MATERI INTI 1
PERSIAPAN UPAYA KESEHATAN KERJA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja
bertujuan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaannya. Pada implementasinya, upaya kesehatan kerja (UKK) mencakup
tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.
Pada sesi ini akan dibahas mengenai tahapan persiapan upaya kesehatan kerja yang harus
dilakukan oleh Pengelola Kesehatan Kerja. Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam upaya
kesehatan kerja, berupa pengumpulan data terkait kesehatan kerja dan penyusunan rencana
upaya kesehatan kerja.
Persiapan UKK bermuara pada perencanaan yang baik. Persiapan dimulai dari upaya mengenal
masalah kesehatan kerja dengan mengumpulkan data demografi, kemudian data dipetakan
sesuai wilayah kerja, dilanjutkan dengan mengumpulkan data kegiatan di tempat kerja masing-
masing, dan dilakukan penilaian risiko kesehatan kerja, serta mengumpulkan data kesehatan
kerja. Data yang terkumpul digunakan untuk menyusun perencanaan UKK berdasarkan waktu,
jabatan, prioritas tingkat risiko dan elemen lainnya dalam bentuk rencana aksi UKK.
b. Data Primer, Sekunder, dan Tersier (Jumlah Kelompok Pekerja Informal, Jumlah
Tempat Kerja Formal, Kebijakan Internal di Fasilitas Kesehatan, Jumlah Pekerja
Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan pekerja)
Pokok Bahasan 2.Melakukan Pemetaan di Wilayah Kerja
Sub Pokok Bahasan :
a. Kelompok Pekerja, Jenis Usaha/Bidang Kegiatan dan Lokasi Tempat
b. Perkiraan Faktor Risiko
Pokok Bahasan 3. Pengumpulan Data Kegiatan di Tempat Kerja/Penilaian Risiko Kesehatan
Kerja
Sub Pokok Bahasan:
a. Denah tempat kerja
b. Alur
c. Jenis faktor risiko kesehatan kerja (hazard)
d. Hasil ukur hazard
e. Upaya pengendalian faktor risiko
Pokok Bahasan 4. Pengumpulan Data Kesehatan Kerja
Sub Pokok Bahasan:
a. Data kesehatan/data kebugaran
b. Data penyakit
c. Data kecelakaan kerja
d. Data absensi
e. Data kecacatan
f. Data kematian
Pokok Bahasan 5. Penyusunan Perencanaan Upaya Kesehatan Kerja di Wilayah Kerja
Berdasarkan Waktu
Sub Pokok Bahasan:
a. 5 tahunan, sebagai
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Anggota
b. Tahunan, sebagai
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Anggota
c. Triwulan :
1. Membuat kerangka acuan
2. Menganalisis data
3. Mengevaluasi data
4. Mempersiapkan rencana triwulan
d. Bulanan :
1. Menyusun jenis kegiatan
2. Mengatur jadual pelaksanaan kegiatan
3. Menyusun rencana anggaran biaya
4. Merumuskan output kegiatan, sebagai :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
Pokok Bahasan 6. Penyusunan program upaya kesehatan kerja di wilayah kerja, sebagai :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
Pokok Bahasan 7. Penyusunan Rencana Aksi Upaya Kesehatan Kerja
a. Menyusun rencana kerangka acuan kegiatan
b. Menyusun rencana anggaran biaya
c. Menyusun rencana pembinaan upaya kesehatan kerja
d. Menyusun rencana pemantauan upaya kesehatan kerja
e. Menyusun rencana evaluasi
Pokok Bahasan 8. Melakukan Pengembangan Kebijakan K3
a. Memfasilitasi penyusunan kebijakan tertulis dari pimpinan tertinggi
b. Melakukan pembentukan/revitalisasi organisasi K3
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan.
b. Menyampaikantujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan menggunakan
bahan tayang.
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang
disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.
Seperti definisi di atas, secara umum demografi adalah ilmu yang mempelajari susunan dan
pengelompokkan masyarakat berdasarkan indikator-indikator tertentu seperti tempat tinggal,
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, kelompok umur, dan lain sebagainya. Mengapa kita perlu
mempertimbangkan data demografi dalam mempersiapkan upaya kesehatan kerja ?
