Anda di halaman 1dari 68

MODUL PELATIHAN

JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS


JENJANG AHLI

SAMBUTAN

Dalam rangka pembinaan karir dan pengembangan profesionalisme


Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan tugas khususnya di bidang
kesehatan, sampai saat ini telah ditetapkan 28 jenis jabatan fungsional
kesehatan. Salah satunya adalah Jabatan Fungsional Nutrisionis yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya.

Nutrisionis adalah Pegawai Negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan teknis fungsional pelayanan gizi, makanan dan
dietetic baik di bidang masyarakat maupun rumah sakit, pada perangkat
pemerintah propinsi, kabupaten, kota dan unit pelaksana kesehatan
lainnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi seorang
Nutrisionis adalah melalui pelatihan. Pelatihan yang terstandar adalah
pelatihan yang sesuai dengan ketentuan akreditasi pelatihan yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 725 Tahun 2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan.

Pelatihan Jabatan Fungsional Nutrisionis dilaksanakan dengan


menggunakan standar kurikulum dan modul pelatihan yang disusun oleh
Kementerian Kesehatan RI, dalam hal ini Pusdiklat Aparatur Badan
PPSDM Kesehatan.

Modul Pelatihan Jabatan Fungsional Nutrisionis ini akan menjadi acuan


bagi penyelenggara pelatihan Jabatan Fungsional Nutrisionis baik di Pusat
maupun di Daerah.

Jakarta, 2015
Kepala Badan PPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

Drg.Usman Sumantri, M.Sc


NIP. 195908121986111001

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM


KESEHATAN PUSDIKLAT APARATUR – 2015
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

MATERI DASAR. 3
STANDAR PROFESI GIZI
I. DESKRIPSI SINGKAT

Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan


berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat
melayani masyarakat.

Pendidikan gizi dapat ditempuh melalui jalur akademik strata I dan diploma.
Setelah itu dilanjutkan dengan jalur profesi. Jalur akademik diawali dengan
pendidikan Strata I , Strata II, dan terakhir Strata III, sedangkan jalur diploma
diawali dengan pendidikan Diploma III, dan dilanjutkan pada program
pendidikan Diploma IV.

Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan kecerdasan


bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan
teknologi gizi serta ilmu - ilmu yang berkaitan dan meningkatkan pengetahuan
gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi dan ahli
madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya

Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat
ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda. Standar kompetensi disusun sebagai landasan
pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah
tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi, dan
sebagai acuan bagi kurikulum pendidikan gizi di Indonesia dalam rangka
menjaga mutu Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang
profesional baik untuk individu maupun kelompok dan mencegah timbulnya
mal-praktek gizi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A.Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami tentang standar
profesi gizi.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan standar profesi gizi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
26
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

2. Menjelaskan peraturan dan perundangan yang terkait dengan profesi


gizi

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok Bahasan 1. Standar Profesi Gizi
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian
b. Standar kompetensi
c. Etika profesi gizi

Pokok Bahasan 2. Peraturan dan Perundangan yang Terkait dengan Profesi


Gizi

IV. METODE

• CTJ
• Curah Pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

Bahan tayang (Slide power point)


Laptop
LCD
Flipchart
White board
Spidol (ATK)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
27
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajarn materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2.
Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3.
Fasilitator membuat kesimpulan.

VII.URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.
STANDAR PROFESI GIZI

a. Pengertian

Standar Profesi Nutrisionis adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang


dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan berjenjang, memiliki kode
etik, dan bersifat melayani masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
28
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Etika Profesi terdiri dari dua kata yaitu etika yang berarti usaha untuk
mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku
manusia, dan kata profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu.

[lihat Kepmenkes RI No.374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi


Gizi)

b. Standar kompetensi

Kompetensi dari lulusan pendidikan profesi terdiri dari 3 (tiga) bidang


materi, yaitu:
1). Bidang dietetik (clinical nutrition).
2). Bidang penyelenggaraan makanan (food service and food production).
3). Bidang gizi masyarakat (community nutrition).
c. Etika profesi gizi

Pengertian Kode Etik, Profesi, Profesional Dan Ahli Gizi

Profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan


dan kecerdasan bangsa melalui upaya perbaikan gizi, memajukan dan
mengembangkan ilmu dan teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dan
meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.

Sebagai tenaga Ahli Gizi profesional, seorang Ahli Gizi harus melakukan
tugas-tugasnya atas dasar:
1) Kesadaran dan rasa tanggungjawab penuh akan kewajiban terhadap
bangsa dan negara.
2) Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur
dalam mencapai kesejahteraan rakyat.
3) Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi
tercapainya masyarakat adil dan makmur.

Untuk itu seorang Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya perlu senantiasa
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan
perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi, baik dalam
hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi,
maupun dengan diri sendiri.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
29
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Kode Etik Profesi Gizi dan penjelasannya yang disusun oleh Tim Penyusun
Naskah Kode Etik Profesi Gizi Persagi serta disempurnakan dan disahkan
pada Kongres Persatuan Ahli Gizi Indonesia yang ditetapkan dalam bentuk
Surat Keputusan Ketua DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia No.
03/DPP/SK/01/1990 tanggal 5 Januari 1990. Sejak tanggal tersebut, para
ahli gizi harus memperhatikan Kode Etika Profesi gizi dalam melaksakan
tugas pokok fungsi dan kegiatannya

Agar Kode Etik Persagi dapat lebih dipahami dan diamalkan, maka setiap
ahli gizi harus memahami pengertian-pengertian: Kode Etik : Prinsip-prinsip
tentang tingkah laku baik dan tidak baik, khusus menyangkut profesi
tertentu.
Profesi : Pekerjaan yang membutuhkan pendidikan tinggi di bidang
tertentu.
Profesional : Melakukan sesuatu dengan profesi.
Ahli Gizi : Seorang professional yang mempunyai kualifikasi untuk memikul
tanggung jawab terhadap upaya peningkatan status gizi
secara perorangan atau kelompok masyarakat. Upaya
peningkatan status gizi meliputi pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta penyelenggaraan makanan
pada pelayanan gizi.
Tanggung Jawab Dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Pemerintah, Bangsa
Dan Negara:

1) Ahli Gizi dalam membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan


rakyat melalui upaya perbaikan gizi harus senantiasa berpedoman pada
kebijakan-kebijakan yang telah digariskan.

Setiap Ahli Gizi mempunyai tanggung jawab dan kewajiban membantu


Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi. Dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, Ahli Gizi
berpedoman pada Undang-Undang Negara, ketentuan hukum dan
kebijakan-kebijakan Pemerintah serta bekerjasama dengan instansi
terkait.

Misal:
a) Bila Ahli Gizi ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat di bidang gizi, maka kegiatan ini disalurkan melalui
kegiatan yang sudah terorganisasi, seperti PKK, Pos Penimbangan
Posyandu, atau Puskesmas.
b) Bila Ahli Gizi ingin menyelenggarakan usaha konsultasi gizi di
wilayahnya, perlu melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
30
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

setempat dengan membawa rekomendasi dari DPC PERSAGI


setempat.
c) Bila Ahli Gizi ingin mengumpulkan informasi atau data gizi yang
terkait langsung dari masyarakat, perlu minta izin kepada penguasa
daerah setempat.
d) Bila Ahli Gizi ingin mengembangkan usaha jasa boga, maka ia perlu
menerapkan kaidah gizi dan kesehatan serta mematuhi peraturan
pemerintah yang ada.

2) Ahli Gizi harus senantiasa berperanserta menyumbangkan pikiran dalam


upaya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan
pelayanan dan pembinaan kesehatan masyarakat khususnya di bidang
gizi.

Dengan pengetahuan keterampilan di bidang gizi yang dimiliki, Ahli Gizi


wajib berperanserta dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui upaya pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat di bidang gizi untuk peningkatan kualitas sumberdaya
manusia.

Misal:
a) Ahli Gizi dapat menyumbangkan hasil pemikirannya di bidang gizi
melalui media massa.
b) Ahli Gizi dapat berperan aktif di bidang gizi melalui organisasi
masyarakat.
c) Ahli Gizi dapat menyalurkan ilmu dan pengetahuannya melalui
dakwah atau kegiatan keagamaan lain
Tanggung Jawab Dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Profesi:
1) Ahli Gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan
menunjukan sikap, perilaku dan budi luhur serta tidak mementingkan
kepentingan pribadi.

a) Ahli Gizi tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang bertentangan


dengan etika profesi gizi seperti:
• Meminta imbalan yang berlebihan untuk jasa yang diberikan. •
Mencantumkan namanya sebagai penanggungjawab, penulis, atau
konsultan suatu kegiatan yang ia sendiri sama sekali tidak terlibat.
• Mencantumkan namanya sebagai Ahli Gizi dalam iklan yang isinya
menyesatkan.
• Menggunakan nama organisasi profesi untuk kepentingan pribadi
yang merugikan organisasi. Misalnya, menggunakan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
31
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

nama PERSAGI tanpa izin organisasi untuk kegiatan atau usaha


pribadi.
b) Ahli Gizi dapat memberikan pelayanan gizi hendaknya menerapkan
standar praktek setinggi-tingginya atas dasar kemanusiaan tanpa
membedakan asal, suku bangsa, agama dan tingkat sosial ekonomi.
c) Ahli Gizi dituntut bersikap disiplin, jujur, ramah, sopan, menghargai
orang lain dan tidak menyombongkan diri.

2) Ahli Gizi wajib menghargai profesi lain dan menjalin hubungan


kerjasama yang baik.

Ahli Gizi dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, berkaitan dan tidak
lepas dengan profesi lain. Ahli Gizi hendaknya menjalin hubungan
kerjasama yang serasi dengan profesi dan organisasi lain untuk
peningkatan status gizi masyarakat.

Dalam menjalin kerjasama ini seorang Ahli Gizi hendaknya menghargai


wewenang dan pendapat profesi lain sebagai masukan bagi upaya
perbaikan gizi.

3) Ahli Gizi hendaknya senantiasa meningkatkan kemampuan


professionalnya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama guna
perkembangan profesi gizi.

Untuk meningkatkan citra profesi, seorang Ahli Gizi dituntut


meningkatkan ilmu dan kemampuannya di bidang gizi ataupun bidang
lain yang berkaitan.

Hal ini dilakukan melalui belajar mandiri, pelatihan, kursus, pendidikan


lanjutan, dan lain-lain.

4) Ahli Gizi wajib membina serta memelihara nama baik dan korps Ahli
Gizi.
a) Ahli Gizi hendaknya mendukung atau berperan serta dalam kegiatan
organisasi profesi gizi untuk mencapai tujuan organisasi. Misalnya,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan ilmiah yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi gizi.
b) Ahli Gizi tidak dibenarkan menggunakan hasil karya orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya. Menjiplak karangan atau hasil karya
orang lain tanpa menyebutkan sumbernya merupakan plagiat dan
tidak terpuji.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
32
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Tanggung Jawab Dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Diri Sendiri

1) Ahli Gizi hendaknya memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar


dapat bekerja dengan baik.

Seorang Ahli Gizi hendaknya sehat fisik dan mental serta berada dalam
keadaan gizi baik, agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan
baik menjadi contoh bagi masyarakat. Untuk itu ia hendaknya
menerapkan pola hidup sehat dan penampilan yang baik.

2) Ahli Gizi hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi serta peka terhadap lingkungan.

Seorang Ahli Gizi hendaknya selalu berupaya memperkaya


pengetahuannya dengan ilmu dan teknologi mutakhir di bidang gizi,
agar ia senantiasa dapat menunjukan kemampuan professional tinggi.
Disamping itu ia harus peka terhadap keadaan lingkungan.

Misalnya, bila dilingkungannya terjadi musibah yang menyebabkan


masyarakat memperoleh kesukaran untuk mendapat makanan, maka
seorang Ahli Gizi hendaknya berperan serta dalam menanggulanginya.

3) Ahli Gizi hendaknya senantiasa selalu mengembangkan kemampuan


dan meningkatkan kepercayaan diri.

Seorang Ahli Gizi hendaknya selalu berupaya mengembangkan


kemampuan dan meningkatkan kepercayaan dirinya melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang yang ia tekuni.

Kemampuan tinggi akan meningkatkan kepercayaan diri, sedangkan


kepercayaan diri tinggi akan menyebabkan seorang tidak mudah
berputus asa dan memberi kesan penampilan kerja yang baik.
Misalnya, seorang Ahli Gizi yang bekerja di masyarakat hendaknya
berupaya mengembangkan kemampuannya dan menunjukan percaya
diri. Dengan demikian ia akan mendapat kepercayaan dari masyarakat
lingkungannya yang akan membantu keberhasilannya.

4) Ahli Gizi harus senantiasa menjaga nama baik dirinya sebagai korps Ahli
Gizi.

5) Ahli Gizi hendaknya memberi kesan baik serta tiak melakukan hal hal
yang merugikan pemerintah, masyarakat, profesi dan perorangan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
33
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Kesan baik dicapai dengan menunjukan standar praktek yang tinggi


melalui kerja yang cermat, tuntas, efisien dan efektif. Ahli Gizi
hendaknya menunjukan moral, pengabdian dan integritas tinggi, jujur
dan menghindari semua kegiatan yang merugikan pemerintah,
masyarakat, profesi dan perorangan.

Misal:
a) Seorang Ahli Gizi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
harus berlaku sopan dan bertindak benar tanpa membedakan kaitan
kekeluargaan, status sosial ekonomi, agama dan politik.
b) Seorang Ahli Gizi hendaknya tidak menerapkan praktek-praktek yang
mengarah pada korupsi dalam bentuk apapun, baik berupa uang,
benda atau jasa, seperti menerima hadiah dari siapapun yang
bertujuan memperoleh kemudahan atau keringanan dalam
pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Seorang Ahli Gizi dapat melakukan kegiatan komersil, kecuali bila hal
itu bertentangan dengan statusnya sebagai pelayan masyarakat
seperti: (1) Bertindak sebagai rekanan untuk tempat ia bekerja atau
dimana ia terlibat dalam pengambilan keputusan penentuan
rekanan; (2) terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam
usaha jasa boga dengan menggunakan fasilitas tempat ia bekerja.

Pokok Bahasan 2.
PERATURAN DAN PERUNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN PROFESI
GIZI

1. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:


23/KEP/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya, Buku I, Depkes RI, Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat, tahun 2001.
2. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor: 894/Menkes/SKB/VIII/2001 Nomor 35
Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya, Buku II, Menkes RI dan Kepala BKN,
tahun 2001.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1306 /Menkes/SK/XII/2001
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis, Buku III, Depkes
RI, tahun 2002.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
34
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
VIII. REFERENSI

1. Dasar-Dasar Keterampilan Abdi Negara Melayani Masyarakat, Dr. Bob


Waworuntu, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997. 2.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
23/KEP/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya, Buku I, Depkes RI, Ditjen Bina Kesehatan
Masyarakat, tahun 2001.
3. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor: 894/Menkes/SKB/VIII/2001 Nomor 35
Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya, Buku II, Menkes RI dan Kepala BKN,
tahun 2001.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1306 /Menkes/SK/XII/2001
tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis, Buku III, Depkes
RI, tahun 2002.
5. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan RI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
35
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL PELAKSANA

MATERI INTI 1
PERSIAPAN PERANGKAT LUNAK
PELAYANAN GIZI, MAKANAN DAN DIETETIK
I. DESKRIPSI SINGKAT

Perangkat lunak adalah istilah umum untuk data yang diformat dan disimpan
secara digital, termasuk program komputer, dokumentasinya, dan berbagai
informasi yang bisa dibaca dan ditulis oleh komputer terkait pelayanan gizi,
makanan dan dietetik.

Pengertian data menurut Webster New World Dictionary, Data adalah things
known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau
dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data
dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.

Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh
dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat
pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain ; data
populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.

Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai
dasar yang objektif di dalam proses pembuatan keputusan–
keputusan/kebijaksanaan – kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan
persoalan oleh pengambil keputusan.

Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang
objektif, dan didasarkan atas data yang baik. Data yang baik adalah data yang
bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup
yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara
menyeluruh merupakan data relevan.

Riset akan menghasilkan data. Ada tiga peringkat data yaitu data mentah, hasil
pengumpulan, data hasil pengolahan berupa jumlah, rata – rata, persentase, dan
data hasil analisis berupa kesimpulan. Yang terakhir ini mempunyai peringkat
tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul
untuk dasar membuat keputusan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
36
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL PELAKSANA

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A.Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan persiapan perangkat
lunak pelayanan gizi, makanan dan dietetik.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Mengumpulkan data untuk penyusunan rencana tahunan, triwulanan,
bulanan, dan harian.
2. Mengumpulkan data dan literatur untuk penyusunan juklak/juknis. 3.
Mengumpulkan data untuk pedoman gizi, makanan, dietetik. 4.
Mengumpulkan data untuk penyusunan standar gizi, makanan, dietetik.

III. POKOK BAHASAN

Pokok Bahasan 1. Pengumpulan data untuk penyusunan rencana tahunan,


triwulan, bulanan dan harian.

Pokok Bahasan 2. Pengumpulan data dan literatur untuk penyusunan juklak /


juknis.

Pokok Bahasan 3. Pengumpulan data untuk penyusunan pedoman gizi,


makanan, dietetik.

Pokok Bahasan 4. Pengumpulan data untuk penyusunan standar gizi, makanan,


dietetik.

IV. METODE

• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi Kasus
• Latihan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

Bahan tayang (Slide power point)


Laptop
LCD
Flipchart
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
37
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL PELAKSANA

White board
Spidol (ATK)
Lembar kasus
Panduan latihan
Contoh-contoh formulir pelayanan gizi, makanan, dietetik.

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. 2.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
3. Dilanjutkan dengan studi kasus.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Fasilitator
merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3. Fasilitator
membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
38
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL PELAKSANA

VII.URAIAN MATERI

VIII.REFERENSI

IX. LAMPIRAN

- Lembar kasus
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
39
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

MATERI INTI. 2
PERSIAPAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI,
MAKANAN DAN DIETETIK

I. DESKRIPSI SINGKAT

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu


ditanggulangi secara terpadu oleh berbagai sektor termasuk kesehatan. Masalah
gizi utama di Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh masalah Kurang
Energi Protein (KEP), Kurang Viatmin A (KVA), Anemia Gizi besi (AGB) dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

Masalah gizi timbul akibat beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung adalah asupan gizi yang tidak seimbang dan ada tidaknya
penyakit infeksi yang diderita. Faktor tak langsung adalah sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, pengetahuan-sikap dan perilaku hidup sehat, kesehatan lingkungan,
dll. Akibat gizi kurang tersebut dapat menurunkan produktivitas kerja sehingga
pendapatan menjadi rendah, miskin dan pangan tidak tersedia cukup serta
menyebabkan daya tubuh terhadap penyakit menjadi rendah.

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara antropometri, penilaian


biokimia, pemeriksaan klinis dan riwayat makan. Dari ketiga cara tersebut
antropometri merupakan penilaian status gi yang paling mudah, non invasive,
tidak memerlukan biaya mahal dan dapat diterapkan pada kelompok besar.

Kelompok dalam masyarakat yang rawan menderita gizi kurang adalah : bayi,
balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia. Data data status gizi dan penyakit pada
kelompok tersebut diperlukan untuk perencanaan program penanggulangan
masalah gizi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan persiapan
penanggulangan masalah gizi, makanan dan dietetik.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Mengumpulkan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi
kurang dan penyakit – penyakit

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
39
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
2. Mengumpulkan data makanan kelompok sasaran setempat untuk penilaian
mutu gizi

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang /
resiko gizi kurang dan penyakit – penyakit
pada:
Sub pokok bahasan:
a. bayi
b. anak balita
c. bumil
d. buteki
e. lansia

Pokok bahasan 2. Pengumpulan data makanan kelompok sasaran setempat


untuk penilaian mutu gizi.

IV. METODE

• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi kasus

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

Bahan tayang (Slide power point)


Laptop
LCD
Flipchart
White board
Lembar kasus
Panduan diskusi
Contoh – contoh formulir

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
40
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.
Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. 2.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
3. Dilanjutkan dengan studi kasus.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Fasilitator
merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3. Fasilitator
membuat kesimpulan.

VII.URAIAN MATERI

Penilaian Status Gizi

Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable
tertentu, contoh Gondok endemic merupakan keadaan tidak seimbangnya
pemasukan dan pengeluaran yodium.

Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara


relative naupun absolute satu atau lebih zat gizi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
41
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Ada 4 malnutrisi:
1. Undernutrition : Kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absolute
untuk periode tertentu
2. Specific deficiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kurang Vit. A,
Iodium, Fe, dll
3. Over Nutrition : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode waktu tertentu. 4.
Imbalance karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL, HDL dan VLDL
Penilaian Status Gizi Secara Langsung

A. Antropometri

1. Pengertian.
Secara umum artinya ukuran tubauh manusia, ditinjau dari sudut pandang
gizi, antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi.

2. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat kedakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah iar dalam tubuh.

Keunggulan antropometri:
• Sederhana dan aman
• Noninvasive
• Dapat diaplikasikan pada sampel besar
• Peralatan tidak mahal, portable dan dapat dibeli secara lokal •
Presisi dan akurasi tingggi
• Dapat untuk mengidentifikasi malnutrisi sedang dan buruk • Metode dapat
digunakan untuk mengevaluasi perubahan status gizi dari waktu ke waktu
• Dapat digunakan untuk melakukan skrining yaitu mengidentifikasi individu
yang mempunyai resiko tinggi terhadap kurang gizi.

Indikator Status Gizi

Indikator status gizi mempunyai pengertian dan persyaratan sebagai berikut:


1. Tanda-tanda yang memberikan indikasi tentang keseimbangan antara intake
dan kebutuhan zat gizi (nutriture).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
42
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

2. Didasarkan pada dampak dari nutriture (pertumbuhan fisik, perkembangan


mental, motorik dan perilaku serta proses biologis) 3. Dapat diukur secara
kuantitatif maupun kualitatif dengan metode pengukuran/observasi yang baku
dan tersedia rujukannya.
4. Metode pengukuran yang digunakan ada yang mudah, murah dan secara
luas namun ada pula yang memerlukan keahlian khusus dan mahal
biayanya.

Beberapa contoh indikator status gizi:


1. Antropometri (gambaran pertumbuhan fisik)
2. Kadar hemoglobin darah
3. Pembesaran kelenjar gondok
4. Kadar vitamin A darah
5. Aktifitas (gambaran motorik)
6. Perkembangan mental dan perilaku (psikologis)
Ukuran tubuh Indikator status gizi
(antropometri)

1. Berat badan (BB) Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan menurut tinggi badan


(BB/TB)

Indeks massa tubuh (BB/ TB2)

*BB dalam kg dan TB dalam meter

2. Tinggi badan (TB) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

3. Lingkar Lengan Atas Lingkar lengan atas menurut umur


(LLA) (LLA/U)

4. Lingkar kepala (LK) Lingkar kepala menurut umur (LK/U)

B. Penilaian status gizi secara klinis

Pengertian:
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.

C. Penilaian status gizi secara biokimia

Penilaian secara biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang
lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan
yang lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah teknik
pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah
dan urine. Hasil pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan standar

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
43
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

normal yang telah ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui dengan


pemeriksaan feces, urine dan darah karena kurang gizi sangat berkaitan
dengan prevalensi penyakit karena parasit.

Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


a. Survei konsumsi makanan.
b. Statistik vital
c. Faktor ekologi

Pokok Bahasan 1.
PENGUMPULAN DATA SASARAN / KLIEN DENGAN STATUS GIZI KURANG /
RESIKO GIZI KURANG DAN PENYAKIT – PENYAKIT
a. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada Bayi

Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada bayi adalah : Umur,
Berat Badan lahir, Berat badan, Panjang badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar
kepala, Pola konsumsi ASI. Penyakit yang sering terjadi pada bayi : KEP,
anemia, defisiensi Vit A, diare,ISPA, dll

b. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada anak balita

Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada anak balita adalah :
Berat badan, Panjang badan/Tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar
kepala (sampai anak usia 3 tahun), Pola konsumsi pangan, Penyakit pada
anak balita : penyakit infeksi, KEP, diare, anemia, dll.

c. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada bumil

Data yang diperlukan unutk penilaian status gizi pada bumil adalah : Umur,
Berat badan, Tinggi badan, Usia kehamilan, Lingkar Lengan Atas, diuraikan
cara pengukuran). Penyakt pada ibu hamil : anemia, resiko KEK, dll

d. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada buteki

Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada buteki adalah : Berat
badan, Tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, riwayat menyusui. Masalah
masalah pada buteki, mastitis, ASI tidak keluar, putting susu terbenam, dll

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
44
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

e. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada lansia

Data yang diperlukan unutk penilaian status gizi pada lansia adalah : Berat
badan, Tinggi badan, Tinggi Lutut, Lingkar Lengan Atas, TD,. Penyakit
penyakit pada lansia ISPA, Hipertensi, Diabetes Mellitus, hiperuricemi dll

Pokok bahasan 2.
PENGUMPULAN DATA MAKANAN KELOMPOK SASARAN SETEMPAT UNTUK
PENILAIAN MUTU GIZI

Pengumpulan data makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam
penentuan status gizi masyarakat / perorangan, penentuan status gizi tidak
langsung.

Tujuan survey konsumsi makanan yaitu:


1) Memperkirakan secara tepat intake makanan pada kelompoik penduduk 2)
Investigasi hubungan antara diet, kesehatan, dan gizi
3) Mengevaluasi pendidikan gizi, intervensi gizi, dan program sertifikasi 4)
Menentukan pedoman kecukupan makanan
5) Penyusunan menu bergizi denngan biaya rendah

Keunggulan dan kelemahan survey konsumsi dalam memanfaatkan data dari hasil
survey konsumsi hendaklah disadari bahwa survey memiliki kelemahan kelemahan
disamping kelebihannya. Walaupun survey makanan ini sering dinterpretasikan
sebagai salah satu metode untuk penentuan status gizi, sebenarnya survey
konsumsi tidak dapat menentuka status gizi seseorang atau masyarakat secara
langsung. Survei konsumsi hanya dapat dipakai sebagai bukti awal akan
kemungkinan awal terjadinya kekurangan gizi pada seseorang.

Metode survey konsumsi

Metode konsumsi pangan dilakukan dengan berbagai prosedur baik secara


kualitatif maupun kuantitatif. Pengukuran konsumsi pangan untuk tingkat nasional
telah secara luas digunakan untuk menilai ketersediaan pangan (bahan pangan
yang dikonsumsi dan yang tidak cukup untuk dikonsumsi) yang didasarkan pada
food balance sheet. Data disajikan pada tingkat per kapita yang didasarkan pada
estimasi populasi, tetapi tidak memperoleh informasi tentang distribusi penyediaan
pangan dalam suatu negara. Data dapat digunakan untuk membandingkan
penyediaan pangan antar negara. Akurasi perkiraan penyediaan pangan
bervariasi antar negara. Usaha untuk mengaitkan kecenderungan data konsumsi
pangan tingkat nasional dengan kecenderungan suatu penyakit atau mortalitas
harus digambarkan secara berhati-hati.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
45
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Berapa metode pengukuran konsumsi tingkat nasional meliputi Food balance


sheets, market databases.

Pengukuran konsumsi makanan untuk tingkat rumah tangga merupakan semua


jenis makanan dan minuman yang tersedia di tingkat rumah tangga. Biasanya
tidak termasuk makanan yang dimakan di luar rumah (jajan, di kantor) kecuali
kalau makanan tersebut dibawa dari rumah. Kecukupan energi dan zat gizi per
kapita anggota rumah tangga diperkirakan denga menghitung kalori dan zat gizi
dari seluruh makanan yang tersedia dengan menggunakan daftar komposisi
bahan makanan dan nilai ini dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ada.
Beberapa teknik untuk mengukur konsumsi makan tingkat rumah tangga meliputi
food account method, inventory method, household food record.

Pengukuran konsumsi makan untuk tingkat individu dapat dikelompokkan menjadi


2 kelompok yakni kelompok pertama untuk mengetahui konsumsi makanan secara
kuantitatif: metode recall dan record. Dengan melakukan pemeriksaan selama
beberapa kali atau beberapa hari, biasanya cara ini dapat memberikan gambaran
konsumsi sesungguhnya dari orang yang diperiksa. Kelompok kedua untuk
mengetahui konsumsi makanan secara kualitatif. Kedua metode ini diperoleh
informasi terhadap pola makan dalam waktu yang lama dan dengan suatu
modifikasi, cara ini dapat dipakai untuk menghitung konsumsi zat gizi. Cara yang
sering digunakan dalam survei konsumsi makanan adalah recall dan food
frequency.

Recall 24 jam, responden atau ibu/pengasuh disuruh menceritakan semua yang


dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Bisa dimulai dari waktu saat
dilakukkannya wawancara mundur ke belakang sampai 24 penuh. Metode ini
mencakup intake gizi yang banyak yang dimakan individu. Metode ini sering
dilakukan oleh pewawancara yang dapat dilakukan di rumah atau klinik dengan
menggunakan kuesioner yang tersusun. Oleh sebab itu sangat dianjurkan dengan
menggunakan alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas,
sendok dsb) atau model dari makanan untuk membantu mengingatkan apa yang
dimakan. Konsumsi selama 24 jam yang lalu tidak mewakili pola makan subjek,
pengulangan atau tidak berurutan sangat dianjurkan. Beberapa keuntungan dari
metode ini: murah, mudah, cepat_ dapat dilengkapi dalam satu hari, lingkup
subjek yang besar, kerjasama dengan responden tinggi, dapat digunakan untuk
responden yang buta huruf. Kelemahannya, tidak tepat untuk kebiasaan asupan,
memerlukan daya ingat, perlu penggalian pertanyaan.

Diva Sanjur, 1997 menyarankan strategi untuk meningkatkan kualitas data recall
dengan cara menggunakan visual aids dari jenis makanan, contoh
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
46
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

terhadap bahan makanan yang sederhana dengan ukuran yang berbeda: piring,
gelas, dendok dsb atau peneliti dapat menggunakan photo atau food models.

FFQ (food frequency questionnaire) dirancang untuk memperoleh data secara


kualitatif, deskripsi tentang pola konsumsi makan. Bukan untuk memperoleh data
secara kuantitatif dari makanan atau intake makanan. Kuesioner FFQ terdiri dari 2
komponen yaitu: 1) daftar makanan, 2) seperangkat kategori frekuensi yang
digunakan/dimakan. Daftar bahan makanan menitik beratkan pada kelompok
bahan makanan yang khusus terutama makanan yang dikonsumsi secara periodik
pada waktu atau musin ketika kuesioner dirancang. Tujuan FFQ adalah untuk
menentukan kekerapan bahan makanan tertentu atau kelompok bahan makanan
tertentu yang dikonsumsi dalam suatu periode (hari, minggu, ulan dan tahun). FFQ
relatif sederhana, kategori bahan makanan terdefinisi, pertanyaan yang open-
ended dapat dihindari (Gibson, Rosalind S, 1990:42). FFQ merupakan metode
yang dipilih dalam studi epidemiologi yang dilaksanakan secara mudah pada
sampel yang besar dengan biaya yang relatif murah (Kos, Jiri & Karl Battig,
1996:283). Jumlah dan frekuensi konsumsi dan bermacam-macam makanan yang
telah dikonsumsi merupakan salah satu atau llebih potensi lingkungan yang
memperngaruhi kesehatan (Kohlmeier, Lenore, 1995:702S).

Dalam melaksanakan wawancara dengan metode FFQ responden dihadapkan


dengan daftar makanan dan dituntut untuk menyatakan berapa kali masing masing
makanan dikonsumsi perhari/minggu/bulan. Daftar makanan biasanya dipilih
karena merupakan sumber utama zat gizi yang dicurigai menyebabkan penyakit
tertentu. Dengan demikian FFQ ini merupakan pengukuran bersifat kualitatif yang
dibuat untuk setiap item makanan yang dimakan dengan menghitung frekuensi
konsumsi (Ralp A, 1993:777).

VIII. REFERENSI
1. Gibson S. Rosalind. Nutritional Assesment a Laboratory Manual. Oxford
University, Press, New York, 1993.
2. Gibson S.. Rosalind. Principles of Nutritional Assessment oxford University,
Press, New York, 2004.
3. Supariasa. I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. Penilaian Status
Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002.
4. Sanjur, Diva and Maria Rodriguez. Assessing Food Consumption. New York:
Cornell University, 1997.
5. Hartini, Th Ninuk Sri et.al. Survai Konsumsi Pangan Individu Metode
Frekuensi Makan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1994

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
47
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

IX. LAMPIRAN

Panduan studi kasus:

1. Memperkenalkan berbagai instrumen yang ada untuk pengumpulan data (jenis


dan cara pengisian).
2. Membagi peserta menjadi 4 kelompok yaitu kelompok: wawancara, observasi,
pengukuran dan pencatatan.
3. Membimbing peserta mengembangkan instrumen pengumpulan data sesuai
kelompok masing-masing.
4. Memandu presentasi dan diskusi hasil kerja kelompok.
5. Meminta salah satu peserta dalam tiap kelompok untuk menyimpulkan hasil
presentasi.
6. Menegaskan kembali jenis instrumen yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data primer dan data skunder.

Contoh-contoh formulir:

CONTOH INSTRUMEN UNTUK PENGUKURAN


01. Nama anak balita : ………………….
02. Umur dan Tanggal Lahir : …. Th… bulan ( ../../..)
03. Nama Orang Tua (Ayah : ………………..; Ibu: ………………..)
04. Alamat……………………………………….

HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI:


BERAT BADAN : …… kg
TINGGI BADAN : …… cm
LINGKAR LENGAN ATAS : …… cm

CONTOH INSTRUMEN PENGOLAHAN DATA INDIVIDU HASIL


ANTROPOMETRI
INDEKS BB/UMUR , Hasil Penghitungan Z-score = …….
Artinya : a. BB Sangat kurang c. BB kurang
b. BB normal d. BB lebih
INDEKS PB atau TB / UMUR, Hasil Penghitungan Z-Score = ……
Artinya: a. Sangat pendek c. Pendek
b. Normal d. Tinggi

INDEKS BB/TB, Hasil Penghitungan Z-Score =


Artinya: a. sangat kurus c. kurus
b. Normal d. gemuk
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
48
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

INDEKS LLA/UMUR, Hasil perhitungan : ……. %


Artinya : a. Gizi kurang
b. Gizi normal
c. Gizi lebih

CONTOH INSTRUMEN PENGOLAHAN DATA MANUAL


Rekap Status Gizi Anak Balita berdasarkan Indeks BB/U; TB/U; dan BB/TB
Keterangan : lebih
No Nama Alamat Jenis Usia TGL Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks BB/TB KET.
kelamin (bln) Lahir

L P SK K N L SP P N T SK K N G

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ds
t

Jlh

BB/U : SK = sangat kurang. TB/U : SP = sangat pendek BB/U: SK= sangat


kurang
K = kurang P = pendek K = kurus
N = normal N = normal N = normal L = lebih T = tinggi G = gemuk
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
49
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

FORMULIR CATATAN POLA MAKAN


Nama : ………………… Jenis kelamin :…………….. Umur : ………………..
Nama orang tua : ………………….. Alamat :
………………………………………………………………..
Bahan Makanan Setiap Seming Sebul Jarang Tidak
hari gu an pernah
sekali sekali

1. Nasi

2. Jagung masak

3. Mie bihun

4. Roti

5. Kentang

6. Biskuit roti
kering.

7. Bubur Susu

8. Tempe

9. Tahu

10. Keju

11. Kacang kering

12. Ayam

13. Daging

14. Bakso

15. Ikan

16. Udang

17. Telur

18. Makanan
diawet

19. Hati

20. Labu kuning


21. Syr hijau

22. Syr kacang2an

23. Syr
tomat/wortel

24. Pepaya

25. Jeruk

26. Pisang

27. Susu …………

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
50
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

RECALL 24 JAM KONSUMSI MAKANAN


Nama : ………………… Jenis kelamin :…………….. Umur : ………………..
Nama orang tua : ………………….. Alamat :
………………………………………………………………..
NO WAKTU MENU BAHAN URT BERAT KET
MAKANAN (g)

Pagi

Selingan
pagi

Siang

Selingan
sore

Sore/
Malam

Selingan
malam

URT = Ukuran Rumah Tangga


Hasil analisa : Energi : ……….Kalori
Protein : ……….. g
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
51
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

MATERI INTI 3
PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI, MAKANAN DAN DIETETIK

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pelayanan gizi merupakan salah satu pelayanan yang ada di RS yang


disesuaikan dengan kondisi pasien dan berdasarkan status gizi serta status
metabolisme tubuh. Tujuan pelayanan gizi RS adalah terciptanya sistem
pelayanan dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit. Kegiatan
pelayanan gizi di RS ada 4 yaitu penyelenggaraan makanan, asuhan gizi rawat
inap, rujukan gizi dan penelitian gizi terapan.

Salah satu misi dari pelayanan gizi RS adalah menyelenggarakan pelayanan


yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pasien untuk menunjang aspek
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif serta meningkatkan kualitas hidup.
Penyelenggaraan makanan adalah serangkaian proses kegiatan yang saling
berkaitan dimulai dari penyusunan anggaran belanja makanan, perencanaan,
pembelian bahan makanan, penerimaan, persiapan dan pemasakan,
pendistribusian, pengawasan dan pencatatan serta evaluasi. Penyelenggaraan
makanan khususnya di Rumah Sakit adalah salah satu kegiatan yang biasa
dilakukan, untuk itu perlu perencanaan yang mantap dari berbagai kegiatan, agar
pelaksanaan penyelenggaraan makanan dapat berjalan dengan baik. Pada saat
ini pengelolaan penyelenggaraan makanan di rumah sakit ada dua macam yaitu
swakelola, oleh rumah sakit sendiri atau oleh pihak lain yaitu dengan
memanfaatkan jasa katering.

Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan terapi gizi medik.
Pelayanan kesehatan paripurna sesorang pasien, baik rawat inap maupun rawat
jalan, secara teoritis memerlukan 3 (tiga) jenis asuhan (care) yang pada
pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan (services). Ketiga jenis asuhan
tersebut adalah: a) Asuhan Medik; b) Asuhan Keperawatan; dan c) Asuhhan Gizi.

Asuhan gizi pasien di RS adalah suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal berdasarkan pengkajian gizi pasien, yang dilakukan secara terus-
menerus. Asuhan gizi meliputi kegiatan pengkajian gizi, penentuan masalah gizi,
perencanaan kebutuhan gizi, pemberian/intervensi gizi, pemantauan dan evaluasi
gizi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
52
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pelayanan gizi,
makanan dan dietetik.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Memeriksa dan menerima bahan, materi, pangan, peralatan dan sarana
kegiatan pelayanan gizi.
2. Menyimpan bahan, materi, pangan, peralatan dan sarana kegiatan
pelayanan gizi.
3. Mencatat dan melaporkan bahan, materi, pangan, peralatan & sarana
dalam harian/ mingguan di ruang simpan.
4. Menyalurkan bahan, materi, pangan, peralatan & sarana harian/mingguan
sesuai permintaan unit/wilayah kerja.
5. Melakukan pemeriksaan ruang simpan harian.
6. Melakukan pengukuran TB, BB, umur di unit atau wilayah kerja. 7.
Melakukan pengukuran LILA di unit wilayah kerja.
8. Melakukan pengukuran IMT pada orang dewasa di unit/wilayah kerja. 9.
Melakukan anamnesa diet bagi klien (food frekwensi dan rata-rata contoh
hidangan)
10. Melakukan recall makanan 24 jam lewat bagi klien
11. Melakukan perhitungan kandungan gizi makanan klien
12. Mencatat dan melaporkan hasil pengukuran.
13. Menyediakan makanan tambahan.
14. Menyediakan makanan biasa
15. Menyediakan kapsul Vit A
16. Menyediakan kapsul yodium
17. Menyediakan preparat besi
18. Menyediakan obat gizi
19. Melakukan pencatatan harian

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1. Pemeriksaan dan penerimaan bahan, materi, pangan,


peralatan dan sarana kegiatan pelayanan gizi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
53
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Pokok Bahasan 2. Penyimpanan bahan, materi, pangan, peralatan dan sarana


kegiatan pelayanan gizi

Pokok Bahasan 3. Pencatatan dan pelaporan bahan, materi, pangan, peralatan &
sarana dalam harian/ mingguan di ruang
simpan
Pokok Bahasan 4. Penyaluran bahan, materi, pangan, peralatan & sarana
harian/mingguan sesuai permintaan unit/wilayah kerja

Pokok Bahasan 5. Pemeriksaan ruang simpan harian

Pokok Bahasan 6. Pengukuran TB, BB, umur di unit atau wilayah kerja Sub
Pokok Bahasan:
a. Bulanan (anak balita)
b. 4 Bulan (anak sekolah SD)
c. Sesuai kebutuhan

Pokok Bahasan 7. Pengukuran LILA di unit wilayah kerja

Pokok Bahasan 8. Pengukuran IMT pada orang dewasa di unit/wilayah kerja

Pokok Bahasan 9. Anamnesa diet bagi klien (food frekwensi dan rata-rata contoh
hidangan)

Pokok Bahasan 10. Recall makanan 24 jam lewat bagi klien Pokok

Bahasan 11. Perhitungan kandungan gizi makanan klien

Pokok Bahasan 12. Pencatatan dan pelaporan


Sub Pokok Bahasan:
a. Hasil pengukuran BB, TB, umur
b. Hasil pengukuran LILA
c. Hasil pengukuran IMT
d. Hasil anamnesa diet

Pokok Bahasan 13. Penyediaan makanan tambahan balita atau penyuluhan gizi

Pokok Bahasan 14. Penyediaan makanan biasa

Pokok Bahasan 15. Penyediaan kapsul Vit A biasa


KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
54
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Pokok Bahasan 16. Penyediaan preparat besi

Pokok Bahasan 17. Penyediaan obat gizi

Pokok Bahasan 18. Pencatatan harian


Sub Pokok Bahasan:
a. Penyediaan makanan biasa
b. Penyediaan diet sederhana

IV. METODE

• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi kasus
• Simulasi
• Praktek lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

Bahan tayang (Slide power point)


Laptop
LCD
Flipchart
White board
Spidol (ATK)
Lembar kasus
Panduan diskusi
Skenario simulasi
Panduan PKL
Kerangka Acuan PKL

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
55
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi


ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajarn materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator
menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab, kemudian curah
pendapat.
2. Dilanjutkan dengan penugasan.
3. Praktek Lapangan.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3.
Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
56
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.
PEMERIKSAAN DAN PENERIMAAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN
DAN SARANA KEGIATAN PELAYANAN GIZI

A. Penerimaan Bahan Makanan

1) Pengertian :
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan
pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.

2) Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah.

3) Syarat :
a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam
dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yag telah ditetapkan.
4) Langkah penerimaan bahan makanan :
a. Setelah bahan makanan diambil dari gudang logistik kemudian diperiksa
satu persatu, untuk mengetahui bila ada barang yang tidak ada, kurang
atau berlebih.
b. Kemudian bahan makanan disimpan ke gudang penyimpanan sesuai
dengan jenis barang.
c. Esok harinya masing-masing bagian pengolahan mengambil bahan
makanan sesuai dengan kebutuhannya.

B. Sarana, Peralatan dan Perlengkapan

1) Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Rawat Jalan/Ruang Layanan


Konseling Gizi

a) Bangunan Ruang Konseling Gizi


(1) Tipe A dan B minimal 3 x 4 m²
(2) Tipe C minimal 2 x 2,5 m²

b) Sarana
(1) Peralatan Kantor :
Meja + kursi konseling gizi, bangku ruang tunggu, telepon, komputer
+ printer, dan sebagainya.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
57
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

(2) Peralatan Konseling dan Penyuluhan :


Lemari peraga, overhead projector, slide projector, food model dan
contoh makanan segar, formulir-formulir (konsumsi makanan, pola
makan, asupan zat gizi, konseling gizi, pencatatan dan pelaporan),
leaflet diet, daftar bahan makanan penukar, audio visual, wareless,
standar diet, papan display, poster-poster, software konseling,
lembar balik, buku-buku pedoman tatalaksana program (ASI, Gizi
Buruk, Xeroftalmia, Diabetes Mellitus, dll).

c) Peralatan Antropometri

Untuk mendapatkan data antropometri pasien, diperlukan peralatan


antara lain : Standar antropometri, alat ukur tinggi dan berat badan
dewasa, alat ukur panjang badan bayi/anak, timbangan bayi, alat ukur
skinfold tickness caliper, alat ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA), alat ukur
Lingkar Kepala (LK), alat ukur Tinggi Lutut, dan formulir skrining. (Alat
ini harus ditera secara berkala oleh badan meteorologi).

2) Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Rawat Inap

Perlengkapan dan peralatan pantry/dapur ruangan :


a) Bangunan : luas 3 x 4 m atau 2 x 2,5 m
b) Peralatan :
Kompor gas, Water heater (aliran air panas dan dingin), Bak cuci ganda,
Meja distribusi, lemari makan gantung, lemari alat,, alat pemanas
makanan(panci, wajan, dll), alat pengaduk dan penggoreng, alat makan
(piring, gelas, sendok, mangkok, dll), lemari pendingin, microwave dan
kulkas (untuk kelas utama), blender, sarana kebersihan dan tempat
sampah bertutup serta papan tulis/white board.

3) Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Unit Pelayanan Gizi

a) Ruang Penyelenggaraan Makanan

(1) Perencanaan Bangunan, Peralatan dan Perlengkapan

Penyelenggaraan makanan dapat berjalan dengan optimal apabila


ruangan, peralatan dan perlengkapannya direncanakan dengan baik
dan benar. Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit
pelayanan gizi rumah sakit, maka diperlukan kesatuan pemikiran
antara perencana dan pihak manajemen yang terkait. Oleh karena
itu diperlukan satu tim yang memiliki keahlian yang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
58
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

berbeda, yang secara langsung akan memanfaatkan hasil


perencanaannya, yang terdiri dari arsitek, konsultan manajemen,
insinyur bangunan/sipil, listrik, desainer interior, instalator, ahli gizi
serta unsur lain di rumah sakit yang terkait langsung seperti pemilik
rumah sakit, direktur rumah sakit, serta instalasi prasarana rumah
sakit.

(2) Fasilitas Ruangan yang dibutuhkan


• Tempat penerimaan bahan makanan :
Digunakan untuk menerima dan mengecek kualitas dan kuantitas
bahan makanan. Letak ruangan ini harus mudah dicapai
kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan serta persiapan
bahan makanan.

• Tempat/ruang penyimpanan bahan makanan :


Terdiri dari ruang penyimpanan bahan makanan segar dan
bahan makanan kering.

• Tempat persiapan bahan makanan :


Tempat untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu yang
meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas,
menumbuk, menggiling, memotong, mengiris dan lain-lain
sebelum bahan makanan dimasak.

• Tempat pemasakan dan distribusi makanan :


Tempat pemasakan harus dilengkapi dengan cerobong asap di
atas kompor, biasanya makanan dikelompokkan menurut jenis
bahan makanan yang akan dimasak.

• Tempat pencucian dan penyimpanan alat :


• Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan. •
Menyediakan fasilitas pengering/rak dan penyimpanan
sementara.
• Dilengkapi alat untuk mengatasi sumbatan dan vektor. •
Dilengkapi air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +
15 psi (1,2 kg/cm³)
• Disediakan sabun dan lap pengering.

• Tempat pembuangan sampah :


Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk
menampung sampah yang dihasilkan dan harus segera dibuang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
59
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

• Ruang fasilitas pegawai :


Adalah ruang yang dibuat untuk tempat ganti pakaian pegawai,
istirahat, ruang makan, kamar mandi.

• Ruang pengawas :
Ruang ini diperlukan pengawas untuk mengawasi semua
kegiatan di pantry.

(3) Sarana Fisik


i. Letak tempat penyelenggaraan makanan
• Mudah dicapai dari semua ruang perawatan.
• Kebisingan di ruang pengolahan tidak mengganggu ruangan
lain disekitarnya.
• Mudah dicapai kendaraan dari luar.
• Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar
jenazah dan ruang cuci (laundry)
• Mendapat udara dan sinar yang cukup.

ii. Bangunan
• Hal-hal yang perlu didperhatikan dalam merencanakan suatu
bangunan instalasi/unit pelayanan gizi yaitu macam rumah
sakit, macam pelayanan, macam menu, macam dan jumlah
fasilitas yang diinginkan, kebutuhan biaya, arus kerja dan
susunan ruangan, serta macam dan jumlah tenaga yang
akan digunakan.

iii. Konstruksi
• Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak
membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air dan tahan
terhadap asam dan tidak memberikan suara keras.
• Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan
cahaya yang cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan.
Semua kabel dan pipa atau instalasi pipa uap harus berada
dalam keadaan terbungkus atau tertanam dalam lantai atau
dinding.
• Langit-langit : harus bertutup, dilengkapi dengan bahan
peredam suara untuk bagian tertentu dan disediakan
cerobong asap. Langit-langit dapat diberi warna agar serasi
dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan langit-

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
60
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

langit harus tinggi agar udara panas dapat bersikulasi


dengan baik.
• Penerangan dan ventilasi : harus cukup, minimal 200 lux.
Sebaiknya menggunakan “exhause fan” untuk mengeluarkan
asap, bau makanan, bau uap lemak, bau air dan panas
sehingga tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak pada
lantai, dinding dan langit-langit.

(4) Arus Kerja


Arus kerja yang dimaksud adalah urut-urutan kegiatan kerja dalam
memproses bahan makanan menjadi hidangan. Yang perlu
diperhatikan adalah pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah
atau satu jurusan untuk efisiensi tenaga, waktu, ruang dan alat
sehingga ongkos produksi dapat ditekan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
61
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Penerimaan
Penyimpanan Bahan
Bagan berikut menggambarkan urutan kegiatan Fasilitas
suatu penyelenggaraan makanan. Pegawai

Penyimpanan Bahan
Makanan Segar/Mentah (diluar dapur)
Makanan Kering

Persiapan

Pembuangan
Sampah
Sementara Pemasakan

Pembagian

Pembuangan
Sampah Akhir Pencucian

Sumber : Buku Pedoman PGRS, 2005


KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
62
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

(5) Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan

Berdasarkan arus kerja maka macam peralatan yang dibutuhkan


sesuai gambar tersebut di atas adalah :
• Ruangan penerimaan. Timbangan 100 – 300 kg, rak bahan
makanan beroda, trolly angkut, alat-alat kecil seperti pembuka
botol, penusuk beras, pisau dan sebagainya.
• Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar.
Timbangan 20 – 100 kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer.
Tempat bahan makanan dari plastik atau stainless steel.
• Ruangan persiapan bahan makanan. Meja kerja, meja daging,
meja sayuran, mesin pemarut kelapa, mesin pemotong dan
penggiling daging, mikser, blender, timbangan meja, talenan,
bangku kerja, penggiling dari batu, bak cuci.
• Ruang masak. Ketel uap 10 – 250 liter, tungku masak, oven,
penggorengan, mikser, blender, lemari es, meja pemanas,
pemanggang sate, toaster, meja kerja, bak cuci, trolly, rak alat,
bangku, meja distribusi.
• Ruang pencuci dan penyimpanan alat. Bak cuci, rak alat, tempat
sampah, lemari.
• Kamar susu. Meja kerja, meja distribusi, sterilisator, tempat
sampah, pencuci botol, mikser, blender, lemari es, tungku, meja
pemanas.
• Ruang pegawai. Kamar mandi, locker, meja, kursi, tempat sampah,
mushola, tempat tidur.

b) Ruang Perkantoran

Pokok Bahasan 2.
PENYIMPANAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN DAN SARANA
KEGIATAN PELAYANAN GIZI

1) Pengertian :
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun
kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan
pelaporannya.

2) Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang
tepat sesuai dengan perencanaan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
63
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA
3) Syarat :
a) Adanya sistem penyimpanan barang
b) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan
c) Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuknya bahan makanan.

4) Langkah penyimpanan bahan makanan :


a) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus segera
dibawa ke ruang penyimpanan, gudang atau ruang pendingin.
b) Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang dan
diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat, dibawa ke
ruang persiapan bahan pangan.

Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan
makanan kering dan ruang pendingin, serta ruang pembeku (Freezer). Luas,
macam dan jenisnya berbeda menurut rumah sakit masing-masing. Freezer
umumnya dimiliki oleh instansi yang besar yang dimaksudkan untuk menyimpan
bahan makanan untuk jangka waktu yang agak lama.

5) Syarat ruang penyimpanan bahan makanan kering :


a) Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam, golongan
ataupun urutan pemakaian bahan makanan.
b) Menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu bahan yang diterima
terlebih dahulu harus digunakan juga terlebih dahulu. Untuk mengetahui
bahan makanan yag diterima diberi tanda tanggal penerimaan.
c) Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan menggunakan kartu stok. Kartu
stok bahan makanan harus segera diisi tanpa ditunda, diletakkan pada
tempatnya, kemudian diperiksa dan diteliti secara kontinyu. d) Gudang dibuka
pada waktu yang telah ditentukan.
e) Semua bahan makanan kering ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat dan tidak berlubang. Diletakkan diatas rak bertingkat yang cukup kuat
dan tidak menempel pada dinding.
f) Pintu ruang penyimpanan harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan,
serta dibuka pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Pegawai yang masuk
keluar gudang hanya pegawai yang telah ditentukan. g) Suhu ruangan harus
kering, berkisar antara 19° - 21° C.
h) Pembersihan ruangan dilakukan secara periodik, minimal 2 kali seminggu. i)
Penyemprotan ruangan dengan insektisida dilakukan secara periodik dengan
mempertimbangkan keadaan ruangan.
j) Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi
pengrusakan oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
64
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

6) Syarat penyimpanan bahan makanan segar/basah :


a) Suhu tempat penyimpanan harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan
makanan.
b) Pengecekan terhadap suhu dilakukan 2 kali sehari dan pembersihan ruang
pendingin dilakukan setiap hari. Ada alat khusus untuk monitoring ruang
pendingin.
c) Pencairan es pada ruang pendingin harus segera dilakukan segera setelah
terjadi pengerasan, kecuali pada beberapa tipe lemari pendingin yang
mempunyai alat otomatis untuk pencairan tersebut.
d) Semua bahan makanan segar/basah yang akan dimasukkan ke dalam ruang
pendingin sebaiknya dibungkus plastik atau kertas timah.
e) Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau tajam bersama dengan
bahan makanan yang tidak berbau.
f) Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul diperhatikan.
Untuk buah-buahan, ada yang tidak memerlukan pendingin sehingga perlu
diperhatikan sifat dari buah tersebut.

