Anda di halaman 1dari 11

MODUL PELATIHAN DASAR

JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

MATERI INTI – MI 2.b


PEMBIMBINGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
DI TEMPAT KERJA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup yang senantiasa
memperhatikan dan menjaga kesehatan. PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas
kesadaran sendiri sehingga dapat menolong dirinya sendiri dan orang lain di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Prinsip
utama yang menjadi dasar pelaksanaan PHBS adalah pencegahan lebih baik daripada
mengobati.
Sedangkan, PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja,
pemilik dan pengelola usaha/kantor, agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pembimbingan PHBS.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Melaksanakan upaya perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja
2. Memfasilitasi pengkajian hambatan pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan
sehat di tempat kerja
3. Mencatat hambatan pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat di tempat
kerja
4. Menyusun saran/rekomendasi kepada pemberi kerja /pengusaha / pengurus untuk
program PHBS di tempat kerja
5. Menyampaikan saran/ rekomendasi kepada pemberi kerja/pengusaha/ pengurus
untuk program PHBS di tempat kerja

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Upaya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Tempat Kerja
Subpokok bahasan:
a. Tidak Merokok, Minum Alkohol, Dan Menggunakan NAPZA Di Lingkungan Kerja
b. Minum Air Yang Cukup Selama Bekerja
c. Cuci Tangan Menggunakan Sabun

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
1
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

d. Penggunaan Baju Kerja Yang Berbeda Dengan Baju Yang Digunakan Di Luar
Tempat Kerja
e. Aktivitas Fisik
f. Makan Sebelum Bekerja
g. Mandi Setelah Bekerja
h. Cukup Tidur, Istirahat, Dan Rekreasi
i. Pengendalian Emosi
Penggunaan APD Sesuai Pekerjaan

Pokok Bahasan 2. Fasilitasi Pengkajian Hambatan Pelaksanaan Program Perilaku Hidup


Bersih Dan Sehat Di Tempat Kerja
Subpokok bahasan:
a. Pemberdayaan
b. Bina suasana
c. Advokasi

Pokok Bahasan 3. Pencatatan Hambatan Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Tempat Kerja

Pokok Bahasan 4. PenyusunanSaran/Rekomendasi Kepada Pemberi Kerja /Pengusaha /


Pengurus untuk Program PHBS di Tempat Kerja

Pokok Bahasan 5. Penyampaian Saran/ Rekomendasi Kepada Pemberi Kerja/Pengusaha/


Pengurus Untuk Program PHBS di Tempat Kerja

IV. BAHAN BELAJAR


 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 13
Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja dan Angka
Kreditnya
 Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Kementerian Kesehatan,
2011.
 Modul/Handout/Film

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
2
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi (120 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran dan pokok bahasan. (10
menit)
b. Fasilitator menjelaskan isi materi pembelajaran dan sekaligus memfasilitasi
diskusi/tanya jawab. (75 menit)
c. Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok dan memberikan lembar
tugas berupa pertanyaan/ilustrasi studi kasus. (5 menit)
d. Fasilitator memfasilitasi peserta berdiskusi secara kelompok dan presentasi hasil
tugas kelompok dan sekaligus diskusi/tanya jawab. (30 menit)
e. Sebelum sesi diskusi ditutup, fasilitator melakukan refleksi dengan menanyakan
kepada peserta apakah masih ada yang akan didiskusikan untuk memenuhi harapan
yang sudah disampaikan. Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta dan atau
kelompok peserta selama proses pembelajaran. (5 menit)

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (5 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. URAIAN MATERI

Upaya untuk mencapai derajat kesehatan tersebut tidak hanya ditentukan oleh pelayanan
kesehatan, tetapi juga kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Upaya untuk
mengubah perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat kesehatan
dilakukan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan tatanan pelaksanaan PHBS


yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum.
a. Perilaku Sehat
Merupakan pengetahun, sikap, dan tindakan yang proaktif untuk memelihara dan
mencegah terjadinya penyakit.
b. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
3
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Merupakan sekumpulan perilaku yang dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Jadi, PHBS merupakan
wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.

Pokok Bahasan 1.
UPAYA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMPAT KERJA

PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja, pemilik dan
pengelola tempat kerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat (Dinkes Kepri,
2010).
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya PHBS di tempat kerja,
antara lain : setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, Produktivitas
pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi
keluarga, Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf
hidup bukan untuk biaya pengobatan. Selain itu, lingkungan tempat kerja tetap bersih dan
sehat.
PHBS mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang pencegahan,
penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku-
perilaku tersebut harus dipraktikkan ketika berada di tempat kerja. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di tempat kerja antara lain :

1. Tidak merokok, minum alkohol, dan menggunakan NAPZA di lingkungan kerja.


Dalam setiap hisapan rokok, terdapat kurang lebih 4000 bahan kimia. Dari kurang lebih
4000 bahan kimia, 200 diantaranya bersifat racun (dengan 20 bahan pemicu kanker).
Salah satu bahan kimia yang terkandung dalam rokok adalah nikotin. Nikotin dapat
dikatakan sebagai bahan yang paling berbahaya karena sifatnya yang adiktif.
Nikotin dapat menyebabkan perubahan fungsi pada otak dan tubuh. Nikotin
merupakan zat yang menimbulkan efek addiktif pada perokok (ketagihan), sehingga
tubuh seperti kecanduan terhadap efek nikotin yang menyebabkan tubuh menjadi
energik dan bersemangat atau sebaliknya (biphase effect). Dalam jangka panjang
nikotin dapat menyebabkan kenaikan kolesterol dalam darah. Merokok dapat
menimbulkan penyakit jantung, gangguan pernapasan, penyakit paru, kanker,
diabetes, impotensi, kebutaan, dan gangguan mulut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
4
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Minum alkohol terlalu banyak, baik pada suatu kesempatan atau dari waktu ke waktu,
menimbulkan dampak buruk pada kesehatan. Dampak yang ditimbulkan akibat minum
alkohol antara lain:
a) Alkohol mengganggu jalur komunikasi otak, dan dapat mempengaruhi cara otak
terlihat dan bekerja. Gangguan tersebut dapat mengubah suasana hati dan
perilaku, dan membuat lebih sulit untuk berpikir jernih dan bergerak dengan
koordinasi.
b) Dapat merusak jantung, detak jantung yang tidak beraturan, dan tekanan darah
tinggi
c) Masalah dan inflamasi pada hati antara lain : sirosis, perlemakan hati, fibrosis, dan
kanker hati.
d) Terganggunya imunitas tubuh, yang dapat memudahkan terserang penyakit pada
individu.

Narkotika dan obat obatan digunakan untuk berbagai keperluan medis seperti
pembiusan pada pasien dan tindakan lainnya. Namun seiring dengan
perkembangannya, bahan dan zat aditif ini dijadikan sebagai bahan yang
diperjualbelikan secara gelap kepada masyarakat umum. Menurut Haryanto (2012)
dampak yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi narkoba antara lain:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
5
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

 Dampak fisik : gangguan sistem syaraf, gangguan jantung dan pembuluh darah,
gangguan kulit, gangguan pernapasan, serta gangguan reproduksi.
 Dampak psikis : ceroboh, tegang, sulit berkonsentrasi, cenderung menyakiti diri
 Dampak lingkungan sosial : anti sosial, asusila,

2. Minum air yang cukup selama bekerja


Dikutip dari kompas, Dr Jill Dorrian dari Centre for Sleep Research University of South
Australia, menyarankan untuk minum air putih dalam jumlah yang cukup untuk
mencegah otak kekurangan cairan. Saat otak terhidrasi dengan baik maka nutrisi dan
oksigen dapat disampaikan ke sel dengan baik. Minum air putih merupakan cara yang
mudah dan murah dalam menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit pada
tubuh, air mineral yang kita minum dapat berfungsi menjaga kesegaran tubuh,
membantu proses pencernaan makanan sehat dan juga mengeluarkan racun dari
dalam tubuh.

3. Cuci tangan menggunakan sabun


Tangan merupakan jembatan tersebarnya kuman, virus, dan parasite yang
menyebabkan penyakit. Selain itu, bahan-bahan lingkungan kerja dapat menempel di
tangan. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya melakukan cuci tangan dengan
menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air
kecil.

4. Menggunakan baju kerja yang berbeda dengan baju yang digunakan di luar tempat
kerja
Untuk menghindari bahan-bahan lingkungan kerja yang dapat menimbulkan penyakit
dan menghindari tersebarnya ke seluruh anggota keluarga.

5. Melakukan aktivitas fisik


Dalam bekerja, aktifitas fisik sangat diperlukan supaya tidak terjadi gangguan
kesehatan yang membahayakan tubuh kita. Banyak sekali aktivitas fisik yang bisa
dilakukan disela-sela pekerjaan yang penting tidak statis dalam satu posisi.

6. Makan sebelum bekerja


Sarapan atau makan sebelum mulai bekerja. Makanan merupakan sumber tenaga.
Makan bergizi juga mencegah kita dari penyakit. Bila akan bekerja dari pagi hingga
sore, makan siang juga sangat penting untuk mengganti tenaga yang sudah dipakai.
Makanan yang dimakan hendaknya mengandung bahan makanan yang bergizi.

7. Mandi setelah bekerja


Mandi setelah bekerja dapat mencegah timbulnya penyakit dan menjaga kebugaran
tubuh.

8. Cukup tidur, istirahat, dan rekreasi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
6
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Pola dan kecukupan tidur berperan cukup penting pada saat memulai pekerjaan. Tidur
yang berkualitas yang ditandai dengan bangun dalam keadaan segar sangat
mempengaruhi produktifitas keesokan harinya. Istirahat sejenak setelah bekerja 2 jam
terus menerus berguna untuk memulihkan tenaga dan menjaga kesehatan.

9. Pengendalian emosi
Kondisi kejiwaan atau emosi juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya, baik
lingkungan kerja, lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial.

10. Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai pekerjaan


Untuk menjaga keselamatan tenaga kerja dan mencegah terjadinya kecelakaan, maka
perlu penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan pekerjaan dan bahaya yang
ada di tempat kerja.

Pokok Bahasan2.
FASILITASI PENGKAJIAN HAMBATAN PELAKSANAAN PROGRAM PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT DI TEMPAT KERJA

Ada tiga strategi pokok dalam pelaksanaan promosi kesehatan berdasarkan acuan
Ottawa Charter yaitu advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan. Di tempat kerja,
pembinaan PHBS dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan kegiatan
pengembangan dan pembinaan Desa Siaga Aktif. Melalui strategi tersebut dapat
dilakukan pengkajian dalam pelaksanaan PHBS di tempat kerja melalui pembinaan, bina
suasana, dan advokasi.
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan proses memosisikan masyarakat agar memiliki peran yang
berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan tindakan.
Pemberdayaan ditujukan kepada pekerja dengan membentuk pengorganisasian
masyarakat, dengan demikian tim manajemen K3 dan pekerja dapat ditunjuk sebagai
kader. Pemberdayan dapat dilakukan melalui penyelenggaraan klinik konsultasi
kesehatan di tempat kerja yang dikelola oleh tenaga kesehatan yang dibantu oleh
kader.
2. Bina suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu/masyarakat mau melakukan tindakan yang direkomendasikan. Di tempat
kerja, bina suasana dilakukan oleh pengurus organisasi, pemuka masyarakat pekerja,
pengelola/manajer. Bina suasana di tempat kerja dapat dilakukan dengan pemanfaatan
media seperti poster, banner di ruang kerja, pemutaran film, melalui artikel/berita,
serta seminar.
3. Advokasi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
7
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Merupakan upaya atau proses strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen
serta dukungan dari pihak terkait. Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari
kabupaten/provinsi kepada pemilik, pengelola dan manajer tempat kerja serta
pengurus organisasi pekerja. advokasi dilakukan agar turut serta dalam kegiatan PHBS
di tempat kerja. Para pemilik tempat kerja harus memberikan dukungan terhadap
kebijakan dan peraturan serta menyediakan sarana PHBS di tempat kerja.

Pokok Bahasan3.
PENCATATAN HAMBATAN PELAKSANAAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT DI TEMPAT KERJA
Pencatatan merupakan salah satu kegiatan administrasi yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan sebuah program karena pencatatan merupakan wujud dari suatu kegiatan
atau program. Pencatatan hambatan dalam pelaksanaan program PHBS di tempat kerja
dilakukan oleh petugas klinik kesehatan kerja atau puskesmas. Pencatatan hambatan
pelaksanaan PHBS di tempat kerja bertujuan untuk memperoleh informasi dalam
pelaksanaan PHBS di tempat kerja yang belum terlaksana secara menyeluruh.
a. Petugas kesehatan bersama lintas sektor terkait melakukan pemantauan ke
tempat kerja terkait pelaksanaan PHBS.
b. Dari pemantauan tersebut diperoleh data atau mapping tentang hambatan
pelaksanaan PHBS di tempat kerja.
c. Data tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menyusun rekomendasi yang
tepat dan sesuai.

Pokok Bahasan 4.
Penyusunan Saran/Rekomendasi Kepada Pemberi Kerja/Pengusaha/Pengurus untuk
Program PHBS di Tempat Kerja

Dari hasil pencatatan hambatan dalam pelaksanaan program PHBS di tempat kerja, maka
ditentukan masalah perilaku pekerja. Selanjutnya, Petugas kesehatan setempat dapat
melakukan penyusunan saran ataupun rekomendasi kepada pemberi atau pemilik kerja.
Rekomendasi tersebut dapat berupa suatu kebijakan ataupun program alternatif untuk
pekerja sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para pemberi kerja
agar memperhatikan pekerja dan lingkungan kerjanya sehingga terhindar dari penyakit
dan kecelakaan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
8
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Pokok Bahasan 5.
PENYAMPAIAN SARAN/ REKOMENDASI KEPADA PEMBERI KERJA/PENGUSAHA/
PENGURUS UNTUK PROGRAM PHBS DI TEMPAT KERJA

Dalam penyampaian rekomendasi program PHBS di tempat kerja secara efektif dan
efisien, dilakukan dengan 5 tahap (Maulana, 2007) yaitu :
a. Analisis khalayak dan program : menentukan orang yang menjadi tujuan dalam
penyampaian rekomendasi PHBS di tempat kerja yaitu pemberi kerja atau pemilik
kerja. selanjutnya meninjau kebijakan dan program yang telah ada.
b. Penyusunan rancangan program komunikasi : dilakukan dengan menentukan
tujuan komunikasi, sasaran komunikasi dan media yang digunakan
c. Pengembangan : mengembangkan konsep pesan yang akan disampaikan.
d. Penerapan dan pemantauan : membangun iklim organisasi, menerapkan rencana
komunikasi yang sudah dibuat melalui media yang sudah ditentukan. Selanjutnya
memantau hasil program.