Kesehatan kerja adalah suatu upaya yang berhubungan dengan masyarakat pekerja, khususnya
masyarakat yang berada dalam usia produktif. Kesehatan kerja juga harus mempertimbangkan
daerah tempat tinggal seseorang karena setiap daerah mempunyai budaya kesehatan masing-
masing (misal orang Jawa masih mempercayai dukun) sehingga upaya kesehatan kerja di satu
daerah tidak mungkin sama persis dengan daerah lainnya. Selain itu, setiap daerah juga memilki
karakteristik penduduk yang berbeda pula, misal dalam proporsi jumlah penduduk, pekerjaan
mayoritas penduduk (misal masyarakat yang tinggal di pedesaan mayoritas memiliki pekerjaan
sebagai petani), tingkat pendidikan masyarakat (upaya promosi kesehatan kerja akan jauh
berbeda pada masyarakat dengan tingkat pendidikan SD jika dibandingkan dengan masyarakat
yang mayoritas merupakan sarjana), dan lain sebagainya. Program kesehatan kerja akan lebih
efektif jika mempertimbangkan karakteristik demografi masyarakat pekerja, karena karakteristik
pekerja menentukan jenis pembinaan yang berbeda. Sebagai contoh, jenis hazard/bahaya/faktor
risiko kesehatan kerja pada petani terutama adalah pestisida dan ergonomi manual handling,
sedangkan hazard utama pekerja tambang adalah debu silika bebas, debu tambang dan metana.
Contoh lain, metode komunikasi hazard pada sarjana bisa via media elektronik, sedangkan pada
pekerja berpendidikan SD, pengenalan bahaya perlu dilakukan dengan tatap muka, gambar atau
alat peraga. Dengan demikian, demografi menjadi faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan.
Setelah memahami pentingnya demografi dalam pelaksanaan kesehatan kerja di suatu daerah,
tentunya akan timbul pertanyaan mengenai data demografi apa saja yang kita perlukan. Data
demografi yang kita perlukan antara lain jumlah penduduk dan proporsi penduduk menurut
domisili dan tempat kerja di suatu wilayah, jenis kelamin penduduk, tingkat pendidikan
penduduk, serta jenis pekerjaan penduduk. Data-data tersebut bisa kita peroleh secara langsung
dan tidak langsung. Terdapat tiga jenis data berdasarkan cara memperolehnya :
a. Data primer
Data primer adalah data yang kita peroleh langsung melalui kuesioner dan/ atau wawancara
langsung dengan masyarakat. Data tersebut kemudian kita olah dan gunakan sebagai acuan
upaya kesehatan kerja.
Contoh : (sesuai butir kegiatan Permenpan)
1) Jumlah kelompok pekerja informal
2) Jumlah tempat kerja formal
3) Kebijakan internal di fasilitas kesehatan
4) Jumlah pekerja berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang kita peroleh dari pihak kedua, misal dari Dinas
Kependudukan setempat atau data dari bagian SDM suatu perusahaan yang ada di daerah
tersebut.
Contoh : (sesuai butir kegiatan Permenpan)
a. Jumlah kelompok pekerja informal
b. Jumlah tempat kerja formal
c. Kebijakan internal di fasilitas kesehatan
d. Jumlah pekerja berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
c. Data tersier
Data tersier adalah data yang kita peroleh dari buku-buku referensi dan literatur. Untuk
menggunakan data jenis ini, ada baiknya kita mengumpulkan data dari berbagai sumber dan
membandingkannya.
Contoh : (sesuai butir kegiatan Permenpan)
1) Jumlah kelompok pekerja informal
2) Jumlah tempat kerja formal
3) Kebijakan internal di fasilitas kesehatan
4) Jumlah pekerja berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
Pokok Bahasan 2.
PEMETAAN DI WILAYAH KERJA
kultural yang memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat (soekidjo, 1994:
34).
Fungsi pemetaan dalam hal ini adalah pembuatan peta kelompok pekerja, jenis
usaha/bidang kegiatan, dan lokasi tempat kerja; bila memungkinkan bisa diteruskan dengan
membuat peta hazard dan peta kesehatan antara lain adalah seperti berikut:
1. Peta mampu memperlihatkan ukuran, antara lain luas wilayah kerja dan jarak antara
wilayah atau lokasi kerja.
2. Peta mampu menyajikan dan memperlihatkan bentuk atau warna, misalnya:
- Untuk peta kelompok pekerja, warna hijau menandakan kelompok petani, biru
kelompok nelayan, coklat kelompok tukang kayu, dan abu-abu pengrajin tempe.
- Untuk jenis usaha/bidang kegiatan, dapat digambar bentuk ikan menandakan pasar
ikan, padi menandakan sawah, gambar pabrik atau toko mebel, gambar pabrik dan
pasar penjual tempe
2. Dengan adanya peta dapat menunjukkan posisi atau lokasi tempat
kerja relatif yang hubungannya dengan lokasi asli di permukaan bumi, begitu pula
denah dapat menunjukkan posisi relatif yang hubungannya dengan mesin, alat,
keberadaan manusia, dan lain-lain
4. Peta mampu menunjukkan tingkat risiko kesehatan, misalnya warna merah
menandakan area kerja dengan tingkat risiko tinggi, kuning menengah, dan hijau
rendah.
5. Peta juga dapat digunakan untuk komunikasi tentang banyak hal, misalnya dengan
mengumpulkan dan menyeleksi data dari suatu daerah dan menyajikan di atas peta
atau denah dengan simbolisasi, misalnya jumlah manusia (1 gambar orang menandakan
jumlah 100 orang), simbol api menggambarkan area rentan kebakaran, simbol bunyi
menandakan area bising, simbol bahan kimia menggambarkan area yang terdapat
bahan kimia, simbol biologi menggambarkan area yang terdapat bahaya biologi atau
hewan.
Tujuan pemetaan dalam hal ini yaitu pembuatan peta hazard, peta kesehatan, dan peta
alur kerja yaitu:
1. Untuk komunikasi informasi ruang, alur kerja, tingkat risiko hazard, peta kesehatan,
dan informasi kesehatan kerja lainnya.
2. Media menyimpan informasi seperti tersebut dalam butir di atas.
3. Membantu manajemen pekerjaan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan dan
evaluasi.
4. Membantu dalam desain ruang, peletakan mesin dan bahan, penempatan pekerja
dan pengorganisasian pekerjaan, .
5. Analisis data spatial
sangat penting artinya, dengan data seseorang dapat melakukan analisis evaluasi
tentang suatu data wilayah tertentu. Data yang dipetakan dapat berupa data primer
atau data sekunder. Data yang dapat dipetakan adalah data yang bersifat spasial,
artinya data tersebut terdistribusi atau tersebar ke ruangan pada suatu wilayah
tertentu. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dahulu
menurut jenisnya seperti kelompok data kualitatif (seperti kelompok pekerja, jenis
usaha/bidang kegiatan, dan lokasi tempat kerja) atau data kuantitatif (seperti jumlah
pekerja, jumlah usaha/bidang kegiatan, tingkat bahaya).
Tahap penyajian data
Langkah pemetaan kedua berupa panyajian data. Tahap ini merupakan upaya
melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol, supaya data tersebut
menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna. Penyajian data pada sebuah
peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan dapat tercapai.
Tahap penggunaan peta
Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan keberhasilan
pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat digunakan/ dibaca
dengan mudah. Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi, sehingga pada peta
harus terjalin interaksi antar pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map
users). Pembuat peta harus dapat merancang peta sedemikian rupa sehingga peta
mudah dibaca, diinterpretasi dan dianalisis oleh pengguna peta. Pengguna harus dapat
membaca peta dan memperoleh gambaran informasi sebenarnya di lapangan (real
world).
.
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan
atau aspek fungsional (UU Nomor 24 Tahun 1992: Penataan Ruang). Wilayah adalah bagian
permukaan bumi yang membentuk suatu teritorial bedasarkan batas geografis tertentu
(seperti suatu wilayah aliran sungai, wilayah kehutanan, wilayah dataran tinggi, wilayah
pulau, wilayah Negara). Purnomo Sidi (1981) mengatakan bahwa wilayah adalah sebutan
untuk lingkungan permukaan bumi yang jelas batasannya. Imanuel Kaant (1982)
mengatakan wilayah adalah sesuatu ruang di permukaan bumi yang mempunyai spesifik
dan dalamaspek tertentu berbeda antara dua titik dalam garis lurus. Glasson (1974), Budi
Harsono (1996), dan Huesmen (1986) mengatakan bahwa wilayah dapat dibedakan menjadi
2, yaitu wilayah formal (formal region atau mogenous regoins) dan wilayah fungsional
(Functional region atau nodul region).
Wilayah formal adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek tertentu yang
mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri yang relatif sama. Kriteria pokok yang digunakan
antar wilayah dapat berbeda tergantung dasar atau tujuan pengelompokannya.
Wilayah fungsional adalah suatu wilayah yang mempunyai ketergantungan antara
daerah pusat dengan daerah belakangnya atau suatu wilayah yang dalam banyak hal
diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis melingkar
(daerah belakangnya).
Pemetaan yang dimaksud dalam materi ini adalah pengelompokan berdasarkan kelompok
pekerja, jenis usaha/bidang kegiatan dan lokasi tempat kerja, digambarkan dalam satu tabel
atau denah tempat kerja. Untuk lebih mempermudah, mari kita tinjau contoh berikut.
“Kota X berada di pinggiran kota besar. Terdapat pabrik deterjen di daerah tersebut
yang memperkerjakan masyarakat sekitar. Selain itu, sebagian penduduk lainnya
berprofesi sebagai petani, pedagang, dan tukang ojek. Sebagian besar penduduk
kota X ada dalam usia produktif dengan proporsi jumlah laki-laki dan perempuan
seimbang. Sebagian besar penduduk merupakan lulusan SMP. “
Berdasarkan contoh di atas, kita lakukan pemetaan wilayah kerja dan faktor risiko apa
saja yang terdapat pada pekerjaan-pekerjaan tersebut. Pemetaan berdasarkan jenis
pekerjaan yang ada di wilayah kota X tersebut (Tabel 1).
Tabel 1. Pemetaan Berdasarkan Kelompok Pekerja, Jenis Usaha/Bidang Kegiatan, dan Lokasi Kerja
pencernaan dan
pernafasan).
- Terkena - Tergigit ular dan - Tergigit - DBD
serangga/hewan yang serangga di sawah serangga dan - serangga
Biologi
- Terkena Low Back Pain - Terkena Low Back - Terkena Low - Terkena Low Back
akibat desain tempat Pain karena posisi Back Pain dan Pain akibat terlalu
Ergonomi
Pokok Bahasan 3.
PENGUMPULAN DATA KEGIATAN DI TEMPAT KERJA / PENILAIAN RISIKO KESEHATAN KERJA
Setelah memperkirakan faktor risiko apa saja yang ada di wilayah kerja, tahapan selanjutnya
adalah mengumpulkan data kegiatan di tempat kerja. Hal ini dilakukan untuk menilai risiko
kesehatan kerja. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan perkiraan faktor risiko dengan
risiko yang ada di tempat kerja.
Peta Lokasi adalah Peta yang menunjukkan lokasi atau letak suatu daerah/medan/bangunan
dan lain-lainnya. Peta tersebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga di peta lokasi terdapat
arah yang biasanya ditetapkan dengan tanda panah (menunjukkan arah utara). Demikian pula
dengan peta lokasi area kerja yang menunjukkan lokasi atau letak satu alat, mesin,
keberadaan manusia yang digambarkan dalam satu denah.
b. Alur
Alur kerja sangat penting untuk diketahui karena dengan mengetahui setiap alur kerja, kita
dapat menentukan risiko apa saja yang ada pada setiap alur tersebut. Misal dengan
mengetahui alur kerja di pabrik deterjen, kita dapat mengetahui risiko spesifik yang ada di
pabrik deterjen tersebut.
Untuk memahami lebih lanjut, marilah kita tinjau tentang peta kerja.
a. Definisi Peta Kerja
Menurut Sritomo (1995, p123), peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan
kerja secara sistematis dan jelas. Peta kerja juga merupakan alat komunikasi secara luas dan
sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa mendapatkan informasi-informasi yang
diperlukan untuk memperbaiki suatu metode kerja.
b. Jenis - Jenis Peta Kerja
Pada dasarnya menurut Sritomo (1995, p125-151) peta kerja dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu :
1) Peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja keseluruhan merupakan peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kerja
secara keseluruhan. Peta kerja keseluruhan yang umum dipakai adalah :
Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
Merupakan peta kerja yang mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan
membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail.
Peta Tangan Kiri dan Kanan (Left and Right Hand Chart)
Merupakan peta kerja yang digunakan untuk menganalisis gerakan tangan kiri
atau kanan dari pekerja secara mendetail dengan menggunakan gerakan dasar
Therblig.
Pokok Bahasan 4.
PENGUMPULAN DATA KESEHATAN KERJA
Setelah melakukan rekognisi dan identifikasi faktor risiko, sebagai salah satu acuan
pertimbangan upaya kesehatan kerja adalah melakukan pengumpulan data kesehatan kerja.
Data-data kesehatan kerja yang harus dikumpulkan antara lain adalah data kesehatan/data
kebugaran, data penyakit, data kecelakaan kerja, data absensi, data kecacatan, dan data
kematian.
a. Data kesehatan/data kebugaran
Data ini dapat kita peroleh langsung melalui pengukuran kebugaran (pengukuran setelah
melakukan aktivitas tertentu) ataupun meminta data dari bagian kesehatan di suatu
perusahaan. Data kebugaran terdiri dari unsur ketahanan, kelenturan, dan kekuatan otot.
b. Data penyakit
Data ini dapat kita peroleh dari bagian surveilans kesehatan di Puskesmas atau
perusahaan berdasarkan data MCU (Medical Check Up); data kunjungan di klinik
perusahaan, puskesmas, provider, atau fasilitas kesehatan lainnya; bila diperlukan dapat
berupa data primer yang didapat dari kuesioner, pemeriksaan kesehatan atau cara lainnya.
c. Data kecelakaan kerja
Data kecelakaan kerja bisa kita peroleh dari bagian K3 suatu perusahaan (untuk industri
formal), dari Puskesmas, Dinas Kesehatan, Dinas Lalu Lintas, POLRI, ataupun dari sumber
literatur maupun internet tentang kecelakaan kerja kegiatan yang bersangkutan (untuk
industri informal).
d. Data absensi
Data absensi bisa kita peroleh dari bagian SDM perusahaan (untuk industri formal)
maupun kita tanyakan langsung pada yang bersangkutan mengenai berapa kali tidak
masuk karena alasan sakit (untuk industri informal).
e. Data kecacatan
Data kecacatan dapat kita peroleh dari bagian SDM persahaan (untuk industri formal)
maupun kita tanyakan langsung pada yang bersangkutan.
f. Data kematian
Data kematian dapat kita peroleh dari bagian SDM perusahaan dan Dinas Kependudukan
daerah tersebut.
Pokok Bahasan 5.
PENYUSUNAN PERENCANAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DI WILAYAH KERJA BERDASARKAN
WAKTU
Penyusunan perencanaan upaya kesehatan kerja memerlukan keterampilan manajemen.
Sebelum masuk ke penyusunan perencanaan, marilah kita meninjau apa itu manajemen. Kata
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang artinya seni melaksanakan dan
mengatur. Menurut Mary Parker Follet, manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin menjelaskan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, sesuai dengan jadwal dan
anggaran.
Istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selalu ada dan melekat di dalam proses
manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi seperti berikut.
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan tentang apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Dalam hal ini sumber yang dimiliki adalah data yang dikumpulkan.
Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan kegiatan atau program secara keseluruhan
dan menggunakan cara yang terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer atau
penanggungjawab perencanaan program menganalisis, mengevaluasi, dan
mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya serta segala aspek dari berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan,
selanjutnya melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan perusahaan Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. Dalam
perencanaan harus disepakati target yang akan dicapai dan cara untuk mengukur
keberhasilan. Alat ukur keberhasilan harus memenuhi syarat SMART, yaitu specific,
measurable, attainable, reachable, and timely. Alat pantau pencapaian target harus spesifik,
misalnya berupa foto atau dokumen yang tertulis.
15 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usaha
4. Pengendalian dan/atau evaluasi (controlling) adalah upaya untuk menilai apakah program
sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, apakah ada kekurangan atau ada yang harus
dihilangkan sehingga dapat dilakukan perbaikan. Evalauasi dilakukan berkala agar bisa
dilakukan deteksi dini dan perbaikan secepatnya.
A adalah seorang manajer produksi di sebuah perusahaan manufaktur bahan kimia yang
masih dalam tahap berkembang. Dia baru saja dipindahkan dari bagian HRD, dan ia
mendapat tugas untuk mengatur proses produksi yang menggunakan banyak mesin serta
pembagian tugas yang ada di bagiannya. Karyawan di bagiannya hanya terdapat beberapa
orang dan dia diharuskan memaksimalkan sumber daya yang ada. Berikut rincian personel
yang ada di bagian operasional tersebut :
A. Adalah dirinya sendiri, telah bekerja di perusahaan tersebut selama 10 tahun di bagian
HRD kemudian dipindahkan menjadi manajer di bagian produksi karena prestasi
kerjanya
B. Telah bekerja selama 20 tahun di bagian produksi
C. Telah bekerja selama 5 tahun, 3 tahun di bagian maintenance dan 2 tahun di bagian
produksi
D. Baru saja masuk ke perusahaan dan baru bekerja selama 1 bulan
E. Telah bekerja selama 5 tahun di bagian maintenance dan baru saja dipindahkan ke
bagian produksi
F. Baru saja masuk ke perusahaan dan bekerja kurang dari 1 bulan
G. Telah bekerja selama 5 tahun di bagian produksi
Karena target perusahaan yang cukup tinggi, A dituntut untuk mengatur keenam orang
tersebut agar proses produksi terus berlangsung. Terdapat shift kerja di perusahaan
tersebut. Berikut management skill yang ditunjukkan oleh A
1. Perencanaan
Dikarenakan proses produksi menggunakan banyak mesin, maka diharuskan ada 2 orang
dengan minimal 1 orang yang telah berpengalaman menggunakan mesin-mesin produksi.
Akan tetapi A harus mempertimbangkan senioritas dan umur. Untuk itu A juga harus
menyusun target yang meliputi apa target yang harus dicapai, siapa yang harus
mengerjakan, bagaimana upaya untuk mencapai target tersebut, di mana dan kapan
target tersebut dicapai, serta mengapa target tersebut harus dicapai.
2. Pengorganisasian
16 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA
3. Pengarahan
Setelah membagi stafnya dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka A harus
dapat memberikan pengarahan yang sesuai mengenai tugas bidang produksi, target
yang harus dicapai, serta strategi-strategi yang bisa dilakukan untuk mencapai target
tersebut.
4. Evaluasi
Evaluasi sangat diperlukan dalam management skill A. A harus melakukan evaluasi untuk
mengetahui apakah tujuan sudah tercapai dan apakah diperlukan perbaikan lagi untuk
hal-hal yang belum sesuai. Selain itu juga dapat diketahui apakah kapan dan di mana
target tersebut dilakukan sudah sesuai. Evaluasi juga dapat digunakan untuk
merencanakan program selanjurnya.
Contoh berikut sesuai dengan subjudul bagian ini adalah tentang perencanaan program UKK
berdasarkan waktu.
lulusan SMP
- Penghasil sumber - Kebanyakan petani - Para petani mau - Tidak ada
pangan asli daerah hanya lulusan SD mengikuti pengendalian risiko
Petani
- Jumlah tukang ojek di - Kebanyakan tukang ojek - Para tukang ojek - Tidak ada
kota X sedikit hanya lulusan SMP mau mengikuti pengendalian risiko
Tukang
Berdasarkan analisis SWOT di atas maka kita dapat menyusun rencana upaya kesehatan kerja di
kota X sesuai prioritas dan kemampu-laksanaan (Tabel 4).
Pokok Bahasan 6.
PENYUSUNAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN KERJA SEBAGAI :
1) Ketua
2) Sekretaris
3) Anggota
Di bawah ini merupakan contoh peran ketua, sekretaris, dan anggota dalam penyusunan upaya
kesehatan kerja (Tabel 5).
Kota Y merupakan sebuah kota industri baik industri formal maupun informal. Terdapat pabrik
manufaktur besar di pinggir kota yang memproduksi cat. Sementara di bagian tengah kota banyak
industri informal yang didominasi oleh industri mebel. Industri mebel merupakan sumber
pendapatan asli daerah Y. A adalah seorang Kepala Puskesmas X, B adalah sekretaris, dan C
merupakan anggotanya. Puskesmas X tidak memiliki banyak personel. A diharuskan untuk membuat
upaya kesehatan kerja di kota Y (Tabel 6).
Tabel 6. Contoh Tabel Perencanaan UKK Berdasarkan Ketua, Sekertaris dan Anggota
A B C
Membuat persiapan program Menyiapkan dokumen-dokumen - Melakukan wawancara dan
dengan berkoordinasi dengan yang terkait dengan rencana survei jalan selintas (SJS) pada
pimpinan pabrik cat dan program di kota Y pekerja mebel dan pabrik cat
melakukan perencanaan untuk
mewawancarai pekerja mebel
Memonitor progress SJS pada Mencatat hasil dan progress SJS Mengidentifikasi faktor risiko pada
pekerja mebel dan pabrik cat pada pekerja mebel dan pabrik cat pekerja mebel dan pabrik cat.
Identifikasi dapat dilakukan secara
langsung melalui data sekunder
ataupun dilakukan pengukuran jika
perlu kemudian hasilnya
dibandingkan dengan standar yang
ada
Merencanakan program kesehatan Membuat laporan dan Melakukan program kesehatan
kerja yang sesuai yang dibutuhkan dokumentasi perencanaan kerja
oleh kota Y. program kesehatan kerja
Memonitor dan evaluasi program Membuat laporan dan Melakukan program kesehatan
yang sedang berjalan dokumentasi kerja
Pokok Bahasan 7
PENYUSUNAN RENCANA AKSI UPAYA KESEHATAN KERJA
Pada pembahasan ini kita akan memahami bersama 2 buah contoh. Contoh yang pertama
merupakan penyusunan rencana aksi UKK di tingkat nasional/wilayah (makro), sementara contoh
yang kedua adalah di tingkat lokal (mikro) yang dijelaskan melalui program senam aerobik di sebuah
perusahaan.
