggung dan leher, HNP) dan khronis (gangguan
otot rangka seperti pengapuran dan peradangan).
Berkaitan dengan proses kerja di atas terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut:
▪ Beban jangan terlalu berat.
▪ Suatu rumus yang mudah diingat "Bila anda merasa tidak mampu untuk
mengangkatnya sendiri, jangan diteruskan pekerjaan itu, cari bantuan"
▪ Jangan berdiri terlalu jauh dari pasien
▪ Jangan mengangkat pasien dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai
bawah sambil berjongkok
▪ Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan paha terhambat baik
oleh celana atau gerakan yang tidak bebas

Pokok Bahasan 6.
Penyampaian Rekomendasi kepada Pengusaha / Pemberi Kerja / Pengurus dalam
Program Ergonomi

Pembinaan Program/Kegiatan Ergonomi


Pembinaan dapat dilakukan secara langsung kepada pekerja dan tidak langsung kepada
pengusaha, dilaksanakan secara terintegrasi dengan lintas program, dan lintas sektor
terkait lainnya. Cara-cara pembinaan dapat dilakukan dengan :
1. Contohnya dengan mengamati secara langsung, apakah ergonomi telah diterapkan
dengan benar, ada kendala atau hambatan, dan kendala itu sudah teratasi atau belum
2. Secara tidak langsung melalui pendekatan terhadap pengusaha/manajemen tempat
kerja dengan memberi rekomendasi yang diperlukan bagi pekerja dalam
memperbaiki kondisi dan cara kerja yang ergonomi
3. Penyuluhan misalnya dengan menggunakan poster, leaflet, film, video, alat peraga,
poster, ceramah dan sarasehan
4. Pelatihan, bisa dilakukan terhadap kader kesehatan kerja, kelompok sebaya (peer
leader)
5. Bimbingan teknis, misalnya melalui kalakarya (on the job training), kunjungan ke
tempat kerja lain
6. Pemberian penghargaan kepada tempat kerja yang menerapkan ergonomik secara
berkesinambungan. Contohnya lomba Pos UKK, lomba bengkel sehat

VII. REFERENSI

14 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

▪ Pheasant, Stephen, Bodyspace : Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work,


Tailor & Francis, 1986
▪ Oborne. Davis J, Ergonomics at work. Jon Wiley & Son Ltd. 1982
▪ Bridger. R.S, Ph.D., Introduction to Ergonomics, McGraw-Hill International Editions.
1995
▪ Pheasant, Stephen, Ergonomics, Work and Health. Aspen Publishers, Inc. 1991.
▪ Pulat, Mustafa.B. Fundamental of Industrial Ergonomics. Prentice-Hall, Inc. 1992.
▪ Kroemer, K. H. E. &Grandjean E., Fitting the Task to the Human: A Textbook of
Occupational Ergonomics, Taylor&Francis, 1997.
▪ Hendrick, Hal W. and Kleiner, Brian M., Macroergonomic: Theory, Methods, and
Applications, Lawrence Erlbaum Associates, Inc., 2002.
▪ McCormick, Ernest J, Ph.D. & Sanders, Mark S., Ph.D, Human Factors in Engineering
and Design. McGraw-Hill Book Company, New York, 1982

VIII. LAMPIRAN
A. Lembar Kasus

15 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

1. Di sebuah kantor, ada beberapa karyawan, yang sejak 1 bulan terkahir


mengeluhkan pada tengkuk leher terasa pegal-pegal dan kadang-kadang panas
hingga sakit. Keluhan matapun seperti perih sering terjadi saat mengetik di
depan komputer. Beberapa karyawan tersebut sudah ada yang berobat ke
dokter/klinik perusahaan, tetapi hanya diberikan obat-obatan saja, dan keluhan
tetap saja terjadi.
Pertanyaan :
a. Apa masalah kesehatan kerja diatas?
b. Mengapa masalah itu bisa terjadi?
c. Bagaimana solusinya?
Gunakan kuesioner Nordic body map dan metode RULA untuk mengetahui
keluhan pada musculoskeletal disorder.

2. Beberapa perawat di bagian perawatan mengeluhkan sakit pinggang sudah


beberapa bulan terakhir. Rata-rata mereka bekerja sudah diatas lebih dari 7
tahun, dan pekerjaan utama mereka adalah salahsatunya memindahkan pasien
rawat inap.
Pertanyaan :
a. Apa masalah kesehatan kerja diatas?
b. Mengapa masalah itu bisa terjadi?
c. Bagaimana solusinya?
Gunakan kuesioner Nordic body map dan metode REBA untuk mengetahui
keluhan pada musculoskeletal disorder.

3. Seorang pasien laki-laki berumur 48 tahun, datang ke Puskesmas A, dengan


keluhan utama nyeri pada pinggang bagian belakang sejak 5 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang adalah nyeri lebih dirasakan bila dalam keadaan
posisi membungkuk.
Riwayat penyakit dahulu : nyeri pernah dirasakan 1 tahun yang lalu, tetapi
sembuh setelah berobat, dan kambuh kembali.
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat pekerjaan : Os seorang buruh pabrik minuman kaleng, bagian
pengangkatan barang.
a. Apa masalah kesehatan kerja diatas?
b. Mengapa masalah itu bisa terjadi?
c. Bagaimana solusinya?
Gunakan kuesioner Nordic body map dan metode REBA untuk mengetahui
keluhan pada musculoskeletal disorder.

16 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
BAPELKES CIKARANG
Jl. Raya Lemahabang No. 1, Kec. Cikarang Utara
Kab. Bekasi – Jawa Barat (Tel. 021-8901075)
e-mail : http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/

Di Cetak Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai