SAMBUTAN
Nutrisionis adalah Pegawai Negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan teknis fungsional pelayanan gizi, makanan dan
dietetic baik di bidang masyarakat maupun rumah sakit, pada perangkat
pemerintah propinsi, kabupaten, kota dan unit pelaksana kesehatan
lainnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi seorang
Nutrisionis adalah melalui pelatihan. Pelatihan yang terstandar adalah
pelatihan yang sesuai dengan ketentuan akreditasi pelatihan yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 725 Tahun 2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan.
Jakarta, 2015
Kepala Badan PPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
MATERI DASAR. 3
STANDAR PROFESI GIZI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pendidikan gizi dapat ditempuh melalui jalur akademik strata I dan diploma.
Setelah itu dilanjutkan dengan jalur profesi. Jalur akademik diawali dengan
pendidikan Strata I , Strata II, dan terakhir Strata III, sedangkan jalur diploma
diawali dengan pendidikan Diploma III, dan dilanjutkan pada program
pendidikan Diploma IV.
Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat
ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda. Standar kompetensi disusun sebagai landasan
pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah
tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi, dan
sebagai acuan bagi kurikulum pendidikan gizi di Indonesia dalam rangka
menjaga mutu Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang
profesional baik untuk individu maupun kelompok dan mencegah timbulnya
mal-praktek gizi.
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok Bahasan 1. Standar Profesi Gizi
Sub Pokok Bahasan:
a. Pengertian
b. Standar kompetensi
c. Etika profesi gizi
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajarn materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2.
Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3.
Fasilitator membuat kesimpulan.
VII.URAIAN MATERI
Pokok Bahasan 1.
STANDAR PROFESI GIZI
a. Pengertian
Etika Profesi terdiri dari dua kata yaitu etika yang berarti usaha untuk
mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku
manusia, dan kata profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu.
b. Standar kompetensi
Sebagai tenaga Ahli Gizi profesional, seorang Ahli Gizi harus melakukan
tugas-tugasnya atas dasar:
1) Kesadaran dan rasa tanggungjawab penuh akan kewajiban terhadap
bangsa dan negara.
2) Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur
dalam mencapai kesejahteraan rakyat.
3) Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi
tercapainya masyarakat adil dan makmur.
Untuk itu seorang Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya perlu senantiasa
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan
perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi, baik dalam
hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi,
maupun dengan diri sendiri.
Kode Etik Profesi Gizi dan penjelasannya yang disusun oleh Tim Penyusun
Naskah Kode Etik Profesi Gizi Persagi serta disempurnakan dan disahkan
pada Kongres Persatuan Ahli Gizi Indonesia yang ditetapkan dalam bentuk
Surat Keputusan Ketua DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia No.
03/DPP/SK/01/1990 tanggal 5 Januari 1990. Sejak tanggal tersebut, para
ahli gizi harus memperhatikan Kode Etika Profesi gizi dalam melaksakan
tugas pokok fungsi dan kegiatannya
Agar Kode Etik Persagi dapat lebih dipahami dan diamalkan, maka setiap
ahli gizi harus memahami pengertian-pengertian: Kode Etik : Prinsip-prinsip
tentang tingkah laku baik dan tidak baik, khusus menyangkut profesi
tertentu.
Profesi : Pekerjaan yang membutuhkan pendidikan tinggi di bidang
tertentu.
Profesional : Melakukan sesuatu dengan profesi.
Ahli Gizi : Seorang professional yang mempunyai kualifikasi untuk memikul
tanggung jawab terhadap upaya peningkatan status gizi
secara perorangan atau kelompok masyarakat. Upaya
peningkatan status gizi meliputi pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta penyelenggaraan makanan
pada pelayanan gizi.
Tanggung Jawab Dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Pemerintah, Bangsa
Dan Negara:
Misal:
a) Bila Ahli Gizi ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat di bidang gizi, maka kegiatan ini disalurkan melalui
kegiatan yang sudah terorganisasi, seperti PKK, Pos Penimbangan
Posyandu, atau Puskesmas.
b) Bila Ahli Gizi ingin menyelenggarakan usaha konsultasi gizi di
wilayahnya, perlu melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan
Misal:
a) Ahli Gizi dapat menyumbangkan hasil pemikirannya di bidang gizi
melalui media massa.
b) Ahli Gizi dapat berperan aktif di bidang gizi melalui organisasi
masyarakat.
c) Ahli Gizi dapat menyalurkan ilmu dan pengetahuannya melalui
dakwah atau kegiatan keagamaan lain
Tanggung Jawab Dan Kewajiban Ahli Gizi Terhadap Profesi:
1) Ahli Gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan
menunjukan sikap, perilaku dan budi luhur serta tidak mementingkan
kepentingan pribadi.
Ahli Gizi dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi, berkaitan dan tidak
lepas dengan profesi lain. Ahli Gizi hendaknya menjalin hubungan
kerjasama yang serasi dengan profesi dan organisasi lain untuk
peningkatan status gizi masyarakat.
4) Ahli Gizi wajib membina serta memelihara nama baik dan korps Ahli
Gizi.
a) Ahli Gizi hendaknya mendukung atau berperan serta dalam kegiatan
organisasi profesi gizi untuk mencapai tujuan organisasi. Misalnya,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan ilmiah yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi gizi.
b) Ahli Gizi tidak dibenarkan menggunakan hasil karya orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya. Menjiplak karangan atau hasil karya
orang lain tanpa menyebutkan sumbernya merupakan plagiat dan
tidak terpuji.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
32
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Seorang Ahli Gizi hendaknya sehat fisik dan mental serta berada dalam
keadaan gizi baik, agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan
baik menjadi contoh bagi masyarakat. Untuk itu ia hendaknya
menerapkan pola hidup sehat dan penampilan yang baik.
4) Ahli Gizi harus senantiasa menjaga nama baik dirinya sebagai korps Ahli
Gizi.
5) Ahli Gizi hendaknya memberi kesan baik serta tiak melakukan hal hal
yang merugikan pemerintah, masyarakat, profesi dan perorangan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
33
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Misal:
a) Seorang Ahli Gizi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
harus berlaku sopan dan bertindak benar tanpa membedakan kaitan
kekeluargaan, status sosial ekonomi, agama dan politik.
b) Seorang Ahli Gizi hendaknya tidak menerapkan praktek-praktek yang
mengarah pada korupsi dalam bentuk apapun, baik berupa uang,
benda atau jasa, seperti menerima hadiah dari siapapun yang
bertujuan memperoleh kemudahan atau keringanan dalam
pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Seorang Ahli Gizi dapat melakukan kegiatan komersil, kecuali bila hal
itu bertentangan dengan statusnya sebagai pelayan masyarakat
seperti: (1) Bertindak sebagai rekanan untuk tempat ia bekerja atau
dimana ia terlibat dalam pengambilan keputusan penentuan
rekanan; (2) terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam
usaha jasa boga dengan menggunakan fasilitas tempat ia bekerja.
Pokok Bahasan 2.
PERATURAN DAN PERUNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN PROFESI
GIZI
MATERI INTI 1
PERSIAPAN PERANGKAT LUNAK
PELAYANAN GIZI, MAKANAN DAN DIETETIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Perangkat lunak adalah istilah umum untuk data yang diformat dan disimpan
secara digital, termasuk program komputer, dokumentasinya, dan berbagai
informasi yang bisa dibaca dan ditulis oleh komputer terkait pelayanan gizi,
makanan dan dietetik.
Pengertian data menurut Webster New World Dictionary, Data adalah things
known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau
dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data
dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.
Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh
dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat
pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain ; data
populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.
Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai
dasar yang objektif di dalam proses pembuatan keputusan–
keputusan/kebijaksanaan – kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan
persoalan oleh pengambil keputusan.
Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang
objektif, dan didasarkan atas data yang baik. Data yang baik adalah data yang
bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup
yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara
menyeluruh merupakan data relevan.
Riset akan menghasilkan data. Ada tiga peringkat data yaitu data mentah, hasil
pengumpulan, data hasil pengolahan berupa jumlah, rata – rata, persentase, dan
data hasil analisis berupa kesimpulan. Yang terakhir ini mempunyai peringkat
tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul
untuk dasar membuat keputusan.
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi Kasus
• Latihan
White board
Spidol (ATK)
Lembar kasus
Panduan latihan
Contoh-contoh formulir pelayanan gizi, makanan, dietetik.
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. 2.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
3. Dilanjutkan dengan studi kasus.
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Fasilitator
merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3. Fasilitator
membuat kesimpulan.
VII.URAIAN MATERI
VIII.REFERENSI
IX. LAMPIRAN
- Lembar kasus
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
39
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
MATERI INTI. 2
PERSIAPAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI,
MAKANAN DAN DIETETIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Masalah gizi timbul akibat beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung adalah asupan gizi yang tidak seimbang dan ada tidaknya
penyakit infeksi yang diderita. Faktor tak langsung adalah sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, pengetahuan-sikap dan perilaku hidup sehat, kesehatan lingkungan,
dll. Akibat gizi kurang tersebut dapat menurunkan produktivitas kerja sehingga
pendapatan menjadi rendah, miskin dan pangan tidak tersedia cukup serta
menyebabkan daya tubuh terhadap penyakit menjadi rendah.
Kelompok dalam masyarakat yang rawan menderita gizi kurang adalah : bayi,
balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lansia. Data data status gizi dan penyakit pada
kelompok tersebut diperlukan untuk perencanaan program penanggulangan
masalah gizi.
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok Bahasan 1. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang /
resiko gizi kurang dan penyakit – penyakit
pada:
Sub pokok bahasan:
a. bayi
b. anak balita
c. bumil
d. buteki
e. lansia
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi kasus
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. 2.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
3. Dilanjutkan dengan studi kasus.
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Fasilitator
merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3. Fasilitator
membuat kesimpulan.
VII.URAIAN MATERI
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable
tertentu, contoh Gondok endemic merupakan keadaan tidak seimbangnya
pemasukan dan pengeluaran yodium.
Ada 4 malnutrisi:
1. Undernutrition : Kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absolute
untuk periode tertentu
2. Specific deficiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kurang Vit. A,
Iodium, Fe, dll
3. Over Nutrition : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode waktu tertentu. 4.
Imbalance karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL, HDL dan VLDL
Penilaian Status Gizi Secara Langsung
A. Antropometri
1. Pengertian.
Secara umum artinya ukuran tubauh manusia, ditinjau dari sudut pandang
gizi, antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi.
2. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat kedakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah iar dalam tubuh.
Keunggulan antropometri:
• Sederhana dan aman
• Noninvasive
• Dapat diaplikasikan pada sampel besar
• Peralatan tidak mahal, portable dan dapat dibeli secara lokal •
Presisi dan akurasi tingggi
• Dapat untuk mengidentifikasi malnutrisi sedang dan buruk • Metode dapat
digunakan untuk mengevaluasi perubahan status gizi dari waktu ke waktu
• Dapat digunakan untuk melakukan skrining yaitu mengidentifikasi individu
yang mempunyai resiko tinggi terhadap kurang gizi.
Pengertian:
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
Penilaian secara biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang
lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan
yang lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah teknik
pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah
dan urine. Hasil pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan standar
Pokok Bahasan 1.
PENGUMPULAN DATA SASARAN / KLIEN DENGAN STATUS GIZI KURANG /
RESIKO GIZI KURANG DAN PENYAKIT – PENYAKIT
a. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada Bayi
Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada bayi adalah : Umur,
Berat Badan lahir, Berat badan, Panjang badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar
kepala, Pola konsumsi ASI. Penyakit yang sering terjadi pada bayi : KEP,
anemia, defisiensi Vit A, diare,ISPA, dll
b. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada anak balita
Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada anak balita adalah :
Berat badan, Panjang badan/Tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar
kepala (sampai anak usia 3 tahun), Pola konsumsi pangan, Penyakit pada
anak balita : penyakit infeksi, KEP, diare, anemia, dll.
c. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada bumil
Data yang diperlukan unutk penilaian status gizi pada bumil adalah : Umur,
Berat badan, Tinggi badan, Usia kehamilan, Lingkar Lengan Atas, diuraikan
cara pengukuran). Penyakt pada ibu hamil : anemia, resiko KEK, dll
d. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada buteki
Data yang diperlukan untuk penilaian status gizi pada buteki adalah : Berat
badan, Tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, riwayat menyusui. Masalah
masalah pada buteki, mastitis, ASI tidak keluar, putting susu terbenam, dll
e. Pengumpulan data sasaran / klien dengan status gizi kurang / resiko gizi kurang
dan penyakit – penyakit pada lansia
Data yang diperlukan unutk penilaian status gizi pada lansia adalah : Berat
badan, Tinggi badan, Tinggi Lutut, Lingkar Lengan Atas, TD,. Penyakit
penyakit pada lansia ISPA, Hipertensi, Diabetes Mellitus, hiperuricemi dll
Pokok bahasan 2.
PENGUMPULAN DATA MAKANAN KELOMPOK SASARAN SETEMPAT UNTUK
PENILAIAN MUTU GIZI
Pengumpulan data makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam
penentuan status gizi masyarakat / perorangan, penentuan status gizi tidak
langsung.
Keunggulan dan kelemahan survey konsumsi dalam memanfaatkan data dari hasil
survey konsumsi hendaklah disadari bahwa survey memiliki kelemahan kelemahan
disamping kelebihannya. Walaupun survey makanan ini sering dinterpretasikan
sebagai salah satu metode untuk penentuan status gizi, sebenarnya survey
konsumsi tidak dapat menentuka status gizi seseorang atau masyarakat secara
langsung. Survei konsumsi hanya dapat dipakai sebagai bukti awal akan
kemungkinan awal terjadinya kekurangan gizi pada seseorang.
Diva Sanjur, 1997 menyarankan strategi untuk meningkatkan kualitas data recall
dengan cara menggunakan visual aids dari jenis makanan, contoh
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
46
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
terhadap bahan makanan yang sederhana dengan ukuran yang berbeda: piring,
gelas, dendok dsb atau peneliti dapat menggunakan photo atau food models.
VIII. REFERENSI
1. Gibson S. Rosalind. Nutritional Assesment a Laboratory Manual. Oxford
University, Press, New York, 1993.
2. Gibson S.. Rosalind. Principles of Nutritional Assessment oxford University,
Press, New York, 2004.
3. Supariasa. I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. Penilaian Status
Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002.
4. Sanjur, Diva and Maria Rodriguez. Assessing Food Consumption. New York:
Cornell University, 1997.
5. Hartini, Th Ninuk Sri et.al. Survai Konsumsi Pangan Individu Metode
Frekuensi Makan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1994
IX. LAMPIRAN
Contoh-contoh formulir:
L P SK K N L SP P N T SK K N G
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ds
t
Jlh
1. Nasi
2. Jagung masak
3. Mie bihun
4. Roti
5. Kentang
6. Biskuit roti
kering.
7. Bubur Susu
8. Tempe
9. Tahu
10. Keju
12. Ayam
13. Daging
14. Bakso
15. Ikan
16. Udang
17. Telur
18. Makanan
diawet
19. Hati
23. Syr
tomat/wortel
24. Pepaya
25. Jeruk
26. Pisang
Pagi
Selingan
pagi
Siang
Selingan
sore
Sore/
Malam
Selingan
malam
MATERI INTI 3
PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI, MAKANAN DAN DIETETIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan terapi gizi medik.
Pelayanan kesehatan paripurna sesorang pasien, baik rawat inap maupun rawat
jalan, secara teoritis memerlukan 3 (tiga) jenis asuhan (care) yang pada
pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan (services). Ketiga jenis asuhan
tersebut adalah: a) Asuhan Medik; b) Asuhan Keperawatan; dan c) Asuhhan Gizi.
Asuhan gizi pasien di RS adalah suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara optimal berdasarkan pengkajian gizi pasien, yang dilakukan secara terus-
menerus. Asuhan gizi meliputi kegiatan pengkajian gizi, penentuan masalah gizi,
perencanaan kebutuhan gizi, pemberian/intervensi gizi, pemantauan dan evaluasi
gizi.
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok Bahasan 3. Pencatatan dan pelaporan bahan, materi, pangan, peralatan &
sarana dalam harian/ mingguan di ruang
simpan
Pokok Bahasan 4. Penyaluran bahan, materi, pangan, peralatan & sarana
harian/mingguan sesuai permintaan unit/wilayah kerja
Pokok Bahasan 6. Pengukuran TB, BB, umur di unit atau wilayah kerja Sub
Pokok Bahasan:
a. Bulanan (anak balita)
b. 4 Bulan (anak sekolah SD)
c. Sesuai kebutuhan
Pokok Bahasan 9. Anamnesa diet bagi klien (food frekwensi dan rata-rata contoh
hidangan)
Pokok Bahasan 10. Recall makanan 24 jam lewat bagi klien Pokok
Pokok Bahasan 13. Penyediaan makanan tambahan balita atau penyuluhan gizi
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
• Studi kasus
• Simulasi
• Praktek lapangan
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajarn materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3.
Fasilitator membuat kesimpulan.
Pokok Bahasan 1.
PEMERIKSAAN DAN PENERIMAAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN
DAN SARANA KEGIATAN PELAYANAN GIZI
1) Pengertian :
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan
pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.
2) Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah.
3) Syarat :
a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam
dan jumlah bahan makanan yang akan diterima.
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yag telah ditetapkan.
4) Langkah penerimaan bahan makanan :
a. Setelah bahan makanan diambil dari gudang logistik kemudian diperiksa
satu persatu, untuk mengetahui bila ada barang yang tidak ada, kurang
atau berlebih.
b. Kemudian bahan makanan disimpan ke gudang penyimpanan sesuai
dengan jenis barang.
c. Esok harinya masing-masing bagian pengolahan mengambil bahan
makanan sesuai dengan kebutuhannya.
b) Sarana
(1) Peralatan Kantor :
Meja + kursi konseling gizi, bangku ruang tunggu, telepon, komputer
+ printer, dan sebagainya.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
57
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA
c) Peralatan Antropometri
• Ruang pengawas :
Ruang ini diperlukan pengawas untuk mengawasi semua
kegiatan di pantry.
ii. Bangunan
• Hal-hal yang perlu didperhatikan dalam merencanakan suatu
bangunan instalasi/unit pelayanan gizi yaitu macam rumah
sakit, macam pelayanan, macam menu, macam dan jumlah
fasilitas yang diinginkan, kebutuhan biaya, arus kerja dan
susunan ruangan, serta macam dan jumlah tenaga yang
akan digunakan.
iii. Konstruksi
• Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak
membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air dan tahan
terhadap asam dan tidak memberikan suara keras.
• Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan
cahaya yang cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan.
Semua kabel dan pipa atau instalasi pipa uap harus berada
dalam keadaan terbungkus atau tertanam dalam lantai atau
dinding.
• Langit-langit : harus bertutup, dilengkapi dengan bahan
peredam suara untuk bagian tertentu dan disediakan
cerobong asap. Langit-langit dapat diberi warna agar serasi
dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan langit-
Penerimaan
Penyimpanan Bahan
Bagan berikut menggambarkan urutan kegiatan Fasilitas
suatu penyelenggaraan makanan. Pegawai
Penyimpanan Bahan
Makanan Segar/Mentah (diluar dapur)
Makanan Kering
Persiapan
Pembuangan
Sampah
Sementara Pemasakan
Pembagian
Pembuangan
Sampah Akhir Pencucian
b) Ruang Perkantoran
Pokok Bahasan 2.
PENYIMPANAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN DAN SARANA
KEGIATAN PELAYANAN GIZI
1) Pengertian :
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun
kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan
pelaporannya.
2) Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang
tepat sesuai dengan perencanaan.
Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan
makanan kering dan ruang pendingin, serta ruang pembeku (Freezer). Luas,
macam dan jenisnya berbeda menurut rumah sakit masing-masing. Freezer
umumnya dimiliki oleh instansi yang besar yang dimaksudkan untuk menyimpan
bahan makanan untuk jangka waktu yang agak lama.
TABEL 1
SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN BAHAN
MAKANAN MENTAH/SEGAR
No Jenis Bahan Makanan Lama Waktu Penyimpanan
Pokok Bahasan 3.
PENCATATAN DAN PELAPORAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN DAN
SARANA DALAM HARIAN/MINGGUAN DI RUANG SIMPAN
Pokok Bahasan 4.
PENYALURAN BAHAN, MATERI, PANGAN, PERALATAN DAN SARANA
HARIAN/MINGGUAN SESUAI PERMINTAAN UNIT/WILAYAH KERJA
1) Pengertian :
Penyaluran makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai
dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani.
2) Tujuan :
Konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
3) Syarat :
a. Tersedianya kebijakan dan standar pemberian makanan rumah sakit. b.
Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.
c. Adanya peraturan waktu distribusi makanan
d. Adanya daftar permintaan makanan
e. Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet/kebutuhan konsumen f.
Tersedianya peralatan makan
g. Tersedianya sarana pendistribusian makanan
h. Tersedianya tenaga pramusaji
(5) Ruangan pasien dapat tergangu oleh keributan pembagian makanan serta
bau masakan.
Pokok Bahasan 5.
PEMERIKSAAN RUANG SIMPAN HARIAN
Pokok Bahasan 6.
PENGUKURAN TB, BB, UMUR DI UNIT ATAU WILAYAH KERJA a.
Pengukuran TB, BB, Umur pada Anak Balita dilakukan setiap bulan karena BB
merupakan pilihan utama Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan
dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan,
memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur. Digunakan dalam KMS. BB/TB merupakan indeks yang
tidak tergantung umur. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian
tinggi (dacin)
c. Sesuai kebutuhan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
70
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA
Pokok Bahasan 7.
PENGUKURAN LILA (Lingkar Lengan Atas) DI UNIT ATAU WILAYAH KERJA
Pokok Bahasan 8.
PENGUKURAN IMT PADA ORANG DEWASA DI UNIT ATAU WILAYAH KERJA,
SESUAI KEBUTUHAN
Berikut adalah klasifikasi status gizi berdasarkan IMT untuk orang dewasa
IMT Kategori
˃ 27,0 Obes
Pokok Bahasan 9.
ANAMNESA DIET BAGI KLIEN (FOOD FREKUENSI DAN RATA-RATA CONTOH
HIDANGAN)
Mengkaji kebiasaan makan pasien secara kualitatif digunakan food frequency (FFQ)
dan dari hasilnya dapat diketahui seberapa sering seseorang mengkonsumsi bahan
makanan sunber zat gizi tertentu.
Terdapat dua jenis kapsul vitamin A yaitu kapsul vitamn A merah (200.000 IU) yang
diperuntukkan untuk anak Balita 12 – 59 bulan dan untuk ibu nifas dan kapsul
vitamin biru (100.000 IU) untuk bayi 6 – 11 bulan. Pengadaan kapsul vit A
merupakan tanggung jawab peme pusat dan daerah yang pengelolaaannya menjai
tupoksi Inst Farmasi (Bina Farmasi). Tenaga nutrisionis dalam menyediakan kapsul
vit A tergantung dari ketersediaan dari Inst Farmasi, namun demikian apabila stok
kapsul vitamin A tidak mencukupi maka nutrisionis dapat mengusulkan kebutuhan
ke Inst Farmasi.
kandungan yodium rata-rata di atas normal (229 mcg), sehingga apabila diberikan
akan terjadi komplikasi yang lebih berat. (Edaran Dirjen Bina Kesmas Dep Kes RI,
2009)
Pemberian tamblet tambah darah/Fe Folat diberikan kepada ibu hamil sebanyak 90
tablet selama kehamilan. Pengadaan merupakan tanggung jawab pmerintah daerah
dan pusat melalui Inst Farmasi/Bin Far. Petudgas nutrisionis bertanggung jawab
dalam penyediaan di lapangan dengan berkooordinasi dengan Inst Farmasi
Ruang lingkup asesmen gizi adalah pengkajian data dasar gizi, meliputi faktor resiko
terkait masalah gizi, identifikasi kekurangan zat gizi spesifik dengan memperhatikan
faktor penyakit, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada pasien
rawat inap. Asesmen gizi dilakukan berdasarkan hasil skrining gizi yang
menunjukkan pasien beresiko malnutrisi atau sudah dalam kondisi malnutrisi yang
dilakukan oleh perawat dalam 24 jam dan terdokumentasi dalam pengkajian
keperawatan awal. Perawat akan menginformasikan kepada Dietisien/Ahli Gizi
pasien yang beresiko malnutrisi untuk mendapat asesmen.a Asesmen gizi awal
mencakup riwayat gizi, pengukuran antropometri, laboratorium, hasil pemeriksaan
klinis/fisik, dan data riwayat personal. Asesmen gizi awal dilakukan dan
didokumentasikan dalam 24 jam pertama setelah pasien dirawat.
Asesmen gizi lanjut dilakukan secara periodik oleh Dietisien terhadap pasien dengan
masalah gizi yang belum teratasi/tujuan belum tercapai.
Asesmen gizi lanjut adalah kegiatan mengumpulkan data terkait masalah gizi
setelah pasien mendapat intervensi gizi. Data yang dikumpulkan antara lain: asupan
makan, perubahan berat badan, dan perubahan hasil laboratorium terkait gizi.
Tujuan asesmen gizi lanjut adalah mengetahui perkembangan status gizi pasien
selama dirawat dan mengetahui efektifitas dari intervensi gizi yang diberikan.
Hasil asesmen awal dan lanjutan dicatat pada formulir asuhan gizi dan formulir
catatan perkembangan terintegrasi menggunakan format ADIME dan disimpan pada
rekam medik.
(lampiran : Formulir kunjungan awal, form asuhan gizi, form terintegrasi, form
taksiran sisa makanan, form skrining lanjut, form rujukan gizi rawat inap, dan form
riwayat gizi).
Apabila setelah diberikan intervensi gizi tidak ada perbaikan asupan makan pasien
selama lima hari pada pasien berisiko tinggi, maka dietisien menyampaikan
informasi tersebut ke Dokter Penanggung Jawab Pelayanan/DPJP untuk
dipertimbangkan dibicarakan dalam pertemuan Tim Asuhan Gizi/Tim dukungan
gizi/Tim Kasus sulit & malnutrisi untuk mencari solusi pemecahan masalah gizi.
1) Asuhan Gizi
a. Pengertian
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan terapi gizi medik.
Pelayanan kesehatan paripurna sesorang pasien, baik rawat inap maupun
rawat jalan, secara teoritis memerlukan 3 (tiga) jenis asuhan (care) yang
pada pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan (services). Ketiga jenis
asuhan tersebut adalah: a) Asuhan Medik; b) Asuhan Keperawatan; dan c)
Asuhan Gizi.
b. Tujuan
Tujuan utama asuhan gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang
dirawat maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari
unsur terkait untuk melaksanakan urutan kegiatan yang dikelompokkan
menjadi 5 kegiatan, yaitu :
1) Membbuat diagnosis masalah gizi
2) Menentukan kebutuhan terapi gizi
3) Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral,
enteral dan parenteral) sesuai kebutuhan.
4) Melaksanakan pemberian makanan.
5) Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan.
2) Penyelenggaraan Makanan
VIII. REFERENSI
IX. LAMPIRAN
MATERI INTI 4
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PELAYANAN GIZI,
MAKANAN DAN DIETETIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
IV. METODE
• CTJ
• Curah pendapat
• Studi kasus
• Bermain peran
• Praktek lapangan
• White board
• Spidol
• Lembar kasus
• Panduan
• Skenario bermain peran
• Panduan PKL
• Kerangka Acuan PKL
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
2) Sampaikan tujuan pembelajarn materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. 2)
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
3) Dilanjutkan dengan penugasan yaitu studi kasus, bermain peran. 4)
Praktek lapangan.
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2)
Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3)
Fasilitator membuat kesimpulan.
Pokok Bahasan 1.
PEMANTAUAN KEGIATAN PENGUKURAN STATUS GIZI SASARAN / KLIEN
MENCAKUP PELAKSANA, ALAT DAN PROSESNYA DI WILAYAH KERJANYA
SESUAI KEBUTUHAN
Sasaran:
a. Bayi: Umur, Berat badan, Panjang badan, Lingkar kepala
Pelaksana: nutrisionis
Alat yang diperlukan: alat antropometri, standar WHO 2005
Proses: Memantau kegiatan penimbangan balita di posyandu
• Memeriksa alat yang yang digunakan
• Melihat cara menentukan umur
• Cara menimbang berat badan
• Cara mengukur panjang badan
• Cara pengisian KMS
•
b. Balita: umur, berat badan,panjang badan atau tinggi badan, LK (sampai umur
3 th)
Pelaksana: nutrisionis
Alat yang diperlukan: alat antropometri, standar WHO 2005
Proses: Memantau kegiatan penimbangan balita di posyandu
• Memeriksa alat yang yang digunakan
• Melihat cara menentukan umur
• Cara menimbang berat badan
• Cara mengukur tinggi badan
• Cara mengukur lingkar kepala
• Cara pengisian KMS
c. Ibu Hamil: umur ibu, usia kehamilan, berat badan, tinggi badan, kenaikan
berat badan, LILA
Pelaksana: nutrisionis
Alat yang diperlukan: alat antropometri
Proses: Memantau kegiatan pelayanan bumil di posyandu
• Memeriksa alat yang yang digunakan
• Melihat cara menentukan umur
• Cara menimbang berat badan
• Cara mengukur tinggi badan
• Cara mengukur Lila
Pokok bahasan 2
PEMANTAUAN KEGIATAN PEMBERIAN PMT, OBAT GIZI, KONSELING,
PENYULUHAN GIZI DAN PENCATATAN PELAPORAN
Penyuluhan kesehatan dan gizi ditujukan tidak hanya pada klien namun
diperlukan pula oleh petugas kesehatan dan berbagai komunitas lain. Secara
umum tujuan kegiatan penyuluhan/konsultasi gizi adalah untuk menjadikan cara-
cara hidup sehat sebagai kebiasaan sehari-hari masyarakat.
b. Pameran
Demonstrasi
Cara penyajian ini disertai dengan menggunakan alat peraga dan tanya
jawab. Demonstrasi biasanya diperuntukkan pada kelompok yang tidak
terlalu besar, dengan harapan:
- Dapat mendidik orang tertentu caara menjalankan suatu tindakan atau
menggunakan prosedur dan produk baru.
- Meningkatkan kepercayaan bahwa ide baru itu dapat dijalankan oleh setiap
orang.
- Meningkatkan perhatian orang untuk belajar serta menggunakan suatu
prosedur.
Pokok bahasan 3.
PEMANTAUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN ASUHAN GIZI DI RS
ATAU DI INSTITUSI LAIN SECARA HARIAN
b. Pemantauan Asuhan Gizi di Rumah sakit atau institusi lain secara harian
Pokok bahasan 4.
PEMANTAUAN PENGGUNAAN BAHAN MAKANAN ATAU MAKANAN
TERMASUK MAKANAN TAMBAHAN DI RS ATAU DI INSTITUSI LAIN SECARA
:
a. Harian
b. Mingguan/10 harian
Data pemkaian bahan makanan harian akan direkap per minggu atau per 10
hari. Sisa bahan makanan dalam pembukuan akan dicocokkan dengan
bahan makanan yang ada di gudang.
