MATERI INTI 1
PERSIAPAN UPAYA KESEHATAN KERJA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan bahwa upaya
kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaannya. Pada implementasinya, upaya
kesehatan kerja (UKK) mencakup tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, serta
monitoring dan evaluasi.
Pada sesi ini akan dibahas mengenai tahapan persiapan upaya kesehatan kerja yang
harus dilakukan oleh Pengelola Kesehatan Kerja. Tahap persiapan merupakan tahap
awal dalam upaya kesehatan kerja, berupa pengumpulan data terkait kesehatan kerja
dan penyusunan rencana upaya kesehatan kerja.
Persiapan UKK bermuara pada perencanaan yang baik. Persiapan dimulai dari upaya
mengenal masalah kesehatan kerja dengan mengumpulkan data demografi, kemudian
data dipetakan sesuai wilayah kerja, dilanjutkan dengan mengumpulkan data kegiatan di
tempat kerja masing-masing, dan dilakukan penilaian risiko kesehatan kerja, serta
mengumpulkan data kesehatan kerja. Data yang terkumpul digunakan untuk menyusun
perencanaan UKK berdasarkan waktu, jabatan, prioritas tingkat risiko dan elemen
lainnya dalam bentuk rencana aksi UKK.
3. Anggota
c. Triwulan :
1. Membuat kerangka acuan
2. Menganalisis data
3. Mengevaluasi data
4. Mempersiapkan rencana triwulan
d. Bulanan :
1. Menyusun jenis kegiatan
2. Mengatur jadual pelaksanaan kegiatan
3. Menyusun rencana anggaran biaya
4. Merumuskan output kegiatan, sebagai :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Seperti definisi di atas, secara umum demografi adalah ilmu yang mempelajari susunan
dan pengelompokkan masyarakat berdasarkan indikator-indikator tertentu seperti
tempat tinggal, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, kelompok umur, dan lain
sebagainya. Mengapa kita perlu mempertimbangkan data demografi dalam
mempersiapkan upaya kesehatan kerja ?
Kesehatan kerja adalah suatu upaya yang berhubungan dengan masyarakat pekerja,
khususnya masyarakat yang berada dalam usia produktif. Kesehatan kerja juga harus
mempertimbangkan daerah tempat tinggal seseorang karena setiap daerah mempunyai
budaya kesehatan masing-masing (misal orang Jawa masih mempercayai dukun)
sehingga upaya kesehatan kerja di satu daerah tidak mungkin sama persis dengan
daerah lainnya. Selain itu, setiap daerah juga memilki karakteristik penduduk yang
berbeda pula, misal dalam proporsi jumlah penduduk, pekerjaan mayoritas penduduk
(misal masyarakat yang tinggal di pedesaan mayoritas memiliki pekerjaan sebagai
petani), tingkat pendidikan masyarakat (upaya promosi kesehatan kerja akan jauh
berbeda pada masyarakat dengan tingkat pendidikan SD jika dibandingkan dengan
masyarakat yang mayoritas merupakan sarjana), dan lain sebagainya. Program
kesehatan kerja akan lebih efektif jika mempertimbangkan karakteristik demografi
masyarakat pekerja, karena karakteristik pekerja menentukan jenis pembinaan yang
berbeda. Sebagai contoh, jenis hazard/bahaya/faktor risiko kesehatan kerja pada petani
terutama adalah pestisida dan ergonomi manual handling, sedangkan hazard utama
pekerja tambang adalah debu silika bebas, debu tambang dan metana. Contoh lain,
metode komunikasi hazard pada sarjana bisa via media elektronik, sedangkan pada
pekerja berpendidikan SD, pengenalan bahaya perlu dilakukan dengan tatap muka,
gambar atau alat peraga. Dengan demikian, demografi menjadi faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan.
Pokok Bahasan 2.
PEMETAAN DI WILAYAH KERJA
1. Peta mampu memperlihatkan ukuran, antara lain luas wilayah kerja dan jarak
antara wilayah atau lokasi kerja.
2. Peta mampu menyajikan dan memperlihatkan bentuk atau warna, misalnya:
- Untuk peta kelompok pekerja, warna hijau menandakan kelompok petani,
biru kelompok nelayan, coklat kelompok tukang kayu, dan abu-abu
pengrajin tempe.
- Untuk jenis usaha/bidang kegiatan, dapat digambar bentuk ikan
menandakan pasar ikan, padi menandakan sawah, gambar pabrik atau toko
mebel, gambar pabrik dan pasar penjual tempe
2. Dengan adanya peta dapat menunjukkan posisi atau lokasi
tempat kerja relatif yang hubungannya dengan lokasi asli di permukaan bumi,
begitu pula denah dapat menunjukkan posisi relatif yang hubungannya dengan
mesin, alat, keberadaan manusia, dan lain-lain
4. Peta mampu menunjukkan tingkat risiko kesehatan, misalnya warna merah
menandakan area kerja dengan tingkat risiko tinggi, kuning menengah, dan
hijau rendah.
5. Peta juga dapat digunakan untuk komunikasi tentang banyak hal, misalnya
dengan mengumpulkan dan menyeleksi data dari suatu daerah dan menyajikan
di atas peta atau denah dengan simbolisasi, misalnya jumlah manusia (1 gambar
orang menandakan jumlah 100 orang), simbol api menggambarkan area rentan
kebakaran, simbol bunyi menandakan area bising, simbol bahan kimia
menggambarkan area yang terdapat bahan kimia, simbol biologi
menggambarkan area yang terdapat bahaya biologi atau hewan.
Tujuan pemetaan dalam hal ini yaitu pembuatan peta hazard, peta kesehatan,
dan peta alur kerja yaitu:
1. Untuk komunikasi informasi ruang, alur kerja, tingkat risiko hazard, peta
kesehatan, dan informasi kesehatan kerja lainnya.
2. Media menyimpan informasi seperti tersebut dalam butir di atas.
3. Membantu manajemen pekerjaan mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaan dan evaluasi.
4. Membantu dalam desain ruang, peletakan mesin dan bahan, penempatan
pekerja dan pengorganisasian pekerjaan, .
5. Analisis data spatial
evaluasi tentang suatu data wilayah tertentu. Data yang dipetakan dapat
berupa data primer atau data sekunder. Data yang dapat dipetakan adalah
data yang bersifat spasial, artinya data tersebut terdistribusi atau tersebar ke
ruangan pada suatu wilayah tertentu. Pada tahap ini data yang telah
dikumpulkan kemudian dikelompokkan dahulu menurut jenisnya seperti
kelompok data kualitatif (seperti kelompok pekerja, jenis usaha/bidang
kegiatan, dan lokasi tempat kerja) atau data kuantitatif (seperti jumlah pekerja,
jumlah usaha/bidang kegiatan, tingkat bahaya).
Tahap penyajian data
Langkah pemetaan kedua berupa panyajian data. Tahap ini merupakan upaya
melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol, supaya data
tersebut menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna. Penyajian
data pada sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan
pemetaan dapat tercapai.
Tahap penggunaan peta
Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan
keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan
dapat digunakan/ dibaca dengan mudah. Peta merupakan alat untuk
melakukan komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin interaksi antar
pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map users). Pembuat peta
harus dapat merancang peta sedemikian rupa sehingga peta mudah dibaca,
diinterpretasi dan dianalisis oleh pengguna peta. Pengguna harus dapat
membaca peta dan memperoleh gambaran informasi sebenarnya di lapangan
(real world).
Berdasarkan contoh di atas, kita lakukan pemetaan wilayah kerja dan faktor risiko
apa saja yang terdapat pada pekerjaan-pekerjaan tersebut. Pemetaan berdasarkan
jenis pekerjaan yang ada di wilayah kota X tersebut (Tabel 1).
- Terkena Low Back Pain - Terkena Low Back - Terkena Low - Terkena Low
Ergonomi
akibat desain tempat Pain karena posisi Back Pain dan Back Pain akibat
kerja pabrik deterjen mencangkul yang kram akibat terlalu lama
membungkuk terlalu lama mengendarai
duduk di toko motor
- Bosan karena pekerjaan - Bosan karena - Bosan karena - Bosan karena
Psikososial
Pokok Bahasan 3.
PENGUMPULAN DATA KEGIATAN DI TEMPAT KERJA / PENILAIAN RISIKO KESEHATAN
KERJA
Setelah memperkirakan faktor risiko apa saja yang ada di wilayah kerja, tahapan
selanjutnya adalah mengumpulkan data kegiatan di tempat kerja. Hal ini dilakukan untuk
menilai risiko kesehatan kerja. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan perkiraan
faktor risiko dengan risiko yang ada di tempat kerja.
b. Alur
Alur kerja sangat penting untuk diketahui karena dengan mengetahui setiap alur
kerja, kita dapat menentukan risiko apa saja yang ada pada setiap alur tersebut. Misal
dengan mengetahui alur kerja di pabrik deterjen, kita dapat mengetahui risiko
spesifik yang ada di pabrik deterjen tersebut.
Untuk memahami lebih lanjut, marilah kita tinjau tentang peta kerja.
a. Definisi Peta Kerja
Menurut Sritomo (1995, p123), peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan
kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Peta kerja juga merupakan alat
komunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa
mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu
metode kerja.
b. Jenis - Jenis Peta Kerja
Pada dasarnya menurut Sritomo (1995, p125-151) peta kerja dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu :
1) Peta Kerja Keseluruhan
Peta Tangan Kiri dan Kanan (Left and Right Hand Chart)
Merupakan peta kerja yang digunakan untuk menganalisis gerakan
tangan kiri atau kanan dari pekerja secara mendetail dengan
menggunakan gerakan dasar
Therblig.
Dengan pengamatan langsung di tempat kerja, kita dapat mengetahui faktor risiko
kesehatan kerja yang ada yang mungkin belum kita pertimbangkan. Pengetahuan
mengenai faktor risiko ini bisa kita lakukan dengan observasi langsung di tempat
kerja (survei jalan selintas).
Untuk jenis-jenis faktor risiko dapat melihat tabel 2 diatas.
Pokok Bahasan 4.
PENGUMPULAN DATA KESEHATAN KERJA
Setelah melakukan rekognisi dan identifikasi faktor risiko, sebagai salah satu acuan
pertimbangan upaya kesehatan kerja adalah melakukan pengumpulan data kesehatan
kerja. Data-data kesehatan kerja yang harus dikumpulkan antara lain adalah data
kesehatan/data kebugaran, data penyakit, data kecelakaan kerja, data absensi, data
kecacatan, dan data kematian.
a. Data kesehatan/data kebugaran
Data ini dapat kita peroleh langsung melalui pengukuran kebugaran (pengukuran
setelah melakukan aktivitas tertentu) ataupun meminta data dari bagian
kesehatan di suatu perusahaan. Data kebugaran terdiri dari unsur ketahanan,
kelenturan, dan kekuatan otot.
b. Data penyakit
Data ini dapat kita peroleh dari bagian surveilans kesehatan di Puskesmas atau
perusahaan berdasarkan data MCU (Medical Check Up); data kunjungan di klinik
perusahaan, puskesmas, provider, atau fasilitas kesehatan lainnya; bila diperlukan
dapat berupa data primer yang didapat dari kuesioner, pemeriksaan kesehatan
atau cara lainnya.
c. Data kecelakaan kerja
Data kecelakaan kerja bisa kita peroleh dari bagian K3 suatu perusahaan (untuk
industri formal), dari Puskesmas, Dinas Kesehatan, Dinas Lalu Lintas, POLRI,
ataupun dari sumber literatur maupun internet tentang kecelakaan kerja kegiatan
yang bersangkutan (untuk industri informal).
d. Data absensi
Data absensi bisa kita peroleh dari bagian SDM perusahaan (untuk industri formal)
maupun kita tanyakan langsung pada yang bersangkutan mengenai berapa kali
tidak masuk karena alasan sakit (untuk industri informal).
e. Data kecacatan
Data kecacatan dapat kita peroleh dari bagian SDM persahaan (untuk industri
formal) maupun kita tanyakan langsung pada yang bersangkutan.
f. Data kematian
Data kematian dapat kita peroleh dari bagian SDM perusahaan dan Dinas
Kependudukan daerah tersebut.
Pokok Bahasan 5.
PENYUSUNAN PERENCANAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DI WILAYAH KERJA
BERDASARKAN WAKTU
Penyusunan perencanaan upaya kesehatan kerja memerlukan keterampilan manajemen.
Sebelum masuk ke penyusunan perencanaan, marilah kita meninjau apa itu manajemen.
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang artinya seni
melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker Follet, manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin menjelaskan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, sesuai dengan jadwal dan anggaran.
Istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan
(Science)
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang selalu ada dan melekat di dalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh
seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia
menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah
diringkas menjadi seperti berikut.
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan tentang apa yang akan dikerjakan
dengan sumber yang dimiliki. Dalam hal ini sumber yang dimiliki adalah data yang
dikumpulkan. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan kegiatan atau
program secara keseluruhan dan menggunakan cara yang terbaik untuk memenuhi
tujuan itu. Manajer atau penanggungjawab perencanaan program menganalisis,
mengevaluasi, dan mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya serta segala aspek dari berbagai rencana alternatif
sebelum mengambil tindakan, selanjutnya melihat apakah rencana yang dipilih cocok
dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-
fungsi lainnya tak dapat berjalan. Dalam perencanaan harus disepakati target yang
akan dicapai dan cara untuk mengukur keberhasilan. Alat ukur keberhasilan harus
memenuhi syarat SMART, yaitu specific, measurable, attainable, reachable, and timely.
Alat pantau pencapaian target harus spesifik, misalnya berupa foto atau dokumen
yang tertulis.
Karena target perusahaan yang cukup tinggi, A dituntut untuk mengatur keenam
orang tersebut agar proses produksi terus berlangsung. Terdapat shift kerja di
perusahaan tersebut.
2. Pengorganisasian
Terdapat shift di perusahaan tersebut. A membagi stafnya menjadi berikut :
B dan E : dengan pertimbangan bahwa B telah memiliki banyak pengalaman
mengenai proses produksi dan E telah cukup lama bekerja (5 tahun) sehingga
B dapat membimbing E. Lama kerja tidak akan menjadi kendala bagi mereka
C dan D : dengan pertimbangan bahwa C dan D tidak memiliki selisih umur
yang terlalu jauh sehingga C dapat membimbing D dan membagi
pengalamannya kepada D.
F dan G : dengan pertimbangan sama dengan C dan D
3. Pengarahan
Setelah membagi stafnya dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka A
harus dapat memberikan pengarahan yang sesuai mengenai tugas bidang
produksi, target yang harus dicapai, serta strategi-strategi yang bisa dilakukan
untuk mencapai target tersebut.
4. Evaluasi
Evaluasi sangat diperlukan dalam management skill A. A harus melakukan evaluasi
untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai dan apakah diperlukan
perbaikan lagi untuk hal-hal yang belum sesuai. Selain itu juga dapat diketahui
apakah kapan dan di mana target tersebut dilakukan sudah sesuai. Evaluasi juga
dapat digunakan untuk merencanakan program selanjurnya.
Contoh berikut sesuai dengan subjudul bagian ini adalah tentang perencanaan program UKK
berdasarkan waktu.
Kebanyakan hanya
lulusan SMP
- Penghasil sumber - Kebanyakan petani - Para petani mau - Tidak ada
pangan asli daerah hanya lulusan SD mengikuti pengendalian
Petani
Berdasarkan analisis SWOT di atas maka kita dapat menyusun rencana upaya kesehatan
kerja di kota X sesuai prioritas dan kemampu-laksanaan (Tabel 4).
Pokok Bahasan 6.
PENYUSUNAN PROGRAM UPAYA KESEHATAN KERJA SEBAGAI :
1) Ketua
2) Sekretaris
3) Anggota
Di bawah ini merupakan contoh peran ketua, sekretaris, dan anggota dalam penyusunan
upaya kesehatan kerja (Tabel 5).
Kota Y merupakan sebuah kota industri baik industri formal maupun informal. Terdapat
pabrik manufaktur besar di pinggir kota yang memproduksi cat. Sementara di bagian tengah
kota banyak industri informal yang didominasi oleh industri mebel. Industri mebel
merupakan sumber pendapatan asli daerah Y. A adalah seorang Kepala Puskesmas X, B
adalah sekretaris, dan C merupakan anggotanya. Puskesmas X tidak memiliki banyak
personel. A diharuskan untuk membuat upaya kesehatan kerja di kota Y (Tabel 6).
Tabel 6. Contoh Tabel Perencanaan UKK Berdasarkan Ketua, Sekertaris dan Anggota
A B C
Membuat persiapan program Menyiapkan dokumen- - Melakukan wawancara dan
dengan berkoordinasi dengan dokumen yang terkait dengan survei jalan selintas (SJS)
pimpinan pabrik cat dan rencana program di kota Y pada pekerja mebel dan
melakukan perencanaan untuk pabrik cat
mewawancarai pekerja mebel
Memonitor progress SJS pada Mencatat hasil dan progress Mengidentifikasi faktor risiko
pekerja mebel dan pabrik cat SJS pada pekerja mebel dan pada pekerja mebel dan pabrik
pabrik cat cat. Identifikasi dapat dilakukan
secara langsung melalui data
sekunder ataupun dilakukan
pengukuran jika perlu kemudian
hasilnya dibandingkan dengan
standar yang ada
Merencanakan program Membuat laporan dan Melakukan program kesehatan
kesehatan kerja yang sesuai dokumentasi perencanaan kerja
yang dibutuhkan oleh kota Y. program kesehatan kerja
Memonitor dan evaluasi Membuat laporan dan Melakukan program kesehatan
program yang sedang berjalan dokumentasi kerja
Pokok Bahasan 7
PENYUSUNAN RENCANA AKSI UPAYA KESEHATAN KERJA
Pada pembahasan ini kita akan memahami bersama 2 buah contoh. Contoh yang pertama
merupakan penyusunan rencana aksi UKK di tingkat nasional/wilayah (makro), sementara
contoh yang kedua adalah di tingkat lokal (mikro) yang dijelaskan melalui program senam
aerobik di sebuah perusahaan.
a. Menyusun rencana kerangka acuan kegiatan
b. Menyusun rencana anggaran biaya
c. Menyusun rencana pembinaan upaya kesehatan kerja
d. Menyusun rencana pemantauan upaya kesehatan kerja
e. Menyusun rencana evaluasi
Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan meliputi:
1. Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
Luarannya berupa meningkatnya perencanaan dan pendaya-gunaan SDM kesehatan.
Indikator pencapaian luaran tersebut pada tahun 2014 adalah:
a. Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di DTPK
sebanyak 7.020 orang;
b. Jumlah residen senior yang didayagunakan dan diberikan insentif sebanyak 4.850
orang;
c. Jumlah standar ketenagaan di fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 20 buah;
d. Jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan di dalam dan di luar negeri
sebanyak 10.500 orang;
e. Jumlah Kab/Kota yang telah mampu melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM
Kesehatan sebanyak 105 Kab/Kota.
d. Jumlah dokumen monitoring dan evaluasi yang dihasilkan sebanyak 9 dokumen per
tahun;
e. Jumlah dokumen kesepakatan Rakerkesnas yang dihasilkan sebanyak 1 dokumenper
tahun;
f. Persentase penerapan SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah):
Renstra, Penilaian Kinerja, Kontrak Kinerja, Pengendalian sebesar 100%
Tabel 9. Tabel Anggaran Biaya Pengembangan dan Pelaksanaan Program Senam Aerobik di PT A Tahun 2014
IV Perencanaan 4 minggu
Penentuan Target - prosedur senam aerobik
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Penentuan Proses menuju target
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Penentuan cara evaluasi target
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Merangkum Perencanaan Program
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
V Komunikasi 4 minggu
Persiapan materi komunikasi 1 kali 250.000 250.000
Advokasi ke Midle management
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Advokasi ke Top management
Konsumsi 1 kali 250.000 250.000
Sosialisasi ke Pekerja
Konsumsi 1 kali 1.000.000 1.000.000
Komunikasi
Komunikasi dilakukan kepada pihak top manajemen dan karyawan berupa advokasi
program dan urgensi mengapa program harus dilakukan
Persiapan
Persiapan berupa dukungan tertulis dari pihak manajemen PT A mengenai kesediaan
melaksanakan program senam aerobik serta harus disiapkan metode umpan balik yang
konstruktif dari karyawan.
Implementasi
Implementasi program senam aerobik dilakukan 3 kali seminggu di lapangan parkir PT A
dengan instruktur bergantian dari perwakilan tiap bidang yang ada di PT A.
Evaluasi
Evaluasi program senam aerobik dapat dilakukan berdasarkan hasil pre-test dan post-
test karyawan, umpan balik dari karyawan, perbandingan data kesehatan sebelum dan
sesudah program, angka kesakitan, absensi, serta kehadiran karyawan
Continue Improvement
Pengembangan berkelanjutan dapat dilakukan dengan adanya sesi perlombaan senam
antar bidang dan pemberian reward bagi bidang yang paling baik melaksanakan
program.
Pokok Bahasan 8
PENGEMBANGAN KEBIJAKAN K3
Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan pengelola kesehatan kerja pada pekerja dan pimpinan
perusahaan dengan tujuan agar para pekerja serta pihak-pihak yang terkait
dengan upaya kesehatan kerja lebih memahami mengenai tujuan program
kesehatan kerja, masalah kesehatan kerja, serta dampak kesehatan apa yang
akan terjadi apabila program kesehatan kerja tidak dilaksanakan. Pada tahap
ini diharapkan sudah terdapat keinginan untuk menyukseskan program
kesehatan kerja.
Mobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk melibatkan semua pihak di perusahaan baik
pekerja maupun pimpinan untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
program kesehatan kerja melalui organisasi K3.
Pembentukan Organisasi K3
Setelah mendapatkan komitmen dari pimpinan perusahaan, identifikasi
masalah kesehatan yang ada di perusahaan, penilaian sumber daya yang ada
di perusahaan, adanya partisipasi dari segala pihak, maka organisasi K3 sudah
dapat dibentuk. Pada tahap ini bisa dibuat visi dan misi organisasi serta tujuan
dan strategi organisasi dalam menyukseskan program K3.
VII. REFERENSI
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.13
Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja dan Angka
Kreditnya
Basic of Occupational Health Services
Kurniawidjaja, L. Meily. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Cetakan Ketiga. Jakarta :
UI Press, 2012.
VIII. LAMPIRAN
a. Lembar Kasus
Kota X merupakan kota pelabuhan yang penuh dengan aktivitas perdagangan
nasional maupun internasional, kegiatan pariwisata, sekaligus kegiatan mencari ikan.
Mayoritas penduduk kota X sudah berumur dan sebagian besar lagi masih anak-anak.
Para pemuda penduduk kota X banyak yang pergi merantau. Proporsi pria dan wanita
sama besar dan sebagian besar penduduknya adalah lulusan SMP. Pekerjaan para
penduduk kota X adalah nelayan, berdagang untuk para wisatawan, serta bekerja
sebagai buruh angkut di kapal pengangkut.