a. Menyusun rencana kerangka acuan kegiatan
b. Menyusun rencana anggaran biaya
c. Menyusun rencana pembinaan upaya kesehatan kerja
d. Menyusun rencana pemantauan upaya kesehatan kerja
e. Menyusun rencana evaluasi
c. Jumlah dokumen anggaran yang dihasilkan tepat waktu sebanyak 4 dokumen per tahun;
d. Jumlah dokumen monitoring dan evaluasi yang dihasilkan sebanyak 9 dokumen per tahun;
e. Jumlah dokumen kesepakatan Rakerkesnas yang dihasilkan sebanyak 1 dokumenper tahun;
f. Persentase penerapan SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah): Renstra,
Penilaian Kinerja, Kontrak Kinerja, Pengendalian sebesar 100%
PT A diketahui bahwa terdapat Obesitas sentral 60%, Hiperkolesterol 55%, Hipertensi 12%,
diabetes 5%, kematian dini 7 kasus tahun 2013 sehingga diputuskan bahwa sebuah program
penanganan sekaligus pencegahan sangat diperlukan.
Analisis
Berdasarkan hasil HRA diketahui bahwa masalah kesehatan utama yang ada di PT A adalah
obesitas sentral, hiperkolesterol, hipertensi, diabetes, serta adanya kematian dini. Hal ini
diperparah dengan gaya hidup karyawan PT A yang lebih sering bekerja duduk statis di kantor.
Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis HRA dan musyawarah antara pembina kesehatan kerja dan jajaran
manajemen PT A, maka diputuskan diadakannya program senam aerobik selama 3 kali
seminggu. Senam aerobik ini mengikutsertakan seluruh karyawan dan direksi PT A.
Tabel 9. Tabel Anggaran Biaya Pengembangan dan Pelaksanaan Program Senam Aerobik di PT A Tahun 2014
IV Perencanaan 4 minggu
Penentuan Target - prosedur senam aerobik
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Penentuan Proses menuju target
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Penentuan cara evaluasi target
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Merangkum Perencanaan Program
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
V Komunikasi 4 minggu
Persiapan materi komunikasi 1 kali 250.000 250.000
Advokasi ke Midle management
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Advokasi ke Top management
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Sosialisasi ke Pekerja
Konsumsi 1 kali 1.000.000 1.000.000
Komunikasi
Komunikasi dilakukan kepada pihak top manajemen dan karyawan berupa advokasi program
dan urgensi mengapa program harus dilakukan
Persiapan
Persiapan berupa dukungan tertulis dari pihak manajemen PT A mengenai kesediaan
melaksanakan program senam aerobik serta harus disiapkan metode umpan balik yang
konstruktif dari karyawan.
Implementasi
Implementasi program senam aerobik dilakukan 3 kali seminggu di lapangan parkir PT A dengan
instruktur bergantian dari perwakilan tiap bidang yang ada di PT A.
Evaluasi
Evaluasi program senam aerobik dapat dilakukan berdasarkan hasil pre-test dan post-test
karyawan, umpan balik dari karyawan, perbandingan data kesehatan sebelum dan sesudah
program, angka kesakitan, absensi, serta kehadiran karyawan
Continue Improvement
Pengembangan berkelanjutan dapat dilakukan dengan adanya sesi perlombaan senam antar
bidang dan pemberian reward bagi bidang yang paling baik melaksanakan program.
Pokok Bahasan 8
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN K3
organisasi K3 itu sama saja, akan tetapi pada pembahasan kali ini akan dijelaskan melalui 2
contoh yakni pada pembentukan organisasi K3 di suatu daerah (misal kecamatan) dan di sebuah
perusahaan.
1. Pembentukan/Revitalisasi Organisasi K3 di Daerah (Kecamatan)
Survei Mawas Diri (SMD)
Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan. Pengumpulan dan pengkajian
kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat setempat di
bawah bimbingan kepala desa/kelurahan dan petugas kesehatan (petugas
puskesmas, bidan di desa) (Depkes Ri, 2007).
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai identifikasi risiko. SMD ini
kurang lebih merupakan tahap identifikasi risiko kesehatan apa saja yang ada di
kecamatan. SMD dapat dilakukan melalui diskusi langsung dengan masyarakat
ataupun observasi langsung melalui survei jalan selintas. Setelah mengetahui
masalah kesehatan apa saja yang ada maka akan mempermudah penentuan program
kesehatan kerja yang tepat di suatu daerah.
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Musyawarah Masyarakat Desa melibatkan lintas sektor yang ada di suatu daerah
yang meliputi pengusaha, pekerja, serta perwakilan pemerintah yang ada di daerah
tersebut. MMD ini kurang lebih bertujuan untuk menumbuhkan awareness mengenai
adanya masalah kesehatan kerja di daerah mereka. Pada tahap ini masih berupa
tahap pengenalan mengenai masalah kesehatan kerja yang ada di daerah mereka dan
perencanaan pembuatan program kesehatan kerja.
Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan oleh pengelola kesehatan kerja dengan tujuan agar para
pekerja serta pihak-pihak yang terkait dengan upaya kesehatan kerja lebih
memahami mengenai tujuan program kesehatan kerja, masalah kesehatan kerja,
serta dampak kesehatan apa yang akan terjadi apabila program kesehatan kerja tidak
dilaksanakan. Pada tahap ini diharapkan sudah terdapat keinginan untuk
menyukseskan program kesehatan kerja.
Mobilisasi Kader (Tokoh Masyarakat)
Setelah dilakukan penyuluhan, tahap selanjutnya adalah memobilisasi kader dan para
tokoh masyarakat untuk melaksanakan program kesehatan kerja melalui organisasi
K3 yang dibentuk. Pada tahap ini diharapkan ada partisipasi aktif dari semua pihak
sehingga program kesehatan kerja dapat berjalan dengan baik.
2. Pembentukan/Revitalisasi Organisasi K3 di Perusahaan/ Organisasi
Need Assessment
Tahap ini merupakan tahap identifikasi yang kurang lebih sama dengan tahap SMD di
atas. Tujuannya dalah untuk menilai program kesehatan kerja apa yang dibutuhkan di
suatu perusahaan berdasarkan hasil identifikasi risiko kesehatan di perusahaan
tersebut
Penilaian Kemampuan Sumber Daya
Tahap ini dilakukan untuk menilai apakah sumber daya yang ada di perusahaan
mencukupi. Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia maupun
sumber daya yang lain termasuk anggaran, peralatan, sarana dan prasarana lainnya.
Penilaian Kesiapan Perusahaan
Tahap ini penting dilakukan untuk mengetahui berada pada fase di manakah
perusahaan tersebut memandang K3. Fase tersebut antara lain tahap awal,
menengah, maupun lanjutan. Hal ini berguna untuk menentukan jenis program
kesehatan kerja yang sesuai di perusahaan tersebut.
Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan pengelola kesehatan kerja pada pekerja dan pimpinan
perusahaan dengan tujuan agar para pekerja serta pihak-pihak yang terkait dengan
upaya kesehatan kerja lebih memahami mengenai tujuan program kesehatan kerja,
masalah kesehatan kerja, serta dampak kesehatan apa yang akan terjadi apabila
program kesehatan kerja tidak dilaksanakan. Pada tahap ini diharapkan sudah
terdapat keinginan untuk menyukseskan program kesehatan kerja.
Mobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk melibatkan semua pihak di perusahaan baik pekerja
maupun pimpinan untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program kesehatan
kerja melalui organisasi K3.
Pembentukan Organisasi K3
Setelah mendapatkan komitmen dari pimpinan perusahaan, identifikasi masalah
kesehatan yang ada di perusahaan, penilaian sumber daya yang ada di perusahaan,
adanya partisipasi dari segala pihak, maka organisasi K3 sudah dapat dibentuk. Pada
tahap ini bisa dibuat visi dan misi organisasi serta tujuan dan strategi organisasi dalam
menyukseskan program K3.
Penyusunan Rencana Kerja
Setalah dibentuk organisasi K3, hal selanjutnya adalah melakukan penyusunan
rencana kerja. Seorang pengelola kesehatan kerja dapat melakukan advokasi dan
pembimbingan program kesehatan kerja yang diperlukan pada tahap ini.
VII. REFERENSI
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.13 Tahun
2013 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja dan Angka Kreditnya
Basic of Occupational Health Services
Kurniawidjaja, L. M. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Cetakan Ketiga. Jakarta : UI Press,
2012.
VIII. LAMPIRAN
a. Lembar Kasus
Kota X merupakan kota pelabuhan yang penuh dengan aktivitas perdagangan nasional
maupun internasional, kegiatan pariwisata, sekaligus kegiatan mencari ikan. Mayoritas
penduduk kota X sudah berumur dan sebagian besar lagi masih anak-anak. Para pemuda
penduduk kota X banyak yang pergi merantau. Proporsi pria dan wanita sama besar dan
sebagian besar penduduknya adalah lulusan SMP. Pekerjaan para penduduk kota X adalah
nelayan, berdagang untuk para wisatawan, serta bekerja sebagai buruh angkut di kapal
pengangkut.
a. Mengetahui data demografi apa saja yang harus dikumpulkan dari kota X
b. Melakukan pemetaan wilayah kerja
c. Melakukan pengumpulan data kegiatan di tempat kerja/penilaian risiko kesehatan kerja
d. Melakukan pengumpulan data kesehatan kerja
e. Melakukan penyusunan perencanaan upaya kesehatan kerja di wilayah kerja
berdasarkan waktu