VIII.REFERENSI
IX. LAMPIRAN
Contoh-contoh formulir:
1. Formulir distribusi makanan
2. Bon pesanan bahan makanan
3. Formulr penerimaan bahan makanan
4. Bon permintaan makanan kering
5. Bon permintaan makanan basah
6. Kartu stock
7. Pembukuan bahan makanan kering
8. Pembukuan bahan makanan basah.
9. Formulir monitoring distribusi PMT balita
10. Formulir monitoring distribusi PMT Bumil
11. Kartu Patuh
12. Formulir FI Gizi
13. Formulir Laporan Bulanan Gizi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
88
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
MATERI INTI. 5
KARYA TULIS / KARYA ILMIAH DI BIDANG GIZI, MAKANAN DAN
DIETETIK / KESEHATAN TERKAIT
I. DESKRIPSI SINGKAT
Karya tulis ilmiah adalah hasil tulisan yang merupakan hasil pemikiran
seseorang, memiliki karakteristik keilmuan dan memenuhi syarat keilmuan yaitu
tulisan berada pada lingkup pengetahuan ilmiah, mengunakan metode berpikir
ilmiah dan dari segi tulisannya terlihat sosok tulisan keilmuan yang dituangkan
dalam tulisan berdasarkan penelitian ilmiah yang ditelitinya. Banyak sekali jenis
karya tuis ilmiah diantaranya buku pelajaran, makalah, modul, diktat pelajaran,
terjemahan, laporan hasil penelitian dan lain-lain.
Ketrampilan menulis sangat dibutuhkan ahli gizi tidak saja untuk menulis laporan
penelitian, namun juga diperlukan dalam pekerjaannya. Menurut jabatan
fungsional nutrisionis kemampuan menulis antara lain diperlukan untuk membuat
karya tulis ilmiah, menulis karya ilmiah di majalah atau jurnal ilmiah, menyadur/
menterjemahkan dll.
Menulis karya ilmiah populer untuk majalah (salah satu media massa) adalah
pekerjaan mulia. Apalagi kalau tulisan yang dihasilkan itu bermanfaat bagi
masyarakat banyak, misalnya mengenai strategi makan untuk menurunkan berat
badan atau cara memberi makan untuk menaikkan BB pada anak yang kurang
gizi, dll. Makin banyak yang berminat menulis (dan menghasilkan) tulisan ilmu
pengetahuan, makin meningkat pula pengetahuan umum masyarakat. Dan makin
meningkat pengetahuan umum masyarakat, makin haus pula mereka akan bahan
bacaan keilmuan serupa yang lain lagi.
Pada akhirnya dengan menulis masalah kesehatan dan gizi di media massa,
maka ahli gizi diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan gizi
masyarakat, serta meningkatkan kualitas perkerjaannya sebagai nutrisionis
maupun dietisien.
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
.
IV. METODE
• CTJ
• Curah Pendapat
• Mind mapping
• Latihan menulis karya tulis
Pada sesi ini saudara akan mempelajari 3 (tiga) pokok bahasan dengan masing
masing sub pokok bahasannya. Berikut ini disampaikan kegiatan fasilitator dan
peserta.
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang
akan disampaikan.
2) Fasilitator menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta
untuk menerima materi.
3) Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat.
2) Fasilitator menyampaikan materi-materi pokok dan sub pokok bahasan dengan
tahapan sebagai berikut:
Kegiatan peserta:
(1) Meminta peserta untuk menuliskan pendapat masing-masing mengenai:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
91
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Kegiatan fasilitator:
(1) Mengalihkan ke sub pokok bahasan b dan c dengan membagi peserta
dalam beberapa kelompok
(2) Memfasilitasi kegiatan diskusi tentang:
a) Langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah hasil penelitian dan
penelusuran pustaka
b) Kerangka menulis laporan penelitian dan penelusuran pustaka
(3) Pergunakan lembar kerja yang tersedia
(4) Memberikan klarifikasi atas hasil diskusi peserta
Kegiatan peserta:
(1) Diskusikan dengan kelompok mengenai:
a) Langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah hasil penelitian dan
penelusuran pustaka
b) Kerangka menulis laporan penelitian dan penelusuran pustaka
(2) Presentasikan hasil diskusi kelompok
(3) Berikan respon atas tanggapan dari kelompok lain
Kegiatan fasilitator:
(1) Mengalihkan ke pokok bahasan 2, sub pokok bahasan a dengan membagi
peserta dalam beberapa kelompok, serta memberi contoh naskah dari
majalah ilmiah dan majalah popular
(2) Memfasilitasi kegiatan diskusi mengenai perbedaan pengertian naskah
yang ditulis dalam majalah ilmiah dengan naskah yang ditulis dalam
majalah populer
(3) Pergunakan lembar kerja yang tersedia
(4) Memberikan klarifikasi atas hasil diskusi peserta
Kegiatan peserta:
(1) Diskusikan dengan kelompok mengenai perbedaan pengertian naskah yang
ditulis dalam majalah ilmiah dengan naskah yang ditulis dalam majalah
popular
(2) Presentasikan hasil diskusi kelompok
(3) Berikan respon atas tanggapan dari kelompok lain
Kegiatan fasilitator:
(1) Mengalihkan ke pokok bahasan 2, sub pokok bahasan b dengan membagi
peserta dalam beberapa kelompok, serta memberi kasus hasil penelitian
untuk ditulis di majalah ilmiah, serta topik untuk ditulis di majalah popular
(2) Memfasilitasi kegiatan praktek menulis naskah untuk majalah ilmiah dan
majalah popular
(3) Pergunakan lembar kerja yang tersedia
(4) Tukar naskah hasil tulisan ke kelompok lain untuk diberi kritik dan saran (5)
Memberikan klarifikasi atas hasil diskusi peserta
Kegiatan peserta:
(6) Diskusikan kasus tersebut dalam kelompok dan coba praktekkan menulis
naskah untuk majalah ilmiah dan popular berdasarkan kasus tersebut. (7)
Diskusi dalam kelompok untuk memberi kritik dan saran terhadap tulisan
kelompok lain
(8) Presentasikan hasil diskusi kelompok
(9) Berikan respon atas tanggapan dari kelompok lain
Kegiatan fasilitator:
(1) Mengalihkan ke pokok bahasan 3, sub pokok bahasan a dan b dengan curah
pendapat (brain storming) mengenai berbagai pengalaman pribadi peserta
dalam menterjemahkan buku atau bahan lainnya.