VII. REFERENSI
1. Dinkes Kepri, 2010. Ayo Ber-PHBS.
http://www.dinkesprovkepri.org/component/content/article/3-artikel-kesehatan/30-
phbs#ixzz315zAAFoD (diakses pada Kamis, 8 Mei 2014)
2. Kementerian Kesejahteraan Rakyat, 2012. Jumlah Perokok Indonesia Terbanyak
Ketiga di Dunia. http://menkokesra.go.id/content/jumlah-perokok-indonesia-
terbanyak-ketiga-di-dunia (diakses pada Kamis, 8 Mei 2014)
3. Maulana. 2007. Promosi Kesehatan. Penerbit buku Kedokteran EGC : Jakarta.
4. http://www.hidupsehat.web.id/2014/02/bahaya-merokok-bagi-kesehatan-tubuh.html
(diakses pada Kamis, 8 Mei 2014)
5. http://www.niaaa.nih.gov/alcohol-health/alcohols-effects-body (diakses pada Kamis,
8 Mei 2014)
6. Haryanto. 2012. Dampak Penyalahgunaan narkoba.
http://belajarpsikologi.com/dampak-penyalahgunaan-narkoba/ (diakses pada Kamis,
8 Mei 2014)
7. http://www.hidupsehat.web.id/2014/02/khasiat-dan-manfaat-minum-air-putih.html
(diakses pada Kamis, 8 Mei 2014)
8. Fakultas Kedokteran UNS. 2013. Modul PHBS.
http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MODUL_PHBS.pdf (diakses pada Senin, 5 Mei
2014)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
9
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

VIII. LAMPIRAN

A. Studi Kasus

Lingkungan Kerja
Menurut profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia tahun 2005, lingkungan
kerja menurut sektor informal dan formal hasil studi di 12 kabupaten kota :
Persentase tempat kerja yang tergolong bersih di sektor formal lebih besar
dibandingkan dengan sektor informal yaitu 48,1% berbanding 28,4%.
Kebersihan kamar mandi tergolong bersih di sektor formal lebih besar
dibandingkan dengan sektor informal yaitu 48,4% berbanding 42,7%. Namun untuk
kondisi kamar mandi yang sangat bersih justru lebih banyak dari sektor informal
yaitu 9,1% berbanding 7,8%.

Masalah Kesehatan dan Perilaku Pekerja


Perkiraan dari International Labour Organization (ILO), masalah kesehatan
pekerja yang mencakup angka kesakitan dan kematian akibat hubungan kerja
secara umum adalah :
 1,1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyi kit atau kecelakaan akibat
hubungan kerja.
 300.000 orang meninggal dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian
karena penyakit akibat hubungan kerja (WHO, 1994).
Sementara angka kecelakaan di Indonesia mengacu pada data Jamsostek pada
tahun 2002 tercatat 433 kasus kecelakaan kerja setiap hari, dan dari jumlah itu 8
orang meninggal, 43 cacat dan 2 cacat tetap (Kompas, 1 Mei 2003).
Dari data yang ada menyatakan bahwa keluhan pekerja berhubungan dengan
pekerjaannya antar pekerja sektor formal dan informal ternyata pekerja sektor
informal lebih banyak keluhannya.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada masyarakat pekerja di Indonesia
masih amat jarang .APD yang paling banyak digunakan adalah sarung tangan
(19,8%) diikuti oleh baju kerja (19,2%), helm dan masker (16,3%). Sedangkan untuk
APD lainnya proporsi penggunaannya berkisar antara 0,7% hingga 13,9% Pekerja
sektor formal terkesan memiliki proporsi lebih tinggi dalam menggunakan APD
untuk setiap jenis APD, kecuali untuk penggunaan alat penutup kepala dimana
proporsi pekerja sektor informal lebih tinggi dibanding-kan formal.
(sumber: http://dinkesrl.net/blog/2011/03/31/phbs-di-tempat-kerja/)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
10
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

1. Hambatan dalam pelaksanaan PHBS di tempat kerja


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
________
2. Saran/ rekomendasi pelaksanaan PHBS di tempat kerja
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

B. Panduan Penugasan
Prosedur penugasan:
a. Peserta membentuk kelompok
b. Setiap kelompok melakukan identifikasi lokasi tempat kerja
c. Peserta mempelajari studi kasus PHBS di tempat kerja
d. Peserta melakukan tinjauan literatur.
e. Peserta mendiskusikan hambatan dalam pelaksanaan PHBS di tempat kerja
f. Peserta menyusun dan menyampaikan saran/rekomendasi mengenai PHBS di
tempat kerja.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
11

Anda mungkin juga menyukai