TABEL 1
SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN BAHAN
MAKANAN MENTAH/SEGAR
No Jenis Bahan Makanan Lama Waktu Penyimpanan

< 3 hari ≤ 1 minggu ˃ 1 minggu

1 Daging, ikan, udang dan -5° - 0° -10° - (-5°) C < -10° C


hasil olahannya C

2 Telur, buah dan hasil 5° – 7°C -5° - 0° C < -5° C


olahannya

3 Sayur, buah dan minuman 10° C 10° C 10° C

4 Tepung dan biji-bijian 25° C 25° C 25° C

Sumber : Depkes RI. Penyehatan Makanan/Minuman, Dalam Seri Sanitasi Rumah


Sakit. Ditjen PPM & PLP dan Ditjen Yanmed, Depkes RI, Jakarta, 1988.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
65
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Pokok Bahasan 3.
PENCATATAN DAN PELAPORAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN DAN
SARANA DALAM HARIAN/MINGGUAN DI RUANG SIMPAN

Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan


pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,
untk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit
maupun untuk pengambilan keputusan. Pencatatan ini dilakukan pasa setiap
langkah kegiatan yang dilakukan. Pelaporan dilakukan berkala sesuai dengan
kebutuhan Rumah Sakit. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi :

1) Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan


a) Formulir pemesaan bahan makanan harian.
b) Pencatatan bahan makanan yang diterima pada hari itu.
c) Pencatatan sisa bahan makanan (harian/bulanan), meliputi bahan makanan
basah dan kering.
d) Pencatatan data permintaan/pemesanan bahan makanan berdasarkan daftar
pemesanan dari masing-masing unit kerja

2) Pencatatan dan pelaporan tentang Penyelenggaraan Makanan a)


Buku laporan timbang terima antara pergantian shift
b) Buku laporan pasien baru yang berdiet khusus
c) Buku laporan pasien baru dengan makanan biasa
d) Buku laporan perubahan diet

3) Pencatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan a)


Membuat kartu inventaris peralatan masak.
b) Membuat kartu inventaris peralatan makan
c) Membuat kartu inventaris peralatan kantor
d) Membuat formulir untuk pelaporan alat-alat masak

4) Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan a) Pencatatan


tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian selama satu kali
putaran siklus menu.
b) Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan selama
triwulan/tahunan.
c) Rekapitulasi pemasukan dan pemakaian bahan makanan
d) Perhitungan harga rata-rata pemakaian bahan makanan per orang per hari
dalam satu kali putaran siklus menu
e) Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan
f) Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar per bulan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
66
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

5) Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap a)


Buku makanan yang berisi nama, diet dan kamar pasien.
b) Formulir permintaan makanan pasien
c) Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
d) Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
e) Formulir perubahan diet
f) Formulir keluhan pelanggan
g) Formulir kunjungan awal
h) Formulir asuhan gizi
i) Formulir skrining gizi
j) Formulir terintegrasi

6) Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Penyuluhan dan Konseling Gizi a)


Mencatat registrasi pasien baru
b) Formulir asuhan gizi
c) Formulir frekuensi makanan

Pokok Bahasan 4.
PENYALURAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN DAN SARANA
HARIAN/MINGGUAN SESUAI PERMINTAAN UNIT/WILAYAH KERJA

1) Pengertian :
Penyaluran makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai
dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani.

2) Tujuan :
Konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.

3) Syarat :
a. Tersedianya kebijakan dan standar pemberian makanan rumah sakit. b.
Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.
c. Adanya peraturan waktu distribusi makanan
d. Adanya daftar permintaan makanan
e. Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet/kebutuhan konsumen f.
Tersedianya peralatan makan
g. Tersedianya sarana pendistribusian makanan
h. Tersedianya tenaga pramusaji

4) Macam Penyaluran Makanan


a. Penyaluran makanan yang dipusatkan
Lazim disebut dengan cara distribusi “sentralisasi”, makanan disajikan dalam
alat makan secara langsung di tempat pengolahan makanan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
67
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

b. Penyaluran makanan yang tidak dipusatkan


Sistem distribusi seperti ini disebut dengan “desentralisasi”, makanan dibawa
dari tempat pengolahan ke pantry ruang perawatan dalam jumlah banyak dan
untuk selanjutnya disajikan dalam alat makan masing-masing konsumen.

c. Penyaluran makanan kombinasi


Penyaluran makanan kombinasi dilakukan dengan cara sebagian makanan
ditempatkan langsung ke dalam alat makan sejak dari tempat produksi, dan
sebagian lagi dimasukkan ke dalam wadah besar, pendistribusiannya
dilakukan setelah sampai di pantry ruang perawatan.

Keuntungan Cara Sentralisasi


(1) Tenaga lebih hemat, sehingga lebih menghemat biaya dan pengawasan
(2) Pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti
(3) Makanan dapat disampaikan langsung ke pasien dengan sedikit
(4) Kemungkinan kesalahan pemberian makanan
(5) Ruangan pasien terhindar dari keributan pada waktu pembagian makanan
serta bau masakan.
(6) Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat
Kelemahan Cara Sentralisasi
(1) Memerlukan tempat, peralatan dan perlengkapan makanan yang lebih banyak
(tempat harus luas, kereta pemanas mempunyai rak). (2) Adanya tambahan
biaya untuk peralatan, perlengkapan serta pemeliharaan. (3) Makanan sampai ke
pasien sudah agak dingin
(4) Makanan mungkin sudah tercampur serta kurang menarik akibat
perjalanan dari dapur utama ke dapur ruangan

Keuntungan Cara Desentralisasi


(1) Tidak memerlukan tempat yang luas, peralatan makan yang ada di dapur
ruangan tidak terlalu banyak
(2) Makanan dapat dihangatkan kembali sebelum dihidangkan ke pasien (3)
Makanan dapat disajikan lebih rapi dan baik serta porsi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.

Kelemahan Cara Desentralisasi


(1) Memerlukan tenaga lebih banyak di ruangan dan pengawasan secara
menyeluruh agak sulit
(2) Makanan dapat rusak bila petugas lupa menghangatkan kembali (3) Besar
porsi sukar diawasi, khususnya bagi pasien yang menjalankan diet. (4)
Pengawasan harus lebih banyak dilakukan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
68
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

(5) Ruangan pasien dapat tergangu oleh keributan pembagian makanan serta
bau masakan.

Pokok Bahasan 5.
PEMERIKSAAN RUANG SIMPAN HARIAN

Ruang simpan diperiksa setiap hari dengan memperhatikan :


1) Suhu ruangan

2) Rak penyimpanan bahan makanan/makanan harus mudah dipindah pindahkan


dengan menggunakan roda-roda penggerak untuk kepentingan proses
pembersihan.

3) Wadah untuk menyimpan bahan makanan/makanan harus bersih bertutup, food


grade, tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunan,
misalnya : timah hitam (Pb), Arsenium (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium
(Cd) dan Antimony (Stibium).

Pokok Bahasan 6.
PENGUKURAN TB, BB, UMUR DI UNIT ATAU WILAYAH KERJA a.

Bulanan (Anak Balita)

Pengukuran TB, BB, Umur pada Anak Balita dilakukan setiap bulan karena BB
merupakan pilihan utama Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan
dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan,
memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur. Digunakan dalam KMS. BB/TB merupakan indeks yang
tidak tergantung umur. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian
tinggi (dacin)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
69
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

b. Empat bulan (Anak Sekolah SO)

c. Sesuai kebutuhan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
70
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Pokok Bahasan 7.
PENGUKURAN LILA (Lingkar Lengan Atas) DI UNIT ATAU WILAYAH KERJA

Pengukuran LiLA digunakan untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronis.


Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita pengukur anthropometrik.
Dipastikan alat pengukur dalam keadaan baik, tidak kusut atau terlipat sehingga
permukaan tidak rata.

Cara pengukuran LiLA :


1) Pengukuran dilakukan pada lengan atas kiri. Pada wanita kidal, pengukran
dilakukan pada lengan atas kanan.
2) Dalam keadaan siku dibengkokkan dengan sudut 90°. Pastikan letk akromion,
bagian teratas tulang bahu kiri dan olekranon, bagian terbawah tulang bahu.
Ambil titik tengah dan beri tanda. Luruskan lengan kiri.
3) Lakukan pengukuran lingkar lengan atas pada titik pertengahan yang sudah
ditandai. Alat ukur yang digunakan adalah pita antropometrik . saat pengukuran
lengan dalam keadaan bebas. Pita pengukur harus menempel erat pada
permukaan kulit, tetapi tidak ada tekanan.
4) Hasil pengukuran LiLA
Bila LiLA ˂ 23,5 cm atau di bagian merah pita LiLA berarti risiko Kurang Energi
Kronis (KEK)

Pokok Bahasan 8.
PENGUKURAN IMT PADA ORANG DEWASA DI UNIT ATAU WILAYAH KERJA,
SESUAI KEBUTUHAN

Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil pengukuran tinggi badan


dan berat badan. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan harus dilakukan pada
setiap pasien baru yang dapat ditimbang. Hasil pengukuran ini dapat digunakan
untuk menginterprestasikan status gizi seseorang yaitu dengan membandingkan
hasil pengukuran dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa hasil
pengukuran ini ke dalam rumus penilaian status gizi tertentu.

Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) :


IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
71
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Berikut adalah klasifikasi status gizi berdasarkan IMT untuk orang dewasa
IMT Kategori

˂ 17,0 Sangat kurus

17,0 – 18,4 Kurus

18,5 – 25,0 Normal

25,1 – 27,0 Gemuk

˃ 27,0 Obes

Pokok Bahasan 9.
ANAMNESA DIET BAGI KLIEN (FOOD FREKUENSI DAN RATA-RATA CONTOH
HIDANGAN)

Mengkaji kebiasaan makan pasien secara kualitatif digunakan food frequency (FFQ)
dan dari hasilnya dapat diketahui seberapa sering seseorang mengkonsumsi bahan
makanan sunber zat gizi tertentu.

Pokok Bahasan 10.


RECALL MAKANAN 24 JAM BAGI KLIEN

Food recall 24 jam digunakan untuk mengkaji kebiasaan makanan pasien/klien


secara kuantitatif dan dari hasilnya dapat diketahui berapa besar pencapaian
asupan energi dan zat gizi seseorang terhadap angka kebutuhan atau angka
kecukupan energi dan zat gizi tertentu.

Pokok Bahasan 11.


PERHITUNGAN KANDUNGAN GIZI MAKANAN KLIEN
Perhitungan kandungan gizi makanan klien dapat dihitung dengan menggunakan
perangkat lunak (software) Food Prossecor/FP 2, Nutri survey, NutriClin dan atau
daftar bahan makanan penukar. Hasil dari perhitungan tersebut kemudian
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Pokok Bahasan 12.


PENCATATAN DAN PELAPORAN ATAS :

a. Hasil pengukuran BB, TB, Umur


Hasil pengukuran BB, TB dan Umur klien/pasien ditulis dalam rekam medis dan
rekapitulasi dari hasil pengukuran tersebut dilaporkan setiap bulan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
72
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

b. Hasil pengukuran LiLA


Hasil pengukuran LiLA ditulis dalam rekam medis. Pengukuran LiLA dilakukan
apabila klien/pasien tidak dapat diukur TB, sehingga dapat digunakan untuk
estimasi status Gizi.

c. Hasil pengukuran IMT


Hasil pengukuran IMT dapat digunakan untuk menginterprestasikan status gizi
seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang
ada atau memasukkan beberapa hasil pengukuran ini ke dalam rumus penilaian
status gizi tertentu.

d. Hasil anamnesa diet


Hasil anamnesa diet pasien ditulis di rekam medis dengan terlebih dahulu me

Pokok Bahasan 13.


PENYEDIAAN MAKANAN TAMBAHAN BALITA ATAU PENYULUHAN GIZI

Pokok Bahasan 14.


PENYEDIAAN MAKANAN BIASA

Pokok Bahasan 15.


PENYEDIAAN KAPSUL VITAMIN A BIASA

Terdapat dua jenis kapsul vitamin A yaitu kapsul vitamn A merah (200.000 IU) yang
diperuntukkan untuk anak Balita 12 – 59 bulan dan untuk ibu nifas dan kapsul
vitamin biru (100.000 IU) untuk bayi 6 – 11 bulan. Pengadaan kapsul vit A
merupakan tanggung jawab peme pusat dan daerah yang pengelolaaannya menjai
tupoksi Inst Farmasi (Bina Farmasi). Tenaga nutrisionis dalam menyediakan kapsul
vit A tergantung dari ketersediaan dari Inst Farmasi, namun demikian apabila stok
kapsul vitamin A tidak mencukupi maka nutrisionis dapat mengusulkan kebutuhan
ke Inst Farmasi.

Penyediaan Kapsul Yodium


Pemberian kapsul Yodium tidak diberikan secara blanked. Pemberian tidak diberikan
lagi dengan alasan pada hasil pemeriksaan urin masyarakat ditemukan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
73
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

kandungan yodium rata-rata di atas normal (229 mcg), sehingga apabila diberikan
akan terjadi komplikasi yang lebih berat. (Edaran Dirjen Bina Kesmas Dep Kes RI,
2009)

Pokok Bahasan 16.


PENYEDIAAN PREPARAT BESI
Pemberian tamblet tambah darah/Fe Folat diberikan kepada ibu hamil sebanyak 90
tablet selama kehamilan. Pengadaan merupakan tanggung jawab pmerintah daerah
dan pusat melalui Inst Farmasi/Bin Far. Petudgas nutrisionis bertanggung jawab
dalam penyediaan di lapangan dengan berkooordinasi dengan Inst Farmasi

Pokok bahasan 17.


PENYEDIAAN OBAT GIZI

Pemberian tamblet tambah darah/Fe Folat diberikan kepada ibu hamil sebanyak 90
tablet selama kehamilan. Pengadaan merupakan tanggung jawab pmerintah daerah
dan pusat melalui Inst Farmasi/Bin Far. Petudgas nutrisionis bertanggung jawab
dalam penyediaan di lapangan dengan berkooordinasi dengan Inst Farmasi

Pokok bahasan 19.


PENCATATAN HARIAN

a. Penyediaan makanan biasa


Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam,
bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Susunan makanan
mengacu pada pola menu seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan pada pasien yang
berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet). Walau tidak
ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang
mudah dicerna dan tidak merangsang saluran cerna.

b. Penyediaan diet sederhana

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
74
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

PENILAIAN DIET KLIEN SELAMA DIRAWAT

Ruang lingkup asesmen gizi adalah pengkajian data dasar gizi, meliputi faktor resiko
terkait masalah gizi, identifikasi kekurangan zat gizi spesifik dengan memperhatikan
faktor penyakit, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada pasien
rawat inap. Asesmen gizi dilakukan berdasarkan hasil skrining gizi yang
menunjukkan pasien beresiko malnutrisi atau sudah dalam kondisi malnutrisi yang
dilakukan oleh perawat dalam 24 jam dan terdokumentasi dalam pengkajian
keperawatan awal. Perawat akan menginformasikan kepada Dietisien/Ahli Gizi
pasien yang beresiko malnutrisi untuk mendapat asesmen.a Asesmen gizi awal
mencakup riwayat gizi, pengukuran antropometri, laboratorium, hasil pemeriksaan
klinis/fisik, dan data riwayat personal. Asesmen gizi awal dilakukan dan
didokumentasikan dalam 24 jam pertama setelah pasien dirawat.
Asesmen gizi lanjut dilakukan secara periodik oleh Dietisien terhadap pasien dengan
masalah gizi yang belum teratasi/tujuan belum tercapai.

Asesmen gizi lanjut adalah kegiatan mengumpulkan data terkait masalah gizi
setelah pasien mendapat intervensi gizi. Data yang dikumpulkan antara lain: asupan
makan, perubahan berat badan, dan perubahan hasil laboratorium terkait gizi.

Tujuan asesmen gizi lanjut adalah mengetahui perkembangan status gizi pasien
selama dirawat dan mengetahui efektifitas dari intervensi gizi yang diberikan.

Dokumentasi asesmen gizi lanjut :


1) Pasien beresiko tinggi malnutrisi meliputi pasien yang dirawat di ICU, luka bakar,
serta kasus gizi buruk dan asupan gizi sangat kurang (<50% dari kebutuhan)
dilakukan monitoring dan asesmen setiap hari.
2) Pasien beresiko sedang malnutrisi selain kasus pada point 1 dilakukan monitoring
dan asesmen setiap 3 hari.
3) Pasien beresiko rendah malnutrisi dilakukan asesmen setiap 7 hari.

Hasil asesmen awal dan lanjutan dicatat pada formulir asuhan gizi dan formulir
catatan perkembangan terintegrasi menggunakan format ADIME dan disimpan pada
rekam medik.

(lampiran : Formulir kunjungan awal, form asuhan gizi, form terintegrasi, form
taksiran sisa makanan, form skrining lanjut, form rujukan gizi rawat inap, dan form
riwayat gizi).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
75
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Apabila setelah diberikan intervensi gizi tidak ada perbaikan asupan makan pasien
selama lima hari pada pasien berisiko tinggi, maka dietisien menyampaikan
informasi tersebut ke Dokter Penanggung Jawab Pelayanan/DPJP untuk
dipertimbangkan dibicarakan dalam pertemuan Tim Asuhan Gizi/Tim dukungan
gizi/Tim Kasus sulit & malnutrisi untuk mencari solusi pemecahan masalah gizi.

Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit

1) Asuhan Gizi

a. Pengertian

Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan terapi gizi medik.
Pelayanan kesehatan paripurna sesorang pasien, baik rawat inap maupun
rawat jalan, secara teoritis memerlukan 3 (tiga) jenis asuhan (care) yang
pada pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan (services). Ketiga jenis
asuhan tersebut adalah: a) Asuhan Medik; b) Asuhan Keperawatan; dan c)
Asuhan Gizi.
b. Tujuan

Tujuan utama asuhan gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang
dirawat maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari
unsur terkait untuk melaksanakan urutan kegiatan yang dikelompokkan
menjadi 5 kegiatan, yaitu :
1) Membbuat diagnosis masalah gizi
2) Menentukan kebutuhan terapi gizi
3) Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral,
enteral dan parenteral) sesuai kebutuhan.
4) Melaksanakan pemberian makanan.
5) Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan.

c. Pelaksanaan Asuhan Gizi di Rumah Sakit

2) Penyelenggaraan Makanan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
76
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3) Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Gizi


KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
77
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

VIII. REFERENSI

1. Instalasi Gizi RSCM dan ASDI. Penuntun Diet Baru.


2. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
3. Gibson RS. Principles of Nutritional Assesment.
4. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM. Pedoman Diet Diabetes Mellitus.
5. Pedoman PGRS, Depkes RI.

IX. LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
78
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

MATERI INTI 4
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI,
MAKANAN DAN DIETETIK

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pemantauan/monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan analisa


informasi pengukuran kemajuan program yang sedang berjalan. Monitoring
merupakan bagian yang sebaiknya perlu dilakukan dan merupakan proses yang
berkesinambungan, dan tidak hanya dilakukan pada saat awal dan akhir
program ataupun pelayanan saja melainkan perlu dilakukan pada saat kegiatan
berlangsung. Pemantauan/monitoring merupakan prosedur yang dirancang
untuk pengukuran progress dalam rangka mempertanyakan efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan dari suatu perencanaan, sekaligus mengukur seobyektif
mungkin hasil-hasil pelaksanaan itu dengan ukuran ukuran yang dapat diterima
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perencanaan. Monitoring dan evaluasi
adalah suatu upaya untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif
pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan untuk menjadi umpan balik bagi
perencanaan kembali.

Dalam perencanaan terdapat antara lain langkah-langkah merencanakan,


memproyeksikan dan bahkan meramalkan sesuatu yang akan terjadi dan akan
tercipta bila sesuatu tersebut telah dilaksanakan.

Dalam tahap pemantauan, pihak penilai membuktikan, mengukur dan


memverifikasikan secara obyektif apa yang telah direncanakan, diproyeksikan
dan diramalkan oleh pihak perencana. Dengan demikian keberhasilan rencana
kegiatan, rencana program dan rencana pelayanan kesehatan dan gizi hanya
dapat dibuktikan dengan suatu kegiatan ini.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memantau pelaksanaan
pelayanan gizi, makanan dan dietetik.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Memantau kegiatan pengukuran status gizi sasaran/klien mencakup
pelaksana, alat dan prosesnya di wilayah kerjanya sesuai kebutuhan. 2.
Memantau kegiatan pemberian PMT, obat gizi, konseling, penyuluhan gizi
dan pencatatan pelaporan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
79
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3. Memantau penyelenggaraan makanan dan atau asuhan gizi di RS atau di


institusi lain.
4. Memantau penggunaan bahan makanan atau makanan termasuk makanan
tambahan di RS atau di institusi lain.

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1. Pemantauan kegiatan pengukuran status gizi sasaran / klien


mencakup pelaksana, alat dan prosesnya di wilayah
kerjanya sesuai kebutuhan

Pokok bahasan 2. Pemantauan kegiatan pemberian PMT, obat gizi, konseling,


penyuluhan gizi dan pencatatan pelaporan.

Pokok bahasan 3. Pemantauan penyelenggaraan makanan dan atau asuhan gizi


di RS atau di institusi lain secara harian.

Pokok bahasan 4. Pemantauan penggunaan bahan makanan atau makanan


termasuk makanan tambahan di RS atau di institusi lain
secara:
Sub pokok bahasan:
a. Harian
b. Mingguan/10 harian

IV. METODE

• CTJ
• Curah pendapat
• Studi kasus
• Bermain peran
• Praktek lapangan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

• Bahan tayang (Slide power point)


• Laptop
• LCD
• Flipchart
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
80
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

• White board
• Spidol
• Lembar kasus
• Panduan
• Skenario bermain peran
• Panduan PKL
• Kerangka Acuan PKL

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
2) Sampaikan tujuan pembelajarn materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. 2)
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
3) Dilanjutkan dengan penugasan yaitu studi kasus, bermain peran. 4)
Praktek lapangan.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2)
Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3)
Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
81
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.
PEMANTAUAN KEGIATAN PENGUKURAN STATUS GIZI SASARAN / KLIEN
MENCAKUP PELAKSANA, ALAT DAN PROSESNYA DI WILAYAH KERJANYA
SESUAI KEBUTUHAN

Sasaran:
a. Bayi: Umur, Berat badan, Panjang badan, Lingkar kepala
Pelaksana: nutrisionis
Alat yang diperlukan: alat antropometri, standar WHO 2005
Proses: Memantau kegiatan penimbangan balita di posyandu
• Memeriksa alat yang yang digunakan
• Melihat cara menentukan umur
• Cara menimbang berat badan
• Cara mengukur panjang badan
• Cara pengisian KMS

b. Balita: umur, berat badan,panjang badan atau tinggi badan, LK (sampai umur
3 th)
Pelaksana: nutrisionis
Alat yang diperlukan: alat antropometri, standar WHO 2005
Proses: Memantau kegiatan penimbangan balita di posyandu
• Memeriksa alat yang yang digunakan
• Melihat cara menentukan umur
• Cara menimbang berat badan
• Cara mengukur tinggi badan
• Cara mengukur lingkar kepala
• Cara pengisian KMS

c. Ibu Hamil: umur ibu, usia kehamilan, berat badan, tinggi badan, kenaikan
berat badan, LILA
Pelaksana: nutrisionis
Alat yang diperlukan: alat antropometri
Proses: Memantau kegiatan pelayanan bumil di posyandu
• Memeriksa alat yang yang digunakan
• Melihat cara menentukan umur
• Cara menimbang berat badan
• Cara mengukur tinggi badan
• Cara mengukur Lila

d. Ibu menyusui: Masalah-masalah menyusui


Pelaksana: nutrisionis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
82
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Alat yang diperlukan: KIT laktasi


Proses: Mengamati cara ibu menyusui

e. Lansia: Umur, IMT


Pelaksana : nutrisionis
Alat yang diperlukan: alat antropometri
Proses : Memantau kegiatan pelayanan lansia di posbindu
• Memeriksa alat yang yang digunakan
• Cara menimbang berat badan
• Cara mengukur tinggi badan
(Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat
menggunakan Tinggi Lutut (TL), rentang lengan atau separuh
rentang lengan.
Pemantauan Kegiatan Pengukuran Status Gizi Klien Mencakup Pelaksana, Alat
Dan Prosesnya Di Rumah Sakit Sesuai Kebutuhan:

a. Pengukuran Tinggi badan/Panjang Badan dan Berat badan b. Pada kondisi


tinggi badan tidak dapat diukur dapat menggunakan Panjang Badan, Tinggi
Lutut (TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan.
c. Pengukuran lain : Lingkar Lengan Atas (LLA), Tebal Lipatan kulit, Lingkar
kepala, Lingkar Dada, lingkar pinggangf dan lingkar panggul. d. Penilaian Status
gizi yaitu perbandingan beberapa ukuran tersebut: • Pada pasien dewasa
dengan menggunakan indikator IMT = ratio BB terhadapTB kemudian
dibandingkan dengan standar
• Pada pasien bayi dan anak dengan menggunakan indikator BB/U, TB/U
dan BB/TB dibandingkan dengan standar.

Pokok bahasan 2
PEMANTAUAN KEGIATAN PEMBERIAN PMT, OBAT GIZI, KONSELING,
PENYULUHAN GIZI DAN PENCATATAN PELAPORAN

a. Pemantauan Kegiatan Pemberian PMT dilaksanakan dengan cara: • Melihat


daya terima sasaran terhadap makanan yang diberikan • Mengukur kenaikan
berat badan sasaran, sebelum dan setelah menerima PMT
• Menghitung stok PMT

b. Pemantauan pemberian obat gizi dilaksanakan dengan cara : • Melihat


cakupan pemberian obat gizi dibandingkan dengan sasaran •
Menghitung stok obat gizi di posyandu/puskesmas

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
83
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Pemantauan Penyuluhan Gizi Rumah Sakit

Penyuluhan gizi diperlukan sebagai upaya proaktif dan preventif terhadap


masalah-masalah gizi baik yang timbul di masyarakat maupun pusat-pusat
layanan kesehatan. Pada umumnya penyuluhan gizi dan kesehatan dideteksi
oleh petugas kesehatan, namun yang diharapkan akan tumbuh rasa
membutuhkan dari masyarakat/klien.

Penyuluhan kesehatan dan gizi ditujukan tidak hanya pada klien namun
diperlukan pula oleh petugas kesehatan dan berbagai komunitas lain. Secara
umum tujuan kegiatan penyuluhan/konsultasi gizi adalah untuk menjadikan cara-
cara hidup sehat sebagai kebiasaan sehari-hari masyarakat.

Teknik penyuluhan gizi antara lain: ceramah, pameran dan demonstrasi.

a. Ceramah dan tanya jawab

Ceramah adalah penyuluhan kesehatan dimana penyuluh menerangkan atau


menjelaskan dengan lisan disertai tanya jawab dan diskusi kepada
sekelompok pendengar. Agar lebih efektif ceramah hendaknya disertai
dengan alat peraga, misal papan tulis, flipchart, OHP, dan lain-lain.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ceramah:


- Menyiapkan materi, alat peraga, tempat ceramah yang akan digunakan. -
Gunakan waktu dengan efektif. Untuk setiap kali ceramah tidak lebih dari 40
menit termasuk termasuk tanya jawab dan diskusi.
- Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pendengar serta suara yang
cukup keras dengan intonasi terjaga.
- Buat kesimpulan di akhir ceramah dan juga penilaian baik secara langsung
maupun tidak langsung.

b. Pameran

Pameran adalah penyajian koleksi atau kumpulan bahan-bahan/materi


misalnya mengenai anak balita gizi buruk, kelebihan gizi, teknik mengolah
pangan, dan lain-lain. Kumpulan bahan/materi yang akan dipamerkan secara
jelas dan lengkap dikumpulkan, disusun secara baik dan meriah. Tidak
hanya menampilkan tulisan namun juga menggunakan pula foto
foto, diagram, grafik, dan lain-lain.

Kriteria pameran yang sebaiknya dipenuhi:


- Adanya kesatuan dalam konsentrasi tema, pameran harus menyampaikan
pesan tertentu, tidak diarahkan untuk mencapai bebagai tujuan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
84
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

- Mempunyai daya tarik.


- Pilih tempat yang strategis, mudah dlihat dan dicapai orang. c.

Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang


dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara
menjalankan suatu tindkan atau adegan atau menggunakan prosedur.

Cara penyajian ini disertai dengan menggunakan alat peraga dan tanya
jawab. Demonstrasi biasanya diperuntukkan pada kelompok yang tidak
terlalu besar, dengan harapan:
- Dapat mendidik orang tertentu caara menjalankan suatu tindakan atau
menggunakan prosedur dan produk baru.
- Meningkatkan kepercayaan bahwa ide baru itu dapat dijalankan oleh setiap
orang.
- Meningkatkan perhatian orang untuk belajar serta menggunakan suatu
prosedur.

d. Pengembangan Media Penyuluhan Gizi

Beberapa media yang sering digunakan dalam penyuluhan gizi yaitu:


a) Leaflet
b) Poster
c) Food models
d) Kaset dan VCD/CD penyuluhan

Pengembangan media penyuluhan dapat dilakukan dengan memperhatikan:


- Perkembangan Iptek, misalnya: perkembangan diet-diet baru untuk
transplantasi ginjal, dialisis, dan lain-lain.
- Kebutuhan sasaran, misalnya: leaflet DM untuk berbagai kelompok usia.
- Kebutuhan program, misalnya membuat food model untuk PMT AS senilai
300 kcal.

e. Sasaran penyuluhan gizi

Masyarakat : ibu ibu pengunjung POSYANDU, kader gizi,


Rumah sakit : pengunjung rumah sakit, orang tua pasien, pasien rawat
jalan/rawat inap, pegawai rumah sakit, dll

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
85
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Pokok bahasan 3.
PEMANTAUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN ASUHAN GIZI DI RS
ATAU DI INSTITUSI LAIN SECARA HARIAN

a. Pemantauan Penyelenggaraan makanan di Rumah sakit atau institusi lain


secara harian

Pemantauan merupakan kegiatan pengawasan, yang merupakan salah satu


fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan atau kegiatan
terlaksana sesuai dengan rencana, insruksi, pedoman, standar, peraturan
dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang
diharapkan.

Bentuk bentuk pemantauan :


1) Pencatatan dan pelaporan harian
(1) Pengadaan bahan makanan : pemesanan bahan makanan harian,
pencatatan bahan makanan yang diterima oleh gudang hari itu,
pencatatan sisa/stock bahan makanan, pencatatan bahan makanan
yang dikeluarkan hari itu.
(2) Pencatatan dan Pelaporan tentang Penyelenggaraan makanan :
Jumlah pasien, jumlah pasien yang mendapat makan berdasarkan
diet dan kelas perawatan, jumlah pasien baru, jumlah pembatalan
makanan pasien (pulang/meninggal)
(3) Pencatatan dan Pelaporan tentang perlengkapan peralatan
Penyelenggaraan makanan : pencatatan inventaris alat masak, alat
makan dan alat kantor
2) Pengawasan standar porsi
(1) Bahan makanan padat pengawasan porsi dilakukan dengan
penimbangan
(2) Bahan makanan cair atau setengah car seperti susu dan bumbu
dipakai gelas ukuran/liter matt, sendok ukuran atau alat ukur laian
yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang.
(3) Untuk mendapatkan porsi yang tetap (tidak beruabah-ubah) harus
digunakan standar porsi dan standar resep.

b. Pemantauan Asuhan Gizi di Rumah sakit atau institusi lain secara harian

Pemantauan Asuhan Gizi dilakukan di Ruang Rawat Inap yaitu pemantauah


jumlah pasien yang dirawat, penambahan pasien baru, pengurangan pasien
pulang., Jumlah kunjungan awal/skrining gizi, Jumlah pasien berdasarkan
diet dan kelas perawatan dan laporan kegiatan penyuluhan. Pemantauan
status gizi pasien pemantauan asupan makan pasen, pemantauan ketepatan
diet pasien.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
86
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Pokok bahasan 4.
PEMANTAUAN PENGGUNAAN BAHAN MAKANAN ATAU MAKANAN
TERMASUK MAKANAN TAMBAHAN DI RS ATAU DI INSTITUSI LAIN SECARA
:

a. Harian

Pemantauan penggunaan bahan makanan harian dilakukan dengan cara


mencatat jumlah pasien dan pegawai yang mendapat makan, permintaan
bahan makanan ke gudang basah maupun kering sesuai dengan jumlah
pasien dan pegawai yang mendapat makan dan menu hari itu, pemakaian
bahan makanan basah maupun kering, sisa /stock bahan makanan.

b. Mingguan/10 harian

Data pemkaian bahan makanan harian akan direkap per minggu atau per 10
hari. Sisa bahan makanan dalam pembukuan akan dicocokkan dengan
bahan makanan yang ada di gudang.

VIII.REFERENSI

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Depkes


RI. 2005.
2. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Direktorat Bina Pelyanan
Medik Dasar. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. 2007. 3. Penuntun Diet
edisi baru, ASDI bekerja sama dengan Instalasi Gizi Perjan RSCM, 2004.

IX. LAMPIRAN

Panduan lembar kasus:

1. Rumah sakit tipe C dengan kapasitas 200 tt :


• Siklus menu 7 hari dengan Catatan jumlah pasien (berdasarkan diet dan
kelas perawatan, jumlah pasien baru, jumlah pembatalan makanan
pasien) dan pegawai yang dilayani
• Daftar kebutuhan bahan makanan kering dan bahan makanan basah •
Bon pemesanan bahan makanan
• Catatan penerimaan bahan makanan dan sisa/stok bahan makanan awal
dan akhir (hari ke 1 dan hari ke 7)
• Susun laporan pemakaian bahan makanan selama 7 hari

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
87
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

2. Nutrisionis Puskesmas : peserta menguasai 9 langkah penimbangan •


Gantungkan dacin pada tempat yang kuat dengan posisi batang dacin sejajar
dengan mata penimbang (contoh penyangga kaki tiga, pelana pintu, dahan
pohon, dll
• Pastikan dacin berada pada tempat yang kuat, kemudian pasang sarung/
kotak timbang
• Geser bandul pada angka nol
• Seimbangkan dacin dengan menambahkan plastik berisi pasir/ beras/dll,
sampai posisi kedua paku timbangan tegak lurus • Letakkan anak di dalam
sarung/kotak timbang
• Geser bandul, sampai posisi kedua paku timbangan tegak lurus •
Baca hasil penimbangan dengan melihat angka pada batang dacin •
Catat hasil penimbangan pada kertas bantu
• Turunkan anak dari timbangan, bandul digeser ke angka nol

Contoh-contoh formulir:
1. Formulir distribusi makanan
2. Bon pesanan bahan makanan
3. Formulr penerimaan bahan makanan
4. Bon permintaan makanan kering
5. Bon permintaan makanan basah
6. Kartu stock
7. Pembukuan bahan makanan kering
8. Pembukuan bahan makanan basah.
9. Formulir monitoring distribusi PMT balita
10. Formulir monitoring distribusi PMT Bumil
11. Kartu Patuh
12. Formulir FI Gizi
13. Formulir Laporan Bulanan Gizi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
88
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

MATERI INTI. 5
KARYA TULIS / KARYA ILMIAH DI BIDANG GIZI, MAKANAN DAN
DIETETIK / KESEHATAN TERKAIT

I. DESKRIPSI SINGKAT

Karya tulis ilmiah adalah hasil tulisan yang merupakan hasil pemikiran
seseorang, memiliki karakteristik keilmuan dan memenuhi syarat keilmuan yaitu
tulisan berada pada lingkup pengetahuan ilmiah, mengunakan metode berpikir
ilmiah dan dari segi tulisannya terlihat sosok tulisan keilmuan yang dituangkan
dalam tulisan berdasarkan penelitian ilmiah yang ditelitinya. Banyak sekali jenis
karya tuis ilmiah diantaranya buku pelajaran, makalah, modul, diktat pelajaran,
terjemahan, laporan hasil penelitian dan lain-lain.

Seorang tenaga gizi dalam melaksanakan pekerjaannya juga dituntut untuk


dapat membuat suatu karya tulis ilmiah. Memang tulisan ahli gizi tidak banyak
ditemukan di media massa. Salah satu kendalanya adalah sulitnya membuat
tulisan ilmiah yang menarik, enak dibaca, mudah dimengerti dan tidak
membosankan. Pengalaman ahli gizi dalam tulis menulis hanyalah diperoleh
dalam menulis makalah dan karya tulis ilmiah hasil penelitian yang merupakan
tugas akhir pendidikannya. Sedangkan pengalaman menulis di media masa
nyaris tidak diperoleh selama pendidikan.

Ketrampilan menulis sangat dibutuhkan ahli gizi tidak saja untuk menulis laporan
penelitian, namun juga diperlukan dalam pekerjaannya. Menurut jabatan
fungsional nutrisionis kemampuan menulis antara lain diperlukan untuk membuat
karya tulis ilmiah, menulis karya ilmiah di majalah atau jurnal ilmiah, menyadur/
menterjemahkan dll.

Menulis karya ilmiah populer untuk majalah (salah satu media massa) adalah
pekerjaan mulia. Apalagi kalau tulisan yang dihasilkan itu bermanfaat bagi
masyarakat banyak, misalnya mengenai strategi makan untuk menurunkan berat
badan atau cara memberi makan untuk menaikkan BB pada anak yang kurang
gizi, dll. Makin banyak yang berminat menulis (dan menghasilkan) tulisan ilmu
pengetahuan, makin meningkat pula pengetahuan umum masyarakat. Dan makin
meningkat pengetahuan umum masyarakat, makin haus pula mereka akan bahan
bacaan keilmuan serupa yang lain lagi.

Pada akhirnya dengan menulis masalah kesehatan dan gizi di media massa,
maka ahli gizi diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan gizi
masyarakat, serta meningkatkan kualitas perkerjaannya sebagai nutrisionis
maupun dietisien.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
89
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat karya tulis di bidang
gizi, makanan dan dietetik / kesehatan terkait.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang karya tulis dan jenis-jenisnya
2. Menerapkan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis 3.
Membuat karya tulis

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

Pokok Bahasan 1. Karya tulis dan jenisnya


Sub pokok bahasan:
a. Karya tulis / ilmiah
b. Penerjemahan

Pokok Bahasan 2. Prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis Pokok

Bahasan 3. Teknik penulisan karya tulis

.
IV. METODE

• CTJ
• Curah Pendapat
• Mind mapping
• Latihan menulis karya tulis

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

• Bahan tayangan (Slide power point)


• Laptop
• LCD
• Flipchart
• White board
• Spidol (ATK)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
90
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

• Contoh – contoh karya tulis


VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pada sesi ini saudara akan mempelajari 3 (tiga) pokok bahasan dengan masing
masing sub pokok bahasannya. Berikut ini disampaikan kegiatan fasilitator dan
peserta.

Langkah 1. Pengkondisian

Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
2) Fasilitator menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta
untuk menerima materi.
3) Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2) Fasilitator menyampaikan materi-materi pokok dan sub pokok bahasan dengan
tahapan sebagai berikut:

Tahap 1). Pokok Bahasan 1, sub pokok bahasan a.


Kegiatan fasilitator:
(1) Menyampaikan pokok bahasan 1 sub pokok bahasan a dengan curah
pendapat (brain storming) mengenai berbagai pengalaman pribadi peserta (2)
Mengatur acara bertukar pandangan dan pengalaman antar peserta (3)
Berdasarkan berbagai pengalaman peserta dalam menulis karya tulis ilmiah,
meminta peserta mengelompokkan karya tulis ilmiahnya berdasarkan jenis
datanya.
(4) Beserta peserta mencocokkan antara teori dengan hasil pengelompokan
karya tulis ilmiah

Kegiatan peserta:
(1) Meminta peserta untuk menuliskan pendapat masing-masing mengenai:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
91
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

a) Berbagai pengalaman menulis dalam pekerjaannya


b) Pengalaman dalam menulis karya tulis ilmiah
c) Ciri-ciri karya tulis ilmiah
(2) Sampaikan pandangan/pendapat dan bagi pengalaman Sdr. Masing
masing pada peserta dilain di kelas Sdr.
(3) Meminta peserta peserta mengelompokkan karya tulis ilmiahnya
berdasarkan jenis datanya.
(4) Beserta fasilitator mencocokkan antara teori dengan hasil pengelompokan
karya tulis ilmiah

Tahap 2). Pokok bahasan 1, sub pokok bahasan b dan c

Kegiatan fasilitator:
(1) Mengalihkan ke sub pokok bahasan b dan c dengan membagi peserta
dalam beberapa kelompok
(2) Memfasilitasi kegiatan diskusi tentang:
a) Langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah hasil penelitian dan
penelusuran pustaka
b) Kerangka menulis laporan penelitian dan penelusuran pustaka
(3) Pergunakan lembar kerja yang tersedia
(4) Memberikan klarifikasi atas hasil diskusi peserta

Kegiatan peserta:
(1) Diskusikan dengan kelompok mengenai:
a) Langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah hasil penelitian dan
penelusuran pustaka
b) Kerangka menulis laporan penelitian dan penelusuran pustaka
(2) Presentasikan hasil diskusi kelompok
(3) Berikan respon atas tanggapan dari kelompok lain