(2) Mengatur acara bertukar pandangan dan pengalaman antar peserta (3)
Berdasarkan berbagai pengalaman peserta, meminta peserta menjelaskan
tujuan dan langkah-langkah menterjemahkan buku atau bahan lainnya. (4)
Beserta peserta mencocokkan antara teori dengan hasil diskusi mengenai
tujuan dan langkah-langkah menterjemahkan buku atau bahan lainnya.
Kegiatan peserta:
(1) Meminta peserta untuk menuliskan pendapat masing-masing mengenai
berbagai pengalaman dalam menterjemahkan buku atau bahan lainnya. (2)
Sampaikan pandangan/pendapat dan bagi pengalaman Sdr. Masing masing
pada peserta lain di kelas Sdr.
(3) Peserta menjelaskan tujuan dan langkah-langkah menterjemahkan buku atau
bahan lainnya.
(4) Beserta fasilitator mencocokkan antara teori dengan hasil diskusi mengenai
tujuan dan langkah-langkah menterjemahkan buku atau bahan lainnya.
Langkah pembelajaran:
1) Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran. 2) Fasilitator
merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. 3) Fasilitator
membuat kesimpulan.
VII.URAIAN MATERI
Pokok bahasan 1.
KARYA TULIS DAN JENISNYA
1) Karya Tulis Ilmiah Hasil Penelitian Di Bidang Pelayanan Gizi, Makanan Dan
Dietetik/Kesehatan
Karya tulis ilmiah dapat dijelaskan dengan berbagai definisi. Salah satu
diantaranya dikemukakan oleh Brotowijoyo (1985) karya tulis ilmiah
adalah tulisan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Ciri khususnya
adalah tulisan ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan
kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran dimaksud adalah
kebenaran yang obyektif-positif, sesuai dengan data dan fakta di
lapangan, dan bukan kebenaran yang normative.
Ada beberapa jenis karya tulis ilmiah yang ditulis orang misalnya
makalah, kertas kerja, laporan penelitian, skripsi, thesis dan disertasi.
Semua jenis karya tulis ilmiah ini selalu menyajikan hasil kegiatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
94
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Tulisan untuk majalah ada yang berupa tulisan nonfiksi dan karangan
fiksi. Tulisan nonfiksi lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur
tulisan orang lain, daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat
dan hasil kreasi seni mengarang sendiri. Kalaupun ada yang menulis
gagasan dan pendapat sendiri, biasanya juga didasarkan pada teori,
pendapat atau hasil penemuan orang lain, yang tulisannya dipakai
sebagai acuan. Orang yang menyusun tulisan tersebut disebut penulis,
bukan pengarang.
Bentuk tulisan
(1) Berita ringan adalah tulisan santai yang merupakan kebalikan dari
berita menggebrak yang biasa ditulis para wartawan surat kabar.
Bahan yang ditulis ialah hal-hal yang belum ditulis secara
mendalam oleh wartawan koran. Biasanya berisi informasi ringan
yang sambil menghibur, menambah pengetahuan. Jenis-jenis
penulisan yang dimasukkan kedalam kelompok ini adalah soft news
(berita ringan), interpretative news (berita ringan yang diberi
penjelasan) dan human interest news (berita ringan tentang sisi
kehidupan orang).
(3) Artikel adalah tulisan tentang suatu masalah, berikut pendapat dan
pendirian penulis tentang masalah itu. Jenis-jenis tulisan yang
dimasukkan kedalam kelompok ini ialah kolom opini (tulisan pendek
mengenai suatu masalah dan pendapat
penulisnya), artikel (tulisan tentang masalah berikut sikap atau
pendirian penulisnya), dan how to do it artikel (artikel petunjuk
pelaksanaan tentang suatu ketrampilan, menurut versi penulisnya).
b. Penerjemahan
Terjemahan adalah karya tulis ilmiah hasil penerjemahan dari buku buku
ilmiah atau karya tulis bahasa asing ke bahasa Indonesia atau sebaliknya.
Untuk melakukan kegiatan menerjemahkan ini seseorang dituntut untuk
memenuhi persyaratan seorang penerjemah yaitu menguasai materi yang
diterjemahkan, menguasai bahasa asing
KEMENTERIAN KESEHATAN RI-BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR-2011
97
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL NUTRISIONIS
JENJANG TERAMPIL - PELAKSANA
Pokok bahasan 2.
PRINSIP-PRINSIP DAN TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS a.
Dalam penulisan karya ilmiah beberapa prinsip yang perlu kita ketahui: 1)
Etika bagi seorang penulis ilmiah adalah memasukkan nilai-nilai moral dan
tanggung jawab ketika menggunakan komunikasi ilmiah dengan tujuan-
tujuan mulia.