Tahap 3). Pokok bahasan 2, sub pokok bahasan a

Kegiatan fasilitator:
(1) Mengalihkan ke pokok bahasan 2, sub pokok bahasan a dengan membagi
peserta dalam beberapa kelompok, serta memberi contoh naskah dari
majalah ilmiah dan majalah popular
(2) Memfasilitasi kegiatan diskusi mengenai perbedaan pengertian naskah
yang ditulis dalam majalah ilmiah dengan naskah yang ditulis dalam
majalah populer
(3) Pergunakan lembar kerja yang tersedia
(4) Memberikan klarifikasi atas hasil diskusi peserta

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
92
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Kegiatan peserta:
(1) Diskusikan dengan kelompok mengenai perbedaan pengertian naskah yang
ditulis dalam majalah ilmiah dengan naskah yang ditulis dalam majalah
popular
(2) Presentasikan hasil diskusi kelompok
(3) Berikan respon atas tanggapan dari kelompok lain

Tahap 4). Pokok bahasan 2, sub pokok bahasan b

Kegiatan fasilitator:
(1) Mengalihkan ke pokok bahasan 2, sub pokok bahasan b dengan membagi
peserta dalam beberapa kelompok, serta memberi kasus hasil penelitian
untuk ditulis di majalah ilmiah, serta topik untuk ditulis di majalah popular
(2) Memfasilitasi kegiatan praktek menulis naskah untuk majalah ilmiah dan
majalah popular
(3) Pergunakan lembar kerja yang tersedia
(4) Tukar naskah hasil tulisan ke kelompok lain untuk diberi kritik dan saran (5)
Memberikan klarifikasi atas hasil diskusi peserta

Kegiatan peserta:
(6) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok dan coba praktekkan menulis
naskah untuk majalah ilmiah dan popular berdasarkan kasus tersebut. (7)
Diskusi dalam kelompok untuk memberi kritik dan saran terhadap tulisan
kelompok lain
(8) Presentasikan hasil diskusi kelompok
(9) Berikan respon atas tanggapan dari kelompok lain

Tahap 5). Pokok bahasan 3, sub pokok bahasan a dan b

Kegiatan fasilitator:
(1) Mengalihkan ke pokok bahasan 3, sub pokok bahasan a dan b dengan curah
pendapat (brain storming) mengenai berbagai pengalaman pribadi peserta
dalam menterjemahkan buku atau bahan lainnya.
(2) Mengatur acara bertukar pandangan dan pengalaman antar peserta (3)
Berdasarkan berbagai pengalaman peserta, meminta peserta menjelaskan
tujuan dan langkah-langkah menterjemahkan buku atau bahan lainnya. (4)
Beserta peserta mencocokkan antara teori dengan hasil diskusi mengenai
tujuan dan langkah-langkah menterjemahkan buku atau bahan lainnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
93
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Kegiatan peserta:
(1) Meminta peserta untuk menuliskan pendapat masing-masing mengenai
berbagai pengalaman dalam menterjemahkan buku atau bahan lainnya. (2)
Sampaikan pandangan/pendapat dan bagi pengalaman Sdr. Masing masing
pada peserta lain di kelas Sdr.
(3) Peserta menjelaskan tujuan dan langkah-langkah menterjemahkan buku atau
bahan lainnya.
(4) Beserta fasilitator mencocokkan antara teori dengan hasil diskusi mengenai
tujuan dan langkah-langkah menterjemahkan buku atau bahan lainnya.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2) Fasilitator
merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3) Fasilitator
membuat kesimpulan.

VII.URAIAN MATERI

Pokok bahasan 1.
KARYA TULIS DAN JENISNYA

a. Karya tulis / ilmiah

1) Karya Tulis Ilmiah Hasil Penelitian Di Bidang Pelayanan Gizi, Makanan Dan
Dietetik/Kesehatan

• Pengertian dan jenis karya tulis ilmiah

Karya tulis ilmiah dapat dijelaskan dengan berbagai definisi. Salah satu
diantaranya dikemukakan oleh Brotowijoyo (1985) karya tulis ilmiah
adalah tulisan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Ciri khususnya
adalah tulisan ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan
kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran dimaksud adalah
kebenaran yang obyektif-positif, sesuai dengan data dan fakta di
lapangan, dan bukan kebenaran yang normative.

Ada beberapa jenis karya tulis ilmiah yang ditulis orang misalnya
makalah, kertas kerja, laporan penelitian, skripsi, thesis dan disertasi.
Semua jenis karya tulis ilmiah ini selalu menyajikan hasil kegiatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
94
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

penelitian tentang suatu pokok masalah berdasarkan data dan fakta di


lapangan. Penelitian dapat berupa penelitian penelusuran pustaka,
survey, kajian, dan lai-lain.

Berdasarkan jenis datanya ada penelitian yang menggunakan data


primer yaitu suatu penelitian yang memungkinkan peneliti
mengumpulkan data sendiri sesuai dengan tujuan penelitiannya.
Penelitian yang memanfaatkan data sekunder adalah suatu penelitian
dimana peneliti menggunakan data yang sudah ada yang diambil oleh
pihak lain baik individu maupun institusional. Sedangkan penelusuran
pustaka adalah suatu kajian ilmiah yang dilakukan penulis sesuai
dengan tujuan penulisan terhadap berbagai sumber pustaka baik buku
maupun jurnal atau laporan penelitian yang terkait. Analisis dapat
memanfaatkan data yang diambil oleh pihak lain.

2) Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Gizi, Makanan, Dietetik / Kesehatan Untuk


Majalah Ilmiah Dan Majalah Populer

• Pengertian Karya Tulis Ilmiah Untuk Majalah Ilmiah

Setelah hasil penelitian disajikan secara oral, sebaiknya hasil penelitian


juga dipublikasikan di majalah ilmiah. Tujuannya adalah agar hasil
penelitian tersebut barmanfaat bagi yang membutuhkan, serta hasil
penelitian tersebut mendapat kritik dari kalangan ilmuwan terkait untuk
perbaikan penelitian selanjutnya

Naskah yang dapat dikirimkan ke majalah ilmiah biasanya bersifat


ilmiah, artinya naskah tersebut dapat berupa hasil penelitian, kajian
masalah maupun kajian pustaka. Yang dimaksud dengan majalah
ilmiah adalah majalah (journal) yang memuat laporan penelitian yang
diterbitkan oleh organisasi profesi, dalam maupun luar negeri; majalah-
majalah resmi yang diterbitkan oleh badan nasional, regional maupun
internasional.

• Pengertian Karya Tulis Ilmiah Untuk Majalah Populer

Tulisan untuk majalah berbeda dengan tulisan untuk Koran atau


harian. Kalau Koran memberi berita aktual yang sedang berjalan, maka
majalah memberi tulisan yang tidak lekang oleh waktu. Majalah lebih
mementingkan kemenarikan bahan yang ditulis daripada aktualitasnya
(kebaruan)nya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR-2011
95
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

Tulisan untuk majalah ada yang berupa tulisan nonfiksi dan karangan
fiksi. Tulisan nonfiksi lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur
tulisan orang lain, daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat
dan hasil kreasi seni mengarang sendiri. Kalaupun ada yang menulis
gagasan dan pendapat sendiri, biasanya juga didasarkan pada teori,
pendapat atau hasil penemuan orang lain, yang tulisannya dipakai
sebagai acuan. Orang yang menyusun tulisan tersebut disebut penulis,
bukan pengarang.

Bentuk tulisan

Tulisan nonfiksi untuk majalah dapat disajikan dalam beberapa bentuk,


bergantung pada jenis informasi yang ingin disampaikan. Pada garis
besarnya ada 4 kelompok bentuk penulisan nonfiksi untuk majalah.
Berita ringan, feature, artikel dan laporan.

(1) Berita ringan adalah tulisan santai yang merupakan kebalikan dari
berita menggebrak yang biasa ditulis para wartawan surat kabar.
Bahan yang ditulis ialah hal-hal yang belum ditulis secara
mendalam oleh wartawan koran. Biasanya berisi informasi ringan
yang sambil menghibur, menambah pengetahuan. Jenis-jenis
penulisan yang dimasukkan kedalam kelompok ini adalah soft news
(berita ringan), interpretative news (berita ringan yang diberi
penjelasan) dan human interest news (berita ringan tentang sisi
kehidupan orang).

(2) Feature adalah tuturan mengenai fakta, kejadian, peristiwa atau


proses, disertai penjelasan riwayat terjadinya, duduk perkara,
proses pembentukannya atau cara kerjanya. Jenis-jenis tulisan
yang dimasukkan ke dalam kelompok ini ialah news feature,
feature ilmu pengetahuan, feature perjalanan dan human interest
feature.

(3) Artikel adalah tulisan tentang suatu masalah, berikut pendapat dan
pendirian penulis tentang masalah itu. Jenis-jenis tulisan yang
dimasukkan kedalam kelompok ini ialah kolom opini (tulisan pendek
mengenai suatu masalah dan pendapat
penulisnya), artikel (tulisan tentang masalah berikut sikap atau
pendirian penulisnya), dan how to do it artikel (artikel petunjuk
pelaksanaan tentang suatu ketrampilan, menurut versi penulisnya).

(4) Laporan ialah tulisan panjang tentang suatu masalah (persoalan)


yang disusun secara berurutan, rinci dan lengkap, berdasarkan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
96
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

pengamatan sendiri. Bentuk ini cocok untuk untuk menyajikan hasil


penyelidikan untuk mengungkap suatu kejadian atau proses yang
semula belum jelas duduk perkaranya. Kedalam kelompok ini
dimasukkan jenis investigative report (laporan hasil penyelidikan
sebuah misteri atau observasi ilmiah), new journalism report
(laporan jurnalistik yang ditulis dengan teknik mengarang fiksi
termasuk pelibatan penulis/wartawan yang bersangkutan sebagai
pelakunya).

(5) Feature ilmu pengetahuan disebut feature ilmiah, karena sifatnya


memang ilmiah. Isinya ilmu pengetahuan, cara penyajiannya ilmiah.
Yaitu disajikan secara mendalam sebagai hasil mengkaji perkara
dengan metoda ilmiah (keobyektifan pandangan yang dikemukakan
dan kedalaman tulisan yang disajikan). Menulis feature ilmiah tidak
akan menarik kalau tidak dengan bahasa yang populer, artinya
tidak menggunakan istilah yang sulit, yang asing atau yang keren
sampai mengagumkan, tapi tidak dimengerti masyarakat awam.
Oleh karenanya tulisan semacam ini dikenal sebagai tulisan ilmiah
populer.

b. Penerjemahan

Menterjemahkan Buku / Bahan Lainnya Dalam Bidang Gizi, Makanan Dan


Dietetik

1) Tujuan Menterjemahkan atau Menyadur Buku dalam Bidang Gizi, Makanan


dan Dietetik

Agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, terkadang


nutrisionis maupun dietisien diharuskan membaca buku atau bahan yang
berbahasa inggris. Namun pada kenyataannya banyak nutrisionis maupun
dietisien mempunyai kendala bahasa tersebut. Untuk itu kemampuan
menyadur atau menterjemahkan buku atau bahan lain yang berbahasa
inggris sangat bermanfaat dan dihargai dalam jabatan fungsional. Oleh
karena itu tujuan menyadur atau menterjemahkan buku bahasa inggris ini
adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta wawasan
nutrisionis maupun dietisien. Dalam penerapannya diperhatikan pula
kondisi di Indonesia.

Terjemahan adalah karya tulis ilmiah hasil penerjemahan dari buku buku
ilmiah atau karya tulis bahasa asing ke bahasa Indonesia atau sebaliknya.
Untuk melakukan kegiatan menerjemahkan ini seseorang dituntut untuk
memenuhi persyaratan seorang penerjemah yaitu menguasai materi yang
diterjemahkan, menguasai bahasa asing
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
97
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA

tersebut, menguasai bahasa Indonesia yang baik, menguasai teknik


menterjemahkan, memahami latar belakang dan budaya bahasa asing
tersebut. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, hasil terjemahan sering
tidak tepat dan terasa kaku, sehingga pesan yang akan disampaikan tidak
dimengerti dan terkadang salah.

2) Langkah-Langkah Menterjemahkan atau Menyadur

Untuk dapat menterjemahkan buku atau bahan berbahasa Inggris dengan


sendirinya nutrisionis harus mempunyai kemampuan berbahasa Inggris.
Sebaiknya buku atau bahan yang diterjemahkan sesuai dengan bidang
ilmu atau keahlian yang dimiliki. Hal ini dapat memudahkan dalam
mengerjakannya serta hasil terjemahan umumnya lebih mudah dimengerti
oleh pembacanya.

Menterjemahkan sebaiknya tidak dilakukan kata demi kata, namun


tuliskan terjemahan dalam bahasa sendiri agar lebih mudah dimengerti.
Perhatikan pula tata bahasa Inggris sewaktu mengartikan atau
menterjemahkan, serta tata bahasa Indonesia sewaktu menuliskannya
kembali dalam bahasa Indonesia. Selain kamus bahasa Inggris
Indonesia, terdapat pula program software komputer yaitu TRANSTOOL
yang dapat membantu menterjemahkan buku atau bahan berbahasa
Inggris ke bahasa Indonesia. Namun mengedit hasil terjemahan tetap
perlu dilakukan agar dapat memperoleh hasil terjemahan yang baik tata
bahasanya dan jelas artinya.

Pokok bahasan 2.
PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS a.

Prinsip-Prinsip Penulisan Karya Ilmiah

Dalam penulisan karya ilmiah beberapa prinsip yang perlu kita ketahui: 1)

Etika dalam penulisan karya ilmiah

Etika bagi seorang penulis ilmiah adalah memasukkan nilai-nilai moral dan
tanggung jawab ketika menggunakan komunikasi ilmiah dengan tujuan-
tujuan mulia.

Beberapa landasan etika:


a) Penulis ilmiah harus akurat dalam menulis, penulis ilmiah harus betul-
betul seksama.
b) Penulis ilmiah harus jujur dalam menulis.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
98

Anda mungkin juga menyukai